Anda di halaman 1dari 12

Bab 7

BANGUNAN PELENGKAP JALAN

7.1. SELOKAN / DRAINASE / SALURAN


Selokan atau Drainase atau Saluran, adalah bangunan yang dibuat untuk mengalirkan
air, dapat berupa air kotor ataupun air hujan.
 Saluran Air Kotor : untuk menglirkan air limbah rumah tangga, limbah pabrik dan
bangunan fasilitas umum lainnya, dengan aman tanpa menimbulkan polusi.
 Salura Aur Hujan : untuk mengalirkan air hujan dari jalan atau areal terbuka
lainnya, sehingga tidak menyebabkan banjir.
Bentuk saluran dapat berbentuk saluran Segi Empat, saluran Segi Tiga, saluran
Trapesium, saluran ½ Lingkaran, saluran Lingkaran Penuh, saluran Bulat Telur, saluran
Terbuka dan saluran Tertutup (seperti telah dijelaskan pada Bab 2).
1. Bahan-Bahan Pembuat Saluran : adalah beton, pasangan batu, baja, besi, kayu,
dan sebagainya.
2. Kemiringan Saluran :
 Kemiringan dinding tebing saluran, tergantung pada macam material/bahan
yang membentuk tubuh saluran. seperti tabel berikut :
Tabel 7.1
Kemiringan Saluran Yang Sesuai
Bagian Dalam Saluran Yang Terkena Air Bagian Luar Saluran Yang Tidak Terkena Air
No. Material / Bahan Kemiringan Keadaan Tebing Kemiringan
Tebing Saluran Tebing Luar
1. Cadas 1 :1 Timbunan Cadas dab Batu Kecil 1¼:1
2. Tanah Lumpur dan Gambur ½:1 Timbunan Lempung Berkerikil 1½ : 1
3. Tanah dengan Lap. Cor Beton 1:1 Timbunan Lempung Berpasir atau 2:1
4. Tanah dengan Pas. Batu 1:1 Tanah Berpasir
5. Tanah untuk selokan kecil 1½ : 1
6. Tanah berpasir lepas 2:1
7. Lumpur berpasir atau lempung 3:1
Sumber : Buku Teknik Sipil, 1995, Ir. V. Sunggono KH, Penerbit Nova, Bandung.

Gambar 7.1
Kemiringan Tebing Saluran

tebing yang tidak kena air


muka air Kemiringan Tebing = cotg α = m/h
h m = perpanjangan dasar saluran  h
α h = tinggi basah saluran.
tebing yang terkena air
m
Sumber : Buku Teknik Sipil, 1995, Ir. V. Sunggono KH, Penerbit Nova, Bandung.

Perancangan Geometrik Jalan. 7-1


3. Kecepatan Air Dalam Saluran :
 Supaya tidak terjadi pengendapan di saluran dan tumbuhnya lumut, maka
dibutuhkan adanya kecepatan minimum air pada saluran.
Pada umumnya kecepatan minimum air pada saluran yang dipakai adalah
sebesar : 0,60 m/det s/d 0,90 m/det.
 Kecepatan maksimum saluran yang diijinkan agar tidak terjadi erosi adalah
seperti pada tabel berikut.
Tabel 7.2
Kecepatan Maksimum Air Dalam Saluran
No Bahan / Material Air Bersih Air yang mengangkut Lumpur
Dinding dan Dasar Saluran V (m/det) V (m/det)
1. Pasir Halur, Kolloidal 0,457 0,762
2. Tanah Berpasir 0,533 0,762
3. Lanau Lempung 0,610 0,914
4. Lempung Keras 1,829 1,829
5. Lempung Padat 1,100 1,100
6. Kerikil Halus 0,762 1,524
7. Kerikil Kasar 0,762 1,829
8. Batu-batu Besar 1,500 1,600
9. Beton Bertulang 1,500 1,600
Sumber : Buku Teknik Sipil, 1995, Ir. V. Sunggono KH, Penerbit Nova, Bandung.

4. Dasar Perhitungan Dimensi Saluran :


Perhitungan dimensi saluran menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :

a. Rumus Manning Gauckler Strickler :

V = K . R2/3 . i1/2 (m/det.) Q = V . F (m3/det.) R=F/O

w bila cotg 1 : 1, maka m = h


F = (b + h) h = bh + h 2
1:1 h O = b + 2 tinggi miring saluran
α = b + 2 (h2 + h2 )
m=h b m=h = b + 2h2

dimana :
V = Kecepatan pengaliran (m/det.)
K = Koefisien kekerasan (lihat tabel) kemiringan dasar saluran :
R = Jari-jari hidrolis = F/O (m) i = hs / L
i = Kemiringan rata-rata dasar saluran (memanjang) . hs
Q = Debir pengaliran air (m /det.)
3

F = Luas penampang basah saluran (m 2). L


O = Keliling penampang basah saluran (m).
h = Kedalaman air (m).
b = Lebar dasar saluran (m).
w = Tinggi bebas (jagaan) saluran (m).

Perancangan Geometrik Jalan. 7-2


Tabel 7.3
Koefisien Kekerasan (K)
No Kondisi Saluran K
1. Saluran lama dengan tebing sangat kasar < 36
2. Saluran lama dengan tebing kasar 38
3. Saluran drainase yang akan diberi tanggul dan saluran tersier 40
4. Saluran drainase baru tanpa tanggul 43,5
5. Saluran primer dan sekunder dengan pengaliran < dari 7,5 m 3/det. 45 – 47,5
6. Saluran terpelihara baik dengan pengaliran > dari 10 m 3/det. 50
7. Saluran dengan pasangan batu kosong 50
8. Saluran dengan pas. batu belah atau beton tidak dihaluskan 60
9. Saluran dengan tebing halus, tebing kayu 90
Sumber : Buku Teknik Sipil, 1995, Ir. V. Sunggono KH, Penerbit Nova, Bandung.

b. Rumus Chezy :

V = C  R . S (m/det.) Q = V . F (m3/det.) R=F/O

w bila cotg 1 : 1, maka m = h


1:1 h F = (b + h) h = bh + h 2
O = b + 2 tinggi miring saluran
α = b + 2(h2 + h2 )
m=h b m=h = b + 2h2
dimana :
V = Kecepatan pengaliran (m/det.)
C = Angka saluran (lihat rumus Basin dan Kutter)
R = Jari-jari hidrolis = F/O (m)
S = Kemiringan rata-rata dasar saluran arah memanjang.
F = Luas penampang basah saluran (m 2).
O = Keliling penampang basah saluran (m).
h = Kedalaman air (m).
b = Lebar dasar saluran (m).
w = Tinggi bebas (jagaan) saluran (m).

Besarnya koefisien / angka C :

 Rumus Bazin :  Rumus Kutter :


87 23 + 0,00155/S + 1/n
C= C=
1 + m / R (23 + 0,00155/S ) n
1+
R

dimana : m = koefisien kekasaran saluran, juga n = koefisien kekasaran saluran.


dapat dilihat pada tabel berikut.

Perancangan Geometrik Jalan. 7-3


Tabel 7.4
Koefisien Kekasaran Saluran
No Dinding Kondisi m n
Saluran Bazin Kutter
1. Kayu Papan rata, dipasang rapi 0,010 0,06
Papan rata, dipasang kurang rapi 0,012 0,06
Papan kasar, dipasang rapi 0,012 0,16
Papan kasar, dipasang kurang rapi 0,014 0,16
2. Logam Halus 0,010 0,06
Dikeling 0,015 0,30
Sedikit kurang rata 0,020 0,30
3. Pasangan Batu Plesteran semen halus 0,010 0,06
Plesteran semen dan pasir 0,012 0,06
Beton di lapis baja 0,012 0,06
Beton di lapis kayu 0,013 0,06
Batu bata kosongan yang baik 0,013 0,16
Pasangan batu kasar 0,015 0,30
Pasangan batu keadaan jelek 0,020 0,30
4. Batu Kosong Halus, dipasang rata 0,013 0,16
Batu bongkaran, batu pecah, batu belah, pakai semen 0,017 0,46
Kerikil halus, padat. 0,020 0,46
5. Tanah Rata dan dalam keadaan baik 0,020 0,85
Dalam keadaan biasa 0,022 1,30
Dengan batu-batu dan tumbuh-tumbuhan 0,025 1,75
Dalam keadaan jelek 0,035 1,75
Sebagain terganggu oleh batu-batu atau tumbuhan 0,050 1,75
Sumber : Buku Teknik Sipil, 1995, Ir. V. Sunggono KH, Penerbit Nova, Bandung.

7.2. DINDING PENAHAN (RETAINING WALL)


Dinding Penahan (Retaining Wall) adalah konstruksi yang digunakan untuk memberikan
stabilitas tanah atau bahan lain agar dalam keadaan stabil, atay biasa digunakan untuk
menahan atau menopang peninggian tanah, onggokan batu atau onggokan bahan tambang
dan air.
Jenis-jenis dinding penahan (Retaining Wall), antara lain sebagai berikut :
a. Dinding-dinding gravitasi yang dibuat dari pasangan bata, pasangan batu, atau beton
tanpa tulang.
b. Dinding beton bertulang.
c. Dinding pertebalan belakang atau dinding-dinding pertebalan depan.
d. Dinding tahan kisi-kisi.
e. Dinding semi gravitasi (sejumlah kecil menggunakan baja).
f. Dinding tumpuan jembatan.

Perancangan Geometrik Jalan. 7-4


Gambar 7.2
Jenis-Jenis Dinding Penahan

a. Dinding-dinding gravitasi yang


dibuat dari pasangan bata, pasangan
batu, atau beton tanpa tulang.

b. Dinding beton bertulang.

c. Dinding pertebalan belakang atau dinding-dinding


d. Dinding Tahan Kisi-kisi pertebalan depan.

e. Dinding semi gravitasi


(sejumlah kecil menggunakan
baja)

f. Dinding Tumpuan Jembatan


Perancangan Geometrik Jalan. 7-5
Gambar 7.3
Gambar-gambar Dinding Penahan

7.3. GORONG-GORONG
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran jalan,
saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), di
bawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-gorong juga digunakan sebagai jembatan
ukuran kecil, digunakan untuk mengalirkan sungai kecil atau sebagai bagian drainase
ataupun selokan jalan.
Konstruksi Gorong-gorong dapat dibuat dari : pasangan bata, beton dan baja.

Gorong-gorong dari Pas. Bata Gorong-gorong dari Pipa Baja Bergelombang

Perancangan Geometrik Jalan. 7-6


Gambar 4.4
Gorong-Gorong Beton (Tipe Box Culvert) 1,50 x 1,50 x 13,00 M

7.4. JEMBATAN
 Jembatan adalah suatu Konstruksi yang dibangun untuk melewatkan suatu massa
atau traffic lewat atas suatu penghalang. Selanjutnya macam-macam penghalang,
atau jenis penghalang, dapat terdiri dari: Sungai, Jalan Raya, Laut, Waduk, Jalan
Kereta api, dan lain sebagainya. Apabila konstruksi tersebut kita bangun lewat bawah
suatu penghalang, maka jenis konstruksi tersebut umumnya dapat kita sebut sebagai
Terowongan, Under-pass atau Tunnel.
Perancangan Geometrik Jalan. 7-7
 Jenis Jembatan :
1. Jenis Jembatan, dari Segi Kegunaan, adalah sebagai berikut :
a. Jembatan untuk kereta api.
b. Jembatan untuk jalan raya.
c. Jembatan untuk pejalan kaki.
d. Jembatan pipa-pipa besar dan saluran air.
2. Jenis Jembatan dri segi struktur, adalah sebagai berikut :
a. Jembatan batang kayu (Log bridge).
b. Jembatan beton (Concrete bridge).
c. Jembatan rangka (Truss bridge).
d. Jembatan gerbang tertekan (Compression arch bridge).
e. Jembatan gantung (Suspension bridge).
f. Jembatan kabel-penahan (Cable-stayed R bridge).
g. Jembatan penyangga (Cantilever bridge).
 Gambar-Gambar Jenis Jembatan :

Perancangan Geometrik Jalan. 7-8


7.5. PENGAMAN JALAN (guard rail)
 Pengaman Jalan adalah suatu Konstruksi yang dibangun untuk mengamankan
kendaraan untuk tidak keluar dari jalan, terutama pada tikungan jalan atau daerah
yang terjal.
 Gambar conton pengaman jalan berupa Guard Rail, sebagai berikut :

7.6. RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN


 Rambu lalu lintas adalah salah satu alat perlengkapan jalan dalam bentuk
tertentu yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di
antaranya, yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan
petunjuk bagi pemakai jalan.
Agar rambu dapat terlihat baik siang ataupun malam atau pada waktu hujan maka
bahan harus terbuat dari material yang reflektif (memantulkan cahaya).
 Pengelompokan rambu :
1. Rambu Peringatan.
2. Rambu Petunjuk.
3. Rambu Larangan dan Perintah.
 Jenis rambu : Menurut cara pemasangan dan sifat pesan yang akan disampaikan
maka secara garis besar sistem perambuan dapat dikelompokkan atas :
1. Rambu tetap.
Perancangan Geometrik Jalan. 7-9
2. Rambu tidak tetap.
Yang dimaksud dengan rambu tetap adalah semua jenis rambu yang ditetapkan
menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan yang dipasang secara tetap.
Sedangkan rambu tidak tetap adalah rambu yang dipasang dan berlaku hanya
beberapa waktu, dapat ditempatkan sewaktu-waktu dan dapat dipindah-pindahkan.

 Rambu Peringatan, antara lain sebagai berikut :

 Rambu petunjuk : Rambu yang memberikan petunjuk atau keterangan kepada


pengemudi atau pemakai jalan lainnya, tentang arah yang harus ditempuh atau letak
kota yang akan dituju lengkap dengan nama dan arah letak itu berada.

 Rambu Larangan, antara lain sebagai berikut :

Semua kendaraan dilarang masuk Mobil dan sepeda motor dilarang masuk

Perancangan Geometrik Jalan. 7-10


 Marka Jalan : adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk
mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
 Pengelompokan Marka Jalan :
1. Marka Membujur : adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan.
Marka membujur yang dihubungkan dengan garis melintang yang dipergunakan
untuk membatasi ruang parkir pada jalur lalu lintas kendaraan, tidak dianggap
sebagai marka jalan membujur.
2. Marka Melintang : adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, seperti
pada garis henti di Zebra cross atau di persimpangan.
3. Marka Serong : adalah tanda yang membentuk garis utuh yang tidak termasuk
dalam pengertian marka membujur atau marka melintang, untuk menyatakan
suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas kendaraan.
4. Marka Lambang : adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk menyatakan
peringatan, perintah dan larangan untuk melengkapi atau menegaskan maksud
yang telah disampaikan oleh rambu lalu lintas atau tanda lalu lintas lainnya.
 Bahan Marka Jalan :

1. Marka non-mekanik : Marka jalan merupakan campuran antara bahan pengikat,


pewarna, dan bola kaca kecil yang berfungsi untuk memantulkan cahaya/sinar
lampu agar marka dapat terlihat dengan jelas pada malam hari. Bahan dapat
dikelompokkan atas 
 Cat, biasanya merupakan marka jalan yang dapat dengan cepat hilang,
sehingga hanya baik digunakan pada bagian jalan yang jarang dilewati oleh
kendaraan.
 Termoplastic, adalah bahan yang digunakan pada arus lalu lintas yang tinggi,
penerapannya dilakukan dengan pemanasan material marka jalan kemudian
dihamparkan dijalan dengan menggunakan alat.
 Cold-plastic, seperti termoplastik digunakan pada jalan dengan arus yang
tinggi, menggunakan resin dan pengeras yang dicampurkan sebelum
penghamparan dijalan dengan menggunakan alat khusus untuk itu.

2. Marka mekanik : adalah paku jalan yang biasanya dilengkapi dengan reflektor.
Marka jenis ini ditanam/dipaku ke permukaan jalan melengkapi marka non
mekanik.

Perancangan Geometrik Jalan. 7-11


7.7. HALTE JALAN
 Halte atau Shelter: adalah bangunan yang dibuat sebagai tempat pemberhentian
sementara kendaraan untuk mengangkut dan menurunkan penumpang.
 Bentuk-bentuk halte seperti pada gambar berikut ini :

Perancangan Geometrik Jalan. 7-12

Anda mungkin juga menyukai