Anda di halaman 1dari 17

DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

BAB IV

TANGGUNG JAWAB PIHAK YANG TERKAIT DALAM

PEMBANGUNAN GEDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN PENERBITAN

PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG (PBG) SERTIFIKAT LAIK

FUNGSI (SLF) TERHADAP PERUNDANG – UNDANGAN DI

INDONESIA

A. Tanggung jawab para pihak dalam hal terdapat bangunan gedung yang

tidak dilengkapi PBG dan SLF.

Pada dasarnya perizinan sangat penting untuk penerbitan Sertifikat Laik

Fungsi (SLF) dan Perizinan Bangunan Gedung (PBG) pada bangunan gedung.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja menyebutkan

bahwa PBG adalah perizinan yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung

untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau

merawat bangunan gedung sesuai dengan standar teknis bangunan gedung.

Perizinan ini diperlukan untuk memastikan bahwa bangunan gedung telah

memenuhi standar keselamatan, keamanan, dan kelayakan fungsional yang

ditetapkan oleh pemerintah setempat. Proses perizinan melibatkan

pemeriksaan dan evaluasi terhadap rencana desain, struktur, sistem listrik,

instalasi air, serta aspek kebakaran dan perlindungan lingkungan bangunan.

Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa bangunan gedung telah

direncanakan dan dibangun sesuai dengan peraturan dan persyaratan yang

berlaku. Sertifikat Laik Fungsi (SLF) diterbitkan setelah bangunan gedung

selesai dibangun dan telah melewati serangkaian pemeriksaan oleh pihak

58

Universitas Kristen Maranatha


DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

berwenang. Sertifikat ini menunjukkan bahwa bangunan tersebut aman dan

memenuhi persyaratan fungsional yang ditetapkan, sehingga dapat digunakan

sesuai dengan tujuan awalnya. Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) juga

diperlukan sebelum pembangunan dimulai. Proses perizinan ini melibatkan

pengajuan rencana dan dokumen terkait bangunan kepada pihak berwenang,

yang akan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap kepatuhan terhadap

regulasi dan persyaratan bangunan. Tanpa perizinan yang sesuai, penerbitan

SLF dan PBG tidak akan dapat dilakukan. Hal ini dapat berdampak pada

legalitas bangunan dan juga membahayakan keselamatan penghuni dan

pengguna bangunan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memperoleh

perizinan yang diperlukan sebelum memulai pembangunan dan memastikan

bahwa bangunan gedung memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah

setempat.

Dalam Peraturan Pengganti Undang – Undang No 2 Tahun 2022 tentang

Cipta Kerja pada Pasal 24 menyatakan : Bahwa pemilik gedung memiliki

kewajiban untuk memelihara dan/atau merawat bangunan gedung secara

berkala, memperbaiki bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi,

dan membongkar bangunan gedung apabila berpotensi menimbulkan bahaya

dalam pemanfaatannya.

Pemerintah sebagai pengawas bangunan gedung diatur dalam Pasal 2

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021 Tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang

Bangunan Gedung
59

Universitas Kristen Maranatha


DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

Pasal 2 Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai:

a. fungsi dan klasihkasi Bangunan Gedung;

b. Standar Teknis;

c. proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung;

d. sanksi administratif;

e. peran Masyarakat; dan

f. pembinaan.

Menurut penulis bahwa PBG dan SLF adalah mekanis yang sangat penting

dalam memastikan standar keselamatan dan kelayakan bangunan. Namun, jika

pemilik bangunan gedung tidak memiliki PBG dan SLF, Pemerintah

memastikan dan melakukan pengawasan bahwa pembangunan gedung tetap

aman dan sesuai dengan regulasi yang berlaku, mengenai hal ini didukung juga

dengan hasil wawancara kepada Dinas Cipta Karya Bina Kontruksi dan Tata

Ruang serta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

sebagaimana yang dibawah ini :

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan untuk mengetahui risiko yang

dapat ditimbulkan adalah timbulnya peringatan yang dimana pemilik gedung

mengurus perizinannya kembali maksimal sampai 3x apabila peringatan

melebihi jumlah maksimal maka akan disegel. Langkah yang harusdilakukan

adalah mengurusi perizinan sesuai dengan aturan dan teknis yang ada yang

dilakukan di diciptabintar, lalu selanjutnya nanti diserahkan kedpmptsp. Pada

praktiknya di lapangan terdapat wasdal yang memiliki tugas salsah satunya

untuk mengecek apakah suatu bangunan Gedung yang memiliki


60

Universitas Kristen Maranatha


DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

izin atau tidak. Penulis berpendapat risiko yang dapat ditimbulkan pemilik

bangunan Gedung yang tidak memiliki SLF antara lain seharusnya dihentikan

sementara sampai memilik SLF tersebut. Diberikan pembatasan kegiatan

pembangunan. Tanggung jawabnya adalah memastikan perencanaan bangunan

itu sesuai dengan teknis (SNI dll) kemudian berlanjut ke pembangunan,

kemudian nanti wasdal itu ada penilik ke lapangan yang mana memastikan

bahwa pembangunan tersebut sudah sesuai perencanaan atau tidak.

Syarat yang harus dipenuhi yaitu Persyaratan administrasi (ktp, surat tanah,

dll) , dokumen perencana dan persyaratan teknis, kemudian selanjutnya nanti

masing – masing kontraktor ini ada SKA (surat keahlian) penanggung jawab

perencana (arsitektur), kemudian ada pengecekan ukuran lapangan sudah

sesuai apa tidak yang pada akhirnya hal – hal tersebut di upload di website

simbg. Pengawasan dilakukan dengan merujuk pada Peraturan Pemerintah

Nomor 16 Tahun 2021 yang mana jika pemohon sudah mendapatkan PBG,

maka diharuskan untuk melapor ke diciptabintar setelah itu pihak diciptabintar

akan mengirim ke wasdal dan wasdal akan mengirim penilik bangunan, apabila

ada satu tahap yang tidak sesuai maka pembangunan nya dihentikan sementara

terus dikembalikan ke rencana awal. Konsekuensinya adalah dilakukan

penyegelan terhadap bangunan terkait dan apabila dalam hal pembangunan

tidak sesuai aturan maka akan dikenakan sanksi. Tanggung jawab pemilik

Gedung adalah melakukan pemeliharaan terhadap bangunan, melakukan cek

berkala terhadap dokumen SLF dikarenakan ada masa perpanjangnya 5 tahun,

apabila terdapat perubahan di bangunan maka akan berpengaruh ke dalam PBG


61

Universitas Kristen Maranatha


DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

Masyarakatkan dapat melapor ke langsung ke diciptabintar atau bisa melapor

secara online di lapor.id agar tidak memakan waktu. Koordinasi antara Instansi

tersebut dilihat dan tergantung bangunan, semakin rumit bangunan semakin

banyak izin yang harus diperlukan

Dinas Cipta Karya Bina Kontruksi dan Tata Ruang serta Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu memastikan bahwa regulasi terkait

pembangunan gedung selalu diperbarui dan disesuaikan dengan perkembangan

teknologi dan kebutuhan masyarakat. Mengenai hal ini menginduk kepada

kementrian pupr. Dinas Cipta Karya Bina Kontruksi dan Tata Ruang dengan

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu terkait dengan

bangunan Gedung terutama dalam hal penerbitan SLF dan PBG yaitu dalam

hal administrasi dan teknis di diciptabintar yang mana sampai dikeluarkannya

nilai retribusi dan diturunkan ke dpmpts sebagai pihak yang menerbitkan pbg

dan slf . Prosedur dan diagram alur penerbitan SLF dan PBG di dasarkan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung di lampiran

3.38

Berdasarkan pernjelasan dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu mengenai prosedur penerbitan PBG didasarkan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung.

Pada pasal 261 ayat (7) disebutkan bahwa Penerbitan PBG sebagaimana

38
Wawancara dilakukan oleh Bapak Rizki dan Bapak Ivan Bagian staff Diciptabintar pada tanggal
10 Mei 2023
62

Universitas Kristen Maranatha


DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan setelah DPMPTSP mendapatkan

bukti pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (6). Pada pasal

261 ayat (8) disebutkan bahwa Penerbitan PBG sebagaimana dimaksud

pada ayat (7) dilakukan oleh DPMPTSP. Pada pasal 301 ayat (2)disebutkan

bahwa Dalam hal penyedia jasa Pengkaji Teknis atau Dinas Teknis

mengeluarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 299ayat (2)

huruf c, Pemilik atau Pengguna dapat mengajukan surat keterangan

pemanfaatan sementara kepada DPMPTSP.39

Dapat disimpulkan pemerintah memiliki tanggung jawab dengan

melakukan pengawasan terhadap bangunan gedung. Berdasarkan hasil

wawancara yang menyebutkan bahwa pemilik Gedung tersebut wajib

memiliki SLF dan PBG agar pemerintah dapat melaksanakan

penyelenggaraan bangunan gedung sesuai peraturan yang berlaku terutama

dalam hal perencanaan bangunan yang sudah sesuai dengan teknis Standar

Nasional Indonesia kemudian berlanjut ke pembangunan. Dalam hal ini

terdapat pihak Wasdal yang bertugas sebagai penilik lapangan dengan

tujuan untuk memastikan bahwa pembangunan bangunan Gedung tersebut

sudah sesuai perencanaan atau tidak terutama dalam hal Persetujuan

Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Pada dasarnya

pemerintah dalam hal mengawasi bangunan gedung, memastikankeamanan

dan keselamatan masyarakat. Bangunan gedung yang tidak

39
Wawancara dilakukan oleh Bapak Wendi Wardana Bagian Kasi DPMPTSP pada tanggal 19 Mei
2023

63
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

memiliki SLF dan PBG dapat menjadi risiko serius bagi penghuninya dan

masyarakat sekitarnya.

Dengan memperketat pengawasan pemerintah dapat mencegah

pembangunan ilegal atau tidak aman yang dapat mengancam kepentingan

publik. Bangunan yang tidak mematuhi standar konstruksi dan desain dapat

memiliki efek negatif terhadap lingkungan sekitarnya, seperti polusi,

penggunaan energi yang tidak efisien, atau dampak lainnya. Pemerintah

memiliki peran dalam melindungi hak-hak konsumen. Dengan memastikan

bahwa bangunan gedung memiliki SLF dan PBG, pemerintah dapat

memastikan bahwa pembeli atau penghuni gedung memiliki akses terhadap

informasi yang akurat tentang keamanan dan kelayakan bangunan. Hal ini

akan membantu melindungi konsumen dari praktik penipuan atau kerugian

finansial yang mungkin terjadi akibat pembangunan yang tidak sesuai

dengan standar.

Pemilik bangunan gedung memiliki tanggung jawab yang penting

terhadap bangunan yang tidak memiliki Persetujuan Bangunan Gedung

(PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Terlihat berdasarkan pasal di

Peraturan Pengganti Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2022 pasal 40 ayat

(2) , sebagai pemilik tanggung jawab utama adalah memastikan bahwa

bangunan gedung memenuhi semua persyaratan peraturan dan perundangan

yang berlaku yang mana dalam hal ini termasuk memperoleh PBG dan SLF

dari otoritas yang berwenang sebelum bangunan digunakan. Dengan

mematuhi peraturan membantu menjaga keamanan, keselamatan, dan


64
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

kenyamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Pemilik bertanggung jawab

untuk membangun dan merawat bangunan dengan standar konstruksi yang

baik. Hal Ini melibatkan penggunaan material yang berkualitas, pengawasan

yang cermat selama pembangunan, dan pemeliharaan rutin untuk

memastikan integritas struktural bangunan tetap terjaga. Jika bangunan

tidak memiliki SLF atau PBG, penting untuk melakukan peninjauan ulang

dan perbaikan yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan, seperti yang

dijelaskan di Peraturan Pengganti Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2022

pasal 40 ayat (2) huruf a sampai dengan e yang memuat bahwa Dalam

Penyelenggaraan Bangunan Gedung, Pemilik Bangunan Gedung

mempunyai kewajiban :

a. Menyediakan rencana teknis Bangunan Gedung yang memenuhi

standar teknis Bangunan Gedung yang ditetapkan sesuai dengan

fungsinya;

b. Memiliki Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)

c. Melaksanakan pembangunan Bangunan Gedung sesuai dengan rencana

teknis;

d. Mendapat pengesahan dari Pemerintah Pusat atas perubahan rencana

teknis Bangunan Gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan

bangunan; dan

e. Menggunakan penyedia jasa perencana, pelaksana, pengawas, dan

Pengkaji Teknis yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

65
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

peraturan perundang – undangan untuk melaksanakan pekerjaan terkait

Bangunan Gedung.

Pemilik bangunan gedung memiliki tanggung jawab untuk

melindungi penghuni bangunan dari risiko dan bahaya yang mungkin timbul

akibat ketidakpatuhan terhadap peraturan yang meliputi memastikan instalasi

listrik dan pemadam kebakaran yang aman, kelengkapan tangga darurat,

penerangan yang memadai, dan perlengkapan keselamatan lainnya. Jika

bangunan tidak memiliki SLF dan PBG, mengambil tindakan yang diperlukan

untuk memastikan bahwa bangunan memenuhi standar keamanan. Tanggung

Jawab secara Hukum dengan adanya PBG dan SLF merupakan persyaratan

hukum yang harus dipenuhi Pemilik bangunan gedung. Sebagai pemilik

bangunan, harus memahami implikasi hukum dari tidak memiliki dokumen

tersebut salah satunya dapat terkena sanksi dan denda, bahkan dapat

diperintahkan untuk menutup bangunan jika tidak memenuhi persyaratan.

Seperti yang dijelaskan di Peraturan Pengganti Undang – Undang Nomor 2

Tahun 2022 Pasal 44 sampai dengan pasal 46 yang memuat bahwa (44) Setiap

Pemilik Bangunan Gedung, Pengguna Bangunan Gedung, Penyedia Jasa

Konstruksi Profesi Ahli, Penilik, dan/atau Pengkaji Teknis yang tidak

memenuhi kewajiban pemenuhan fungsi, persyaratan, dan/atau

Penyelenggaraan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Undang –

Undang ini dikenai sanksi administratif. (45) Sanksi administratif sebagaimana

dimaksud dalam pasal 44 berupa :

a. Peringatan tertulis;
66
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

b. Pembatasan kegiatan pembangunan;

c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan

pembangunan;

d. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan Bangunan Gedung;

e. Pembekuan Persetujuan Bangunan Gedung;

f. Pencabutan Persetujuan Bangunan Gedung;

g. Pembekuan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;

h. Pencabutan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung; atau

i. Perintah Pembongkaran.

Disisi lain, apabila Pemilik Bangunan Gedung tidak memenuhi persyaratan

perizinan dan mengakibatkan timbul nya kerugian kepada orang lain atau

pengguna Gedung maka akan dikenakan sanksi pidana sebagaimana termuat

dalam Peraturan Pengganti Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2022 pada pasal

46 angka (1), (2) dan (3) :

(1) Setiap Pemilik Bangunan Gedung dan/atau Pengguna Bangunan Gedung

yang tidak memenuhi ketentuan dalam Undang – Undang ini dipidana

penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak 10%

(sepuluh persen) dari nilai Bangunan Gedung jika karenanya

mengakibatkan kerugian harta benda orang lain.

(2) Setiap Pemilik Bangunan Gedung dan/atau Pengguna Bangunan Gedung

yang tidak memenuhi ketentuan dalam Undang – Undang ini dipidana

penjara paling lama 4 (empat) tahun atau pidana denda paling banyak 15%

(lima belas persen) dari nilai Bangunan Gedung jika karenanya


67
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain yang mengakibatkan cacat

seumur hidup.

(3) Setiap Pemilik Bangunan Gedung dan/atau Pengguna Bangunan Gedung

yang tidak memenuhi ketentuan dalam Undang – Undang ini dipidana

penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak 20%

(dua puluh persen) dari nilai Bangunan Gedung jika karenanya

mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

Oleh karena itu, pemilik bangunan gedung perlu bertanggung jawab secara

hukum dengan memperoleh persyaratan PBG dan SLF yang diperlukan.

Dengan demikian, keberadaaan PBG dan SLF sebagai persyaratan perizinan

sangat penting adanya terutama untuk menjamin terlaksanakannya

pengimplementasian peraturan perundang – undangan yang ada sertamenjamin

keamanan masyarakat baik sebagai pengguna bangunan gedung ataumasyarakat

sekitar.

68
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

B. Pengaturan penerbitan SLF dan PBG pasca terbitnya Undang – Undang

Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja

menjadi Undang-Undang Jo. Undang – Undang No 11 Tahun 2020

Tentang Cipta Kerja.

Pada dasarnya pengaturan yang berkaitan dengan penerbitan slf dan pbg

diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2023

Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja yang mana Undang-Undang ini

menghapus ketentuan mengenai persyaratan administratif bangunan gedung,

persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung,

dalam undang - undang ini juga terdapat perubahan dalam Pasal 7 Undang –

Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, sehingga

berdasarkan perubahan tersebut persyaratan mengenai bangunan gedung

adalah memenuhi standar teknis bangunan gedung. Disisi lain, dalam Pasal 24

Undang – Undang Penetapan Perpu Cipta Kerja yang mengatur mengenai

perubahan Undang – Undang No. 28 Tahun 2002 memuat mrngenai

Persetujuan Bangunan Gedung, standar teknis bangunan gedung, pihak

penyelenggara bangunan gedung, prosedur, wewenang dan sanksi, kemudian

berdasarkan Pasal 24 Angka 4 Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2023

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang mengubah Pasal

7 ayat (1) Undang Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
69
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

yang mengatur setiap bangunan gedung harus memenuhi standar teknis

bangunan gedung sesuai fungsi dan klasifikasi.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mengubah,

menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang diatur

dalam:

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2OO2 tentang Bangunan Gedung

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO2 Nomor I34,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); dan

b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2Ol7 tentang Arsitek (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 179, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108).

Pada dasarnya permohonan pengajuan PBG (Persetujuan Bangunan

Gedung) harus dilakukan melalui beberapa tahap :40

1. Pemohon Upload Dokumen Persyaratan oleh Pemohon melalui tautan

https://smbg.pu.go.id

2. Lalu Dinas PUPR akan Verifikasi Pemenuhan Kelengkapan Persyaratan

Teknis dan Dokumen.

3. Dinas PUPR akan melakukan perhitungan Retribusi PBG.

4. DPMPTSP akan menyampaikan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi

Daerah) kepada pemohon.

40
https://smbg.pu.go.id diakses pada tanggal 4 Juni pukul 15.00 WIB

70
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

5. Pemohon Menyampaikan SSRD (Surat Setoran Retribusi Daerah) kepada

DPMPTSP setempat.

6. DPMPTSP akan menerbitkan PBG.

7. Penyerahan PBG kepada Pemohon.

Selanjutnya ada tahapan untuk pengajuan SLF (Sertifikat Laik Fungsi) : 41

1. Pemohon mengajukan permohonan dilengkapi dengan Dokumen

Administrasi dan Teknis.

2. Apabila Dokumen Administrasi dan Teknis dinyatakan lengkap, maka

akan dilaksanakan siding Tim TABG (Tim Ahli Bangunan Gedung)

dilanjutkan kunjungan ke lapangan.

3. Tim TABG menerbitkan Rekomendasi.

4. Hasil Rekomendasi dilakukan pembahasan dalam Rapat Pleno Tim

TABG.

5. Permohonan yang telah disetujui dalam Rapat Pleno ditandatangani

Bersama oleh tim dan diterbitkan Berita Acara Rapat Pleno dan Berita

Acara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan disertai kewajiban

pemohon untuk menyerahkan pernyataan kesanggupan melengkapi

kekurangan dari hasil Rekomendasi.

6. Diterbitkan Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kelaikan Bangunan

Gedung dan Sertifikat Laik Fungsi.

41
https://sippn.menpan.go.id/pelayanan-publik/8073482/pemerintah-kab-kudus/penerbitan-
sertifikat-laik-fungsi-slf diakses pada tanggal 5 Juni pukul 14.00 WIB
71
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

Pada dasarnya, hambatan atau permasalahan dalam sistem perizinan di

Indonesia antara lain : 42

1. Belum adanya sistem perizinan yang baku, integratif dan komperhensif,

sehingga dalam melakukan pengurusan sering dihadapkan pada

ketidakjelasan prosedur.

2. Banyaknya berbagai instansi yang mengeluarkan izin, sehingga dalam

melakukan pengurusan perizinan akan dihadapkan pada prosedur yang

berbelit – belit dan pada akhirnya akan menempuh waktu yang lama.

3. Tersebarnya pengaturan perizinan dalam berbagai peraturan perundang

– undangan. Keterntuan – ketentuan hukum ekonomi jika terlalu banyal,

tidak lengkap dan jelas akan menciptakan jalur birokrasi yang Panjang

dan tidak adil, akibatnya ketentuan – ketentuan hukum tersebut tidak

efektif dan memadai bahkan dapat menciptakan hambatan dan distorsi.

Tanggung jawab pemilik bangunan gedung terkait penerbitan

sertifikat laik fungsi dan persetujuan bangunan gedung meliputi kewajiban

untuk memperoleh izin mendirikan bangunan sebelum memulai

pembangunan, memenuhi persyaratan teknis dan administratif yang

ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta

memperoleh persetujuan bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi setelah

pembangunan selesai. Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak

42
Wieky Rusmanto, “Evaluasi Kebijakan Pelayanan dan Non Perizinan Kota/Kabupaten di
Wilayah Provinsi Jawa Barat” , Jurnal Ilmiah Magister Ilmu Administrasi (JIMIA) No. 2 Tahun XI
Juni 2017, hlm. 22
72
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

Tiswara sebagai pemilik bangunan gedung bahwa pemilik bangunan

gedung memiliki hambatan dalam mengajukan permohonan PBG dan SLF,

tidak semua pemilik gedung dapat mengerti secara cepat pendaftaran

permohonan izin secara online karena ketidakmampuan, sehingga perlu

pendamping. Dalam proses pengajuan permohonan, karena tidak mudah

maka ada pengeluaran diluar pengeluaran yang resmi untuk mengurus

perizinan. Website untuk mendaftar permohonan izin sering kali sulit

diakses, sehingga waktu penyelesaian perizinan memakan waktu yang lama.

Menurut penjelasan Bapak Tiswara sebagai pemohon, keterlambatan

pengerjaan perizinan dikarenakan kurangannya tenaga kerja.

Terlihat bahwasannya belum ada sistem perizinan yang jelas dan ter

integratif sehingga diperlukannya adanya sosialisasi yang lebih intens

kepada pemohon agar pemohon lebih paham terhadap sistem baru tentang

pembuatan PBG & SLF, terutama mengenai Peraturan Perizinan yang ada

di Peraturan Perundang – Undangan. Disisi lain sulitnya informasi yang

didapatkan mengenai berkas – berkas yang sedang di persiapkan oleh

Pemda. Pemilik Gedung diharuskan menerima dan mengetahui penjelasan

yang lebih detail dan lebih dipahami sebagai pihak pemohon sehingga akan

mempercepat proses penyelesaian. Pemilik bangunan harus secara aktif

mencari informasi dan mempelajari peraturan dan persyaratan yang berlaku.

Apabila terjadi kekurangan tenaga kerja, maka sudah seharusnya

disesuaikan dengan volume pekerjaan agar tidak perlu mengeluarkan biaya

73
Universitas Kristen Maranatha
DocuSign Envelope ID: 9944B1CA-48D2-4EA8-8830-E11F9DE92917

untuk memperkerjakan pekerja diluar struktur organisasi dinas dan tidak

berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Dengan demikian percepatan dan peningkatan permohonan persyaratan

perizinan Bangunan Gedung sudah seharusnya dimulai, dilaksanakan, serta

dikembangkan dan perlu ditata kembali agar hasil yang diberikan dari

pelayanan masyarakat dapat diberikan yang terbaik. Penting untuk bekerja

sama dengan otoritas setempat dan pihak berwenang terkait untuk mengatasi

ketidakpatuhan terhadap peraturan. Hal ini akan membantu menjaga nama baik

pemilik gedung yang bertanggung jawab dan melindungi kepentingan

penghuni dan masyarakat secara keseluruhan.

74
Universitas Kristen Maranatha

Anda mungkin juga menyukai