Anda di halaman 1dari 6

1.

Tanggal : 24 Januari 2022


Judul Kegiatan : Fogging di RT 11Kelurahan Jelutung dan MI Tarbiyyah Islamiyyah
Peserta hadir : Masyarakat, petugas puskesmas, peserta PIDI

Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia terutama di
wilayah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia sebagai salah satu Negara endemis DBD. Angka
kesakitan DBD menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun, namun angka kematian akibat
DBD dapat ditekan sampai dibawah angka 1%. Hal ini tidak lepas dari upaya pencegahan dan
pengendalian DBD, termasuk salah satunya pengasapan atau yang lebih dikenal dengan Fogging.
Fogging adalah penyemprotan insektisida untuk membunuh nyamuk. Karena insektisida adalah
racun maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan
organisme lain yang bukan sasarannya. Selain itu ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi
agar dapat dilaksanakan kegiatan fogging.

Permasalahan
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi DBD di RT 11 Kelurahan Jelutung, terdapat 2
warga yang menderita penyakit DBD

Perencanaan & intervensi


Pengasapan atau fogging siklus kedua akan dilaksanakan tanggal 24 januari 2022 di sekitar
RT 11 Kelurahan Jelutung dengan jarak radius 200 meter. Fogging akan dilaksanakan oleh
petugas terlatih dari Dinas Kesehatan Kota Jambi bekerjasama dengan petugas puskesmas
kebon handil. Selain itu, pelaksanaan fogging akan berkoordinasi pula dengan ketua RT
setempat.
Fogging akan dimulai dari lapangan RT 11 kemudian ke rumah-rumah dan termasuk
tempat umum yang ada di sekitar RT 11 dalam radius 200 meter.

Pelaksanaan
Fogging dilaksanakan pada tanggal 24 januari 2022 pukul 08.00 – 09.00, dimulai dari
lapangan RT 11 Kelurahan Jelutung. Kemudian fogging dilanjutkan di rumah-rumah (total
sekitar16 rumah) dan TK Al-Kautsar. Petugas yang melaksanakan kegiatan terdiri dari 5
orang dari dinas kesehatan kota jambi dan 4 orang dari puskesmas kebon handil (2 dokter
intersip dan 2 petugas kesling).
Petugas puskesmas membantu dalam mengkoordinir pelaksanaan fogging dengan
menghimbau warga meninggalkan rumah beserta hewan peliharaan, menutup makanan
serta memakai masker. Selain itu dilakukan edukasi terkait DBD dan pemberantasan
sarang nyamuk pada warga.

Monitoring & evaluasi


Fogging dilaksanakan dengan tertib. Akan tetapi pelaksaan fogging ini masih belum
memenuhi syarat. Menurut Pedoman Pencegahan dan Pengendalian DBD di Indonesia
yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI tahun 2017, Fogging baru dilakukan jika dari
hasil penyelidikan epidemiologi didapatkan minimal 1 penderita infeksi dengue dan atau >
3 penderita demam tanpa sebab yang jelas DAN ditemukan jentik (HI) > 5%. Pada
penyelidikan epidemiologi RT 11 Jelutung yang telah dilakukan sebelumnya tidak
ditemukan jentik, sehingga belum perlu dilakukan fogging.

RTL : meminta masyarakat membersihkan rumah dan barang barang yang terbuka saat
fogging, dan tetap melakukan pencegahan dbd yang lain seperti 3M plus dan larvasidasi
dengan abate.
2. Tanggal : 24 Januari 2022
Judul Kegiatan : Fogging di MI Tarbiyyah Islamiyyah
Peserta hadir : Masyarakat, petugas puskesmas, peserta PIDI

Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia terutama di
wilayah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia sebagai salah satu Negara endemis DBD. Angka
kesakitan DBD menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun, namun angka kematian akibat
DBD dapat ditekan sampai dibawah angka 1%. Hal ini tidak lepas dari upaya pencegahan dan
pengendalian DBD, termasuk salah satunya pengasapan atau yang lebih dikenal dengan Fogging.
Fogging adalah penyemprotan insektisida untuk membunuh nyamuk. Karena insektisida adalah
racun maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan
organisme lain yang bukan sasarannya. Selain itu ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi
agar dapat dilaksanakan kegiatan fogging.

Permasalahan
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi DBD di MI Tarbiyyah Islamiyah, terdapat
siswa yang menderita penyakit DBD dan Jentik di Sekitar Pekarangan sekolah
Perencanaan & intervensi
Pengasapan atau fogging siklus kedua akan dilaksanakan tanggal 24 januari 2022 di MI
Tarbiyyah. Fogging akan dilaksanakan oleh petugas terlatih dari Dinas Kesehatan Kota
Jambi bekerjasama dengan petugas puskesmas kebon handil. Selain itu, pelaksanaan
fogging akan berkoordinasi pula dengan kepala sekolah dan guru MI tarbiyyah
islamiyah.
Fogging akan dimulai dari kelas-kelas kemudian ke lapangan dan termasuk daerah
sekitar MI tarbiyyah dalam radius 200 meter.
Pelaksanaan
Fogging dilaksanakan pada tanggal 24 januari 2022 pukul 09.15 – 09.45, dimulai dari
gedung sekolah MI Tarbiyyah. Kemudian fogging dilanjutkan di Pekarangan dan Lapangan
sekolah. Petugas yang melaksanakan kegiatan terdiri dari 5 orang dari dinas kesehatan
kota jambi dan 4 orang dari puskesmas kebon handil (2 dokter intersip dan 2 petugas
kesling).
Petugas puskesmas membantu dalam mengkoordinir pelaksanaan fogging dengan
menghimbau siswa meninggalkan gedung sekolah, menutup makanan yang terbuka serta
memakai masker. Selain itu dilakukan edukasi terkait DBD dan pemberantasan sarang
nyamuk pada staff kependidikan MI Tarbiyah Islamiyyah.
Monitoring & evaluasi
Fogging dilaksanakan dengan tertib. Fogging ini telah memenuhi syarat. Menurut
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian DBD di Indonesia yang diterbitkan Kementerian
Kesehatan RI tahun 2017, Fogging baru dilakukan jika dari hasil penyelidikan epidemiologi
didapatkan minimal 1 penderita infeksi dengue dan atau > 3 penderita demam tanpa
sebab yang jelas DAN ditemukan jentik (HI) > 5%.

RTL : meminta pihak sekolah membersihkan lingkungan sekolah dan sekitarnya dan tetap
melakukan pencegahan dbd yang lain seperti 3M plus dan larvasidasi dengan abate.
2. Tanggal : 31 Januari 2022
Judul Kegiatan : Penyelidikan Epidemiologi DBD di RT 23 Kelurahan Jelutung
Peserta Hadir : Masyarakat, petugas puskesmas, peserta PIDI

Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia terutama di
wilayah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia sebagai salah satu Negara endemis DBD. Angka
kesakitan DBD menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun, namun angka kematian akibat
DBD dapat ditekan sampai dibawah angka 1%. Hal ini tidak lepas dari upaya dalam kewaspadaan
dini dan penanggulangan kasus yang ada. Salah satu kegiatan yang penting dalam penanggulangan
kasus adalah penyelidikan epidemiologi untuk mencari focus penularan penyakit DBD dengan hasil
yang diharapkan dapat ditindaklanjuti untuk pencegahan penyakit DBD.

Permasalahan
Terdapat laporan dari kader setempat mengenai adanya penderita DBD di RT 23
kelurahan jelutung.

Perencanaan & intervensi


Penyelidikan epidemiologi akan dilaksanakan pada hari senin, 31 januari 2022 di rumah
warga yang mengalami DBD dan lingkungan sekitarnya dengan radius 100 meter. Kegiatan
akan dilaksanakan oleh kader dan petugas puskesmas kebon handil. Selain itu,
pelaksanaan fogging akan berkoordinasi pula dengan ketua RT setempat.

Pelaksanaan
Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan pada hari senin 31 januari 2022 pukul 09.00 –
selesai. Kegiatan dihadiri oleh 1 orang kader jumantik dan 2 orang petugas puskesmas (1
dokter internship dan 1 orang petugas kesling). Terlebih dahulu, petugas meminta izin dan
koordinasi dengan ketua RT 23 Jelutung. Kemudian dilakukan kunjungan pada rumah
warga dengan DBD serta lingkungan sekitar dalam jarak 100 meter.
Ditemukan 1 warga dengan DBD yaitu :

An. C; 10 tahun  pasien sedang dirawat di RS Theresia, kondisi sudah membaik


Pasien siswa SD di Karunia Global School
Hasil pemeriksaan jentik di dalam dan luar rumah : (-)
Monitoring & evaluasi
Penyelidikan epidemiologi telah dilakukan sesuai dengan pedoman Pencegahan dan
Pengendalian DBD di Indonesia yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI tahun 2017.

RTL : Perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi pada sekolah pasien. Keluarga juga
diminta untuk mengingat tempat-tempat yang dikunjungi pasien sebelumnya yang
berisiko menjadi sumber penularan DBD. Lakukan edukasi pemberantasan sarang nyamuk
3m plus pada keluarga pasien.
Kegiatan cuci tangan 6 langkah pada murid TK RA Ahsan

Latar Belakang

Cuci tangan 6 langkah telah menjadi salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah. Cuci
tangan mampu untuk mengurangi angka diare sebanyak 45% dan merupakan salah satu protocol
kesehatan di era pandemic covid 19. Masih rendahnya perilaku cuci tangan pada masyarakat
dapat menimbulkan risiko penyebaran penyakit infeksi. Kelompok masyarakat yang paling mudah
untuk terserang peyakit infeksi adalah anak prasekolah. Hal tersebut disebabkan karena
kurangnya pengetahuan pada anak prasekolah sehingga mereka belum memahami pentingnya
cuci tangan 6 langkah untuk menjaga kesehatan

Permasalahan

1. Banyak murid prasekolah di TK RA Ahsan yang tidak mengetahui cara mencuci tangan 6
langkah sesuai anjuran WHO untuk mengurangi angka penyebaran infeksi
2. Murid banyak yang tidak tau pentingnya mencuci tangan

Perencanaan & pemilihan intervensi

- Melakukan kunjungan ke TK Ahsan

- Melakukan penimbangan berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala pada murid-murid

- Melakukan penyampaian singkat penting nya cuci tangan 6 langkah

- Menyampaikan tentang cara cuci tangan dan kapan waktu untuk cuci tangan

- Melakukan demo cara cuci tangan 6 langkah


- Melakukan praktek cara cuci tangan secara langsung bersama murid-murid

Pelaksanaan

Kegiatan cuci tangan 6 langkah dilakukan di TK RA Ahsan pada hari Senin, 22 Februari 2021.
Kegiatan dihadiri oleh 1 dokter gigi, 1 perawat Puskesmal paal x dan 1 dokter internsip. Kegiatan
didahului dengan Melakukan penimbangan berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala pada
murid-murid yang hadir di TK ahsan. Lalu dilanjutkan dengan penyampaian materi cuci tangan,
dimana materi yang disamapaikan berupa :

1. Pentingnya cuci tangan 6 langkah


2. Mengajarkan langkah cuci tangan seperti : Buka keran air dan basahi kedua tangan,
Gunakan sabun secukupnya dan oleskan ke kedua tangan, Gosokkan kedua
telapak tangan secara bergantian kemudian menggosok area di antara jari-jari
tangan dan juga punggung tangan, Bersihkan pula ujung jari secara bergantian
dengan gerakan mengunci, Bersihkan kedua ibu jari tangan secara bergantian
dengan menggenggam dan memutar ibu jari secara bergantian. Lalu, letakkan
ujung jari-jari ke telapak tangan, kemudian gosok perlahan. Lakukan secara
bergantian dengan tangan lainnya. Setelah itu, bilas kedua tangan dengan air yang
mengalir. Terakhir keringkan kedua tangan menggunakan handuk atau tisu kering
yang bersih.
3. Menjelaskan efek jika tidak cuci tangan yaitu mudahnya terjadi penyebaran infeksi
4. Menjelaskan waktu kapan saja dilakukan cuci tangan :
- sebelum makan
- Sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan.
- Sebelum dan sesudah merawat seseorang yang sedang sakit.
- Sebelum dan sesudah merawat luka.
- Setelah menggunakan toilet.
- Setelah bersin atau batuk.
- Setelah menyentuh sampah.
- Setelah menyentuh atau membersihkan kotoran hewan.

Kemudian dilanjutkan dengan melakukan demo cara cuci tangan 6 langkah. Kemudian melakukan
praktek cara cuci tangan bersama dengan murid-murid dengan menggunakan air mengalir dan
sabun.

Monitoring & Evaluasi

- Murid-murid sangat antusias saat melakkan gerakan mencucui tangan 6 langkah


- perlu dilakukan penerapan cuci tangan 6 langkah di sekolah

- Perlu tersediannya air mengalir, sabun cuci tangan dan tissue disekolah, agar anak-anak paham
akan pentingnya cuci tangan. Dan selalu melakukan cuci tangan setelah memegang sesuatu

Anda mungkin juga menyukai