NIM : 20200210100050
Kelas : D
BAB 1
A. Pendahuluan
Salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah untuk mening katkan
kesejahteraan rakyat Indonesia, baik materil maupun spiritual, yaitu dengan tersedianya
kebutuhan pokok: sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (perumahan) yang layak.
Tujuan lain adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yang berarti tersedianya pendidikan
dalam arti luas bagi seluruh rakyat. Kesejahteraan dan kecerdasan itu merupakan wujud dari
pembangunan yang berperikemanusiaan sebagaimana yang diamanatkan oleh Pancasila yang
telah diterima sebagai falsafah dan ideotogi negara Indonesia serta Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indoresia Tahun 1945 (UUD 1945). Pasal 27 ayat (2) Uncang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tanun 1945 menegaskan bahwa tiap-tiap warga negara
berhak untuk memperoleh hidup yang layak bagi kemanusiaan.
Untuk memperoleh hidup yang layak bagi kemanusiaan itu dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan dan kecescasan, perlu penyediaan barang dan jasa dalam jumlah
yang cinup. kualitas yang baik, can cengan harga yang terjangkau masyarakat. Kenyataan
menunjukkan bahwa di Indonesia telah tumbuh dan berkembang banyak industri barang can
jasa, baik yang berskala besar maspun kecil. terutama sejak dilaksanakannya pembangunan
nasional secara bertahap dan terencana metalui Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita).
Pertumbuhan dan perkembangan industry barang dan jasa di satu pihak membawa
dampak positif, antara lain, dapat disebutkan tersedianya kebutuhan dalam jumlah yang
mencukupi, mutunya yang lebih baik, serta adanya alternatif pilihan bagi konsumen dalam
pemenuhan kebutuhannya. Namun ada dampak negative yang tak bisa kita kesampingkan,
yaitu: dampak dari penggunaan teknologi itu sendiri serta prilaku bisnis yang timbulk arena
makin ketatnya persaingan yang memengaruhi masyarakat konsumen. Ketatnya persaingan
dapat mengubah perilaku kearah persaingan yang tidak sehat karena para produsen pelaku
usaha memiliki kepntingan yang saling berbenturan di antara mereka. Persaingan yang tidak
sehat ini pada gilirannya dapat merugikan konsumen.
BAB II
Produsen sering diartikan sebagai pelaku usaha yang menghasilkan barang dan jasa.
Dalam pengertian ini di dalamnya pembuat, grosir, leveransir dan pengecer professional,
yaitu setiap orang dan/atau badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa sehingga
sampai ke tangan konsumen. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahin 1999 tentang
perlindungan konsumen tidak memakai istilah produsen, tetapi memakai istilah lain yang
kurang lebih sama artinya, yaitu pelaku usaha diartikan sebagai berikut: “pelaku usaha adalah
setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang di dirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara republic Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
2. Konsumen umumnya
Diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka oleh
pengusaha, yaitu setiap orang yang mendapatkan barang untuk dipakau dan tidak untuk di
perdagangkan atau di perjual belikan lagi. Menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang nomor 8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen disebutkan: “konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyrakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk di perdagangkan”.
Dalam penegrtian luas produk ialah segal barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
proses sehingga produk berkaitan erat dengan dengan teknologi. Prosuk terdiri atas barang
dan jasa. Menurut pasal 1 angka 5 Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen: “jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang
disediakan bagi masyarakat untuk di manfaatkan oleh konsumen”.
Berikut ini adalah beberapa undang-undang di Indonesia yang pernah dijadikan
landasan hukum bagi pelaksana standarisasi industri, yaitu:
4. Peran pemerintah
Yaitu berkaitan dengan pemakaian teknologi yang maju supaya tujuan standarisasi
dan sertifikasi tercapai semaksimal mungkin, maka pemerintah perlu aktif dalam membuat,
menyesuaikan dan mengawasi pelaksanaan peraturan yang berlaku.
Berkaitan denga tujuan di atas, ada sejumlah asas yang terkansdung di dalam usaha
memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Perlindungan konsumen
diselenggarakan sebagai usaha Bersama seluruh pihak yang terkait, masyarakat, pelaku
usaha, dan Pemerintah berdasarkan 5 asas yang menurut pasal 2 Undang Undang Np 8 Tahun
1999 tentang perlindungan konsumen ini adalah:
1) Asas manfaat;
2) Asas keadilan;
3) Asas keseimbangan;
4) Asas keamanan dan keselamatan konsumen; serta
5) Asas kepastian hukum.