Anda di halaman 1dari 3

PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI

DINAS KESEHATAN
Alamat : Kebon Tutup RT 21 RW 3 Ketaon Banyudono Tlp.(0276) 3283 798

KERANGKA ACUAN
KEGIATAN SOSIALISASI DAN PENYULUHAN KESWA DAN NAPZA
UPTD PUSKESMAS BANYUDONO 1
KABUPATEN BOYOLALI
SELASA, 22 NOVEMBER 2016

I. PENDAHULUAN
Pada saat ini ada kecenderungan penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya
mengalami peningkatan. Data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT) yang
dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
1995 menunjukkan, diperkirakan terdapat 264 dari 1000 anggota Rumah Tangga
menderita gangguan kesehatan jiwa. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir ini,
data tersebut dapat dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan gejolak-gejolak
lainnya diseluruh daerah. Bahkan masalah dunia internasionalpun akan ikut memicu
terjadinya peningkatan tersebut.   
Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di beberapa negara
menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted Life
Years (DALY's) sebesar 8,1% dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh
masalah kesehatan jiwa. Angka ini lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan
penyakit Tuberculosis (7,2%), Kanker (5,8%), Penyakit Jantung (4,4%) maupun
Malaria (2,6%).        Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah
kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar
dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada dimasyarakat. Kesehatan
Jiwa masyarakat (community mental health) telah menjadi bagian masalah kesehatan
masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara.
Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah
dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya
perubahan dan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan
kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak
produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan
masyarakat sekitarnya.

Permasalahan Narkoba di Indonesia masih merupakan sesuatu yang bersifat


urgen dan kompleks. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir permasalahan ini
menjadi marak. Terbukti dengan bertambahnya jumlah penyalahguna atau pecandu
narkoba secara signifikan, seiring meningkatnya pengungkapan kasus tindak
kejahatan narkoba yang semakin beragam polanya dan semakin massif pula jaringan
sindikatnya.
Dampak dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya mengancam kelangsungan
hidup dan masa depan penyalahgunanya saja, namun juga masa depan bangsa dan
negara, tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, usia maupun tingkat pendidikan.
Sampai saat ini tingkat peredaran narkoba sudah merambah pada berbagai level,
tidak hanya pada daerah perkotaan saja melainkan sudah menyentuh komunitas
pedesaan.
Hal inilah yang menjadi kewaspadaan bagi kita, untuk selalu melakukan upaya
pencegahan pada berbagai tingkatan. Permasalahan narkoba sudah mewabah di
hampir semua negara di dunia, akibatnya jutaan jiwa mengalami ketergantungan
narkoba, menghancurkan kehidupan keluarga, mengancam keamanan dan ketahanan
berbangsa dan bernegara. Berdasarkan laporan badan dunia peserikatan bangsa-
bangsa untuk urusan narkoba dan kejahatan, UNODC (United Nations Office On
Drugs Crimes), upaya pengawasan narkoba yang ketat oleh negara-negara di dunia
telah dapat mengendalikan peredaran narkoba di Eropa, Amerika dan Asia.
Namun transaksi dan peredaran narkoba yang dilakukan oleh pelaku kejahatan
terorganisir (Organized Crime) ternyata terus meningkat sehingga perlu diperlukan
berbagai macam upaya untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan
narkoba. Penyalahguna narkoba menduduki rangking 20 dunia sebagai penyebab
angka kematian dan rangking ke 10 di negara sedang berkembang, termasuk
Indonesia. Penyalahguna narkoba   diketahui sangat rentan dan mudah
terjangkit HIV, Hepatitis dan Tubercolis, yang kemudian dapat menular ke
masyarakat umum.
Atas dasar inilah UNODC menganggap penyalahgunaan narkoba merupakan
masalah kesehatan. Dalam lingkup Negara Republik Indonesia, tingkat
penyalahgunan narkoba memberikan dampak yang luar biasa signifikan. Baik dari
sisi sosial maupun ekonomi. Berdasarkan data yang dihimpun oleh BNN, dari
tingkat pembiayaan urusan yang berkaitan dengan narkoba, negara mengeluarkan
anggaran sekitar 45 triliun, dengan perincian untuk membiayai Rehabilitasi,
pengobatan maupun proses hukum. Angka ini sangat fantastis untuk ukuran
Indonesia yang masih dalam tataran berkembang. Oleh karenanya diperlukan
kepedulian dari setiap komponen untuk bersama melakukan pencegahan dan
pemberantasan peredaran gelap narkoba.
Pencegahan, Pemberantasan dan Peredaran Gelap Narkoba, adalah meupakan
tanggung jawab bagi kita semua. Untuk mewujudkan targed yang sudah
dicanangkan, yakni menuju Indonesia bebas Narkoba tahun 2015. Dibutuhkan peran
bebagai pihak termasuk dalam hal ini masyarakat, untuk mampu berperan sentral
dalam kaitan tindak pidana narkotika. Disisi lain sistem penegakan hukum harus
berjalan secara fair dan penerapan aturan perundangan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Kita sebagai generasi bangsa sudah selayaknya untuk berfikir secara
sistematis dan memiliki fisi kedepan yang lebih baik, agar dapat mewujudkan
sesuatu yang positif bagi bangsa dan negara tercinta. 

II. TUJUAN
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa dan bahaya
narkoba.
2. Meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam upaya – upaya
pencegahan tentang penanganan kesehatan jiwa dan penyalahgunaan narkoba

III. PESERTA
Peserta Kegiatan ada 35 orang terdiri dari :
1. Perangkat desa dan tokoh masyarakat di 9 desa wilayah kerja Puskesmas
Banyudono 1 yang berjumlah 30 orang.
2. Karyawan Puskesmas Banyudono 1 yang berjumlah 5 orang

IV. KEGIATAN
● Sosialisasi dan Penyuluhan Keswa dan Napza

V. TEMPAT DAN WAKTU


● Tempat : UPTD Puskesmas Banyudono 1
● Waktu : 09.30 - selesai

VI. PROSES / PROSEDUR KEGIATAN


 Pembukaan
 Menyanyikan lagu Indonesia Raya
 Sambutan – sambutan
 Coffe break
 Materi : Kesehatan jiwa (keswa) dan Napza dari Dinas kesehatan Kab. Boyolali
 Materi : Napza dari Kapolsek Banyudono
 Istirahat
 Tanya jawab
 Penutup

VII. SUMBER DANA


DAK NON FISIK BOK Tahun 2016 satker Dinas Kabupaten Boyolali dengan rincian
sebagai berikut :
Konsumsi : 35 dus X Rp. 25. 000 = Rp 875.000
Penggandaan : 180 lbr X Rp. 250 = Rp 45.000
Honor Narsum : 2 OT X Rp. 200.000 = Rp 400.000
Transport peserta : 30 OT X Rp 35 .000 = Rp 1.050.000+
JUMLAH = Rp 2.370.000
Mengetahui
Kepala Puskesmas Banyudono I

dr.Evy Eko Sunaryati


19690314 200701 2 023

Pelapor Kegiatan

Asri Kusmiyati, S.Kep


19830228 201001 2 014

Anda mungkin juga menyukai