OLEH
NIM : 2118027
MAKASSAR
1
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa seseorang bukan hanya sebatas gangguan jiwa, akan tetapi sehat jiwa
sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh semua orang dalam menjalani hidup (Kemenkes RI,
2011).
Sehat jiwa merupakan satu kondisi optimal seseorang melalui perkembangan fisik,
intelektual dan emosianal, yang berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Sehat secara
sosial adalah kehidupan seseorang dalam masyarakat, dimana seseorang mampu untuk
untuk bekerja, beristirahat dan menikmati liburan (Eliana et al, 2016). Jadi kesehatan jiwa
merupakan bagian yang tidak bisa terlepas dari kesehatan secara keseluruhan demi
keberlangsungan hidup.
Corona Virus Diseases Tahun 2019 atau Covid 19 adalah jenis baru dari corona virus.
Berdasarkan data Wikipedia, (2020), saat ini prevalensi kejadian Covid 19 per tanggal 11
November 2020 di seluruh dunia tercatat berjumlah 51.595.737 kasus dengan prevalensi
tertinggi yaitu Amerika Serikat sebanyak 10.331.929 kasus, dan Indonesia berada diurutan
ke 21 kasus tertinggi yaitu sebanyak 444.348 kasus, sedangkan di Provinsi Gorontalo jumlah
hidup baru dikehidupan masyarakat. Pandemi Covid 19 tidak hanya berdampak pada mereka
yang terinfeksi saja, tetapi pada semua masyarakat, baik dari segi ekonomi, kehidupan
sosial, kesehatan raga, dan interaksi dengan masyarakat luas. Mental Health atau Kesehatan
jiwa menjadi salah satu dampak yang mengancam masyarakat selama pandemi Covid-19
berlangsung. Dampak positif dengan kondisinya yang sehat jiwa tersebut, maka seseorang
dapat menyesuaikan dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungannya,
sedangkan pada kondisi gangguan kesehatan mental yang terjadi selama pandemi Covid 19
dan kegelisahan akibat pandemi Covid 19. Banyaknya berita buruk yang diterima membuat
masyarakat cemas akan hidup diri mereka sendiri, keluarga, teman dan bahkan lingkungan
Keberlangsungan hidup setiap individu dapat menampakkan dirinya sehat jiwa atau
tidak. Hasil analisa yang dilakukan secara nasional prevalensi penduduk yang mengalami
gangguan mental emosional pada usia ≥ 15 tahun sebesar 9,8% dengan subyek yang
dianalisa berjumlah 37.728 orang. Dari 34 Provinsi di Indonesia, Provinsi Gorontalo berada
diposisi kedua yaitu sebesar 19,8% (Riskesdas, 2018). Di tahun 2018 hasil menunjukkan
prevalensi depresi pada penduduk umur ≥ 15 tahun secara nasional sebesar 6,1% dan
Provinsi Gorontalo berada pada posisi kedua terbesar dalam prevalensi depresi pada
Penelitian terkait gangguan mental pernah dilakukan oleh Nurjanah (2020), yang
bertujuan mengetahui gambaran gangguan mental pada klien Covid 19 yang berada di
nyaman berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dan mampu memenuhi kebutuhan
hidup. Kemenkes berpendapat bahwa setiap orang tidak selamanya dalam rentan sehat jiwa,
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan laut dan daratan. Kondisi tersebut
menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari berbagai aktivitas dan fenomena di
darat maupun di laut. Secara umum aktivitas masyarakat pesisir meliputi aktivitas ekonomi
serta aktivitas lainnya yang memanfaatkan lahan darat, lahan air dan laut terbuka (Pinto,
2015). Wilayah pesisir yang panjang disertai keaneka ragaman suku menyebabkan hampir
disetiap pesisir Indonesia di dominasi oleh masyarakat nelayan (Karman et al, 2016).
kebutuhan hidupnya, maka dapat menghasilkan pula produk sisa (limbah) yang menjadi
bahan pencemar (polutan) yang cepat lambat sebagian polutan akan sampai ke laut. Hal ini
dapat menyebabkan masalah pada lingkungan dan masalah kesehatan masyarakat khususnya
masalah lingkungan, perilaku dan sosial. Pinto (2015) juga mengungkapkan bahwa
banyaknya aktivitas daerah pesisir dapat berdampak pada lingkungan, ekonomi, fisik dan
sosial, yang apabila tidak tertangani dengan baik maka dapat menyebabkan permasalahan
berbeda-beda, dimana setiap orang yang terganggu kesehatannya akan mencari jalan untuk
menyembuhkan dirinya dari gangguan kesehatan atau penyakit yang dideritanya. Wilayah
pesisir bisa dikatakan jauh dari pusat kota yang memungkinkan terjadinya masalah
kesehatan disebabkan oleh akses yang kurang memadai karena terpisahkan oleh laut
(Madjid, 2018). Berdasarkan penelusuran data pada masyarakat pesisir di Indonesia, bahwa
angka jumlah penduduk miskin di wilayah pesisir cukup besar, yakni mencapai 32,14
persen dari jumlah total penduduk miskin Indonesia. Penduduk miskin pesisir hampir 2 kali
Salah satu daerah di Provinsi Gorontalo yang memiliki wilayah pesisir adalah
Kabupaten Gorontalo utara, dimana potensi wilayah laut dan pesisir berada di sepanjang
garis pantai 317.39 km. Salah satu desa di Kabupaten Gorontalo Utara yang terletak di
sebuah pulau adalah Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, dimana akses transportasi
menuju desa ini harus menggunakan perahu dan menyebrangi laut. Akses yang terpisahkan
oleh laut ini membuat masyarakat Desa Ponelo mengalami kesulitan terutama dalam
karena sampah yang berserakan disepanjang pesisir pantai, kondisi rumah penduduk yang
belum sesuai dengan syarat rumah sehat, fasilitas dan pelayanan kesehatan yang belum
Masyarakat Desa Ponelo tidak luput pula dari dampak pandemi Covid 19 yang
terkonfirmasi mulai awal Maret Tahun 2020. Covid 19 memberikan dampak multiple stres,
mulai dari kekhawatiran tertular covid 19, khawatir akan meninggal dan kehilangan anggota
keluarga, hingga stres akibat kehilangan pekerjaan. Hingga saat ini, hampir seluruh sektor
terdampak, tak hanya kesehatan, sektor ekonomi juga mengalami dampak serius akibat
pandemi virus corona. Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang
kemudian berimbas pada perekonomian masyarakat yang 5ada di Desa Ponelo, Kecamatan
bahwa rata-rata masyarakat masih tergolong miskin. Status ekonomi yang kurang stabil ini
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan cara perilaku hidup bersih dan sehat oleh
masyarakat tersebut (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data dari Puskesmas Ponelo, jumlah
pasien yang memiliki gangguan jiwa di Kecamatan Ponelo ada 8 orang pasien, dimana
menurut hasil wawancara dengan salah satu perawat di puskesmas bahwa masyarakat yang
memiliki gangguan mental dipicu oleh rasa ketakutan dan kecemasan akan sesuatu hal
seperti kondisi keluarga yang kurang mampu, kehilangan pekerjaan, hingga masyarakat
yang biasanya bekerja dikantor, sekolah maupun ditempat lain, saat ini mau tidak mau harus
bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) selama masa pandemi covid 19.
mengungkapkan bahwa kecemasan yang dialami oleh mereka disebabkan oleh kondisi
keuangan dan kesulitan ekonomi dimasa pandemi covid 19, 2 orang mengungkapkan stres
karena selama masa pandemi covid 19 pendapat mereka semakin berkurang, dan 2 orang
penelitian tentang Gambaran Mental Health Masyarakat Di Wilayah Pesisir Desa Ponelo
Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara Dimasa Pandemi Covid 19.
1.2.1. Prevalensi kejadian Covid 19 per tanggal 11 November 2020 di seluruh dunia tercatat
sebanyak 10.331.929 kasus, dan Indonesia berada diurutan ke 21 kasus tertinggi yaitu
pada usia ≥ 15 tahun sebesar 9,8% dengan subyek yang dianalisa berjumlah 37.728
orang. Dari 34 Provinsi di Indonesia, Provinsi Gorontalo berada diposisi kedua yaitu
1.2.3. Akses di Desa Ponelo terpisahkan oleh laut yang membuat masyarakat mengalami
1.2.4. Menurut Gorontalo Utara Environmental Health Risk Assesment (EHRA, 2016)
1.2.5. Data dari Puskesmas Ponelo, jumlah pasien yang memiliki gangguan jiwa di
Kecamatan Ponelo ada 8 orang pasien. Hasil wawancara dengan salah satu perawat di
puskesmas bahwa masyarakat yang memiliki gangguan mental dipicu oleh rasa
ketakutan dan kecemasan akan sesuatu hal seperti kondisi keluarga yang kurang
sekolah maupun ditempat lain, saat ini mau tidak mau harus bekerja dari rumah atau
mengungkapkan bahwa kecemasan yang dialami oleh mereka disebabkan oleh kondisi
keuangan dan kesulitan ekonomi dimasa pandemi covid 19, 2 orang mengungkapkan
stres karena selama masa pandemi covid 19 pendapat mereka semakin berkurang, dan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mental health
masyarakat di wilayah pesisir Desa Ponelo Kabupaten Gorontalo Utara dimasa pandemi
covid 19.
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi
instansi terkait.
a. Bagi penulis
b. Bagi Responden/Masyarakat
8
Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan mental health, serta menjadi bahan kajian lebih lanjut dengan
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Prabowo (2014) kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang
terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan juga gejala-gejala penyakit jiwa
(psychose).
Menurut WHO (2014) kesehatan jiwa merupakan kesejahteraan setiap individu dalam
menjalani hidup dengan ditandai adanya kesadaran dari masing-masing individu terhadap
potensi dirinya sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dalam kehidupan, dapat
melaksanakan pekerjaannya secara produktif dan baik serta mampu berkontribusi untuk
kesehatan jiwa dibagi atas ODMK dan ODGJ. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK)
adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa.
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan
atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
Menurut Word Health Organization (WHO) kesehatan jiwa adalah keadaan dimana
individu terbebas dari gangguan jiwa, bersikap dewasa melalui kepribadian yang selalu
menampakkan sikap positif. Kesehatan jiwa yaitu keadaan dimana seseorang selalu berpikir
10
positif dan ditandai tidak adanya perasaan tertekan baik secara fisik dan psikologis yang
disebabkan oleh stressor dari luar ataupun dari dalam yang dapat mempengaruhi kestabilan
emosi, sehingga individu mampu mengendalikan diri dari stressor tesebut (Nasir & Muhith,
2011).
Kesehatan Jiwa atau mental mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional dan
spiritual. Pikiran sehat dapat tercermin dari cara berpikir dan jalan pikiran, emosional sehat
gembira, khawatir, sedih dan sebagainya. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan terhadap sesuatu hal, misalnya dalam
praktik keagaman, menjalankan ibadah dan aturan agama yang dianutnya (Sumampouw,
2019).
Menurut Mental Health Inventory (MHI) kesehatan jiwa dibagi menjadi dua yaitu
psychological well being dan psychological distress. Melalui MHI masalah kesehatan jiwa
dapat diukur berdasarkan psychological well being dan psychological distress (Veit dan
Ware, 1983).
Suatu kondisi kesehatan jiwa yang menggambarkan life satisfaction, emotional ties dan
perkawinan dan lain sebagainya. Kemudian evaluasi bersifat efektif yang mencakup
Umumnya seseorang merasa hidup sesuai merasa mudah santai, seperti hidup tanpa
beban pikiran dan merasa bebas dari ketegangan kehidupan, merasa bahagian
sehingga hari-harinya dipenuhi keceriaan, merasa damai dan tenang serta bersyukur
kehidupan, kepuasan terhadap kehidupan saat ini, kepuasan hidup di masa lalu,
kepuasan hidup di masa mendatang dan penilaian orang lain terhadap kehidupan
d) Kalau saya menjalani hidup selamanya, tidak ada yang saya ubah.
Ikatan emosional merupakan hubungan emosional yang dekat antara dua orang
dengan dasar adanya kasih sayang, sehingga masing-masing orang merasa mencintai
dan dicintai serta merasa disayangi dan dibutuhkan (Nurhadi, 2014). Keterikatan
hubungan antara ibu dan anak. Attachment mengacu pada suatu realisasi antara dua
orang memiliki perasaan yang kuat untuk melanjutkan hubungan tersebut dengan
melakukan banyak hal bersama. Jadi dapat disimpulkan bahwa emotional ties (ikatan
ikatan antara individu dan individu lain sebagai mahluk sosial (Desmita, 2009).
Menurut Dianer (2011) Affect atau afeksi adalah evaluasi dari semua kejadian
dan afeksi negatif. Afeksi positif dan negatif merupakan suatu gambaran pengalaman
yang terjadi dalam kehidupan individu. Evaluasi gambaran yang dimaksud berupa
emosi dan mood (suasana hati). Mood atau dikenal dengan suasana hati memiliki
nilai kualitas tersendiri yaitu bisa bernilai positif dan bisa juga bernilai negatif.
Suasana hati (mood) bertahan lebih lama dibandingkan emosi akan tetapi dari segi
Disaat emosi dikategorikan sebagai positif dan negatif maka keadaan ini
menjadi suasana hati (mood). Jadi dapat dikatakan bahwa afek positif adalah sebuah
dimensi suasana hati yang berasal dari berbagai macam emosi positif berupa masa
a) Terlihat tenang dan saat mengerjakan sesuatu seolah menikmati hal tersebut
b) Selalu senang dalam memikirkan hal-hal positif terhahap sesuatu yang diimpikan
dimasa depan
Afek negatif adalah suatu dimensi suasana hati yang ditandai dengan adanya
perasaan sedih, kecemasan, kemarahan, stres dan lain-lain. Jadi menilai seseorang
dalam keadaan afek positif dengan melihat frekuensi munculnya emosi-emosi positif,
sedangkan seseorang dalam afek negatif dapat diukur dengan adanya frekuensi
munculnya emosi-emosi negatif. Kedua afek ini harus diukur terpisah karena
Kepuasan hidup, dan banyaknya afek negatif serta afek positif dapat saling
berkaitan, karena pada saat seseorang melakukan penilaian pada diri sendiri mengenai
saat melakukan penilaian. Walaupun kepuasan hidup dan afek ini berkaitan tetap saja
kepuasan hidup merupakan penilaian mengenai hidup seseorang baik secara
menyeluruh maupun secara spesifik, sedangkan afek positif dan afek negatif
merupakan suatu reaksi yang berkelanjutan terhadap kejadian yang dialami oleh
seseorang.
Menurut Yusuf (2011) stres adalah perasaan yang timbul seperti tidak nyaman,
perasaan tidak enak baik secara fisik atau psikis sebagai respon atau reaksi individu
1) Anxiety
seseorang merasa cemas akan tetapi tidak ada penyebabnya.Perasaan yang timbul
diakibatkan karena dia merasa akanterjadi sesuatupadahal tidak ada yang perlu
State anxiety merupakan reaksisementara yang timbul pada situasi tertentu, yang
a) Ketegangan mental :
(1) Cemas, suatu perasaan takut seperti was-was14dan rasa tidak nyaman yang
dialami individu
(2) Bingung, keadaan individu tidak mampu menentukan arah yang dituju.
Bingung ditandai juga dengan seseorang tidak mengerti, kurang jelas dan lain
sebagainya.
(4) Gugup merupakan keadaan dimana individu sering merasa tidak tenang,
b) Ketegangan fisik :
(1) Perasaan gelisah, dimana individu mengalami keadaan tidak sabarpada saat
(2) Sakit kepala yang dialami pada saat ansietas merupakan efek yang dirasakan
(5) Gejala fisik : pusing, berkeringat, denyut jantung cepat atau keras, mulut
kering dan nyeri perut. Gangguan cemas bisa mempengaruhi kondisi fisik dan
Menurut Syifa (2014), emosi merupakan proses perubahan fisiologi seseorang yang
disebabkan oleh rangsangan dari luar dan diterjemahkan melalui reaksi positif ataupun
negatif. Untuk itu dibutuhkan Self-control, yang merupakan upaya seseorang untuk
Menurut Wade (2007), normalnya setiap orang mampu mengontrol emosi atau perasaan
dengan cara berbeda-beda tergantung pribadi masing-masing. Akan tetapi ketika
4) Merasa ada masalah dalam kestabilan emosinya atau emosi tidak stabil
5) Merasa dalam hidupnya tidak ada yang menarik, bahkan untuk masa depan individu
8) Selalu merasa sedih dan merasa hidupnya tidak menyenangkan bahkan berpikir ingin
bunuh diri
Adapun permasalahan emosi dan perilaku menurut (Wiguna, 2010) adalah sebagai
berikut:
a. Depresi
yang berkaitan dengan alam perasaan. Selain itu individu juga akan mengalami perubahan
pola tidur, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya bahkan bunuh diri. Perasaan ini dapat
dikendalikan dengan adanya konsep diri yang baik, karena konsep diri merupakan acuan
dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dapat memicu perasaan tersebut (Kaplan,
2010). Menurut Kemenkes RI (2011) seseorang yang mengalami depresi akan mengalami
b. Suasana perasaan
yang disertai rasa terganggu disetiap keadaan, merasa sedih dan selalu ingin menangis.
Sering pula merasa mudah tersinggung karena memiliki hati yang kecil, mengalami rasa
c. Pikiran
menyalahkan diri sendiri terhadap kegagalan yang terjadi. Sulit memusatkan perhatian dan
d. Keluhan fisik
Rasa lelah berkepanjangan, gangguan tidur (sulit tidur atau terlalu banyak tidur),
gangguan makan (tidak nafsu makan atau banyak makan), kehilangan minat seksual, rasa
nyeri di leher dan punggung, sakit kepala, nyeri dada dan keluhan di perut serta keluhan
fisik lainnya dari ujung rambut ke ujung kaki. Ada sebagian orang yang mengalami
depresi, hanya mengeluh gangguan fisik dan menolak adanya masalah emosional atau
depresi. Orang ini disebut menderita depresi terselubung, artinya depresi yang diderita
e. Kegiatan (aktivitas)
Pada keadaan ini seseorang yang mengalami depresi kegiatannya menjadi menurun,
seseorang menjadi kurang bersemangat dan hanya ingin berbaring di tempat tidur
sepanjang hari atau menarik diri dari pergaulan. Dalam keadaan ini kadang-kadang akan
Menurut Yusuf 2018) kesehatan mental adalah dimensi yang sangat penting dalam
menjalani kehidupan, karena baik tidaknya jalan hidup seseorang ditentukan oleh kesehatan
mentalnya. Secara umum sehat mental dapat diartikan normalnya kondisi kesehatan
seseorang yang ditandai dengan adanya motivasi untuk hidup berkualitas (laras dengan nilai-
kehidupan lainnya.
3. Ciri Orang yang Sehat Jiwa
takut, cemas, cinta, iri, rasa bersalah, rasa senang dan lain-lain.
5) Tidak membohongi orang lain dan tidak membiarkan dirinya dibohongi oleh
orang lain.
Menurut Nasir & Muhith (2011) seseorang yang sehat mental mempunyai
konstruktif.
Tidak ada yang bisa memberikan batasan tegas dalam menentukan seseorang dalam
keadaan sehat jiwa atau terganggu jiwanya. Karena terdapat suatu kesinambungan yang
disebut dengan derajat kesehatan jiwa yaitu seseorang bisa dalam keadaan sangat sehat,
sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan sakit. Semua orang dapat mengalami berbagai ragam
derajat kesehatan jiwa karena tidak seorang pun selalu mempunyai ciri jiwa yang sehat
kesukaran (gelisah).
2)Penyakit Jiwa (psychose) keadaan dimana seseorang seolah-oleh hidup jauh dari
dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan lainnya) sangat terganggu dan
memperoleh kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapinya secara wajar dan
tidak merugikan orang lain. Tentunya dalam tercapainya hal tersebut inidvidu harus
Setiap individu memiliki kelebihan masing-masing, dan kelebihan inilah yang akan
menjadi potensi bila selalu diasah dan diarahkan. Dalam keadaan ini individu yang
dilakukannya, dimana perilaku atau respon dirinya terhadap situasi selalu ditampakkan
dalam hal positif sehingga dapat berdampak positif juga bagi orang lain.
seseorang, hal ini bisa desebabkan oleh gangguan jiwa yang diderita oleh orang tua.
Macam-macam gangguan jiwa seperti bipolar dan depresi berat cenderung muncul atau
diwariskan dalam keluarga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rio Yanuar
tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian gangguan jiwa di Desa Paringan
riwayat anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa sebesar 76,67% (23 orang).
Setiap orang memiliki keadaan lingkungan dan sosial yang berbeda. Situasi yang
keluarga, tetangga, teman sekolah, tempat kerja dan lain-lain. Kritik yang negatif dari
orang sekitar berdampak pada harga diri seseorang. Kunci mencapai derajat kesehatan
jiwa ada pada harga diri yang positif dan sebaliknya harga diri negatif membuat
c. Fisik
yang diderita atau rasa sakit yang dirasakan. Semua gangguan tersebut menyebabkan
perasaan dan cara berpikir seseorang berubah bahkan tingkah lakupun ikut berubah.
Menurut Hakim (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi aspek kesehatan jiwa yaitu:
Faktor fisik cukup dapat mempengaruhi kesehatan jiwa karena perubahan yang
terjadi atau keadaan fisik tidak normal seperti orang lain. Contohnya saat seseorang
terkena kanker, maka pada saat dia mengetahui hal tersebut ia akan merasa kehilangan
sebagian hidupnya. Secara fisik dia terlihat sadar tetapi mental emosinya telah
terganggu akibatnya proses penurunan kekebalan tubuh berlangsung cepat dan diikuti
keluarga. Untuk itu komunikasi dalam keluarga sangat diperlukan dalam meyelesaikan
suatu masalah karena kita hidup selalu ada saja masalah yang akan datang disetiap
keadaan. Dalam menghadapi masalah yang ada kualitas mental seseorang bisa membaik
atau bahkan lebih memburuk karena model interaksi dalam keluarga, lingkungan dan
budaya. Menurut Juliasyah (2009), bahwa selama ini masyarakat tidak menyadari
bahwa keluarga adalah faktor yang sangat berpengaruh pada masalah gangguan jiwa,
a. Faktor Biologis
1) Psikoanalisa
kesehatan mental.
2) Behavioristik
pembelajaran dan belajar sosial. Disaat seseorang dianggap telah belajar ada
3) Humanistik
Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh hirarki kebutuhan yang dimiliki. Setiap
b. Pendekatan Sosial-Kultural
3) Teori keluarga yang dipengaruhi oleh pola asuh, interaksi antar anggota keluarga,
1. Pengertian Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), masyarakat adalah sejumlah manusia
dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.
merupakan kawasan strategis, yang dapat berupa kawasan strategis nasional, kawasan
dari individu dan kelompok yang mempunyai nilai-nilai, kepentingan, keinginan, harapan
dan krakteristik yang berbeda, sehingga selalu ada ketegangan antar berbagai karakter yang
dengan kondisi lingkungan yaitu: demografi, ekonomi dan budaya. Berbagai persoalan
pada hak-hak masyarakat lokal/tradisional dan modal sosial, perubahan nilai, lemahnya
kontrol sosial, perubahan dinamika penduduk, masalah kesehatan dan kerusakan lingkungan
(Mangiding, 2018).
2. Masyarakat Pesisir
pantai & umumnya mempunyai plurarisme budaya. Masyarakat pesisir pada umumnya
telah menjadi bagian masyarakat yang pluraristik tapi masih tetap memiliki jiwa
karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Karena struktur masyarakat pesisir sangat
plurar, sehingga mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan akulturasi
2015).
masyarakat (nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan, dan lain-lain) yang tinggal dan
melakukan aktifitas sosial ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya wilayah pesisir dan
lautan, memiliki kebudayaan yang khas yang berkaitan dengan ketergantungan pada
Masyarakat kawasan pesisir cenderung agresif karena kondisi lingkungan pesisir yang
panas dan terbuka, keluarga nelayan mudah diprovokasi (di pengaruhi), dan salah satu
kebiasaan yang jamak di kalangan nelayan (masyarakat pesisir) adalah karena kemudahan
24
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir adalah masyarakat yang
tinggal di pesisir pantai yang memiliki ketergantungan dengan potensi dan kondisi sumber
daya lautan.
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa wilayah pesisir merupakan daerah peralihan
antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang kental dipengaruhi oleh adanya perubahan
Menurut Soegiarto, 1976 (dalam Munandar, 2014), pesisir merupakan daerah pertemuan
antara darat dan laut, dimana kearah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air yang masih terpengaruh oleh sifat-sifat laut seperti, pasang surut, angin laut,
dan perembesan air asin. Sedangkan arah laut meliputi bagian laut yang masih terpengaruh
proses-proses alamiah seperti sedimentasi (pengendapan) dan aliran air tawar, maupun oleh
Wilayah pesisir merupakan tempat yang sering digunakan untuk melakukan kegiatan
oleh masyarakat terutama masyarakat pesisir,baik itu kegiatan yang berhubungan dengan
mengalami kekurangan atau maraknya kemiskinan pada masyarakat pesisir (Dewi, 2018).
kompleks tersebut timbul secara langsung maupun tidak langsung. Berkaitan dengan
kemiskinan pada masyarakat pesisir disebabkan oleh penerapan kebijakan yang kurang
tepat, rendahnya penegakan hukum (law enforcement), serta rendahnya kemampuan sumber
daya manusia (SDM). Permasalahan pada wilayah pesisir di atas, tidak lepas dari kondisi riil
(Dewi, 2018).
Masyarakat pesisir mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang khas dan unik.
Sifat ini erat kaitannya dengan sifat usaha di bidang perikanan, kdimana Keberhasilan dari
kemampuan dan fasilitas perikanan yang dimiliki, dan beberapa faktor eksternal seperti
keadaan lingkungan, musim, harga, dan pasar sebagai tempat penjualan produksi
digerapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal, nelayan harus
berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi menyebabkan masyarakat nelayan
hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan
usahanya. Masyarakat pesisir memiliki cara berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan,
Di daerah pesisir pada umumnya pekerjaannya didominasi oleh lelaki. Rumah tangga
nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan laut (common
property) sebagai faktor produksi. Demikian juga pekerjaan yang penuh resiko, sehingga
pekerjaan ini umumnya dikerjakan oleh lelaki dan masyarakat yang bertempat tinggal di
Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat pesisir26memiliki karakter yang keras
dan tidak mudah diatur. Di lihat dari aspek demogarafi, umumnya merupakan penduduk
yang mempunyai pekerjaan sebagai pelaut. Lebih lanjut Kusnadi mengemukakan
sandang & pangan keluarga. Anak-anak usia sekolah banyak yang putus sekolah dasar dan
Menurut Tamboto & Manongko (2019), karaktersitik masyarakat pesisir dapat dilihat
a. Sosial ekonomi
dan transportasi laut. Kondisi sosial ekonomi masyarakat relatif berada dalam tingkat
kesejahteraan rendah.
b. Tingkat pendidikan
Dilihat dari segi pendidikan, sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat pesisir
c. Kondisi lingkungan
tertata dengan baik dan terkesan kumuh. Kondisi masyarakat pesisir merupakan kelompok
masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal akses
pendidikan dan layanan kesehatan), dan kultural dibandingkan kelompok masyarakat lain.
a. Kegiatan perikanan yang memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan laut terbuka
b. Kegiatan pariwisata yang memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan laut
c. Kegiatan rekreasi yang memanfaatkan lahan darat dan alokasi ruang di laut untuk
pelayanan umum
masyarakat dengan ketergantungannya terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya alam
yang ada di sekitarnya, pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya
Menurut Mbura (2018), beberapa sifat dan karakteristik masyarakat pesisir diuraikan
sebagai berikut :
a. Mata Pencaharian
b. Penghasilan
petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena
ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan. Berbeda dengan
masyarakat pesisir yang mata pencahariannya didominasi dengan nelayan, dimana untuk
mendapatkan penghasilan nelayan harus bergelut dengan laut. Pendapatan yang mereka
inginkan juga tidak bisa dikontrol. Hal ini dipengaruhi oleh hasil tangkapan dan jumlah
nelayan terlalu banyak akan mempengaruhi kecilnya hasil tangkap sehingga pada
c. Ketergantungan
pada kondisi lingkungan khususnya air. Kehidupan masyarakat pesisir menjadi sangat
tergantung pada kondisi lingkungan dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan,
Ketergantungan pada musim ini akan semakin besar pada nelayan kecil. Pada musim
penangkapan, para nelayan akan sangat sibuk melaut. Sebaliknya, pada musim peceklik
kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa menganggur.
Selain itu adapula ketergantungan pada pasar. Hal ini disebabkan karena hasil tangkap
mereka itu harus dijual terebih dahulu sebelum hasil penjualannya digunakan untuk
penting, dimana jika terjadi perubahan harga produk perikanan maka akan mmepengaruhi
Ciri khas lain dari suatu masyarakat pesisir adalah aktivitas kaum perempuan dan
anak-anak. Pada masyarakat pesisir, umumnya perempuan dan anak-anak ikut bekerja
sebagai pedagang ikan (pengecer), baik pengecer ikan segar maupun ikan olahan. Mereka
juga melakukan pengolahan hasil tangkapan, baik pengolahan kecil-kecilan di rumah
untuk dijual sendiri maupun sebagai buruh pada pengusaha pengolahan ikan atau hasil
tangkap lainnya. Sementara itu anak laki-laki seringkali telah dilibatkan dalam kegiatan
melaut.
Dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir masih menganggap bahwa laut
memiliki sumber kekuatan sehingga mereka masih sering melakukan adat pesta laut atau
sedekah laut. Namun, dewasa ini sudah ada dari sebagian penduduk yang tidak percaya
terhadap adat-adat seperti pesta laut tersebut. Mereka hanya melakukan ritual tersebut
Daerah pesisir merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki masalah khususnya
mencegah suatu penyakit, memperpanjang masa hidup, memperbaiki kesehatan fisik dan
mengatakan bahwa status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 hal yaitu lingkungan,
Status kesehatan dapat tercapai secara optimal jika keempat faktor ini secara bersama-sama
mempunyai kondisi yang optimal. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang
terganggu (tidak optimal) maka status kesehatan dapat tergeser ke arah kurang optimal
Agoes, 2005 (dalam Mangiding, 2018) mengungkapkan bahwa ada 3 komponen utama
ekonomi dan budaya. Berbagai persoalan sosial dalam pengelolaan lingkungan sosial antara
sosial, perubahan nilai, lemahnya kontrol sosial, perubahan dinamika penduduk, masalah
2015):
c. Kelembagaan
Menurut WHO (2020), munculnya pandemi menimbulkan stres pada berbagai lapisam
masyarakat. Meskipun sejauh ini belum terdapat ulasan sistematis tentang dampak Covid 19
tanpa gejala, orang dengan pemantauan, pasien dengan pengawasan, dan orang yang
menderita COVID-19. Belum ada penelitian yang mengukur masalah kesehatan jiwa dan
psikososial masyarakat terkait dengan pandemi ini, namun perlu segera dilakukan promosi
kesehatan jiwa dan psikososial, pencegahan terjadinya masalah kesehatan jiwa dan
psikososial, serta mendeteksi dan memulihkan masalah kesehatan jiwa dan psikososial
Mengingat adanya risiko peningkatan masalah kesehatan jiwa dan gangguan kejiwaan akibat
COVID-19 di masyarakat.
Secara global istilah Kesehatan Jiwa atau Mental Health digunakan dalam Panduan
Inter Agency Standing Committe (IASC) dalam Situasi yang bertujuan melindungi atau
1) Peningkatan Imunitas
Peningkatan imunitas fisik dalam rangka mencegah infeksi dari virus COVID-
(2) Minum yang cukup, orang dewasa minimal 2 liter per hari
32
(1) Emosi positif: gembira, senang dengan cara melakukan kegiatan dan hobby
pengalaman yang menyenangkan, bicara pada diri sendiri tentang hal yang
(3) Hubungan sosial yang positif : memberi pujian, memberi harapan antar
dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusi yang negatif, dan saling
Kesehatan).
a) Pencegahan Penularan
(1) Jarak sosial (Social distancing): Jarak sosial adalah jarak interaksi sosial
penularan virus dapat dicegah. Jarak sosial ini sepertinya membuat interaksi
menjadi semakin jauh, rasa sepi dan terisolasi. Hal ini dapat diatasi dengan
(2) Jarak fisik (Physical distancing): Jarak fisik adalah jarak antar orang
jaminan baju dan tubuh orang lain tidak mengandung virus COVID-19
sehingga jarak fisik dapat mencegah penularan.
(3) Cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir sebelum dan sesudah
memegang benda. Tangan yang memegang benda apa saja mungkin sudah
menghancurkan kulit luar virus dan tangan bebas dari virus. Hindari
(4) Pakai masker kain yang diganti setiap 4 jam. Pada situasi pandemi tidak
diketahui apakah orang lain sehat atau OTG (yang tidak memperlihatkan
tanda dan gejala pada hal sudah mengandung virus corona), jadi pemakaian
(5) Setelah pulang ke rumah. Pada situasi yang terpaksa harus ke luar rumah,
maka saat pulang upayakan meninggalkan sepatu di luar rumah, lalu segera
Masalah kesehatan jiwa dan psikososial dapat berupa ketakutan, cemas, dan
orang lain dan muncul curiga orang lain dapat menularkan. Perasaan ini akan
panik, takut mati, takut kehilangan kontrol, takut tertular, dan mudah
tersinggung. Jantung berdebar lebih kencang, nafas sesak, pendek dan berat,
mual, kembung, diare, sakit kepala, pusing, kulit terasa gatal, kesemutan, otot
lebih.
(1) Pencegahan masalah kesehatan jiwa oleh individu
(a) Sikap Reaktif Sikap mental yang ditandai dengan reaksi yang cepat,
(b) Sikap Responsif Sikap mental yang ditandai dengan sikap tenang,
respons yang tepat dan wajar. Sikap responsif dapat dikembangkan agar
Penelitian oleh Rudi Balaka, Tryantini Sundi Putri tahun 2019 yang berjudul
penilaian terdiri dari komponen rumah, sarana sanitasi, serta perilaku penghuni. Objek
penelitian dilakukan kepada 24 rumah tangga yang terbagi pada 12 RT di kelurahan Petoaha
kecamatan Nambo Kota Kendari. Hasil menunjukkan dari aspek konstruksi terdapat 58 %
rumah tidak mempunyai langit-langit, dan 50% mempunyai dinding tidak permanen. Dari
aspek sarana sanitasi terdapat lebih dari 80% rumah telah memiliki sarana air bersih. 71%
telah memiliki sarana jamban. Demikian juga dengan sistem SPAL 46% rumah telah
memiliki sarana SPAL yang baik yaitu dialirkan di saluran terbuka. Sedangkan untuk sarana
pembuangan sampah 58% rumah mempunyai tempat pembuangan sampah. Sedangkan dari
aspek perilaku sehat sebagian besar masyarakat telah menerapkan perilaku sehat
Kepulauan Derawan Kabupaten Berau, dilakukan oleh Anwar & Sultan tahun 2016,
penelitian ini bersifat survey dengan jumlah sampel 100 orang dengan menggunakan metode
simple random. Hasil survey dan observasi dengan 100 responden KK didapatkan hasil
pengelolaan sampah rumah tangga, sebesar (75 %), kepemilikan jaminan kesehatan yang
Penelitian yang dilakukan oleh Muslikhah, Lestari dan Afa tahun 2017 yang berjudul
kecamatan moramo utara kabupaten konawe selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif observasional dengan pendekatan survei. Populasi dalam penelitian ini adalah
rumah masyarakat Desa Wawatu Kecaman Moramo Utara Tahun 2017 yang berjumlah 165
sumber air bersih (2,6%) memenuhi syarat (97,4%) tidak memenuhi syarat, kepemilikian
jamban keluarga (12,9%) memenuhi syarat (87,1%) tidak memenuhi syarat, dan dengan
Dari beberapa penelitian diatas, rata-rata penelitian hanya seputar tentang kesehatan
fisik dan lingkungan masyarakat daerah pesisir. Belum ada penelitian yang membahas
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Lokasi
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Di Wilayah Pesisir Desa Ponelo Kecamatan
3.1.2 Waktu
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain penelitian deskriptif.
Menurut Bungin (2017) penelitian kuantitatif dengan format deskriptif yaitu untuk menjelaskan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau variabel yang timbul di masyarakat
berdasarkan apa yang terjadi dan itulah yang menjadi objek penelitian.
3.3.1. Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu Kesehatan Jiwa. Variabel adalah
sesuatu yang dapat diukur atau diamati dan nilainya berbeda dengan satu objek dan objek yang lain
(Sujarweni, 2014).
38
Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel Keadaan jiwa Kuesioner baku - Kesehatan jiwa Ordinal
Tunggal masyarakat yang Mental Health masyarakat
Mental tinggal di wilayah Inventory dikatakan baik
Health pesisir yang dapat (MHI) 38. (kesejahteraan
Masyarakat diukur kesehatan Kuesioner MHI psikologis)
Pesisir jiwanya baik dalam 38 dibuat oleh dengan total hasil
keadaan Veit dan Ware penjumlahan
kesejahteraan (1983). skoring yaitu ≥
psikologis 113.
(psychological - Kesehatan jiwa
well-being) masyarakat
maupun dalam dikatakan negatif
keadaan tekanan (tekanan
psikologis psikologis)
(psychological dengan total hasil
distress). penjumlahan
skoring yaitu
<113
(Rohmaniyah,
2017).
39
3.4 Populasi dan Sampel
.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang menjadi sasaran penelitian (Winarno, 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah pesisir Desa Ponelo Kecamatan Ponelo
Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara yang berjumlah 1.107 jiwa dan jumlah kepala keluarga
(KK) 304.
.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi danmemiliki karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Jermiran, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di Desa Ponelo
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling.
Untuk menentukan jumlah minimal sampel maka digunakan rumus slovin sebagai berikut:
N
n=
1+ N ( d)2
n= 304
1 + 304 (0,05)2
n= 304
1,76
n = 172,7 = 173
Berdasarkan rumus diatas maka didapatkan jumlah sampel minimal dalam penelitian ini
adalah 173 kepala keluarga. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah
1. Menurut Sujarweni (2014) data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan
membagikan kuesioner, karena sesuai fungsinya data primer merupakan data yang
40
dikumpulkan berdasarkan interaksi antara pengumpul dengan sumber data. Data primer pada
penelitian ini, data yang telah diberikan responden melalui pengisian kuesioner yang dibagikan
2. Data sekunder adalah data yang didapatkan bukan dari sumber langsung melainkan melalui
catatan, buku, majalah, dan sebagainya (Sujarweni, 2014). Data sekunder pada penelitian ini
adalah data yang diperoleh peneliti dari Desa Ponelo atau Puskesmas Ponelo.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Menurut Nursalam (2014) kuesioner
adalah suatu alat berisikan pertanyaan untuk dijawab responden guna mendapatkan data yang
dibutuhkan peneliti.
Kuesioner yang digunakan peneliti adalah Kuesioner Mental Health Inventory (MHI).
Kuesioner ini dibuat oleh Veit dan Ware (1983) memiliki 38 butir pertanyaan untuk mengetahui
kesehatan jiwa yaitu mengukur psychological distress (tekanan psikologis) dan psychological well-
Uji validasi menunjukkan hasil valid dengan korelasi uji releabilitas yang menggunakan
koefisian Cronbach’s Alpha memiliki hasil 0,92. Sedangkan nilai uji validasi yang pernah
dilakukan oleh Jane dan Tim Coombs menggunakan Cronbach’s Alph menunjukkan hasil berada
pada 0,93-0,97. Selain itu uji validasi juga dilakukan oleh Naim (2014) menggunakan face validity
dalam penelitiannya berjudul Gambaran Kesehatan Jiwa Mahasiswa Tingkat Pertama Program
didapatkan hasil bahwa semua responden mampu memahami semua item pertanyaan pada
kuesioner baku MHI 38. Fadlun Naim melakukan uji validasi ini pada responden yaitu mahasiswa
keperawatan Universitas Diponegoro. Untuk itu kuesioner MHI 38 tidak dilakukan uji validasi
kembali.
1. Tahap pengumpulan data dilakukan melalui instrumen pengumpulan data. Dalam penelitian
41
ini peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Kuesioner Mental Health Inventory
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan kejelasan dan kelengkapan pengisian instrumen
pengumpulan data, agar bila terdapat ketidaklengkapan data bisa langsung diklarifikasi
3. Coding.
Tahap ini merupakan proses identifikasi dan klasifikasi dalam artian segala pernyataan yang
diberikan oleh responden akan dimuat dalam Statistical Product and Service Solution (SPSS).
4. Tabulasi Data
Pada tahap ini dilakukan pencatatan atau entry data ke dalam tabel induk penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan analisa data univariat. Menurut Sujarweni (2014), analisa
univariat adalah analisa data yang digunakan dalam pengolahan data hanya 1 variabel saja. Karena
dalam penelitian ini peneliti menggunakan statistik deskriptif maka data dapat diringkas berupa
42
DAFTAR PUSTAKA
Basavanthappa, B. 2011. Essential Of Mental Health Nursing. Jaypee Brothers Medical Publisher.
New Delhi.
Dewi, S.K. (2012). Buku Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIT Press.
Diener, E. 2011. Needs and Subjective Well-Being Around the Word. Jurnal of Personality and
Social Psychology 101(2):354-365.
Elina dan Sumiati, S. (2016). Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Erwin. (2014). Analisis Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat Pesisir Di Wilayah
Kerja Puskesmas Wali Kecamatan Binongko Kabupaten Wakatobi Skripsi.Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Kendari.
Fyka, S.A. 2017. Studi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat wilayah pesisir di Kabupaten
Wakatobi. uletin Sosek, Edisi No 35 Tahun Ke 19 – April 2017, ISSN 1410 – 4466
Hakim, A. (2010). Hipnoterapi cara cepat tepat dan mengatasi stress, fobia, trauma dan gangguan
mental. Jakarta: Transmedia Pustaka.
Hidayat, A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta. Salemba
Medika.
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Zang Li, Fan G, 2020. Clinical features of patients infected
with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet.
Kaplan, J.B. dan Sadock, T.C. 2010. Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku. Bina Rupa Aksara.
Jakarta.
Karman., Sakka, A. dan Saptaputra, S.K. (2016). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi masyarakatpesisir di Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal ilmiah mahasiswa kesehatan
masyarakat unsyiah.
Madjid, A.F. (2018). Pandangan Masyarakat di Wilayah Pesisir tentang Pentingnya Hidup Sehat.
Kesmas C FKM Universitas Hasanuddin.
43
https://www.academia.edu/37917792/Pandangan_Masyarakat_di_Wilayah_Pesisir_tentang_
Pentingnya_Hidup_Sehat_1
Naim, F. (2015). Gambaran Umum Kesehatan Jiwa Mahasiswa Tingkat Pertama Program Studi S1
Ilmu Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Univestitas Diponegoro.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
Nasir, A. dan A. Muhith. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika. Jakarta.
Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2020. Pnemonia Covid 19 Diagnosis dan Pelaksanaan Di
Indonesia. Jakarta.
Pinto, Z. (2015). Kajian Perilaku Masyarakat Pesisir yang Mengakibatkan Kerusakan Lingkungan
(Studi Kasus di Pantai Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten
Bantul, Provinsi DIY). Jurnal wilayah dan
lingkungan,3(3).http://dx.doi.org/10.14710/jwl.3.3.163-174
Pokja PPSP Gorut. 2016. Laporan pelaksanan study EHRA (Environmental Health Risk
Assesment). Studi Penilaian Resiko Kesheatan Lingkungan. Gorontalo Utara
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sumampouw, O.J. (2019). Buku ajar kesehatan masyarakat pesisir dan kelautan. Yogyakarta: CV
Budi Utama. 44
Syifa, I.D.L. 2014. Hubungan Antara Kualitas Attachment dengan Regulasi Emosi Pada Remaja di
SMA Yayasan Pandaan. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim. Malang.
Tamboto, H.J.D & Manongko, A.A.Ch. (2019). Model pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir
berbasis literasi ekonomi dan modal sosial. Malang: CV Seribu bintang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18. (2014). Tentang Kesehatan Jiwa. Presiden
Republik Indonesia. Jakarta.
Veit, C.T. dan Ware, J.E. (1983). The Structure of Psychological Distress and Well-Being in
General Populations. Journal of Consulting and Clinical Psychology 51(5):730.
Wade, C. (2007). Psikologi berfikir dan merasakan. Edisi kesembilan. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Wan Y, Shang J, Graham R, Baris RS, Li F, 2020. Receptor recognition by novel coronavirus from
Wuhan: An analysis based on decade- long structural studies of SARS. J. Virol.American
Society for Microbiology.
Wang Z, Qiang W, Ke H, 2020. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and Prevention.
Hubei Science and Technologi Press. China.
WHO. 2020. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report-1. DiAkses 12 Oktober 2020.
Wiguna, T. 2010. Masalah Emosi dan Perilaku Pada Anak dan Remaja RSUPN dr.
Ciptomangunkusumo (RSCM) Jakarta. https://www.google.com/url ?
=t&source=web&rct=j&url=https://www.researchgate.net/.
Winarno, M.E. 2013. Metedologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani. Universitas Negeri
Malang. Malang.
Yanuar, R. 2012. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gangguan Jiwa di Desa
Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. Skripsi. Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo. Surabaya.
Yusuf, S. 2011. Terapi Psiko-Spiritual Untuk Hidup Sehat Berkualitas. Maestro. Bandung.
Yusuf, S.L.N. 2018. Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama.PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
45