Anda di halaman 1dari 13

IMAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Andy Putra Wijaya,SE.I.,M.S.I

Nama Penyusun:

1. Wendi Agung Saputra ( 1910505086 )


2. Wahyuni La Romini ( 1910505105 )
3. Muhammad Amar Rahman ( 1910505109 )
4. Jemi ( 1910505110 )
5. Arwinda RPS ( 1910505117 )
6. Nazihah Nuha Putri Deanda ( 1910505123 )
7. Nova Ayu Lestari ( 1910505141 )
8. Nefri Sa`ban ( 1910505143 )
9. Sanita Anggreani ( 1910505151 )

D3 Radiologi,
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Aisyiyah Yogyakarta
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “IMAN” tanpa kendala suatu apapun. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah
hingga zaman yang terang-benderang seperti sekarang ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada:

1. Bapak Andy Putra Wijaya, selaku dosen pengampu mata kuliah Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan.
2. Teman-teman serta pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah
membantu kami menyusun makalah ini.

Seperti halnya manusia yang tidak sempurna di mata manusia lain maupun di mata
Allah SWT, penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dalam penulisan dan
penyajiannya mengigatkan keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Untul itu kami selalu
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat untuk kita semua Aamiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 14 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

A. Pendahuluan
Iman bukanlah semata-mata dengan lidahnya, “Saya beriman”.Banyak orang
mengaku beriman tetapi hatinya tidak percaya. Iman bukan pula semata-mata
mengerjakan amal dan syari`at yang biasa dikerjakan oleh orang-orang beriman,karena
banyak orang yang pada lahirnya mengerjakan peribadatan dan perbuatan baik, tetapi
hatinya kosong dari rasa kebaikan dan keikhlasan kepada Allah. Al-Qur`an
menyebutkan:
Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan
Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka menipu diri
sendiri, sedang mereka tidak sadar ( Al- Baqarah 2:8).
Iman hendaknya berwujud pernyataan dengan lidah, dilandasi keyakinan dalam
hati dan disertai perbuatan dengan ikhlas dan jujur dalam menjalankan perintah dan
putusan Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, dan mereka itulah orang-orang yang
benar ( Al Hujurat 49:15).
Rukun iman atau hal-hal pokok yang harus dipercayai dan diyakini oleh setiap
mukmin ada enam, yakni iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada
Kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul, iman kepada Hari Akhir, dan iman kepada
Qada` dan Qadar.

B. Pengertian
Secara etimologis iman adalah akar kata dari amana, yu`minu, imanan. Menurut
Ibnu Faris, kata amana yang terdiri dari huruf hamzah, mim, nun memiliki dua makna
yang berdekatan. Pertama amana yang merupakan kebalikan dari kata khianat yang
berarti tentramnya hati.Kedua membenarkan.Iman dengan makna membenarkan
tercantum dalam firman Allah yang mengisahkan ucapan saudara-saudara Nabi Yusuf
a.s.
Iman adalah kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh keyakinan,
tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah
laku dan perbuatan pemiliknya sehari-hari ( Yusuf Qardlawi, 1997:25).
Iman yang dalam bahasa Arab disebut dengan imân merupakan inti ajaran
semua agama.Dalam teologi Islam, diskursus tentang imân ditemukan pada ajaran
dasarnya (ushûl al-dîn).Kata ini dipakai dalam Bahasa Arab secara leksikal dengan arti
„percaya.”Sejalan dengan makna ini, maka orang yang percaya disebut mu'mîn (Ind.
mukmin). Ketika Rasulullah saw. menjawab pertanyaan seorang laki-laki berbaju putih
yang datang menghampirinya ia bersabda, “Imân adalah percaya kepada
Allah…”Karena kata kuncinya adalah percaya, maka kedudukan imân selalu
diposisikan –pada ajaran teologis- berada di dalam hati (qalb), yaitu sesuatu yang
menjadi unsur batin (esoteris) manusia. Unsur batin tersebut sukar –atau tidak bisa-
untuk diukur eksistensinya tanpa melihat ekspresi lahiriah dari imân seorang yang
beriman (mu'min
Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan.Artinya
beriman atau percaya.Percaya dalam Bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin
bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya.Iman dapat
dimaknai iktiraf, membenarkan, mengakui, pembenaran yang bersifat khusus.Menurut
WJS.Poerwadarminta iman adalah kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau
keteguhan hati. Abul ‘Ala al-Mahmudi menterjemahkan iman dalam Bahasa inggris
Faith, yaitu to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt yang
artinya, mengetahui, mempercayai, meyakini yang didalamnya tidak terdapat keraguan
apapun.
Imam Malik, Asy Syafi`I, Ahmad, Al Auza`I, Ishaq bin Rahawaih, dan segenap
ulama ahli hadist serta ahlul Madinah (ulama madinah) dan sebagian ulama
mutakallimin berpendapat bahwa definisi iman adalah pembenaran dengan hati,
pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan. Para ulama salaf menjadikan
amal termasuk unsur keimanan.Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang.
BAB 2
A. Pembahasan
1. Tingkatan-Tingkatan Iman
Iman memiliki rasa,manis, dan hakikat.
a. Adapun rasanya iman, maka nabi menjelaskan dengan sabdanya “Yang
merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridho kepada Allah sebagai
Rabb (Tuhan), islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul.” (HR.
Muslim)
b. Adapun manisnya iman, maka nabi menjelaskan dengan sabdanya, “Ada tiga
perkara, jika terdapat dalam diri seseorang, niscaya dia merasakan nikmatnya
iman bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya lebih dari apapun selain
keduanya, dia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan dia benci
kembali kekafiran sebagai mana dia benci di lemparkan dalam api neraka.”
(Muttafaqun`alaih)
c. Adapun hakikat iman, maka bisa di dapatkan oleh orang yang memiliki hakikat
agama. Berdiri tegak memperjuangkan agama, dalam ibadah dan dakwah,
berhijrah dan menolong, berjihad dan berinfak.

Tercantum dalam firman Allah yang artinya:

a. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka apabila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah bertawakkal. (Yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang
Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benarnya. Mereka akan memperolah beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-Nya dan
ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 2-4)
b. “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.
Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 74)
c. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasu-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang
benar.” (QS. Al-Hujuraat: 15)
B. Syarat Beriman
Iman adalah syarat seseorang menjadi muslim. Tentu tidak akan dinyatakan
beriman beriman apabila manusia tidak mengakui keberadaan dan kekuasaan Allah
juga melaksanakan perintah-perintah-Nya. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam
ayat berikut yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang hanya
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah.Mereka itulah
orang-orang yang benar.”(QS. Al-Hujuraat: 15)
Untuk itu,berikut adalah syarat dikatakannya seseorang beriman dalam islam:
1. Kalimat Syahadat Bukti Keimanan
Dalam rukun islam pertama kalimat syahadat adalah syarat untuk menjadi
seorang muslim. Syahadat menjadi penting dan bukan sekedar ucapan belaka
karena ia pernyataan yang membedakan dirinya dengan orang kafir. Ia
bersumpah bahwa ia berbeda dengan orang kafir dan mengakui bahwa Allah
sebagai satu-satunya Illah.
2. Pengakuan Keimanan Terhadap Semua Aspek Islam
Pengakuan keimanan terhadap islam tidak hanya sekedar dengan syahadat atau
pernyataan saja. Terlebih adalah pembuktian secara perilaku dan mengakui
seluruh aspek agama islam. Orang beriman tentu juga dapat mengambil
pelajaran dan juga hikmah-hikmah.
C. Rukun Iman
1. Iman Kepada Allah SWT
Rukun iman yang pertama adalah iman kepada Allah SWT.Inilah yang
tersimpul dalam Kalimat Tauhid, Kalimat Tayyibah, Tiada Tuhan selain Allah.
Dengan mengenal ciptaan-Nya, manusia akan mengenal kesempurnaan sifat-
sifat-Nya, kebesaran dan keluhuran-Nya, bukti-bukti kepedulian-Nya, dan
kelangsungan kekuasaan-Nya dalam mencipta.
Hikmah iman kepada Allah:
a. Membebaskan diri dari penguasaan orang lain.
b. Membesarkan hati dan menumbuhkan keberanian.
c. Menenangkan hati dan menentramkan jiwa.
d. Menumbuhkan harapan dan optimism.
e. Menumbuhkan perasaan harga diri.
f. Memelihara kebersihan diri dan mempertinggi nilai-nilai moril.
g. Menimbulkan rasa dekat dengan tuhan.
2. Iman kepada malaikat
Rukun iman yang kedua adalah iman kepada malaikat.Allah SWT
menciptakan malaikat lebih dahuku daripada manusia. Ini dimengerti dari
dialog Allah dengan para malaikat.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya
aku akan mengangkat khafilah di muka bumi.Para malaikat bertanya,
“Mengapa engkau akan menempatkan di permukaan bumi orang yang akan
membuat bencana dan menumpahkan darah, sedang kami senantiasa bertasbih
memujo dan menyucikan-Mu?Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa-apa yang tidak kamu tahu” (Al-Baqarah 2:30).
Hikmah iman kepada malaikat:
Orang mukmin percaya sepenuhnya adanya malaikat di alam ruh.Mereka selalu
menyertai manusia dan mencatat amal-amalannya, termasuk segala kebaikan
dan keburukan kita.Keimanan ini membangkitkan semangat mukmin untuk
selalu berbuat baik di segala tempat dan waktu.
3. Iman Kepada Kitab Allah
Allah SWT menurunkan ajaran-ajaran kepada para rasul untuk setiap
bangsa dan umat manusia sepnjang sejarah.Yang pasti, setiap Rasul menerima
risalah atau pelajaran yang disapaikan umatnya.
Kitab-kitab Allah terdahuu yang tersebut dalam Al-Qur`an ada empat:
a. Kitab Zabur (Nabi Daud)
b. Kitab Taurat (Nabi Musa)
c. Kitab Injil (Nabi Isa)
d. Kitab Al-Qur`an (Nabi Muhammad SAW)
4. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
Pokok keimanan keempat ialah beriman kepada para rasul Allah.Muslim
tidak membeda-bedakan antara seorang rasul dengan lainnya.
Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan wahyu yang diturunkan kepada
kami, yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya`qub dan anak
cucunya, begitu juga yang diturunkan kepada Musa dan Isa serta apa yang
diberikan kepada para nabi, kami tidak membedakan yang satu dengan yang
lain diantara mereka dan kepada-Nya lah kami tunduk”. (Al-Baqarah 2:136).
Hikmah imah kepada Rasul-Rasul Allah:
Iman kepada rasul membuka cakrawala pengetahua tentang rasul-rasul yang
diutus Allah kepada manusia sejak dahulu, dari Nabi Adam berangsur-angsur
hingga Nabi terakhir, Muhammad SAW. Deangan mengetahui jejak Rasul-rasul
Allah, maka mantaplah keyakinan akan kesempurnan Islam yang dibawa Nabi
Muhammad SAW. Dan makin teguh berpegang pada ajaran Tuhan Yang Maha
Sempurna.
Sungguh, dalam diri Rasullah kamu mendapatkan teladan yang baik bagimu,
bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari kemudian, dan yang banyak
mengingat Allah (Al-Ahzab 33:21).
5. Iman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir berarti peraya akan terjadi hari kiamat dan
apa saja yang berhubungan dengannya. Akhir kehidupan di dunia bukanlah
akhir kehidupan manusia. Allah menggambarkan hari kiamat, sebagiannya,
demikian:
Mereka tidak menghormati Allah sebagaimana mestinya, bumi
seluruhnya berada dalam genggaman-Nya pada hari kiamat, dan langit akan
digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Ia dari segala yang mereka
persekutukan. Sangkakala ditiup, maka segala yang ada di langit dan di bumi
pingsan, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian sangkakala itu ditiup
sekali lagi, tiba-tiba mereka tegak berdiri dan menunggu (Az-Zumar 29: 67-
68).
Hikmah iman kepada hari akhir:
Keyakinan adanya hari akhir mendorong mukmin memilih perbuatan-perbuatan
baik ketimbang memilih perbuatan buruk yang taka da nilainya sama sekali di
hadirat Tuhan, bahkan hanya perhitungan yang mengantarkan ke lembah
Hawiyah (Al-Qari`ah: 101:8-11).
6. Iman Kepada Qada`dan Qadar
Rasulullah SAW menyebut iman kepada takdir sebagai bagian dari rukun iman
yang ke-enam.Iman ialah percaya kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-
Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan percaya qadar; taqdir yang baik dan
yang buruk (HR. Muslim).
Iman kepada Qadha dan Qadhar adalah percaya bahwa segala hak, keputusan,
perintah, ciptaan Allah swt yang berlaku pada makhluknya termasuk dari kita
(manusia)tidaklah terlepas (selalu berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan
kekuasaan Allah SWT.
Hikmah iman kepada qada` dan qadar:
Memberikan pelajaran bahwa sesuatu berjalan sesuai dengan kebijaksanaan
yang telah digariskan oleh Dzat Yang Maha Tinggi. Oleh karena itu, jika ia
ditimpa sesuatu yang negative, tidak menyesal. Sebaliknya, jika bergembira
sampai lupa daratan.
D. Konsekuensi Iman
Iman adalah penyerahan kehendak dan keputusan kepada Tuhan.Ia merupakan
kombinasi dari pikiran, perasaan dan kemauan yang menggerakkan hati untuk
menepati pilihan-pilihan Tuhan, yang menghasilkan jalinan hubungan murni
dengan-Nya.
Allah telah membeli dari orang beriman jiwa raga dan harta mereka supaya
mereka beroleh taman (surga). Mereka berperang di jalan Allah; mereka
membunuh atau dibunuh.Itulah janji yang sebenarnya yang mengharuskan-Nya,
dalam Taurat, Injil dan Al-Qur`an. Dan siapa yang lebih menepati janji daripada
Allah?Bergembiralah dengan janjimu yang telah kamu berikan.Dan itulah
kemenangan yang besar (At-Taubah 9:111).
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Dari jurnal : jurnal.uinsu.ac.id


eprints.walisongo.ac.id
https://d1.islamhouse.com
dari ebook : assunahsalafushshalih.wordpress.com/ebook-islam
cetakan I, november 2005/syawal 1426 H diterbitkan oleh al-huda
cetakan II, november 2012/ muharram 1434 H oleh nur al-huda
dari buku : Drs.Muhammad chirzin M.Ag. konsep dan hikmah aqidah islam
pahrurrozi s. Beriman secara rasional, 2004
nasution, harun, teologi islam. 2004
dari website : https://dalamislam.com/info-islam/imandalamislam
https://muslim.or.id/8631-definisi-iman.html

Anda mungkin juga menyukai