Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan I

Oleh: Iskandar Dzulkarnain, S.Th.I, M.Si


Pengertian & Objek Logika
A. Pengertian Logika
Filsafat tidak memberikan jawaban atas pemecahan berbagai persoalan filsafat
dengan suatu jawaban yang dapat diuji kebenarannya dengan metode empiris atau yang
dapat dibuktikan dengan pengujian-pengujian eksprimental. Pemecahan terhadap
persoalan filsafat hanya dapat dilakukan melalui pemikiran yang sungguh-sungguh dan
mendalam. Meskipun demikian, jawaban yang diajukan haruslah dengan perbincangan
yang harus masuk akal. Dengan kata lain, keberlangsungan filsafat haruslah didukung
dengan adanya penalaran (reasoning) dan perbincangan (argument). Semua tema ini
dibicarakan dalam logika. Untuk memahami secara luas mengenai logika alangkah
baiknya kalau kita menjelaskan tentang sejarah perkataan logika dari para filsuf dan
ilmuwan.
B. Sejarah Perkataan Logika
Perkataan logika diturunkan dari kata sifat logike, bahasa Yunani, yang berhubungan
dengan kata benda logos, yang berarti fikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari
fikiran. Hal ini membuktikan bahwa ternyata ada hubungan yang erat antara fikiran dan
perkataan yang merupakan pernyataan dalam bahasa.
Nama logika untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad I SM), tetapi dalam
arti seni berdebat. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad 3 M) adalah orang
pertama yang mempergunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus
tidaknya pemikiran kita.
Di samping kedua filsuf tersebut, Aristoteles pun telah berjasa besar dalam
menemukan logika. Namun, Aristoteles belum memakai nama logika. Aristoteles
memakai nama analitika dan dialektika. Analitika untuk penyelidikan mengenai berbagai
argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar, sedangkan dialektika
untuk penyelidikan mengenai argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesis
atau putusan yang tidak pasti kebenarannya.
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan
praktis (praktike), ilmu pengetahuan produktif (poietike) dan ilmu pengetahuan teoritis
(theoreitike). Ilmu pengetahuan produktif menyangkut pengetahuan yang sanggup
menghasilkan suatu karya (teknik dan kesenian). Ilmu pengetahuan praktis meliputi etika
dan politik. Sedangkan ilmu pengetahuan teoritis meliputi tiga bidang keilmuan, fisika,
metematika, dan filsafat pertama. Logika tidak termasuk ilmu pengetahuan sendiri, tetapi
mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk berfikir dengan cara ilmiyah.
Setelah meninggalnya Aristoteles, naskah-naskah ajarannya mengenai penalaran, oleh
para pengikutnya telah terhimpun menjadi satu. Himpunan tersebut oleh pengikut
Aristoteles disebut dengan istilah Organon. Ajaran Aristoteles mengenai penalaran
termuat dalam enam buah naskah, yaitu:
 Categories, ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis-
jenis pengertian umum
 On Interpretation (tentang penafsiran), membahas mengenai komposisi dan
hubungan dari keterangan-keterangan sebagai satu fikiran. Dalam hal ini
Aristoteles membahas segala sesuatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung
dan bujur sangkar pertentangan
 Prior Analyties (analitika yang lebih dahulu), memuat mengenai teori silogisme
dalam ragam dan pola-polanya
 Posterior Analyties (analitika yang lebih dahulu), membicarakan mengenai
pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogisme dalam pembuktian ilmiyah
sebagai materi dari silogisme
 Topics (mengupas dialektika), dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan
berdasarkan premis-premis yang boleh jadi benar
 Sophistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis), membahas mengenai sifat
dasar dan penggolongan sesat fikir.
Di samping ajaran mengenai penalaran di atas, Aristoteles juga mengemukakan ajaran
tentang pembagian pengetahuan rasional (episteme). Seluruh kumpulan pengetahuan
rasional dibaginya ke dalam rincian seperti berikut:
Pengetahuan Rasional (Episteme)

Pengetahuan Praktis Pengetahuan Produktif Pengetahuan Teoritis

Ekonomi Etika Politik


Matematika Fisika Filsafat
Pertama

Menurut Aristoteles, filsafat pertama adalah tentang peradaan sebagai peradaan.


Pengetahuan teoritis jenis ini kemudian dikenal dengan nama metafisika. Dalam abad
Pertengahan otoritas Aristoteles diakui sedemikian tingginya sehingga karya-karyanya
mengenai logika kemudian diwajibkan untuk dipelajari dalam pendidikan untuk warga
bebas. Dalam abad Pertengahan dikenal istilah Latin Ars yang pengertiannya meliputi
usaha mencari pengetahuan, ilmu teoritis, dan ilmu praktis, serta seni kerajinan. Dengan
meneruskan konsepsi klasik mengenai corak pendidikan yang dianggap cocok bagi warga
‘bebas’ yang dilahirkan merdeka, yang dalam abad Pertengahan dikenal adanya Artes
Liberalis yang logika termasuk di dalamnya. Studi ini meliputi tujuh macam pengetahuan
yang oleh Martinus dibaginya menjadi dua kelompok yang kemudian dikenal sebagai
Quadrivium dan Trivium. Sebagai tampak dalam skema ini:
Aritmetik
Astronomi
Empat Serangkai (Quadrivium)
Geometri
Teori Musik
Studi Bebas Gramatika

Tiga Serangkai (Trivium) Retorika

Logika
Jadi, kalau pada zaman Yunani kuno, logika oleh Aristoteles dianggap sebagai suatu
jenis pengetahuan yang berkedudukan di luar semua jenis pengetahuan rasional, dalam
abad Pertengahan logika telah mulai dianggap sebagai satu antara perbagai keilmuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata logika pada umumnya dipandang sebagai
salah satu cabang filsafat. Ini terbukti dari pembagian filsafat yang banyak dilakukan para
ahli filsafat yang selalu memasukkan logika termasuk ke dalam cabang filsafat.
Berdasarkan tiga persoalan yang dimiliki filsafat (ontologism, epitemologis, dan
aksiologi), maka logika termasuk salah satu cabang dari filsafat yang membahas
mengenai pengetahuan atau kebenaran ditinjau dari segi bentuknya.
C. Objek Logika
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki objek yang dibedakan menjadi dua,
yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah suatu bahan yang menjadi
tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah
hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material
mencakup apa saja, baik yang konkret ataupun yang abstrak. Sedangkan objek formal
yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu atau dari sudut dari mana objek material itu disorot. Objek formal suatu
ilmu tidak hanya memberi keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya
dari bidang-bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang
sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya, objek materialnya adalah
‘manusia’ dan manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada
beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi,
dan lain sebagainya.
Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus,
tepat, dan sehat. Agar dapat berfikir lurus, tetapt, dan teratur, logika menyelidik,
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.
Dengan demikian, objek material logika adalah berfikir. Yang dimaksudkan berfikir
adalah kegiatan pola pemikiran dan akal budi manusia. Dengan berfikir manusia
mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang diperolehnya. Dengan mengolah dan
mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan
serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian lainnya. Dalam logika
berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berfikir lurus
dan tepat merupakan objek formal logika.

Anda mungkin juga menyukai