Logika
Jadi, kalau pada zaman Yunani kuno, logika oleh Aristoteles dianggap sebagai suatu
jenis pengetahuan yang berkedudukan di luar semua jenis pengetahuan rasional, dalam
abad Pertengahan logika telah mulai dianggap sebagai satu antara perbagai keilmuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata logika pada umumnya dipandang sebagai
salah satu cabang filsafat. Ini terbukti dari pembagian filsafat yang banyak dilakukan para
ahli filsafat yang selalu memasukkan logika termasuk ke dalam cabang filsafat.
Berdasarkan tiga persoalan yang dimiliki filsafat (ontologism, epitemologis, dan
aksiologi), maka logika termasuk salah satu cabang dari filsafat yang membahas
mengenai pengetahuan atau kebenaran ditinjau dari segi bentuknya.
C. Objek Logika
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki objek yang dibedakan menjadi dua,
yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah suatu bahan yang menjadi
tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah
hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material
mencakup apa saja, baik yang konkret ataupun yang abstrak. Sedangkan objek formal
yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu atau dari sudut dari mana objek material itu disorot. Objek formal suatu
ilmu tidak hanya memberi keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya
dari bidang-bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang
sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya, objek materialnya adalah
‘manusia’ dan manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada
beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi,
dan lain sebagainya.
Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus,
tepat, dan sehat. Agar dapat berfikir lurus, tetapt, dan teratur, logika menyelidik,
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.
Dengan demikian, objek material logika adalah berfikir. Yang dimaksudkan berfikir
adalah kegiatan pola pemikiran dan akal budi manusia. Dengan berfikir manusia
mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang diperolehnya. Dengan mengolah dan
mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan
serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian lainnya. Dalam logika
berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berfikir lurus
dan tepat merupakan objek formal logika.