Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR NUTRISI

PADA Ny. SUBAIDAH UMUR 29 TAHUN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PASCA


MELAHIRKAN NORMAL DI RUANG BANYU BIRU RSUD GRATI PASURUAN

OLEH:

NAMA : AULIA MADINI


NIM : 096022995

AKADEMI KEBIDANAN AR RAHMA


TAHUN 2023
KEBUTUHAN MOBILITAS/AKTIVITAS

 Definisi

Aktivitas fisik atau mekanika tubuh merupakan usaha mengkoordinasikan sistem


musculoskeletal dan sistem syaraf serta mempertahankan kesimbangan, postur dan
kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas
sehari-hari (Potter & Perry, 2005). Setiap manusia memiliki irama atau pola tersendiri dalam
aktivitas sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi, makan, istirahat dan lain-lain.

Mekanik tubuh merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien, terkoordinasi, dan aman
sehingga menghasilkan gerakan yang baik dan memelihara keseimbangan selama
beraktivitas. Mekanik tubuh yang baik bukan hanya untuk olahragawan, tetapi juga penting
untuk perawat maupun klien.

Ancaman mekanik dapat terjadi pada perawat saat menjalankan aktivitas. Misalnya, perawat
sangat berisiko mengalami cedera tulang belakang karena aktivitas atau pekerjaan yang
dilakukannya. Hal ini disebabkan aktivitas yang dilakukan perawat cukup berat, misalnya
mengangkat klien ke tempat tidur, membantu klien dari tempat tidur, memindahkan klien ke
tempat tidur tanpa bantuan orang lain atau dilakukan sendirian, mengangkat klien dan
memindahkannya, serta membawa alat yang melebihi berat 15 kg. Jika demikian apabila
mekanik tubuh yang dilakukan tidak benar, maka dapat menyebabkan tekanan fisik pada
tulang belakang ataupun cedera.

 Elemen Dasar Body Mekanik

Elemen dasar body mekanik memiliki tiga elemen yaitu postur tubuh (body alignment),
kesimbangan (balance), dan gerakan tubuh yang terkoordinasi (coordinated body movement).

 Klarifikasi

Mobilitas sebagian di bagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan


batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabakan oleh trauma
reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
2. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang refersibel. Contohnya terjadinya hemiplegi karena stroke, paraplegi karena
cedera tulang belakang, poliomelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensoris.

 Rentang Gerak dalam mobilisasi

Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

1. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien.

2. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.

3. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan
(Carpenito, 2000).

 Etiologi
 Penyebab
Penyebab utama immobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidak seimbangan, dan masalah psiokologis.
 Penyebab secara umum :
a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan otot
 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi:
I. Gaya hidup

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa
melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan
gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemabuk.

II. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya


misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian
pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk
bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita
penyakit tertentu misalnya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit
kardiovaskuler.

III. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya;
seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak
kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda
mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.

IV. Tingkat energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan
berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.

V. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang
remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat
kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

 Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena
adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.
Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan
tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan
tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot,
misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot
memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan
darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark
miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan
kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari
tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.

Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian
melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung
kembalinya aliran darah ke jantung.

 Pat Way
MOBILISASI

Tidak mampu beraktivitas Konstipasi

Tirah baring yang lama

Gastrointestinal,
gangguan katabolisme,
Kehilangan daya otot, anoeksia, nitrogen tidak
Penurunan, perubahan efektif, kemunduran
system muskuluskelet. infekdefekasi
Gangguan fungsi paru-
paru, penumpukan
secret,sulit batuk Jaringan kulit yang
tertekan, perubahan
system, kontriksi
pembuluh, sel kulit
mati, dekubitus

Hambatan mobilitas fisik

Ketidak efektifan
bersihan jalan nafas

Kerusakan integritas kulit

Anda mungkin juga menyukai