Anda di halaman 1dari 52

MOBILISASI PASIEN

( POSITIONING, TRANSPORTASI, &


AMBULASI)

By: INDHIT TRI UTAMI


Pengantar mekanika tubuh
• Mekanika tubuh adalah suatu usaha mengorganisasikan sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan
keseimbangan, postur, dan kesejajaran tubuh selama
mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas
sehari – hari.

• Penggunaan mekanika tubuh yang tepat dapat mengurangi


risiko cedera sistem muskuloskeletal
Kesejajaran tubuh dan keseimbangan tubuh
• Kesejajaran tubuh dan postur merupakan istilah yang sama dan mengacu

pada posisi sendi, tendon, ligamen selama berdiri, , duduk, dan berbaring.
Kesejajaran tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur
muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot secara adekuat, dan menunjang
keseimbangan.

• Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan ini,

pusat gravitasi akan berubah, menyebabkan peningkatan gaya gravitasi,


sehingga menyebabkan risiko jatuh dan cedera.
• Keseimbangan tubuh juga dapat ditingkatkan dengan postur dan
merendahkan pusat gravitasi yang dapat dicapai dengan posisi
jongkok. Semakin sejajar posisi tubuh, semakin besar
keseimbangannya.

• Kemampuan untuk mencapai keseimbangan dipengaruhi oleh


penyakit, gaya berjalan yang tidak stabil pada todler, kehamilan,
medikasi dan proses menua
Pengaturan gerakan

• Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi


dari sistem skeletal, otot skeletal, dan sistem saraf.
1. Tulang
2. Sendi
3. Ligamen
4. Tendon
5. Kartilago
6. Otot skeletal
• Sistem saraf

Pergerakan dan postur tubuh diatur oleh sistem saraf. Area motorik
volunter utama berada di korteks serebral, dimana bagian korteks
serebral kanan mengatur pergerakan tubuh sebelah kiri, dan sebaliknya.
Transimisi impuls dari sistem saraf ke sistem muskuloskletal merupakan
peristiwa kimia listrik dan membutuhkan neurotransmitter.
Pada dasarnya neurotransmitter merupakan substansi kimia seperti
asetilkolin yang memindahkan impuls listrik dari saraf yang bersilangan
ke otot. Neurotransmitter mencapai otot dan menstimulasi sehingga
menimbulkan gerakan
• Propriosepsi

Propriosepsi adalah sensasi yang dapat melalui stimulasi dari


dalam tubuh mengenai posisi dan aktivitas otot tertentu.

Propriosepsi di dalam tubuh dipantau oleh proprioseptor yang


merupakan tempat ujung – ujung saraf di tendon, otot, dan
sendi.

Jika seseorang melakukan aktivitas hidup sehari – hari, maka


proprioseptor memantau aktivitas otot dan posisi tubuh secara
terus – menerus.
Misalnya proprioseptor pada telapak kaki menopang postur
tubuh yang benar ketika berdiri/berjalan. Pada saat berdiri
terdapat penekanan yang terus-menerus pada telapak kaki..
Otot yang berdiri akan tetap berdiri sampai memutuskan
untuk mengubah posisi.

Jika seseorang berjalan, maka propriopseptor pada telapak


kaki memantau perubahan tekanan. Kemudian ketika telapak
kaki yang sedang berjalan menyetuh permukaan, secara
otomatis ia bergerak melangkah. Proprioseptor
memungkinkan seseorang berjalan tanpa harus melihat
kakinya.
mobilisasi
 Mobilisasi : kemampuan untuk bergerak bebas, mudah,
berirama  merupakan bagian paling mendasar dari
kehidupan

 Immobilisasi : keadaan di mana individu mengalami atau


berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Misal tirah
baring(bed rest)
Tujuan mobilisasi
1. Memenuhi kebutuhan Dasar
2. Melindungi diri dari trauma
3. Pertahankan “self esteem” dan “body
image”

Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi


1. Mobilisasi Pasif: dibantu oleh orang lain
2. Mobilisasi aktif asistif: dibantu sebagian oleh
orang lain
3. Mobilisasi aktif: dilakukan secara mandiri
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
1. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari
tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatannya. 

2. Proses Penyakit dan injury


Adanya penyakit tertentu yang diderita
seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya,
misalnya; seorang yang patah tulang akan
kesulutan untuk mobilisasi secara bebas
3.  Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas
membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang
sedang sakit akan berbeda mobilitasnya
dibandingkan dengan orang dalam keadaan sehat.

4.  Usia dan status perkembangan


Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan
mobilitasnya dibandingkan dengan seorang
remaja.

5. Nutrisi
Pengaruh patologis pada kesejajaran
tubUh dan mobilisasi
1. Kelainan Postur
Kelainan postur yang didapat atau kongenital mempengaruhi
efisiensi sistem muskuloskeletal, seperti kesejajaran tubuh,
keseimbangan, dan penampilan.

 Tortikolis  mencondongkan kepala ke sisi yang sakit


dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi
 Lordosis kurva anterior pada spinal yang melengkung
berlebihan
 Kifosis  peningkatan kelengkungan pada kurva spinal
torakal
Skoliosis  kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu
tidak sama.
Knock –knee  kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga
lutut rapat jika seseorang berjalan.
Bowlegs  satu atau dua kaki bengkok keluar pada lutut,
kondisi ini normal sampai usia 2 – 3 tahun
Footdrop  plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki
kerena kerusakan saraf peroneal
TORTIKOLIS
KNOCK - KNEE
BOW LEGS
• Oleh karena itu, pengetahuan tentang karakteristik, penyebab dan

penatalaksanaan umum pada kelainan tubuh digunakan perawat dalam


memperbaiki kesejajaran tubuh klien selama mengangkat, memindahkan,
dan mengubah posisi klien.
• Karena beberapa kelainan postur membatasi rentang gerak pada

beberapa sendi, maka perawat mempertahankan rentang gerak


maksimum pada sendi yang tidak sakit
2. Gangguan perkembangan otot

Distrofi muskular adalah sekumpulan gangguan yang

disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal. Karakteristik

distrofi muskular adalah progresif,kelemahan simetris dari

kelompok otot skelet, dengan peningkatan ketidakmampuan

dan deformitas.
3. Kerusakan Sistem saraf Pusat
Penyakit saraf seperti cedera kepala, stroke akan mengakibatkan gangguan
kesejajaran tubuh dan mobilisasi.
Contoh : seseorang yang mengalami hemoragik serebral kanan disertai nekrosis total
akan menyebabkan hemiplegia pada otot sebelah kiri.

4. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal


Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal menyebabkan memar, kontusio, salah
urat dan fraktur/patah tulang
GANGGUAN MOBILISASI
• TIRAH BARING : suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk
tetap berada di tempat tidur dengan tujuan terapeutik. Lamanya
tirah baring tergantung pada penyakit/cedera dan status
kesehatan klien selanjutnya.

Atrofi disuse digunakan untuk menggambarkan pengurangan


ukuran normal otot secara patologis setelah tirah baring yang
lama akibat trauma, pemakaian gips, atau kerusakan saraf lokal
GANGGUAN MOBILISASI
• IMMOBILISASI : suatu keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami keerbatasan gerak fisik.
• Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan

instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring,


pembatasan gerak fisik selama menggunakan alat bantu
eksternal (misal gips)
Pengaruh fisiologis akibat immobilisasi
1. Gangguan fungsi gastrointestinal  penurunan motilitas
saluran pencernaan. Efeknya adalah konstipasi.

2. Perubahan sistem respiratorik  pada pasien yang mengalami


immobilisasi atau tidak sadar menyebabkan terjadinya
penurunan batuk produktif. Sehingga penyebaran mukus dalam
bronkus meningkat. Karena mukus merupakan media yang
sangat baik untuk pertumbuhan bakteri, maka terjadi
bronkopnumonia .
Pengaruh fisiologis akibat immobilisasi
3. Perubahan sistem kardiovaskuler  hipotensi ostotastik
adalah penurunan tekanan darah sistolik 25 mmHg, dan
diastolik 10 mmHg ketika klien bangun dari posisi berbaring
atau duduk

4. Perubahan sistem muskuloskeletal  atrofi otot : adalah


suatu keadaan yang dipandang secara luas sebagai respons
terhadap penyakit dan penurunan aktivitas sehari – hari.
Pengaruh fisiologis akibat immobilisasi
5. Perubahan sistem integumen  dekubitus akibat iskemia
dan anoksia jaringan karena jaringan tertekan.

6. Perubahan eliminasi urin  pada posisi tegak lurus, urine mengalir


keluar dari pelvis ginjal masuk ke dalam ureter dan kandung kemih
akibat gaya gravitasi. Jika klien dalam posisi datar/recumbent , ginjal
dan ureter juga datar. Kadang menyebabkan pelvis ginjal terisi sebelum
masuk ke ureter, menyebabkan urine statis dan meningkatkan infeksi
saluran perkemihan dan batu ginjal
Positioning (perubahan posisi)
Tujuan:
1. Mencegah rasa tidak nyaman pada otot
2. Mempertahankan tonus otot
3. Mencegah terjadinya komplikasi imobilisasi: ulkus
dekubitus, kerusakan pembuluh darah dan kontrkatur
Prinsip pengaturan posisi
1. Pertahankan kasur yang digunakan dapat
memberikan support yang baik bagi tubuh
2. Yakinkan bahwa alas tidur tetap bersih dan
kering, krn alas tidur yang lembab dan terlipat
akan meningkatkan risiko terjadinya ulkus
dekubitus
3. Jangan meletakkan satu bagian tubuh di atas
bagian tubuh yang lain, terutama dengan daerah
penonjolan tulang
4. Rencanakan perubahan posisi selama 24 jam
setiap 2 jam dan lakukan secara teratur
5. Awali setiap posisi setiap posisi dasar
6. Pertahankan mekanika tubuh yang benar baik
klien maupun pemberi posisi.
Jenis posisi tidur
 1. Fowler posisi fowler adalah posisi tidur klien
dimana kepala dan badan dinaikkan 45-60 O .
Kombinasi posisi fowler adalah semi fowler (30-45
O
) dan posisi high fowler tinggi (45-90 O ). 
untuk yg mengalami masalah pernapasan
(sesak)(meningkatkan kesempatan
bersosialisasi/ relaks dengan kombinasi semi
fowler dan high fowler)
 2. Dorsal Recumbent  posisi tidur terlentang
dengan kepala dan bahu sedikit ditinggikan
dengan bantal

 3. Prone klien berbaring dengan posisi


telungkup dan kepala menghadap ke samping
(mencegah kontraktur fleksi pada bokong dan
lutut), meningkatkan drainase dari mulut. Cocok
untuk klien pasca operasi mulut
 Lateral  klien berbaring padda satu sisi dari
tubuh. Digunakan untuk klien yg membutuhkan
istirahat/tidur yang baik.
 Baik untuk menghilangkan tekanan padda sakrum
dan tumit

 Sims  posisi antara lateral dan posisi prone


oTrendelenberg : yaitu posisi dimana kepala lebih rendah
daripada kaki dengan tujuan mengalirkan darah ke kepala.
Biasanya untuk pasien – pasien yang mengalami syok
hipovolemik/tekanan darah sangat turun

oLitotomi : merupakan posisi yang digunakan untuk


seseorang yang hendak melahirkan atau juga pembedahan
yang melbatkan organ reproduksi wanita
TRANSPORTASI/ Pemindahan KLIEN
 Perawat bisa memberi perawatan pada klien
immobilisasi yg harus diubah posisi, dipindahkan
di atas tempat tidur, dan harus dipindahkan ke
kursi ataupun brankar.

 Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan


perawat untuk menggerakkan, mengangkat,
atau memindahkan klien dengan aman dan juga
melindungi perawat dari cedera muskuloskletal
(artinya perawat harus selalu menjaga
kesejajaran garis tubuh/body alignment)
Postur tubuh yang baik
 Mempertahankan lengkung spinal (tulang belakang)
jaga setiap saat
 Postur yang baik menurunkan beban pada tulang
belakang, sehinggan mencegah injuri/trauma. Mobilisasi
tanpa tegang dan energi baik serta tonus otot baik akan
mencapai keseimbangan tubuh
 Keamanan dalam pergerakan :
- Mekanika tubuh yang aman: pikirkan posisi  kuda-
kuda
Teknik pemindahan pasien
1. Naikkan sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi
berlawanan dengan perawat untuk mencegah jatuhdari tepat
tidur
2. Tinggikan tempat tidur pada ketinggian nyaman
3. Kaji mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentuan bantuan
klien yg dapat digunakan saat memindahkan
4. Tentukan kebutuhan akan bantuan
5. Jelaskan prosedur
6. Kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setiap kali
memindahkan
Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi/kursi roda

 Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi oleh


perawat membutuhkan bantuan klien dan tidak
dilakukan oleh klien yg tidak dapat membantu.
 Menjelaskan kepada klien
 Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan
punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat
tidur (kunci kursi, ingat!!!)
 Pemindahan yang aman adalh prioritas pertama
 Jika ragu-ragu, harus minta bantuan
 Klien harus duduk dan menjunntaikan kakinya di sisi
tempat tidur sebentar sebelum berdiri.
 Kemudian klien harus berdiri beberapa menit disisi tempat
tidur sehingga klien dapat cepat menurunkan
punggungnya ke tempat tidur jika pusing
 Ketika memindahkan klien imobilsasi dari tempat tidur ke
kursi roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh
yang benar.
Memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar

 Klien yang imobilisasi dipindahkan dari tempat


tidur ke tempat tidur harus (brankar) harus
membutuhkan 3 orang pengangkat.
 Lebih baik jika org-org yang memindahkan
memiliki tinggi badan yang sama.
 Cara lain memindahkan klien ialah
menggunakan kain pengangkat yang
ditempatkan di bawah klien (sebagai ayunan)

 Perawat di tempatkan berlawanan dari tempat


tidur
 Brnakar ditempatkan berdampingan dengan
tempat tidur
 Jika klien mengalami trauma tulang belakang, papan pemindah
harus ditempatkan di bawah klien sebelum klien dipindahkan

 Brankar di sebelah kanan

 Harus aman, oleh karenanya jika terdiri dari 3 orang


perawat(pengangkat), yang diposisi kepala sebagai komando
Ambulasi Klien
 Ambulasi Klien/gerakan untuk berjalan merupakan fungsi yng
perlu untuk dibantu, khususnya bagi klien yang berada pada
posisi sakit/immobilisasi.

 Biasanya pasien/klien yg telah lama berbaring , akan lemah dan


gemetar pada saat pertama kali bangun dan turun dari tmpt
tidur

 Risiko masalah imobilisasi akan dapat dikurangi jika klien


melakukan ambulasi segera.
 Klien juga harus dilatih untuk menjaga posisi yang benar dan
latihan ROM (Range Of Motion)
TUJUan mengajarkan alat bantu mekanik
 Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi, dan
kemampuan mobilisasi
 Menurunkan risiko komplikasi immobilisasi
 Menurunkan ketergantungan klien terhadap irang lain
 Meningkatkan rasa percaya diri klien
Persiapan alat bantu berjalan
 Bermacam-macam alat bantu tersedia untuk membantu
ambulasi
 Tingkatan alat bantu mobilisasi yaitu tongkat, dengan
support minimal, kruk dan alat bantu jalan (walker)
yang dapat digunakan oleh klien apabila ekstremitas
bawahnya tidak mampu menopang anggota badan
sepenuhnya.
1. Tongkat/canes

 Tongkat merupakan alat ringan, terbuat dari kayu atau


besi.
 Dapat membantu mejaga keseimbangan badan,
diberikan pada klien yang hemiparase(kelemahan) dan
digunakan untuk menurunkan ketegangan karena
kumpulan beban yang berat
 Terdapat 3 tingkatan tongkat
1. Tongkat standar untuk klien yg membutuhkan
sedikit bantuan berjalan
2. Tongkat bertangkai, untuk klien dengan kelemahan
tangan
3. Tongkat segi empat untuk pasien parasis uni
lateral/kelamahan di kaki
2. Tongkat penopang/kruk
 Terbuat dari kayu/besi sepanjang ujung
mencapai aksila. Kruk digunakan untuk
memindahkan berat dari satu atau kedua
kaki.
 Terdapat 3 tipe kruk:
1. Kruk aksila
2. Kruk “lofstrand mempunyai 1
pegangan tangan dan lingkaran besi yang
melingkari lengan bawah (cocok untuk
paraplegia)
3. Kruk “platform”  digunakan untuk
klien yg tidak dapat menahan berat di
pergelangan tangannya
3. walker
 Alat bantu ini dapat digunakan bagi klien yang
mengalami masalah keseimbangan. Biasanya untuk
lansia
LATIHAN RENTANG PERGERAKAN SENDI (RPS/
ROM)
TUJUAN latihan pergerakan sendi
 Latihan pergerakan sendi diberikan untuk
mempertahankan dan meningkatkan fungsi sendi
yang berkurang karena proses penyakit, kecelakaan ,
atau tidak digunakan

 TUJUAN:
1. Memperthankan fungsi mobilisasi sendi
2. Memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan
otot yang berkurang
3. mencegah komplikasi dari immobilisasi seperti atrofi otot
(pengecilan otot) dan kontraktur (kekakuan)
Kontraindikasi latihan rps
1. Klien dengan gangguan pada sistem kardiovaskuler
dan pernapasan
2. Pembengkakan dan peradangan sendi
3. Cidera pada sistem muskuloskeletal (otot sendi tulang)
Prinsip memberikan latihan rps
1. Lakukan secara berurutan dan teratur mulai dari leher
ke kaki
2. Jangan memgang sendi secara langsung, tetapi pegang
ekstremitas secar lembut . Bila memegang sendi secara,
buatlah telapak tangan seperti mangkuk dan letakkan
dibawah sendi.
3. Bekerja mulai dari arah proksimal dan distal ( jauh ke
dekat)
4. Aman dan nyaman
5. Latihan dapat disatukan pada saat memandikan atau
memberikan pendidikan kesehatan
Tipe gerakan
Jenis gerakan Arti gerakan

Fleksi Gerakan menekuk sendi


Ekstensi Gerakan meluruskan sendi
hiperekstensi Gerakan meluruskan sendi melebihi posisi
anatomis
Dosrifleksi Gerakan fleksi (menekuk) pada tumit . Telapak
kaki ditekuk ke arah lutut

Plantar fleksi gerakan meluruskan tumit. Telapak kaki


diluruskan sehingga jari-jari menghadap ke
bawah
abduksi Gerakan anggota badan menjauhi garis tengah
tubuh
adduksi Gerakan anggota badan mendekatigaris tengah
tubuh
Tipe gerakan

Rotasi Gerakan memutar

Rotasi Gerakan memutar menjauhi sumbu tubuh


eksternal
Rotasi internal Gerkakan memutar mendekati sumbu tubuh

sirkumduksi gerakan melingkar pada ujung-ujung sendi

supinasi Gerakan telapak tangan ke arah anterior (depan) dan


superior (atas)
pronasi Gerakan telapak tangan ke arah posterior (belakang) dan
inferior (ke bawah)
eversi Gerakan tumit ke arah lateral (samping) sumbu tubuh

Inversi gerakan tumit ke arah garis tengah sumbu tubuh

Oposisi Gerakan mempertemukan ibu jari dengan jari-jari lainnya

Anda mungkin juga menyukai