SMK/MAK
Dasar-Dasar Ilmu
Kedokteran Gigi
Muhammad Nasir
Nidarwati
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
REDAKSIONAL
Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran
Penulis:
Muhammad Nasir
Nidarwati
Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono
Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah
Editor :
Edy Cahyana
Desain Sampul
Sonny Rasdianto
Layout/Editing:
Ratna Murni Asih
Apfi Anna Krismonita
Indah Mustika Ar Ruum
iii
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bahan ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktif dengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rmempunyai guru-guru yang produktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.
iv
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PRAKATA
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga buku yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan Gigi telah dapat
diselesaikan pada 2020. Buku panduan bahan ajar ini sebagai pedoman bagi peserta
didik-siswi Program Kompetensi Keahlian Dental Keperawatan Gigi pada Sekolah
Menengah Kejuruan SMK Kesehatan Kelas X (sepuluh). Dalam buku memberikan
petunjuk praktis peserta didik mendapatkan gambaran secara jelas dalam
menyelesaikan tugas praktik lapangan peserta didik-siswi di RSU, Puskesmas dan
Klinik-klinik kesehatan gigi.
Kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian
Pendidikan dan kebudayaan Repubik Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah, serta kepada :
1. Bapak Dr.Ir. M. Bakrun, MM selaku Direktur Pembinaan SMK
2. Bapak M. Widiyanto, S.Pd.,MT selaku Kepala Subdit Kurikulum SMK
3. Bapak Winih Wicaksono selaku pembimbing bahan ajar SMK
Kami juga menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
buku ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan buku ini
sangat diharapkan dan semoga buku ini dapat memberikan maanfaat bagi peserta
didik-siswi Dental Keperawatan Gigi serta bagi semua pihak dari segala lapisan
masyarakat yang membutuhkan.
Penulis
Muhammad Nasir
Nidarwati
v
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
KATA PENGANTAR................................................................................................ iv
PRAKATA.............................................................................................................. v
DAFTAR ISI........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xi
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU.......................................................................... xii
PETA KONSEP BUKU........................................................................................... xiv
APERSEPSI.......................................................................................................... xv
vi
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
DAFTAR ISI
BAB X PROSTODONSI.......................................................................................189
A. Akibat Kehilangan Gigi..................................................................................191
B. Alasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Lapisan.............................................194
C. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan.....................................................................196
D. Gigi Tiruan Lengkap.......................................................................................204
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................251
BIODATA PENULIS.............................................................................................252
vii
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
viii
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
DAFTAR GAMBAR
ix
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
DAFTAR GAMBAR
x
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
xi
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PETUNJUK PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU PENGGUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku dengan judul Dasar-dasar Ilmu Kedokteran Gigi ini diharapkan dapat
menjadi panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengetahuan
dan keterampilan bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan
mmemperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
xii
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
xiii
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
xiv
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
APERSEPSI
APERSEPSI
xv
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BAB
FALSAFAH DAN SEJARAH DENTAL KESEHATAN I
BAB I FALSAFAH DAN SEJARAH DENTAL KESEHATAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Falsafah
KATA KUNCI
1
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
Dalam bab I ini dijelaskan konsep dasar kegiatan pelayanan kesehatan pada
pelayanan keperawatan gigi dan mulut yang dilaksanakan oleh seorang perawat
gigi. Di sini akan dijabarkan falsafah dan sejarah perawat gigi serta perkembangan
pendidikan perawat gigi baik di Indonesia dan beberapa negara di dunia, profesi
perawat gigi selalu terkait dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pelayanan perawatan gigi dan mulut kepada pasien maupun kelompok
masyarakat sebagi tindakan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik.
Ditinjau dari berbagai perubahan dan kemajuan yang terjadi dengan sendirinya akan
berakibat pada perubahan standar pelayanan yang harus dipahami oleh peserta didik
pada kompetensi keahlian perawat gigi.
Sejarah perkembangan perawat gigi sudah dimulai sejak 1950. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi pula perubahan
tugas pokok dan fungsi perawat gigi, hal ini menunjukkan bahwa kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terjadi diberbagai bidang kehidupan memberikan
sumbangsih besar pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan bidang
pelayanan keperawatan gigi. Untuk itu, penting bagi peserta didik sebagai perawat
gigi untuk mempelajari bab ini karena terkait dengan rekam jejak perkembangan
bidang keperawatan gigi yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap penghargaan
peserta didik pada profesi peserta didik itu sendiri sebagai perawat gigi dan juga apa
yang akan menjadi tugas peserta didik sebagai perawat gigi.
2
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
A. Falsafah
Falsafah adalah dasar pemikiran, keyakinan perawat terhadap nilai-nilai
keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Dari pengertian tersebut falsafah keperawatan gigi adalah dasar pemikiran yang
harus peserta didik miliki sebagai perawat gigi. Falsafah ini menuangkan kerangka
dasar bagi peserta didik sebagai perawat gigi dalam berpikir, mengambil keputusan,
dan bertindak yang diberikan pada pasien dalam rentang sehat-sakit. Kenyakinan
yang menjadi pedoman bagi perawat gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut :
1. Manusia adalah individu yang unik holistik
2. Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien atau keluarga
4. Proses keperawatan
5. Pendidikan keperawatan harus dilaksnakan terus-menerus
Dari keyakinan tersebut falsafah keperawatan gigi yaitu memandang manusia
sebagai makhluk hidup yang utuh yang disebut holistik. Adapun kata holistik
artinya adalah layanan yang harus dipenuhi hendaknya mempertimbangkan
kebutuhan biologis, psikologis, kutur sosial dan spiritual pasien, dalam hal ini dalam
mempertimbangkan lima dasar kebutuhan manuisa. Dengan demikian pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien melalui pendekatan dengan melihat
bagaimana : (1) kondisi fisik pasien, (2) bagaimana kondisi jiwanya, (3) kondisi
sosial ekonominya, (4) kondisi sosial budaya lingkungan tempat tinggal mereka
dan, (5) kondisi spritualnya.
Tindakan yang peserta didik berikan hendaknya juga dilakukan melalui upaya
asuhan keperawatan yang komprehensif, sistematis, logis dan tidak bisa dilakukan
secara sepihak dengan menghargai bahwa setiap klien berhak mendapatkan
perawatan tanpa membedakan suku, agama, status sosial, dan ekonomi dengan
memberikan layanan kesehatan, memberikan bantuan yang paripurna dan efektif
kepada pasien, membantu pasien dari level individu hingga kelompok lingkungan
masyarakat serta melaksanakan intervensi keperawatan dalam hal ini terutama
promotif dan preventif.
Sebagai contoh ketika pasien sakit fisik maka tidak menutup kemungkinan
untuk sakit psikisnya juga, keluarga pasien harus ikut merasakan sakit karena harus
menunggui anggota keluarganya yang sakit, sehingga secara ekonomi banyak
pengeluaran dalam menunggu pengobatan pasien sampai sembuh, dan peran atau
fungsi keluarga ikut terganggu dengan ketidak nyamanan yang ditimbulkan oleh
pasien.
Selain itu komunitas tempat keluarga tinggal juga dapat terpenuhi jika
keluarga tersebut memiliki peran yang besar dikomunitasnya, karena itulah
seorang perawat gigi dalam memberikan layanan kesehatan kehendaknya
mempertimbangkan manusia sebagai makhluk yang utuh atau holistik, dengan
memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual
pasien. Dalam bab 1 ini, akan dibahas mengenai falsafah dan sejarah keperawatan
gigi. Sejarah keperawatan gigi baik secara internasional maupun nasional, juga
akan dijelaskan tentang sejarah pendidikan sehingga menjadi seorang perawat
3
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
gigi. Setelah mempelajari bab 1 ini peserta didik diharapkan mampu menjelaskan
sejarah dental keperawatan gigi. Secara lebih rinci, diharapkan mampu memberikan
nilai tambah bagi peserta didik itu sendiri untuk :
1. Menjelaskan falsafah dental keperawatan gigi
2. Menjelaskan sejarah dental perawat gigi Internasional
3. Menjelaskan sejarah dental perawat gigi di Indonesia
4. Menjelaskan sejarah pendidikan dental perawat gigi di Indonesia
Dalam melaksanakan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan,
peserta didik sebagai seorang perawat gigi juga dituntut menerapkan tatanan
dalam tugas keperawatan yaitu menerapkan etika keperawatan. Sebagai dental
perawat gigi harus memiliki dasar, sifat dan kepribadian yang baik, karena tugas
yang akan peserta didik emban kedepan mengharuskan peserta didik setiap saat
berhadapan dengan manusia, lalu apa-apa saja dasar, sifat dan pribadi seorang
perawat gigi tersebut, pelajari beberapa uraian dibawah ini :
1. Mempunyai rasa kasih sayang terhadap semua manusia tanpa memandang
bulu, rasa dan suku bangsa.
2. Mempunyai rasa pengorbanan atau rasa sosial yang tinggi
3. Mempunyai keinginan dan minat dalam merawat pasien
4. Disiplin, jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakanya
5. Mempunyai pemikiran yang sehat dan bijaksana sebagai dasar untuk bertindak
secara cepat dan tepat.
6. Halus, lembut, tenang tetapi tegas.
4
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
5
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
6
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
7
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
8
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
9
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
10
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
yang menyatakan bahwa Jabatan Fungsional mempersyaratkan adanya profesi
yang jelas, etika profesi dan tugas mandiri dari tenaga kesehatan tersebut. Jabatan
fungsional juga harus diorganisasikan dalam suatu organisasi profesi.
Perawat gigi harus menyikapi Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1994
tersebut dan harus berjuang menyesuaikan diri. Pada tanggal 13 september 1996
terbentuklah wadah profesi perawat gigi yang dinamakan persatuan perawat gigi
Indonesia yaitu organisasi profesi PPGI dalam kongres di BLKM Ciloto Jawa Barat.
Organisasi ini didukung oleh Direktorat Kesehatan Gigi, Biro Organisasi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia dan Pusdiknakes Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Pembentukan organisasi ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan. Dalam perturan tersebut disebutkan
dengan jelas definisi tenaga kesehatan sebagai berikut “tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk upaya kesehatan”.
PPGI yang baru terbentuk atas inisiatif untuk mengadakan Musyawarah
Nasional I, Direktorat Kesehatan Gigi selaku pembina teknis hadir dalam Musyawarah
Nasional I tersebut. Pertemuan para wakil perawat gigi dari seluruh Indonesia
pada tanggal 10 sampai dengan 11 Desember tahun 1996 sekaligus mengesahkan
organisasi profesi perawat gigi. Musyawarah Nasional tersebut menghasilkan ; 1.
Anggaran Dasar (AD), 2. Anggaran Rumah Tangga (ART), 3. Kode Etik Perawat Gigi, 4.
Usulan Draf Jabatan Fungsional, dan 5. Program Kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tersebut menyebutkan perawat
gigi bukan merupakan katagori perawat, belum ada body of knowledge yang diakui
sebagai ilmu perawat gigi di Indonesia karena masih didomisili oleh pendidikan
ilmu kedokteran gigi dentistry. DPP-PPGI terus memperjuangkan agar perawat
gigi masuk dalam katagori tenaga keperawatan dan tercantum pada jenis tenaga
kesehatan bagian dari tenaga keperawatan didalam PP Nomor 32 tahun 1996.
Dengan berbagai upaya dari PPGI maka keluarlah Keputusan Meneteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1035/Meskes/SK/IX/1998 tentang perawat gigi dimana
diputuskan bahwa perawat gigi merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan
kelompok keperawatan. PPGI lebih cendrung mengartikan keperawatan dalam
kontek kesehatan gigi dan mulut adalah dalam bentuk upaya pemeliharaan
(care) kesehatan gigi dan mulut. Antara perawat gigi dan perawat umum terdapat
perbedaan dan pendekatan walaupun kedua jenis tenaga tersebut memandang
manusa sebagai satu kesatuan yang mengandung unsur-unsur biologis, psikologis
sosial dan kultural psikososial kultural.
Perawat gigi melakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut dalam upaya
pendekatan, pemeliharaan melalui tindakan-tindakan promotif preventif. Pendekatan
promotif melalui upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pendekatan preventif
melalui upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut. Sementara, perawat (nurse)
melakukan pendekatan berdasarkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia agar
mampu mengatasi masalah kesehatannya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 378/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi perawat gigi dijelaskan
perawat gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui pendekatan promotif
dan preventif yaitu:
11
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
1. Pendekatan promotif
a. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat
b. Pelatihan kader
c. Penggunaan alat peraga
d. Pola makanan yang sehat
2. Pendekatan preventif
a. Pemeriksaan plak
b. Pembersihan karang gigi.
c. Sikat gigi bersama atau massal
d. Pencegahan karies gigi : 1) Menggunakan flour dengan teknik kumur-kumur,
2) Pengolesan larutan fluor pada gigi, dan 3) Pengisian pit dan fissure dengan
bahas fissure sealent.
12
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
13
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
kesehatan secara umum dan kualitas kehidupan pasien dan masyarakat berdasarkan
pengembangan ilmu pengetahuan. Tidak seperti dental asisten yang dalam
melaksanakan tugasnya akan selalu terkait dengan pekerjaan dokter gigi. Dental
higiene ini mempunyai kekhususan karena dapat melakukan pelayanan asuhan
keperawatan gigi dan mulut tanpa kehadiran dokter gigi di sampingnya. Walaupun
demikian dental higiene tetap memerlukan dokter gigi sebagai pengawas dalam
pelaksanaan profesinya. Kekhususan pelayanan dental higiene ini tentu saja
terbatas pada konsep dental higiene yaitu promotif dan preventif tidak termasuk
pelayanan kuratif operatif.
Gambar di atas ini sebagai contoh, kegiatan promotif dan preventif yang
dapat dilakukan oleh seorang dental higiene yaitu melakukan edukasi cara sikat gigi
yang benar, menggunakan dental floss/benang gigi. Dental higiene juga melakukan
promosi tentang kesehatan rongga mulut, melakukan asuhan kesehatan gigi dan
mulut secara maksimal pada individu, kelompok dan masyarakat.
14
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
15
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
16
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
RANGKUMAN
2. Dental higiene merupakan ilmu kedokteran gigi dibidang kebersihan gigi dan
mulut yang berhubungan dengan prilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut. Tujuan praktik dental higiene adalah memberikan tindakan intervensi
yang dilakukan oleh dental higiene untuk membantu pasien mencapai derajat
kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
3. Tujuan akhir dari dental higiene adalah meningkatnya derajat kesehatan secara
umum dan kualitas kehidupan seorang pasien dan masyarakat berdasarkan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut,
serta perkembangan bidang-bidang lainnya.
TUGAS MANDIRI
17
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
4. Mempunyai rasa kasih sayang terhadap semua manusia tanpa padang bulu,
mempunyai rasa pengorbanan atau sosial tinggi, mempunyai keinginan dan
minat dalam perawatan dan Disiplin, jujur dan bertanggungjawab atas segala
tindakannya disebut dengan....
A. Dasar atau sifat yang harus dimiliki seorang perawat gigi
B. Dasar atau prilaku yang harus dimiliki seorang perawat gigi
C. Dasar atau kelakuan yang harus dimiliki seorang perawat gigi
D. Dasar atau tindakan yang harus dimiliki seorang perawat gigi
18
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
9. Pada tahun berapakah Sekolah Perawat Gigi pertama di Jakarta yang pertama
berdiri dan meluluskan tenaga Perawat Gigi yang pertama pada ....
a. Tahun 1950
b. Tahun 1953
c. Tahun 1955
d. Tahun 1960
10. Pada tahun berapakah berdiri Sekolah Pengatur Teknik Gigi SPTG pertama
sekali di Indonesia ?
a. Tahun 1950
b. Tahun 1953
c. Tahun 1955
REFLEKSI
19
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BAB
II PENGENALAN DENTAL ASISTEN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
20
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
Pada bab II ini akan menjelaskan pengenalan dental asisten keperawatan gigi.
Setelah mempelari bab ini peserta didik diharapkan mampu melakukan tindakan
keperawatan gigi kepada pasien.
Dalam pembahasan kali ini akan dijabarkan fungsi dental asisten yang sangat
fleksibel serta bervariasi dari suatu klinik gigi ke klinik gigi lainnya. Kemampuan
sebagai dental asisten dibutuhkan baik dalam pelayanan dental asisten gigi
pada ruang Poliklinik Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik Kesehatan Gigi yang
berkemampuan secara klinikal, administrasi, interpersonal dan teknologi dalam
merawat pasien serta memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada pasien
atau masyarakat.
Dalam konsep asuhan keperawatan kesehatan gigi dan mulut, dental asisten
merupakan tim yang erat bekerja sama dengan dokter gigi dalam mendampingi
pasien selama perawatan. Keberadaan dental asisten sangat membantu dokter gigi
dalam memberikan pelayan kesehatan. Tugas seorang dental asisten keperawatan
gigi komprehensif dan bervariasi di klinik kesehatan gigi.
21
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
22
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
23
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 2.3 diatas adalah Kegiatan Menyiapkan dan Memasang Rubber Dam.
Sumber : http://google.com
24
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
25
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 2.7 Diatas adalah kegiatan membuat jadwal dan konfirmasi perjanjian dengan pasien
Sumber : http://google.com
4. Tugas interpersonal
a. Mencatat dental record pasien dan melaporkan ke dokter gigi
b. Mencatat manajemen pasien sebelum, selama dan sesudah perawatan
26
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 2.9 Diatas adalah melakukan kegiatan mencatat dental record pasien
Sumber : www.antaranews.com
Gambar 2.10 Kegiatan dekontaminasi permukaan meja, kursi peralatan didental unit
Sumber : https://elektromedik.blogspot.co.id
27
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
b. Pengelolaan Pasien
Dalam mengelola pasien, peserta didik sebagai dental asisten
harus mampu menempatkan diri selain sebagai asisten juga sebagai
resepsionis yang mumpuni. Untuk itu harus menguasai teknik-teknik
yang meliputi kemampuan untuk:
1) Berkomunikasi yang efektif pada waktu menerima dan menangani
pasien.
2) Mencatat data pasien secara baik
3) Pengaturan sistem perjanjian dan penjadwalan pasien
4) Memelihara hubungan baik dengan pasien
c. Mendudukkan pasien
Untuk mempersilakan dan mendudukkan pasien di dental chair, langkah-
langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan dental chair dalam posisi 60º dan kedudukan terendah.
2) Menaikkan tangan dental chair
28
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
3)
Mempersilahkan pasien duduk
4)
Mengembalikan tangan dental chair ke posisi semula
5)
Meletakkan napkin pada dada pasien
6)
Menaikan dental chair keposisi kerja
7)
Mengondisikan pasien dalam posisi rencah dan rongga mulut
setinggi siku operator pada posisi jam 12.00 dan sejajar lantai.
8) Mempersilakan operator untuk bekerja.
2. Prosedur selama perawatan
Selama proses perawatan,yang perlu diperhatikan sesorang dental asisten
adalah cara memegang alat seperti pen grasp, inverted pen grasp, palm
grasp, dan palm–thumb grasp, serta ketika melakukan transfer alat. Ada
beberapa teknik saat melakukan transfer alat, yaitu:
a. Teknik transfer paralel
Teknik ini biasanya digunakan ketika melakukan transfer alat-alat
penambalan dan hand instrumen lainnya.
b. Teknik transfer palm grasp
Teknik ini biasanya digunakan ketika melakukan transfer untuk alat-alat
yang lebih besar seperti tang, spuit dan citojet.
29
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
30
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
31
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
32
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
JELAJAH INTERNET
33
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
RANGKUMAN
1. Dental asisten adalah seseorang yang bekerja di klinik gigi sebagai asisten
di bawah pengawas dokter gigi dan bertanggung jawab pada ruang lingkup
di dalam klinik gigi.
2. Peran dental asisten adalah melakukan administrasi dan fungsi laboratoris,
rekam medis, melakukan tindakan preventive dentistry.
TUGAS MANDIRI
3. Salah satu kemampuan peserta didik sebagai dental asisten dalam bidang
administrasi dan manajemen adalah kemampuan untuk ....
A. Mengawasi persediaan peralatan dan inventaris
B. Membersihkan, mensterilkan dan memelihara fasilitas dan instrumen
kesehatan gigi yang steril.
C. Menunjukkan komunikasi dan hubungan antar manusia yang efektif
34
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
dengan pasien dan tim kesehatan gigi, baik secara perorangan maupun
dalam tim.
D. Merencanakan, mengelola rencana kerja harian, bulanan dan tahunan
serta pencatatan kegiatan dan keluarannya.
35
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
10. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang asisten sesudah perawatan
dan tindakan adalah ....
A. Mengembalikan pasien ke posisi duduk
B. Membersihkan daerah mulut pasien
C. Membersihkan jalan keluar dengan cara mengangkat dental chair
D. Semua benar.
REFLEKSI
36
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PETA KONSEP
Individu
Pengertian Pe-
layanan Kesehatan Keluarga
Gigi
Masyarakat
Tujuan Pelayanan
Tujuan Khusus
KONSEP PELAYANAN GIGI Kesehatan Gigi dan
DAN MULUT Mulut
Tujuan Umum
Pengertian Standar
Pelayanan Gigi dan
mulut
Standar Kesehatan
Gigi dan Mulut
KATA KUNCI
37
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
38
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
39
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
40
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
41
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
42
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
43
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
44
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
45
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi pelayanan
gigi dan mulut dalam rangka tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang
kesehatan gigi dan mulut, serta status kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Tujuan ini ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dalam salah satu program
Nasional yang dilaksanakan untuk memperingati hari Kesehatan Gigi Nasional.
Kegiatan edukasi serta pelayanan kesehatan gigi dan mulut gratis yang
dilakukan secara konsisten disetiap tahun.
46
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Sesuai dengan konsep dasar dari pelayanan kesehatan gigi dan mulut
yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam memberikan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut, peserta didik sebagai perawat gigi perlu memperhatikan lima
kebutuhan dasar manusia. Maslow menyebutkan bahwa manusia memiliki
kebutuhan dasar yaitu:
1) Kebutuhan fisiologis, meliputi nutrisi dari makanan, cairan, oksigen, tidur,
istirahat, latihan, kebersihan dan sebagainya.
2) Kebutuhan perasaan dan perlindungan (rasa aman)
3) Kebutuhan rasa cinta (memiliki dan dimiliki), meliputi cinta perorangan,
kelompok
4) Kebutuhan aktualisasi diri (ingin dipuji), bekerja sesuai dengan bakat dan
potensi serta dilakukan dengan senang hati dan diakui orang lain
5) Kebutuhan akan harga diri meliputi dihargai dalam pekerjaan profesi,
kecakapan dalam lingkungan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dengan memperhatikan lima kebutuhan dasar manusia di atas, maka
dirumuskanlah tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, agar membantu:
1. Individu pasien untuk mandiri.
Mandiri artinya pasien mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut, mampu
47
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
48
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
49
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
50
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
52
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
53
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
54
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
55
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
56
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
57
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
58
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
RANGKUMAN
4. Keputusan Materi Kesehatan Nomor 284 tahun 2006 tentang standar pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu pedoman yang harus digunkan
oleh perawat gigi dalam menjalankan tugas pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut agar tercapai pelayanan yang bermutu.
TUGAS MANDIRI
59
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
4. Yang menunjukan tujuan dari pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah ....
A. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan kemampuan masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat dibidang kesehatan gigi dan mulut...
B. Memandu dan memberikan perlindungan kepada individu maupun
masyarakat sebagai penerima pelayanan
C. Memberikan pelayanan asuhan seorang perawat gigi yang memenuhi
standar asuhan pelayanan
D. Memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada
individu, keluarga dan masyarakat
5. Dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, seseorang perawat gigi
harus memperhatikan 5 kebutuhan dasar manusia dari dari Maslow. Yang
merupakan kebutuhan dasar manusia adalah....
A. Membantu individu pasien untuk mandiri
B. Mengajak individu, kelompok, masyarakat untuk berpartisipasi
C. membantu individu, mengembangkan potensi dalam memelihara
kesehatan secara optimal sehingga diharpkan tidak tergantung pada orang
lain
D. memberikan rasa aman dan perlingdungan
7. Salah satu tujuan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut masyarakat
adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan
mulut. Manakah pernyataan di bawah ini yang menunjukkan peningkatan
pengetahuan di bidang kesehatan gigi?
A. Masyarakat yang mengetahui cara memilih sikat gigi dan odol
B. Masyarakat yang diberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan gigi
C. Masyarakat yang mengetahui makanan yang kariogenik
D. Masyarakat yang senang menyikat gigi
8. Salah satu kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut masyarakat
adalah pengumpulan data untuk identifikasi masalah. Yang manakah di
bawah ini yang merupakan kegiatan pengumpulan data.....
A. Kumur-kumur dengan larutan flour
B. Pemeriksaan DMF-T, dan CPITN
C. Sikat gigi massal
D. Penyuluhan kesehatan gigi
60
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
10. Masyarakat ataupun indivdu yang karena fisik, mental, sosial budaya dan
ekonomi perlu mendapat bantuan dan pelayanan kesehatan atau pelayanan
asuhan kesehatan, adalah kelompok....
A. masyarakat penyandang cacat
B. khusus
C. risiko tinggi
D. masyarakat khusus
REFLEKSI
61
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BAB
METODE DAN STRATEGI KEPERAWATAN GIGI
IV DAN MULUT
BAB IV METODE DAN STRATEGI KEPERAWATAN
GIGI
TUJUAN PEMBELAJARAN DAN MULUT
PETA KONSEP
KATA KUNCI
62
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
Dalam bab IV akan dibahas metode dan strategi keperawatan gigi dan mulut
dalam sebuah tim kesehatan gigi yaitu dental auxiliary.
Tim pelayanan keperawatan gigi memberikan pelayanan kepada pasien sesuai
dengan metode dan strategi, kenyakinan profesi dan standar yang telah ditetapkan.
Hal ini ditunjukkan agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan
pelayanan yang terencana, aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
pasien, dalam bab I telah dibahas tentang falsafah keperawatan secara terperinci. Tim
kesehatan gigi memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam pelayanan keperawatan
kepada pasien, keluarga maupun komunitas masyarakat, dan harus menggunakan
metode dan strategi yang tepat dan efisien dalam membuat keputusan klinik serta
pemecahan masalah baik secara aktual maupun potensial dalam mempertahankan
kesehatan.
Tim kesehatan gigi terdiri dari dokter gigi, dental higienis, dental asisten,
dental terapis dan dental technicians yang disebut tekniker gigi. Dalam bab IV
ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang metode dan strategi pelayanan
keperawatan serta membahas pula dental higiene, dental asisten dan dental terapis,
karena dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, seorang dental yang
berprofesi sebagai dental perawat gigi dihadapkan juga pada kompetensi keahlian
sebagai dental higienis yang disebut dengan dental asisten atau juga berperan
sebagai dental terapis.
Dalam bab ini juga akan penulis bahas tentang bagaimana suatu pelayanan
keperawatan gigi dan mulut dilaksanakan oleh dental higienis, dental asisten dan dental
terapis.Pelaksanaannya menggunakan metode dan strategi pelayanan keperawatan
agar peserta didik dapat mempelajari lebih lanjut tentang bab ini. Sebelum penulis
membahas lebih lanjut tentang dental auxiliary, peserta didik mencoba memahami
terlebih dahulu dental auxiliary dalam buku catatan peserta didik.
63
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
64
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
65
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Setelah kita membahas strategi dan pendekatan yang dapat peserta didik
lakukan dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan gigi dan mulut
baik kepada individu, keluarga maupun kelompok masyarakat umum, berikut ini
akan dibahas metode-metode yang dapat diterapkan baik di dalam dan di luar
gedung. Peserta didik dapat menyesuaikan strategi dan metode yang dipilih
sesuai dengan kondisi lingkungan, kondisi masyarakat di tempat peserta didik
bersekolah.
Terdapat beberapa metode pemberian penyuluhan dan pengasuhan
keperawatan yaitu metode kasus, metode fungsional, metode tim, metode
keperawatan primer, metode modular, dan manajemen kasus
1. Metode Kasus (Sitorus, 2006) Dalam metode ini, satu perawat gigi akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara paripurna
dalam satu periode melalui pelayanan asuhan individu. Jumlah pasien yang
dilakukan penyuluhan oleh perawat gigi tergantung pada kemampuan
perawat gigi tersebut dan komplekinya adalah kebutuhan pasien.
2. Metode Fungsional : Arwani dan Supriyatno, 2005
Metode fungsional ini efisien, tetapi asuhan seperti ini tidak dapat
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat gigi. Keberhasilan
asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode
ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien terpisah-
pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada masing-masing perawat
gigi tersebut. Disamping itu penyuluhan kesehatan yang diberikan tidak
profesiona dan berdasarkan masalah pasien. Perawat dengan tugas-tugas
administrasi dan manajerial, sementara penyuluhan keperawatan kepada
pasien dipercayakan kepada perawat gigi junior.
3. Metode Tim
Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif. Namun dengan metode ini, kesinambungan
asuhan keperawatan belum optimal sehingga para pakar mengembangkan
metode keperawatan primer (Douglas,1992).
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan menurut Arwani
dan Supriyatno (2005), adalah untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas.
Selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi
antar sesama perawat gigi dalam melaksanakan tugas, dan memungkinkan
adanya transfer pengetahuan dan pengalaman di antara perawat gigi dalam
66
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
67
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
68
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
69
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
70
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
71
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
72
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
JELAJAH INTERNET
73
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
RANGKUMAN
74
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
TUGAS MANDIRI
75
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
5. Di bawah ini adalah hal-hal yang tidak harus diperhatikan dalam menentukan
rencana intervensi asuhan keperawatan adalah. ....
A. Mengidentifikasi alternatif tindakan.
B. Menjadi koordinator pelayanan kesehatan
C. Melibatkan klien dan keluarganya.
D. Mengetahui latar belakang budaya dan agama pasien.
6. Dari pendekatan yang dapat dilakukan oleh perawat gigi, pernyataan yang benar
adalah....
A. Pendekatan keluarga adalah pendekatan melalui pembinaan keluarga binaan
dengan menentukan prioritas masalah yang akan di selesaikan.
B. Pendekatan case approach adalah pendekatan keluarga berdasarkan
atas pendekatan masyarakat yang sudah terpilih dari puskesmas, yang
dinilai memerlukan tindak lanjut.
C. Pendekatan secara organisasi (community approach) merupakan seleksi
kasus secara keseluruhan dan kelompok – kelompok khusus dalam masyarakat.
D. Sebagai health educator, memberikan pendidikan kesehatan gigi dan
mulut kepada individu, keluarga, dan masyarakat secara terorganisasi
dalam rangka menanamkan perilaku kesehatan gigi dan mulut, sehingga
terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
tingkat kesehatan yangoptimal
7. Metode asuhan dengan satu orang perawat gigi bertanggung jawab terhadap
asuhan keperawatan pasien secara paripurna kesehatan gigi dan mulut, adalah
metode....
A. keperawatan primer
B. fungsional
C. role mode
D. pendekatan keluarga
76
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
10. Program yang dilakukan seorang terapis gigi dalam upaya meningkatan
kesehatan gigi dan mulut adalah...
A. Promosi kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat
B. Skrining kesehatan gigi dan mulut,
C. Mengidentifikasi, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi
masalah kesehatan gigi dan mulut diwilayah kerjanya.
D. Apaila diperlukan dapat melaksanakan pelayanan asuhan baik asuhan
sistematis maupun asuhan masyarakat
REFLEKSI
Setelah mempelajari metode dan strategi keperawatan gigi dan mulut, tentunya
kalian telah mengetahui bagaimana metode dan strategi asuhan keperawatan,
dental terapis (terapis gigi), pengertian tentang kedokteran gigi (dental tim),
perjalanan tugas perawat gigi dalam sebuah tim sampai sekarang . Semoga
pembahasan dalam buku ini bisa membuat wawasanmu bertambah dalam bidang
keperawatan gigi. Sebagai peserta didik kompetensi keperawatan gigi yang
nantinya bekerja sebagai asisten dental keperawatan gigi tentu akan sangat malu
bila wawasannya sedikit. Mari kita budayakan membaca jika ada sesuatu yang
belum jelas/membingungkan bertanyalah kepada gurumu.
77
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BAB
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN GIGI
V DAN MULUT
BAB V PROSES ASUHAN KEPERAWATAN GIGI
DAN MULUT
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
PROSES ASUHAN
KEPERAWATAN GIGI DAN
MULUT
KATA KUNCI
78
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
Pada bab ini peserta didik akan melanjutkan belajar tentang metode dan
strategi mengenai asuhan keperawatan gigi dan mulut dan proses asuhan keperawatan
gigi dan mulut secara lengkap. Dalam mempelajari bab ini peserta didik harus mampu
menganalisis tentang asuhan.
Adapun proses asuhan keperawatan gigi dan mulut yang terdiri dari proses pengkajian
asuhan keperawatan dan proses diagnosis serta terapi. Dalam bab V ini peserta didik
harus dapat memahami serta mempelajari tentang kedua proses tersebut.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang ditunjukkan kepada suatu kelompok tertentu atau
individu dalam kurun waktu yang dilaksanakan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan untuk mencapai taraf kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Proses keperawatan gigi yang ditunjukkan untuk memberikan pelayanan klinis
keperawatan gigi. Dalam memberikan pelayanan menunjukkan bahwa seorang
perawat gigi bertanggung jawab untuk mengidentifikasikan dan bisa memecahkan
masalah dalam ruang lingkup praktik pelayanan asuhan keperawatan gigi.
Selain itu proses keperawatan gigi merupakan cara yang sitematis yang
dilakukan oleh perawat gigi kepada pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan gigi dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan
tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil
asuhan yang telah diberikan dan fokus pada pasien, berorientas pada tujuan utama
sebagai dental asisten. Pada setiap tahap terjadi saling ketergantungan dan saling
berhubungan antara satu dan keduanya.
Dalam bab V peserta didik juga harus mampu mempelajari pengkajian dan
diagnosis yang berhubungan dengan keperawatan gigi. Proses asuhan keperawatan
gigi adalah suatu seni dalam mengumpulkan dan menganalisis data baik berupa
data subjektif maupun data objektif dari pasien serta mengarah kepada penilaian
kebutuhan pasien. Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian yang fokus kepada
kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi melalui pelayan asuhan keperawatan gigi.
Materi ini sangat penting bagi peserta didik sebagai tenaga perawat gigi
karena tahap pengkajian merupakan fondasi dari proses keperawatan gigi secara
keseluruhan serta menjadi dasar dalam menentukan diagnosis. Peserta didik
79
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
diharapkan mampu mempelajari materi-materi dalam bab ini untuk menjadi sebuah
pengalaman dalam melakukan tindakan sebagai dental asisten keperawatan gigi.
Kegiatan apa saja yang sudah dilakukan sebagai pengalaman peserta didik pada bab-
bab sebelumnya. Dalam mempelajari sebuah pelajaran maka kalian boleh melakukan
kegiatan atas dasar pengalaman sebagai dental asisten perawat gigi, hal ini akan
membantu kalian untuk memepelajari materi lebih lanjut.
Apakah kalian sudah melakukan kegiatan-kegiatan tersebut ketika hendak
melaksanakan pengkajian terhadap pasien di tempat praktik di klinik baik di sekolah
maupun Puskesmas, Rumah Sakit serta di Klinik Kesehatan Gigi? Materi yang akan
dibahas dalam bab ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk melihat apakah kegiatan
pengkajian yang sudah pernah dilakukan sudah sesuai dengan standar pengkajian yang
berlaku. Dalam mempelajari bab V ini peserta didik diharapkan dapat lebih mudah
dalam melaksanakan pengkajian dan diagnosis asuhan keperawatan gigi dan mulut.
Peserta didik juga diharapkan mampu dengan mudah menerapkan materi dalam bab
ini sebelum melakukan tindakan kepada pasien serta dapat pula mendiagnosis dalam
pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Tahap Pengkajian
Tugas peserta didik sebagai perawat gigi antara lain melakukan pengkajian
asuhan keperawatan gigi yang merupakan tahap awal dalam proses keperawatan
gigi. Masih ingatkah te kegiatan untuk tahap pengkajian? Tulislah jawabanmu di
bawah ini!
Mari kita lihat
penjelasan berikut.
Menurut para ahli,
kata kajian berasal
dari kata kaji yang
berarti pelajaran atau
penyelidikan tentang
sesuatu. Bermula
dari pengertian
kata dasar yang
demikian, kata kajian
dapat diartikan
sebagai proses, cara,
perbuatan mengkaji
penyelidikan
pelajaran yang
mendalam. (KBBI
1999 ; 431.)
Gambar 5.1 Tentang Pengkajian Askep
Sumber : http://google.com
80
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
81
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
82
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Keluhan Tambahan :
83
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel. 5.2 Berikut peserta didik dapat melihat contoh format kesehatan umum.
1 Golongan Darah : A, B, AB dan O
2 Tekanan Darah : ……… / ……. Hipertensi /Normal
3 Denyut Nadi : …….. / Menit
4 Suhu Tubuh : …….. º C
5 Pernafasan : …….. per Menit
6 Penyakit Jantung : Tidak Ada / Ada
7 Diabetes : Tidak Ada / Ada
8 Haemopilia : Tidak Ada / Ada
9 Hepatitis : Tidak Ada / Ada
10 Gastring : Tidak Ada / Ada
11 Penyakit lainnya : Tidak Ada / Ada (Sebutkan)
12 Alergi terhadap obat-obatan : Tidak Ada / Ada (Sebutkan)
13 Alergi terhadap makanan : Tidak Ada / Ada (Sebutkan)
84
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
85
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
86
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
87
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
88
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
kumur ringan, catat permukaan gigi yang tidak ada plak dan
terus harus dijumlahkan.
(3) Kalikan jumlah gigi yang diperiksa dengan 4 permukaan gigi.
(4) Bagilah jumlah permukaan gigi yang ada plaknya dengan
jumlah permukaan gigi yang diperikasa.
(5) Kalikan 100% untuk mendapatkan persentase permukaan
gigi yang bebas plak.
Hasil pemeriksaan ditulis dalam dental record seperti contoh di
bawah ini.
89
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
90
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
91
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
92
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
93
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
e) Analisis Data
Setelah melakukan pengohan data, langkah selanjutnya
y a n g d i p e r l u k a n adalah menganalisis data. Analisis
data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami
dan bermanfaat untuk solusi permasalahan. Analisis data
merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya
berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang
ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian
keperawatan.
Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan
mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan pasien. Fungsi analisis data adalah sebagai
berikut :
(1) Dapat mengintepretasi data keperawatan dan kesehatan
gigi sehingga data yang diperoleh memiliki makna dan arti
dalam menentukan masalah dan kebutuhan pasien
(2) Sebagai proses pengambilan keputusan dalam
menentukan alternatiF pemecahan masalah yang
dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan gigi
sebelum melakukan tindakan keperawatan gigi.
Lihat kembali contoh hasil pengolahan data di atas. Masalah
yang muncul setelah pengolahan data kemudian dianalisis dan
hasil analisis data pasien dapat dilihat pada contoh berikut:
(1) Masalah : KMP vital disertai periodontitis apikalis
(2) Kemungkinan penyebab masalah:
(a) Penumpukan plak pada pit dan fissure di permukaan
oklusal bertemu dengan sukrosa dalam waktu lama
dan tidak terbersihkan menimbulkan asam yang
94
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
95
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
96
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
97
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
d. Semua perawat gigi dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisakan
kategori diagnosis dalam mengidentifikasi kriteria pengkajian dan intervensi
keperawatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan.
2. Kemungkinan penyebab atau faktor-faktor etiologi.
Etiologi atau penyebab adalah faktor klinik dan personal yang dapat mengubah
status kesehatan atau memengaruhi perkembangan masalah gigi. Etiologi
mengidentifikasi faktor-faktor fisiologis, psikologis, sosiologis, spiritual dan faktor-
faktor lingkungan, yang dipercaya berhubungan dengan masalah kesehatan
gigi, baik sebagai penyebab ataupun faktor risiko. Etiologi mengidentifikasi
faktor yang mendukung terjadinya masalah kesehatan klien. Oleh karena itu
etiologi menjadi pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan.
Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka tindakan keperawatan
menjadi tidak efektif dan efisien.
3. Tanda-tanda dan Gejala
Identifikasi data subjektif dan objektif sebagai tanda dari masalah keperawatan.
Tanda dan gejala menggambarkan apa yang pasien katakan dan apa yang
diidentifikasikan oleh perawat gigi menunjukkan adanya masalah tertentu.
Setelah perawat gigi melakukan kajian data, ketiga komponen di atas dirangkum
dalam tabel di bawah ini sebagai contoh sebuah diagnosis untuk memudahkan
dalam pemeriksaan pasien. Perhatikan tabel di bawah ini :
98
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
99
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Setelah mempelajari dan memahami bab V ini, kemudian dilanjutkan untuk mengerjakan
latihan berikut :
1. Buat contoh pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan dari 1 orang pasien yang
akan ditangani!
2. Lakukan pengolahan data dari pasien tersebut dan lakukan analisis data.
3. Apa yang kalian lakukan apabila sedang berhadapan dengan pasien
perempuan, yang berumur 27 tahun, datang berobat ke klinik gigi dengan
keluhan gigi belakang kiri bawah terasa ngilu bila digunakan untuk
mengunyah makan dan minum-minuman dingin.
4. Pada kasus kedua datang seorang pasien ke klinik gigi dan pasien mengeluhkan
giginya yang di belakang kiri bawah dan kiri atas terasa ngilu tetapi sesekali
terasa ngilu dan sakit.
5. Pada kasus ketiga gusi pasien selalu berdarah ketika menggosok gigi. Pasien
tersebut selalu menggosok gigi 2 kali sehari, setelah sarapan dan sebelum
tidur. Apabila mengunyah makanan, hanya menggunakan satu sisi rahang.
100
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
101
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
8. Hasil dari pengolahan data yang memberikan bentuk yang lebih berarti dari
suatu kegiatan atau peristiwa disebut....
A. pemeriksaan
B. informasi
C. dokumentasi
D. penyuluhan
10. Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kanan bawah sakit berdeyut
jika kemasukan makanan sejak dua hari yang lalu, pasien ingin giginya
dirawat. Kasus demikian disebut....
A. anamnesa
B. perilaku
C. pengetahuan
D. kesehatan
REFLEKSI
Setelah mempelajari proses asuhan keperawatan gigi dan mulut, tentunya kalian
telah mengetahui bagaimana tahap pekajian dan tahap diagnosis, perjalanan
proses asuhan keperawatan gigi dan mulut hingga sampai sekarang ini. Semoga
pembahasan di buku ini bisa membuat wawasanmu bertambah dalam bidang
keperawatan gigi. Sebagai peserta didik kompetensi keperawatan gigi yang
nantinya bekerja sebagai asisten dental keperawatan gigi tentu akan sangat malu
apabila wawasannya sedikit. Mari kita budayakan membaca, jika ada sesuatu
yang belum jelas/membingungkan bertanyalah kepada gurumu.
102
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PETA KONSEP
Menetapkan
Perencanaan Prioritas
Asuhan Keper-
awatan Gigi dan Menetapkan
Mulut Intervensi
Menetapkan
Tujuan
Menetapakan
PERENCANAAN Kriterian Hasil (Indikator)
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN Menetapkan
GIGI DAN MULUT Intervensi
Menulis dan Mendoku-
mentasikan Perencanaan
Keperawatan
Tahap Persiapan
Implementasi
Asuhan Keper-
Tahap Pelaksanaan
awatan Gigi dan
Mulut
Tahap Terminasi
KATA KUNCI
103
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
104
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
105
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
106
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Dari data tabel 6.1 di atas dapat diketahui bahwa derajat kesehatan
giginya belum tercapai optimal dan terlihat adanya kesenjangan antara
hasil yang dicapai dengan target yang ditetapkan sehingga dapat
dilakukan identifikasi masalah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 6.2. di bawah ini.
107
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
108
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
109
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
110
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
111
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
dari data dasar pasien untuk melakukan tindakan keperawatan mandiri, melakukan
kolaborasi dalam tim, dan membuat rujukan.
Terkait dengan profesi seorang perawat gigi, maka sudah sepantasnya
peserta didik membekali diri dengan kemampuan yang berkaitan dengan tiga
kemampuan di atas. Sebagai contoh seorang perawat harus mempunyai pengetahuan
dan keterampilan pada bidang etika profesi, penggunaan dan pemeliharaan alat
kedokteran gigi, pengendalian infeksi silang, sterilisasi dan lain-lain. Secara khusus
diperlukan pengetahuan dan keahlian dalam setiap tindakan intervensi.
Dalam tindakan promotif, d i perlukan pengetahuan dan keahlian di bidang
pendidikan kesehatan gigi dan media komunikasi. Untuk tindakan preventif
diperlukan pengetahuan dan keahlian pada bidang preventif dentistry dan komunikasi
terapeutik. Untuk tindakan kuratif, diperlukan pengetahuan dan keahlian pada
bidang penyakit gigi dan mulut, konservasi, pencabutan gigi, child management dan
komunikasi terapeutik.
Semua kemampuan di atas, diperlukan untuk memaksimalkan peran
perawat gigi dalam melaksanakkan asuhan keperawatan gigi dan mulut.
Ha-hal operasional yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, antara lain:
1. Tahapan Persiapan
Adapun dalam tahap ini peserta didik mampu memahami dan mempelajari
beberapa hal sebagai berikut :
a. Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan profesional pada diri
sendiri.
b. Memahami rencana keperawatan dengan baik
c. Menguasai keterampilan teknis keperawatan
d. Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan
a. Mengetahui sumber daya yang diperlukan
b. Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan
keperawatan.
c. Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan.
d. Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul
e. Memiliki penampilan yang meyakinkan sebagai perawat.
2. Tahapan Pelaksanaan
a. Mengiformasikan kepada asien tentang keputusan tindakan keperawatan
yang akan dilakukan oleh seorang perawat.
b. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaannya
terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh perawat. Misalnya apabila
pasien merasa takut dengan tindakan yang akan dilakukan, perawat dapat
menenangkan pasien.
c. Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan yang diberikan.
3. Tahapan Terminasi
a. Terus memperhatikan respons pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah diberikan.
b. Tinjau kemampuan pasien dari tindakan keperawatan yang telah diberikan
112
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
113
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Sikat gigi massal atau bersama adalah kegiatan menyikat gigi yang
dilakukan bersama-sama di bawah bimbingan instruktur seorang guru,
petugas kesehatan, dan kader. Tujuannya selain melatih melakukan sikat
gigi dengan cara yang baik dan benar, juga untuk meningkatkan kebersihan
gigi dan mulut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6.5 di
bawah ini tentang penyuluhan sikat gigi bersama.
114
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
3. Tindakan Kuratif
Upaya kuratif merupakan suatu upaya yang dilaksanakan oleh perawat
gigi dengan tujuan menyembuhkan penyakit gigi dan mulut untuk mencegah
sakit yang lebih lanjut dan mengembalikan fungsi kunyah gigi. Upaya kuratif
terdiri dari:
a. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit (relief of pain)
Tindakan ini dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit gigi sesegera
mungkin, dengan tujuan menolong pasien untuk menghilangkan rasa sakit
sebelum mendapat perawatan yang semestinya.
b. Penambalan ART (Atraumatic Restorative Treatment).
Tindakan ini dilakukan perawat gigi dengan suatu teknik penanganan
kerusakan gigi yang disebut dengan excavasi lubang, hanya dengan hand
instrument untuk menambal kerusakan gigi yang masih dangkal. Tindakan
ini dilakukan tanpa menggunakan alat-alat bor terapi hanya dengan hasil
instrumen. Perhatikan gambar 6.6 di bawah ini.
115
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
116
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
JELAJAH INTERNET
117
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
1. Buatlah rencana keperawatan dari salah satu pasien yang pernah peserta
didik tangani saat peserta didik melakukan praktik di Puskesmas.
2. Dengan data pada latihan tentang rencana keperawatan, buatlah implementasi
asuhan keperawatan pasien tersebut
3. Jelaskan pengertian implementasi dalam asuhan keperawatan gigi!
4. Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap implementasi dalam asuhan keperawatan gigi.
5. Sebutkan dan jelaskan upaya-upaya dan tindakan implementasi yang
dilakukan oleh seorang perawat gigi dalam asuhan keperawatan gigi!
118
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
6. Dalam perencanaan intervensi asuhan keperawatan gigi dan mulut, ada dua
hal sebutkan .....
A. kebutuhan dan intervensi
B. tindakan dan kompetensi perawat
C. kebutuhan dan kompetensi perawat
D. tindakan dan intervensi
119
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
10. Yang dilakukan pasien dan bagaimana kemampuan pasien sebelum mencapai
tujuan....
A. tujuan atau indikator
B. tujuan dan indikator
C. tujuan dari menghilangkan rasa sakit
D. indikator dari dari pasien yang telah dirawat
REFLEKSI
120
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL
SEMESTER GASAL
3. Seorang perawat gigi selaku pemberi layanan asuhan kesehatan gigi, hendaknya
memiliki sikap dasar...
A. perfeksionis
B. cekatan
C. melayani
D. memberi
4. Dalam melaksanakan tugas, peserta didik sebagai perawat gigi juga dituntut
menerapkan tatanan dalam tugas ….
A. menerapkan etika keperawatan
B. mematuhi tata tertip dilingkungan kerja
C. bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya
D. memiliki pengetahuan yang baik
121
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
6. Pada tahun berapa dan dimana berdirinya Sekolah Perawat Gigi Pertama di
Indonesia?
A. Jakarta 1 Agustus 1951
B. Jakarta 3 September 1959
C. Bandung 4 September 1960
D. Bandung 3 Januari 1961
7. Yang mengatur perawat gigi merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan
kelompok keperawatan terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor….
A. Nomor 23 tahun 1992
B. Nomor 16 tahun 1994
C. Nomor 32 tahun 1996
D. Nomor 32 tahun 1997
10. Dari pernyataan di bawah ini, pengertian dental higiene menurut Darby dan
Walsh adalah....
A. Ilmu Pengetahuan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut preventif,
termasuk manajemenp erilaku untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut
serta peningkatan status kesehatan gigi dan mulut.
B. Menekankan pentingnya upaya pendidikan dan penyuluhan yang bertujuan
untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut.
C. Bertugas melaksanakan pelayanan klinis, dimulai dari perencanaan, layanan
Pencegahan penyakit gigi dan mulut, perawatan penyakit gigi dan mulut,
pendidikan, evaluasi, pelaksanaan konsultasi kesehatan gigi dan mulut
D. Melakukan edukasi cara sikat gigi yang benar, menggunakan dental floss dan
melakukan promosi tentang kesehatan rogga mulut.
11. Pernyataan di bawah ini adalah konsep pelayanan dental higiene yaitu ....
A. pelayanan asuhan
B. konsep pencegahan
C. konsep pelayanan medis
D. tindakan rehabilitasi
122
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
12. Pelayanan klinis dental higiene didasarkan pada filosofi dan karakteristik
profesional, pertanyaan di bawah ini yang tepat adalah ....
A. Gabungan pengembangan ilmu pengetahuan mengacu pada konsep dental
higiene, otonomi dan profesi yang jelas
B. Pelayanan asuhan promotif berorientasi pada pasien secara khusu
C. Bersikap profesional serta memberikan pelayanan kepada pasiennya dengan
bersikap empati
D. Secara profesional memberikan pelayanan mencakup preventif
(pencegahan), pendidikan dan pelayanan terapeutik yang bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan pasien.
14. Di bawah ini yang bukan merupakan kompetensi penunjang dental higienis
adalah....
A. Mengintruksikan teknik menyikat gigi yang baik
B. Melakukan scalling
C. Melakukan topikal aplikasi
D. Membuat pencatatan status kesehatan gigi
15. Di bawah ini adalah kompetensi utama dental higienis, yaitu mampu ....
A. Membuat dan menggunakan media komunikasi
B. Melaksanakan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut
C. Menyuluh dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
D. Melakukan pelatihan kader kesehatan gigi
123
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
16. Masyarakat ataupun individu yang karena fisik, mental, sosial budaya dan
ekonomi perlu mendapatkan bantuan dan pelayanan kesehatan atau pelayanan
asuhan kesehatan adalah kelompok ....
A. masyarakat penyandang cacat
B. khusus
C. risiko tinggi
D. masyarakat khusus
17. Untuk menyusun suatu rencana kerja penyuluhan, sebagai perawat gigi tindakan
awal apa yang peserta didik lakukan untuk pelaksanaan rencana tersebut?...
A. Mengidentifikasikan masalah dari sasaran
B. Menetapkan kebutuhan perawatan
C. Melaksanakan kerja sama lintas program
D. Melakukan penjaringan data awal yang dibutuhkan
18. Melakukan pelarutan mineral email merupakan tahapan dari standar ....
A. Teknik atraumatic restorative treatment
B. Penmpatan pit and fissure sealent
C. Prosedur penumpatan dengan bahan sewarna gigi
D. Tahapan pengolesan fluor
19. Yang merupakan standar tata laksana pengumpulan data kesehatan gigi adalah
....
A. pencatatan dan pelaporan
B. penyusunan rencana kerja
C. penjaringan data
D. pengolahan data
124
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
22. Ketika melakukan penambahan menggunakan bahan amalgan, urutan standar
yang manakah yang harus peserta didik lakukan?
A. Menyiapkan instrumen, alat bur, bahan tambalan, preparasi desinfeksi
kavitas, mengeringkan kavitas, manipulasi cement based, manipulasi amalgam,
recountering permukaan tambalan
B. Melakukan preparasi, desinfeksi kavitas, manipulasi cement dasar,
Manipulasi amalgam
C. Preparasi kavitas, mengeringkan kavitas, manipulasi cement dasar, manipulasi
amalgam
D. Preparasi kavitas, blokir kavitas, mengeringkan kavitas, manipulasi bahan
dasar, manipulasi amalgam
23. Seorang pasien rawat inap dengan patah tulang lengan, tidak dapat menggerakkan
lengannya sehingga memerlukan untuk kesehatan mulutnya. Perawat gigi
melakukan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut pasien tersebut dengan cara
....
A. mengajarkan cara menyikat gigi
B. melakukan komunikasi terapeutik
C. menjelaskan prosedur menyikat gigi
D. mebantu membersihkan gigi
24. Puskesmas tempat peserta didik bekerja berada di daerah terpencil dan tidak
ada sumber listriknya. Ada seorang pasien dengan karies gigi. Apa yang harus
dilakukan untuk menangani pasien tersebut?
A. diagnostik set, alat penambalan ART
B. diagnotik set, bor, alat penambalan sementara
C. bor, alat penambalan sementara, bahan amalgam
D. bor, diagnostik set, bahan penambalan.
25. Dalam suatu pelayanan kesehatan perlu diupayakan agar para bawahan bekerja
sebaik mungkin. Upaya apa yang dapat dilakukan adalah,...
A. pengendalian
B. kepemimpinan
C. perencanaan
D. memotivasi
125
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
27. Seorang pasien dengan keluhan gigi 37 terasa linu, pada pemeriksaan klinis
ternyata terlihat bahwa gigi tersebut berlubang. Kedalaman dentin dan sudah
mendekati pulpa sebagai dental terapis di Puskesmas, tindakan yang akan
dilakukanadalah....
A. Memberikan analgetik
B. Melakukan penumpatan gigi 37 dengan amalgan
C. Melakukan rujukan kedokter gigi untuk dilakukan perawatan saluran akar
D. Merujuk ke dokter gigi untuk dilakukan capping pulpa
29. Kompetensi terapis gigi dan mulut di Indonesia diatur juga dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 20 tahun 2006, disebutkan terapis gigi memiliki kewenangan
untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang tidak meliputi
.…
a. Promosi kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat
b. Pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut, guru serta dokter kecil
c. Pembuatan dan penggunaan media atau alat peraga untuk edukasi
kesehatan gigi dan mulut
d. Pelaksanaan sistem rujukan.
31. Berdasarkan pendidikanya, yang bukan merupakan kualifikasi terapis gigi dan
mulut adalah....
A. Terapis gigi dan mulut lulusan sekolah pengatur perawat gigi.
B. Terapis gigi dan Mulut lulusan Diploma Tiga Kesehatan gigi
C. Terapis gigi dan Mulut lulusan Diploma empat Keperawatan gigi atau Terapis
gigi
D. Terapis gigi dan Mulut lulusan Diploma empat perawat pendidik
32. Yang bukan merupakan tahap-tahap mengikuti konsep dasar pelayanan asuhan
keperawatan gigi dan mulut adalah....
A. pengkajian
B. penegakan diagnosis asuhan keperawatan gigi dan mulut
C. perencanaan
D. rujukan.
126
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
C. Soal Uraian
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Untuk melaksanakan kompetensi di wilayah tinggal kalian , apa yang kalian
lalukan agar terjadi peningkatan gigi dan mulut, tuliskan rencana dan mampu
menjelaskan:
a. Kompetensi utama dental higiene adalah mampu melaksanakan upaya
peningkatan kesehatan gigi dan mulut, apa saja yang harus dilakukan peserta
didik dalam melakukan dental higiene, jelaskan?
b. Sebagai dental higiene akan melaksanakan upaya promotif kepada semua
murid disuatu sekolah dasar, apa yang harus peserta didik persiapkan dan
rencanakan untuk hal-hal kegiatan tersebut?
c. Untuk dapat melakukan pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut di kampung
tempat tinggal kalian. apa yang dilakukan agar desa tempat tinggal kalian
memiliki kader-kader kesehatan gigi dan mulut?
2. Dari peranan–peranan yang dapat dilakukan oleh seorang perawat gigi seperti
penjabaran di atas, apa yang dapat kalian lakukan dalam memberikan pelayanan
keperawatan kesehatan gigi dan mulut, baik bagi individu, kelompok, dan masyarakat
umumnya. Buat satu program pelayanan keperawatan gigi dan mulut sesuai
dengan kondisi lingkungan masyarakat.
127
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
a. Sebutkan jenis-jenis program penyuluhan keperawatan yang akan dilakukan!
b. Jelaskan strategi apa saja yang akan digunakan!
c. Jelaskan metode yang akan digunakan!
d. Apa peran kalian dalam program tersebut?
128
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
129
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
Pada bab VII ini penulis akan menjelaskan proses asuhan keperawatan gigi
dan mulut. Dalam bab ini peserta didik harus bisa menguasai serta memahami proses
asuhan keperawatan gigi dan mulut. Penjelasan kali ini tentang tahap evaluasi dan
dokumentasi. Dalam bab ini berisi beberapa panduan mengenai pelaksanaan evaluasi
dan tata cara mendokumentasikan kajian yang dilakukan oleh peserta didik dalam
asuhan keperawatan gigi. Evaluasi merupakan penilaian terhadap sejumlah informasi
yang diberikan oleh pasien untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang selalu berpegang pada tujuan
ketika muncul hal-hal baru dan memerlukan penyesuaian perencanaan. Dokumentasi
asuhan keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki dalam
melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan
tim kesehatan dalam memberikan pelayan kesehatan dengan dasar komunikasi yang
akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat.
Materi ini diharapkan bisa bermanfaat bagi peserta didik, karena dapat
membantu dalam melakukan evaluasi dan mengukur hasil dari suatu proses
keperawatan. Materi dokumentasi juga sangat penting bagi peserta didik dalam
mempelajari proses sebuah asuhan keperawatan igi dan mulut. Dalam pelayanan
keperawatan yang akan diberikan kepada pasien telah ditulis dalam catatan dan
pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab, dan tanggung gugat dari
berbagai kemungkinan masalah yang dialami pasien baik masalah kepuasan maupun
masalah pelayanan yang diberikan oleh seorang dental asisten keperawatan.
130
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
131
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
132
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
133
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
134
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
135
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
136
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
TUGAS MANDIRI
1. Buatlah rencana evaluasi asuhan keperawatan gigi dan mulut pada pasien,
saat peserta didik melakukan praktik di Puskesmas atau di Rumah Sakit Umum
pemerintah maupun swasta.
2. Apa yang didapat peserta didik dalam mengevaluasi hal tersebut pada soal
nomor (1) di atas, jelaskan!
3. Sebutkan pengertian dokumentasi!
4. Sebutkan tujuan yang didapat dari dokumentasi!
5. Sebutkan prinsip-prinsip dalam pencatatan untuk dokumentasi!
137
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
5. Yang dimaksud dengan suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dari segala macam tuntutan adalah ....
A. Dokumentasi keperawatan
B. Dokumentasi pasien berobat
C. Dokumentasi dokter gigi
D. Dokumentasi tenaga medis
9. Bukti yang telah ada menuntut adanya sistem pendidikan yang lebih baik dan
terararh sesuai dengan program yang diinginkan pasien disebut dengan ....
A. Sarana dan prasaran klinik
B. Prasaran rumah sakit dipoliklinik
C. Saranan pendidikan lanjutan
D. Saranan pendukung pasien
10. Hasil akhir dari sebuah asuhan keperawatan gigi yang telah didokumentasikan
adalah....
A. Sarana evaluasi tindakan keperawatan gigi
B. Sarana dalam memberikan asuhan keperawatan gigi
C. Hasil dari tindakan asuhan keperawatan gigi
D. Evaluasi yang berkenaan dengan hal-hal tindakan keperawatan
138
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
REFLEKSI
Setelah mempelajari proses asuhan keperawatan gigi dan mulut, tentunya kalian
telah mengetahui evaluasi asuhan keperawatan gigi dan mulut dan dokumen
asuhan keperawatan gigi dan mulut, hingga perjalanannya asuhan keperawatan
gigi dan mulut hingga sampai sekarang ini. Semoga pembahasan di buku ini
bisa membuat wawasanmu bertambah dalam bidang keperawatan gigi. Sebagai
peserta didik kompetensi keperawatan gigi yang nantinya bekerja sebagai asisten
dental keperawatan gigi tentu akan sangat malu bila wawasannya sedikit. Mari
kita budayakan membaca jika ada sesuatu yang belum jelas/membingungkan
bertanyalah kepada gurumu.
139
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BAB
VIII ORAL MEDICINE
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Macam-macam
Penyakit pada Lidah
KATA KUNCI
lesi rongga mulut, resolusi, iritasi kronis, radang kronis, permukaan protesa,
limfosit, infeksi virus , granulasi, lesi radang, fibrosis, perubahan vaskular, interaksi,
kapiler, inflamasi serosa, sel injuri endotel, angigenesis, venula, deoxyribo
nucleic acid, leukosi, tumor associate macrophage, neutrofil, ligamen perodontal,
endotelium, sel malassez, fotositosis, granuloma, egradasi, submandibularis,
cacat genetik, sublingualis
140
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
Oral medicine adalah suatu ilmu yang mempelajari diagnosis dan tindakan
perawatan dari keadaan kondisi medis pada rongga mulut serta struktur yang
berhubungan dengan pelayanan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
Menurut Mazzeo dan Chasens, 1975 Oral Medicine dapat didefinisikan sebagai
cabang ilmu kedokteran gigi yang berkopetensi khusus mengelola kesehatan pasien
secara menyeluruh yang meliputi diagnosis dan tindakan keperawatan, bersifat
nonbedah, untuk kelainan primer ataupun sekunder di rongga mulut dan sekitarnya.
Pada lembaga pendidikan Univesitas di American Academy of Oral Medicine,1996
oral medicine merupakan suatu spesialisasi bidang kedokteran gigi yang memberikan
perhatian khusus keperawatan terhadap kesehatan oral pasien kompromis medis, dan
diagnosis serta manajemen non-bedah pada kondisi mulut dan maksilofasial yang
berkaitan dengan penyakit sistemik.
Ruang lingkup Greeberg, 2003 yang meliputi diagnosis dan manajemen
nonbedah dari kelainan atau kondisi yang melibatkan areal oral dan maksilofasial
termasuk facial pain, mucosal diseases, salivary complaint, movement disorders,
problem khemosensori, manifestasi penyakit sistemik dan chronic pain.
141
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 8.1 Gambaran histopatologi radang akut yang mengandungi sel polimorfonuklear.
Sumber : http://google.com/
142
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
143
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
lagi dengan mediasi oleh sitokin yang diproduksi oleh makrofag dan limfosit
atau limfosit T, Interaksi dua arah antara sel ini cenderung untuk memperkuat
dan memperpanjang reaksi peradangan. Contoh radang kronis adalah inflamasi
granulomatosa, inflamasi fibrinosa, inflamasi purulen, inflamasi serosa dan
inflamasi ulseratif.
Radang mulut granulomatik merupakan radang kronis yang menunjukkan
suatu proliferasi dan pertumbuhan jaringan seperti tuberkolosis rongga mulut,
morbus hansen (kusta), lues (sifilis), leprosy (lepra) dan aktinomikosis. Peradangan
mengarah pada perkembangan kanker karena aktivitas leukosit, termasuk
produksi protein yang mengubah perilaku sel target (sitokin dan kemokin),
stimulasi pertumbuhan pembuluh darah (angiogenesis) dan remodeling jaringan.
Sel-sel imun tubuh juga menghasilkan radikal oksigen yang dapat menyebabkan
mutasi pada Deoxyribo Nucleic Acid (DNA).
Peradangan ini dapat menginduksi karsinogenesis dan mengarah
pada progresi dan metastasis. Akt ivasi faktor transkripsi oleh proinflamasi
sitokin menghasilkan fenotip kanker yang lebih agresif termasuk resistensi
terhadap mekanisme kontrol pertumbuhan normal, kemampuan angiogenetik
dan metastasis. Tumor Associate Macrophage (TAM), juga terkait dengan jalur
inflamasi, telah diamati untuk menghasilkan pro-angiogenik faktor dan pembuluh
darah merekrut pada awal perkembangan tumor. TAM juga meningkatkan laju
pertumbuhan sel tumor dan menyebabkan dissolusi jaringan ikat matriks di
sekitar tumor. Perkara ini menyebabkan pertumbuhan tumor dan menyebar.
144
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
145
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
146
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Lidah adalah satu dari panca indera yang memiliki peran penting. Pasalnya,
organ tubuh yang satu inilah yang mebuat kita bisa berbicara, pun sejumlah fungsi
lainnya seperti mengecap rasa, mengunyah, dan menelan makanan. Masalahnya
lidah adalah organ yang juga tidak lepas dari serangan berbagai penyakit, dari
penyakit ringan hingga serius sekalipun. Apa saja macam-macam penyakit lidah?
147
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
148
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
a. Sariawan
Sariawan adalah penyakit lidah yang pernah dialami semua orang.
Belum dapat diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab sakit
lidah yang satu ini. Namun, sariawan pada lidah sering dikaitkan dengan
sejumlah faktor penyebab, dari luka, alergi, infeksi bakteri atau virus,
gangguan autoimun, kekurangan vitamin, bahkan kanker mulut. Pada
kasus sariawan di lidah secara umum, penderita dapat mengonsumsi
obat kortikosteroid, demikianpun sejumlah bahan-bahan herbal seperti
lidah buaya dan madu. Sementara itu sariawan yang disebabkan oleh
adanya kanker mulut, tentu saja memerlukan perawatan medis khusus
untuk menyembuhkannya.
b. Lichen Planus
Lichen planus adalah penyakit pada lidah yang harus diwaspadai.
Penyakit ini diakibatkan oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan
tubuh. Pada penderita lichen planus, salah satu gejalanya muncul di area
lidah, yakni munculnya bercak dan garis menyerupai renda berwarna
putih. Gejala ini juga diikuti dengan timbulnya rasa nyeri pada gusi,
mulut terasa panas dan perih. Sakit lidah akibat lichen planus ini dapat
diobati dengan memanfaatkan obat kumur antiseptik. Namun pada
kondisi yang lebih serius cara mengobati lichen planus harus dengan
obat kortikosteroid guna meredakan peradangan yang disebut dengan
inflamasi.
c. Oral Thrush
Oral thrush atau kandidiasis mulut adalah jenis penyakit lidah yang
terjadi akibat adanya infeksi jamur bernama candida albicans. Gejala
khas penyakit oral thrush ini adalah adanya lapisan berwarna putih
memiliki tekstur seperti keju yang menutupi lidah dan bagian dalam
mulut. Lapisan tersebut sangat rapuh dan apabila tergores sedikit saja
bisa menyebabkan perdarahan disertai rasa nyeri.
Oral thrush adalah penyakit yang umumnya menyerang kelompok usia
balita, orang lanjut usia yang menggunakan gigi palsu, dan mereka yang
memiliki masalah dengan sistem kekebalan tubuhnya.
Penyakit pada lidah yang satu ini dapat diobati dengan cara berkumur air
garam 2 kali sehari secara rutin, atau bisa mengonsumsi obat antijamur
sesuai dengan resep dokter.
d. Fissured Tongue Fissured tongue adalah penyakit lidah yang ditandai
dengan munculnya celah-celah kecil pada lidah, membuatnya tampak
seperti pecah-pecah. Celah-celah tersebut memiliki level kedalaman
yang berbeda-beda, maksimal 6 (enam) milimeter. Lidah pecah-pecah
atau fissured tongue yaitu penyakit pada lidah yang tergolong ringan
dan tidak berbahaya. Bahkan, penderita tidak akan merasakan sakit
sedikitpun akibat penyakit ini. Penyebab lidah pecah-pecah diduga
berkaitan dengan faktor keturunan atau genetik.
e. Burning Tongue
Lidah yang mengalami sensasi terbakar atau disebut dengan burning
tongue yaitu jenis sakit lidah yang juga sering menimpa banyak orang.
149
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Penyakit ini mayoritas diderita oleh para wanita yang sedang memasuki
periode menopause.
Selain itu, lidah terbakar juga dimungkinkan oleh adanya pemakaian
obat kumur atau pasta gigi berbahan kimia tertentu, stres, gangguan
autoimun, hingga alergi.
f. Lidah Geografik.
Penamaan penyakit pada lidah yang satu ini didasari gejalanya yang
berupa bercak berwarna kemerahan dan berbentuk menyerupai pulau.
Lidah geografik atau disebut geographic tongue yang disebabkan oleh
hal yang sebenarnya belum dapat diketahui secara pasti. Namun,
kuat dugaan jika sakit lidah ini berkaitan dengan penyakit lainnya
seperti lichen planus dan psoriasis.
g. Glossitis.
Peradangan atau disebut inflamasi pada lidah atau disebut glossitis
adalah penyakit lidah yang dapat dikenali dari gejala pembengkakan
dan perubahan warna lidah.
Selain itu, glossitis berakibat pada hilangnya papilla lidah, sehingga
mengganggu fungsi lidah dalam hal berbicara dan makan. Glossitis
dapat diobati dengan memberikan obat kortikosteroid. Namun, hal ini
juga harus didukung dengan kebiasaan membersihkan gigi dan mulut
secara teratur agar pengobatan dapa berjalan maksimal.
h. Leukoplakia.
Bercak putih yang muncul secara tiba-tiba pada lidah juga bisa menjadi
pertanda dari penyakit lidah yang bernama leukoplakia. Sejumlah
kebiasaan buruk seperti merokok dan minum minuman beralkohol
disebut menjadi penyebab leukoplakia ini. Kendati leukoplakia tidak
berbahaya, pengobatan yang tidak segera dilakukan akan membuat
penyakit ini berkembang menjadi kanker mulut. Leukoplakia juga
memiliki sub penyakit yakni leukoplakia berbulu. Penyakit ini lebih
disebabkan oleh adanya infeksi virus Epstein-Barr yang kerap menyerang
penderita HIV/AIDS.
i. Tumor Lidah.
Lidah juga menjadi organ tubuh tempat sel tumor dapat berkembang.
Contoh penyakit tumor lidah antara lain fibroma, granular cell
myiblastoma, hemangioma, lymphangioma, lipoma, dan papilloma.
Tumor lidah dapat dialami oleh siapa saja, namun umumnya penyakit
pada lidah ini rentan menyerang mereka yang berumur di atas 60 tahun.
j. Kanker Lidah.
Pada perkembangannya, tumor lidah dapat berubah menjadi kanker
lidah. Penyakit lidah nan berbahaya ini disebabkan oleh adanya aktivitas
sel abnormal di dalam lidah yang tidak terkontrol.
Ada beberapa faktor ditengarai turut andil dalam membantu
perkembangan sel kanker lidah, seperti infkesi HPV dan juga kebiasaan minum
alkohol dan atau merokok. Kanker lidah dapat diobati dengan berbagai metode
terapi kanker pada umumnya, seperti kemoterapi, radioterapi, maupun jenis
terapi lainnya sesuai dengan letak dan tingkat keparahan kanker yang dialami
oleh penderitanya.
150
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Penyakit lidah, bisa berbahaya bisa tidak, Dari penjabaran di atas, dapat
diketahui bahwa sakit lidah bisa tergolong ringan tetapi bisa juga berat. Pada
intinya, kebiasaan untuk senantiasa menjaga kebersihan mulut dan menjauhi
alkohol serta rokok adalah cara terbaik untuk mencegah penyakit-penyakit
tersebut.
151
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
152
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
adanya gangguan regulasi imun yang disebabkan oleh virus herpes atau
virus lainnya.
c. Gangguan Imunologik.
Sampai saat ini etiologi radang mukosa mulut belum diketahui, radang
mukosa mulut cenderung dikaitkan dengan proses autoimun. Peneliti
lain mengemukakan adanya perubahan perbandingan antara limfosit T
helper dan T supressor.
d. Gangguan Pencernaan.
Radang mukosa mulut sebelumnya dikenal dengan nama dyspeptic
ulcer tetapi jarang berkaitan dengan penyakit gastrointestinal. Adanya
hubungan dengan penyakit ini biasanya karena terjadi defisiensi,
terutama defisiensi vitamin B12 atau asam folat yang terjadi secara
sekunder akibat malabsorbsi.
e. Defisiensi Nutrisi
Defisiensi zat besi, vitamin B12 dan asam folat, telah dilaporkan lebih
dari 20% penderita dengan radang mukosa mulut. Pemberian vitamin
B12 atau asam folat akan mempercepat penyembuhan radang mukosa
mulut.
f. Kelainan Hormonal.
Pada beberapa wanita, radang mukosa mulut berkaitan erat dengan fase
luteal dari siklus menstruasi. Beberapa penderita, kekambuhan dari
radang mukosa mulut dikaitkan dengan stres, meskipun masih adanya
pertentangan di antara peneliti.
g. Infeksi HIV
Radang mukosa mulut dapat dijumpai sebagai salah satu kelainan dari
infeksi HIV Kekambuhan dan keparahannya berhubungan dengan derajat
penurunan imunitas pertahanan tubuh.
h. Faktor Genetik
Terdapat sejumlah bukti tentang adanya pengaruh faktor genetik.
Riwayat medis keluarga kadang dijumpai adanya anggota keluarga yang
menderita radang mukosa mulut dan kelainan ini tampaknya lebih banyak
mempengaruhi pasangan saudara kembar yang identik dibandingkan
dengan non identik. Pendapat lain mengatakan bahwa bila kedua oran
gtua terserang radang mukosa mulut maka kemungkinan besar pada
beberapa anaknya dapat ditemukan adanya kelainan tersebut.
4. Diagnosis Banding
Gambaran klinis radang mukosa mulut memiliki kemiripan dengan lesi
lain di dalam rongga mulut. Gambaran lesi ini secara klinis mirip dengan
lesi intra oral pada ulkus traumatikus, gingivitis herpetika akut, eritema
multiformis, dan ulserasi dari penyakit sistemik seperti Crohn’s disease.
Radang mukosa mulut dapat dibedakan dari lesi lain di dalam rongga mulut
berdasarkan gambaran klinis yaitu ulser yang berbentuk bulat atau oval,
bersifat kambuhan, dapat sembuh dengan sendirinya tanpa disertai gejala
lainnya.
153
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
154
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
155
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
c. Mekanisme Radang
Perubahan vaskuler pada radang dapat terjadi proses berupa
perubahan pembuluh darah dengan dilatasi arteri lokal sehingga aliran
darah bertambah yang disusul dengan perlambatan aliran darah sehingga
sel darah putih akan berkumpul sepanjang dinding pembuluh darah
dengan cara menempel. Hal ini menyebabkan dinding pembuluh darah
semakin lama menjadi longgar sehingga memungkinkan sel darah putih
untuk keluar. Sel darah putih bertindak sebagai sistem pertahanan untuk
menghadapi serangan benda asing.
Proses lain yang terjadi adalah pembentukan cairan inflamasi yaitu
dengan peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah disertai dengan
keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan yang
disebut eksudasi, cara ini yang menjadi dasar pembengkakan sehingga
terjadi tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga terasa nyeri.
Urutan perubahan pada pembuluh darah karena pelepasan substansi
vaso aktif adalah sebagai berikut:
1) Dilatasi arteriol yang kadang–kadang didahului vasokontriksi singkat.
2) Aliran darah menjadi cepat dalam arteriol, kapiler, dan venula.
3) Dilatasi kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler.
4) Eksudasi cairan yaitu keluarnya cairan radang melalui membran
luka termasuk semua protein plasma seperti albumin, globulin, dan
fibrinogen.
5) Konsentrasi sel darah merah dalam kapiler.
6) Stasis atau aliran darah menjadi lambat, kadang–kadang aliran darah
berhenti atau yang disebut stagnasi komplit.
7) Orientasi periferal sel darah putih pada dinding kapiler.
8) Eksudat dari sel darah putih dari dalam pembuluh darah ke fokus
radang.
Sel darah putih yang pertama keluar adalah polimorfonuklear,
kemudian monosit, limfosit dan sel plasma. Urutan kejadian pada pembuluh
darah ini merupakan proses yang kompleks dan dinamis sehingga
perubahan di atas sering terjadi bersamaan. Oleh karena itu, proses
radang dikelompokkan dalam tiga kejadian yang saling berhubungan, yaitu
perubahan pada pembuluh darah atau perubahan hemodinamik, eksudasi
cairan atau perubahan permeabilitas, dan eksudasi seluler atau perubahan
sel leukosit. Setiap ada cidera, terjadi rangsangan untuk dilepaskannya zat
kimia tertentu yang akan menstimulasi terjadinya perubahan jaringan pada
reaksi radang tersebut.
Walaupun belum diketahui secara pasti tetapi salah satu zat yang
dimaksud adalah histamin. Ada pula zat lainnya misalnya, serotonin atau
hidroksitritamin, globulin tertentu, nukleosida, dan nukleotida. Zat–zat ini
akan tersebar di dalam jaringan dan menyebabkan dilatasi pada arteriol.
Dilatasi kapiler yang segera terjadi setelah itu disebabkan oleh
efek langsung dari bahan humoral terhadap dindingnya yang tipis.
Selain itu dilatasi ini juga disebabkan oleh zat kimia dan menimbulkan
perubahan pada sel endotel pembuluh darah sehingga permeabilitas
156
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
157
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
158
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Beberapa komponen di atas memiliki karakterisitik dan peran
yang berbeda diantaranya sebagai berikut:
1) Neutrofil.
Ketiga sel polimorfonuklear leukosit dibedakan satu dengan
lain karena adanya granula yang dijumpai dalam sitoplasmanya. Yang
dimaksud dengan polimorfonuklear (PMN) adalah sel neutrofil dan
basofil dan eosinofil juga termasuk dalam sel PMN. Sel netrofil yang
masih muda tidak bersegmen dan jumlahnya hanya sedikit, yaitu
3−6% dari seluruh leukosit dewasa.
Sel dewasa mempunyai inti bersegmen dengan bentuk bermacam–
macam, seperti kacang, tapal kuda dan lain–lain. Segmen atau lobus
dari inti berkisar 2−4 buah. Granula dalam sitoplasma berukuran kecil
tampak hanya sebagai bintik–bintik kecil saja dengan ukuran 10−12
mikron. Dengan pewarnaan metilen biru– eosin tidak memberikan warna
merah maupun biru karena itu disebut neutrofil.
Sel ini dibentuk oleh mielosit sumsum tulang (Sudiono,2003)
merujuk pada pendapat Sulistiawati, 2011. Fungsi utamanya adalah
fagositosis. Daya fagositosisnya berbeda– beda, tergantung dari
jenis rangsang atau bakterinya. Ada kuman yang langsung dapat
difagositosis dengan mudah, adapula kuman yang sulit difagositosis.
Kuman yang resisten juga dapat difagositosis yaitu dengan jalan
mengubah permukaan bakteri dengan melepaskan enzim lisosom atau
opsonin. Kedua enzim ini akan melapisi bakteri tersebut sehingga dapat
difagositosis kemudian akan dicerna oleh enzim dalam sel dari sel
leukosit. Namun kadang–kadang sel leukosit kalah dan mati. Sel yang
mati masih berguna bagi tubuh yaitu akan melepaskan enzim proteolitik
yang akan menghancurkan dan melarutkan sel yang sudah mati, kuman
maupun jaringan sehingga cairan bisa diresorbsi dan akan mempercepat
proses penyembuhan. Umur sel neutrofil dalam keadaan normal
hanya kira–kira 4 hari, dan pada pH kira–kira 6.8 sel ini akan mati.
2) Eosinofil.
Disebut demikian karena sitoplasmanya mengandung granula
yang kasar dan berwarna merah terang. Bentuk dan besarnya mirip
dengan neutrofil, tetapi intinya lebih sederhana, sering hanya berlobus
dua. Sel ini terlihat dalam sirkulasi darah hanya beberapa jam dan
cepat sekali tertarik untuk bermigrasi ke jaringan dengan meningkatnya
konsentrasi histamin yang terlepas.
Sel ini dibentuk dalam sumsum tulang dan dilepaskan dalam
aliran darah jika diperlukan. Peningkatan jumlah sel ini dalam darah
dapat disebabkan karena infeksi parasit. Sejumlah besar sel ini dapat
dijumpai dalam jaringan di mana terdapat parasit. Juga dapat dijumpai
dalam jumlah besar pada penyakit asma bronkial. Pada kedua keadaan
ini, adanya eosinofilia mungkin karena adanya reaksi terhadap protein
asing.
Eosinofilia yang terjadi dalam jaringan maupun di dalam
pembuluh darah sering berhubungan dengan reaksi alergi. Jika sel ini
pecah, akan melepaskan histamin yang menyebabkan meningkatnya
159
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
160
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
monosit 17−20 mikron. Fungsi utama kedua sel ini adalah fagositosis.
Selain itu, morfologi kedua sel ini saling berhubungan erat sekali, meski
sumber dan pemunculannya berbeda tempat. Kedua sel ini penting
sebagai daya pertahanan tubuh.
161
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
berasal dari jaringan dan bukan dari darah. Fungsi sel belum jelas,
diduga memproduksi suatu asam mukopolisakarida, heparin, dan
histamin. Selain itu juga mengandung serotonin dalam jumlah yamg
kecil. Pada spesies tertentu, misalnya tikus sel mast berhubungan
dengan reaksi anafilaktik. Namun apakah sel ini juga berperan dalam
proses imunologi pada manusia, belumlah diketahui (Sudiono dkk.,
2003; Sulistiawati, 2011).
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
1. Oral Medicine adalah ilmu yang mempelajari diagnosis dan perawatan dari
kondisi medis rongga mulut dan struktur yang berhubungan.
2. Lesi rongga mulut adalah iritasi kronis yang disebabkan oleh tambalan
yang kasar, radiks, karies gigi, permukaan gigi yang tajam dan permukaan
protesa yang kurang baik.
3. Kista didefinisikan sebagai rongga berlapis epitel yang patologis. Kista
dari rahang atas, rahang bawah, dan daerah perioral sangat bervariasi dari
segi histogenesis, perilaku, dan pengobatan. Kista rongga mulut dibagi
menjadi kista odontogenik, kista non-odontogenik, pseudocysts, dan kista
jaringan lunak pada leher.
4. Saliva adalah suatu cairan tidak bewarna yang memiliki konsistensi
seperti lendir dan merupakan hasil sekresi kelenjar yang membasahi gigi
serta mukosa rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar
saliva mayor serta sejumlah kelenjar saliva minor yang tersebar di seluruh
rongga mulut.
5. Lidah adalah satu dari panca indera yang memiliki peran penting. Lidah
juga organ yang juga tidak lepas dari serangan berbagai penyakit, dari
penyakit ringan hingga serius sekalipun.
162
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
RANGKUMAN
6. Radang mukosa mulut atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada
mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak ini dapat
berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Radang mukosa mulut dapat
menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi
serta langit– langit dalam rongga mulut.
TUGAS MANDIRI
2. Faktor luar yang dapat menyebabkan lesi rongga mulut adalah ....
A. merokok
B. menyirih
C. mengunyah tembakau
D. semua benar
163
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
5. Kista adalah penyakit pada rongga mulut berlapis epitel yang patologis, jenis
kista rongga mulut ada .....
A. 2 Jenis
B. 3 Jenis
C. 4 Jenis
D. 5 Jenis
9. Cairan tidak berwarna yang dimiliki konsistensi lendir pada sekresi kelenjer
pada rongga mulut adalah ....
A. mukosa
B. saliva
C. gingiva
D. palatum
164
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
REFLEKSI
165
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BAB
IX ENDODONASI PENYAKIT ANATOMIS PULPA
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Penyakit Pulpa
Kaping Pulpa
Kalsium Hidroksida
Infeksi Odontogenik
Macam-macam Infeksi
Odontogenik
Penatalaksanaan Infeksi
KATA KUNCI
anatomis pulpa, kaping pulpa direk, pulpitis revelsibel, kaping pulpa indirek,
erevensibel, infeksi odontogenik, hiperplastik, tahapan infeksi, nekrosis pulpa,
potogenesis
166
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
Anatomis pulpa terbagi menjadi dua bagian, pulpa koronal dan pulpa radikuler.
Pulpa koronal terletak di kamar pulpa pada bagian mahkota gigi, termasuk juga tanduk
pulpa. Pulpa radikuler berada pada kanam pulpa didalam bagian akar gigi. Pulpa
terdiri atas syaraf-syaraf, arteri, vena, saluran kelenjar getah bening, sel-sel jaringan
ikat, odontoblas, fibroblast, makrofag, kolagen, dan serabut-seraut halus. Pada bagian
tengah dari pulpa mengandung pembuluh darah besar dan batang syaraf.
Sel pulpa yang bertanggung jawab dalam pembentukan dentin adalah odontoblas.
Prosesus odontoblas terletak sepanjang dentino enamel junction. Di bawah prosesus
odontoblas terdapat tubuli yang berisi cairan jaringan. Ujung distal dari tubuli dentin
yang terkena iritasi akan memacu pada odontoblas untuk membentuk lebih banyak
dentin, apabila terbentuknya berada didalam pulpa disebut dentin reparatif, apabila
terbentuk didalam tubuli disebut dentin peritubular. Lihat Gambar 9.1. Pulpa Koronal
dan Pulpa Radikuler disamping.
Pulpa mempunyai empat fungsi; (1) fungsi dentinogenic yaitu sel pulpa gigi
odontoblas mempunyai peran untuk membentuk dentin dan menghasilkan serabut-
serabut kolagen, (2) fungsi nutritive, jumlah air dan nutrisi ini dibutuhkan untuk
metabolisme dentin,(3) fungsi defensive bersifat melindungi, pulpa akan mengalami
inflamasi jika ada invasi. bakteri, iatrogenic, dan terkena trauma,(4) fungsi sensory,
pulpa akan merespon cedera dengan rasa sakit. Gigi dengan pulpa yang sehat tidak
akan menunjukkan gejala- gejala secara spontan jika cedera. Pulpa akan merespon
jika dilakukan tes pulpa, dan gejala-gejala yang timbul ringan, tidak menyebabkan
pasien menderita, hanya menimbulkan sensasi terluka yang sementara dan hilang
dalam hitungan detik. Pulpa yang terkena inflamasi mengalami respon akut dan
respon kronis sesuai dengan besar dan durasi rangsangannya.
Rasa sakit ditimbulkan karena adanya perubahan permeabilitas vaskuler
yang terjadi saat inflamasi akut, menyebabkan pembentukan eksudat karena ruang
pulpa yang terbatas sehingga tekanan intra pulpa meningkat dan timbul rasa sakit.
Pasien seringkali tidak ada keluhan selama inflamasi kronis, apabila tidak segera
ditanggulangi dapat menyebabkan nekrosis pulpa dan infeksi jaringan periradikuler.
167
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
Adapun dentin membentuk sebagian besar mahkota dan akar gigi, hal ini
ditandai dengan adanya odontoblas pada dentin. Dentin tersusun dari 65% material
anorganik yang mengandung kristal hidroksiapatit, 30% material organik yang terdiri
dari jaringan kolagen, dan 5% air serta material yang lain.
Macam-macam dentin berdasarkan waktu terbentuknya terdiri dari:
1. Dentin primer.
Dentin primer merupakan dentin yang terbentuk pada saat gigi belum erupsi,
pembentukannya akan lengkap setelah akar gigi terbentuk.
2. Dentin sekunder.
Dentin sekunder merupakan kontinuitas dari dentin primer yang pembentukannya
berjalan lambat pada sisa masa pertumbuhan gigi.
3. Dentin tersier.
Dentin tersier adalah dentin yang terbentuk sebagai mekanisme pertahanan
terhadap hilangnya email, dentin, atau sementum.
Terdapat dua tipe dentin tersier berdasarkan sel yang bertanggung jawab pada
pembentukan dentin, yaitu dentin reparatif dan dentin reaksioner. Dentin reparatif
merupakan dentin tersier yang terbentuk karena rangsangan kuat, pembentukannya
dilakukan oleh sel odontoblas. Dentin reaksioner adalah dentin tersier yang terbentuk
karena adanya rangsangan ringan.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Penyakit Pulpa
Terdapat beberapa klasifikasi dari penyakit pulpa diantaranya pulpitis
reversibel, pulpitis ireversibel, pulpitis hiperplastik dan nekrosis pulpa.
1. Pulpitis Reversibel
Pulpitis reversibel adalah radang pulpa yang tidak parah, penyebab
radang dihilangkan maka pulpa akan kembali normal. Faktor-faktor
yang menyebabkan pulpitis reversibel adalah erosi servikal, stimulus ringan
atau sebentar contohnya karies insipien, atrisi oklusal, kesalahan dalam
prosedur operatif, kuretase perodontium yang dalam, dan fraktur email
yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.Gejala-gejala pulpitis reversibel
diantaranya rasa sakit hilang saat stimulus dihilangkan, rasa sakit sulit
terlokalisir, radiografik periradikuler terlihat normal, dan gigi masih normal
saat diperkusi kecuali jika terdapat trauma pada bagian oklusal.
2. Pulpitis Ireversibel
Pulpitis ireversibel adalah radang pada pulpa yang disebabkan oleh jejas
sehingga sistem pertahanan jaringan pulpa tidak dapat memperbaiki dan
pulpa tidak dapat pulih kembali. Gejala dari pulpitis ireversibel diantaranya
adalah nyeri spontan yang terus menerus tanpa adanya penyebab dari luar,
nyeri tidak dapat terlokalisir, dan nyeri yang berkepanjangan jika terdapat
stimulus eksternal seperti rangsangan panas atau dingin.
168
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
3. Pulpitis Hiperplastik
Pulpitis hiperplastik adalah bentuk dari pulpitis ireversibel dan sering
dikenal dengan pulpa polip. Hal ini terjadi karena hasil dari proliferasi
jaringan pulpa muda yang telah terinfalamasi akut. Penyebab terjadinya
pulpitis hiperplastik adalah vaskularisasi yang cukup pada pulpa yang masih
muda, proliferasi jaringan, dan daerah yang cukup besar untuk kepentingan
drainase.
4. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah keadaan dimana pulpa sudah mati, aliran
pembuluh darah sudah tidak ada, dan syaraf pulpa sudah tidak berfungsi
kembali. Pulpa yang sudah sepenuhnya nekrosis, maka gigi tersebut
asimtomatik hingga gejala-gejala timbul sebagai hasil dari perkembangan
proses penyakit ke dalam jaringan periradikuler Secara radiografis, jika pulpa
yang nekrosis belum sepenuhnya terinfeksi, jaringan periapikalnya akan
terlihat normal. Secara klinis, pada gigi yang berakar tunggal biasanya tidak
merespon pada tes sensitivitas, namun pada gigi yang berakar jamak pada tes
sensitivitas terkadang dapat mendapatkan hasil yang positif maupun negatif
tergantung syaraf yang berdekatan pada permukaan gigi mana yang diuji.
B. Kaping Pulpa
Definisi kaping pulpa adalah perawatan endodontik yang bertujuan untuk
mempertahankan vitalitas pada endodontium. Syarat dilakukannya perawatan
kaping pulpa direk maupun indirek diantaranya (1) pulpa gigi dalam keadaan
vital dan tidak ada riwayat nyeri spontan, (2) nyeri yang ditimbulkan saat tes
pulpa dengan stimulus dingin atau panas tidak berlangsung lama,(3) pada
radiografi periapikal tidak ada lesi periradikular, dan (4) bakteri harus dihilangkan
terlebih dahulu sebelum direstorasi permanen.
1. Kaping Pulpa Direk
Kaping pulpa direk adalah merupakan prosedur perawatan dengan
cara mengaplikasikan bahan liner secara langsung pada jaringan pulpa yang
terbuka, tindakan ini dilakukan biasanya karena trauma atau karies yang
dalam. Tujuan dilakukan kaping pulpa direk adalah untuk membentuk dentin
reparatif dan memelihara pulpa vital.
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry,2014 indikasi
dilakukannya pulpa kaping direk adalah gigi dalam keadaan pulpa yang
masih vital disebabkan kesalahan mekanis yang kecil atau kejadian pulpa yang
terbuka karena trauma dengan kondisi respon pulpa terhadap penyembuhan
masih baik. Perawatan pulpa kaping direk dilakukan ketika terdapat perforasi
saat prosedur mekanis pada pulpa yang sehat. Gigi yang dilakukan perawatan
harus diisolasi dengan rubber dam, dan hemostasis yang memadai tercapai.
Prosedur dalam melakukan perawatan pulpa kaping adalah mengaplikasikan
bahan material yang bersifat protektif secara langsung pada pulpa yang
terbuka.
Pulpa yang terbuka dibersihkan dari debris dan perdarahan dihentikan
dengan menggunakan paper points yang steril atau kapas, saline dan larutan
sodium hipoklorit juga dapat digunakan. Ketika luka pada pulpa telah kering,
169
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
C. Kalsium Hidroksida
Peneliti Hermann antara 1928 dan 1930 mempelajari reaksi kalsium
hidroksida terhadap jaringan pulpa yang masih vital yang membuktikan bahwa
kalsium hidroksida merupakan bahan yang biokompatibel untuk perawatan
kaping pulpa. Sejak itu kalsium hidroksida direkomendasikan oleh beberapa
peneliti untuk kaping pulpa direk tetapi membutuhkan waktu yang panjang
hingga abad ke 20 untuk menjadikan kalsium hidroksida sebagai bahan material
standar untuk kaping pulpa.
Selama beberapa dekade kalsium hidroksida menjadi bahan standar
untuk mempertahankan vitalitas pulpa. Secara klinis maupun histologi kalsium
hidroksida memberikan yang baik dalam perawatan kaping pulpa direk maupun
indirek karena kemampuannya dalam merangsang pembentukan dentin tersier
oleh pulpa. Mekanisme dari kalsium hidroksida yaitu mengurangi inflamasi pulpa
dan menyediakan lingkungan yang kondisif untuk perbaikan. Molekul bioaktif
170
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 9.1 Kalsium Hidroksida tipe hard setting dengan merek dagang Dycal (Dentsply).
Sumber : http://google.com
171
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
172
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
173
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
E. Infeksi Odontogenik
Infeksi odontogenik telah menjangkiti umat manusia selama sebagai
spesies manusia telah ada. Namun, bahkan setelah berabad-abad penelitian,
manusia belum berhasil memberantas bakteri infeksi. Umumnya, di wilayah
orofasial, kebanyakan bakteri infeksi melibatkan baik gangguan dari flora normal
atau perpindahan dari organisme yang normal ke situs, dan biasanya tidak
terlihat. Infeksi oro- fasia piogenik yang paling sering berasal dari odontogenik.
Mereka dapat berkisar dari abses periapikal, infeksi superfisial dan dalam di
leher. Jika tidak diobati, mereka umumnya menyebar ke berdekatan ruang
fasia yaitu; masseter, sublingual, submandibula, temporal, bukal, kaninus dan
parapharyngeal dan dapat menyebabkan komplikasi tambahan. Oleh karena itu,
pengakuan awal infeksi dan terapi yang tepat sangat penting. Terapi antibiotik
modern telah sangat mengurangi komplikasi dari penyebaran infeksi ini.
Penyebab infeksi odontogenik biasa adalah nekrosis pulpa dari gigi, yang
diikuti oleh invasi bakteri melalui ruang pulpa dan kedalam jaringan yang lebih
dalam. Nekrosis pulpa adalah hasil dari karies dalam di gigi, yang pulpa merespon
dengan reaksi inflamasi yang khas. Vasodilatasi dan edema tekanan penyebab
digigi dan sakit parah sebagai dinding kaku gigi mencegah pembengkakan.
Jika tidak diobati tekanan menyebabkan strangulasi dari pasokan darah ke gigi
melalui nekrosis puncak dan konsekuen. Nekrosis pulpa kemudian memberikan
pengaturan yang sempurna untuk invasi bakteri ke dalam jaringan tulang.
Setelah bakteri telah menyerang tulang, infeksi menyebar merata ke segala
arah sampai lempeng kortikal ditemui. Selama masa penyebaran infraboni,
pasien biasanya mengalami rasa sakit yang cukup untuk mencari pengobatan.
Ekstraksi gigi atau penghapusan nekrosis pulpa dengan prosedur endodontik
menghasilkan resolusi infeksi. Infeksi odontogenik adalah penyakit yang paling
umum di seluruh dunia dan itu adalah alasan utama untuk mencari doter gigi.
Infeksi darurat umum odontogenik adalah abses periapikal (25%), perikoronitis
(11%) dan abses periodontal (7%). Signifikansi dalam masalah kesehatan juga
tercermin oleh kenyataan bahwa 12% dari antibiotik yang diresepkan untuk
alasan infeksi odontogenik. Infeksi odontogenik juga merupakan penyebab umum
sepsis pada kepala dan leher. Infeksi sering menyebar dalam pola diprediksi
dalam ruang fasia leher dan dapat menyebabkan napas kompromi. Seringkali
kondisi pasien tercermin pada tingkat morbiditas yang signifikan dan rumah
sakit yang berkepanjangan tinggal.
Sebagian besar infeksi orofasial memiliki asal-usul berasal dari
odontogenik. infeksi odontogenik istilah meliputi segala bentuk penyakit
infeksi gigi. Namun, infeksi odontogenik terutama dianggap menjadi infeksi nanah
memproduksi terkait dengan gigi dan struktur jaringan pendukung sekitarnya
dan karies gigi dan radang gusi karena itu tidak termasuk dalam kategori ini dari
penyakit. Infeksi odontogenik terdiri dari tiga utama jenis: (1) abses periapikal,
yang melibatkan nekrosis dari pulpa gigi dan infeksi berikutnya saluran akar;
(2) abses periodontal dibentuk pada asosiasi periodontitis; dan (3) perikoronitis,
yang merupakan infeksi pericoronal lembut jaringan yang melapisi mahkota gigi.
Sebagian besar infeksi odontogenik adalah berasal dari abses periapikal.
Infeksi purulen berhubungan dengan periapikal sering digambarkan sebagai
sebuah dentoalveolar abses, meskipun setiap infeksi nanah memproduksi
174
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
175
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
176
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 9.3 a. Ilustrasi gambar Abses subperiosteal dengan lokalisasi di daearah lingual
b. Tampakan Klinis Abses Subperiosteal
Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany, Springer.
177
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
3. Spasium bukal
Spasium bukal berada diantara m. masseter, m. pterigoidus interna dan
m. businator. Berisi jaringan lemak yang meluas keatas kedalam diantara
otot pengunyah, menutupi fosa retrozogomatik dan spasium infratemporal.
Abses dapat berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang atas masuk ke
dalam spasium bukal.
Gejala klinis abses ini terbentuk di bawah mukosa bukal dan menonjol
ke arah rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas ada proses supuratif, fluktuasi
negatif dan gigi penyebab kadang-kadang tidak jelas. Masa infeksi/pus dapat
turun ke spasium terdekat lainnya. Pada pemeriksaan estraoral tampak
pembengkakan difus, tidak jelas pada perabaan.
Gambar 9.5 a. Ilustrasi gambar memperlihatkan penyebaran abses lateral ke muskulus buccinators
b. Tampakan Klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer
178
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
4. Spasium infratemporal
Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya dan sering
menimbulkan komplikasi yang fatal. Spasium infratemporal terletak di
bawah dataran horisontal arkus-zigomatikus dan bagian lateral dibatasi oleh
ramus mandibula dan bagian dalam oleh m.pterigoid interna. Bagian atas
dibatasi oleh m.pterigoid eksternus. Spasium ini dilalui a.maksilaris interna
dan n.mandibula, milohioid, lingual, businator dan n.chorda timpani. Berisi
pleksus venus pterigoid dan juga berdekatan dengan pleksus faringeal.
5. Spasium submasseter
Spasium submasseter berjalan ke bawah dan ke depan diantara insersi
otot masseter bagian superfisialis dan bagian dalam. Spasium ini berupa
suatu celah sempit yang berjalan dari tepi depan ramus antara origo
m.masseter bagian tengah dan permukaan tulang. Ke atas dan belakang antara
origo m.masseter bagian tengah dan bagian dalam. Di sebelah belakang
dipisahkan dari parotis oleh lapisan tipis lembar fibromuskular. Infeksi
pada spasium ini berasal dari gigi molar tiga rahang bawah, berjalan melalui
permukaan lateral ramus ke atas spasium ini. Gejala klinis dapat berupa sakit
berdenyut diregio ramus mandibula bagian dalam, pembengkakan jaringan
lunak muka disertai trismus yang berjalan cepat, toksik dan delirium.
Bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan sakit pada
penekanan.
179
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
6. Spasium submandibula
Spasium submandibula ini terletak di bagian bawah m.mylohioid yang
memisahkannya dari spasium sublingual. Lokasi ini di bawah dan medial bagian
belakang mandibular dan dibatasi oleh m.hiooglosus dan m.digastrikus dan
bagian posterior oleh m.pterigoid eksternus. Berisi kelenjar ludah submandibula
yang meluas ke dalam spasium sublingual. Juga berisi kelenjar limfe submaksila.
Pada bagian luar ditutup oleh fasia superfisial yang tipis dan ditembus oleh
arteri submaksilaris eksterna. Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari
abses dentoalveolar, abses periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi
premolar atau molar mandibula.
180
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
7. Spasium sublingual
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal, terletak
di atas m.milohioid dan bagian medial dibatasi oleh m.genioglosus dan
lateral oleh permukaan lingual mandibula. Gejala klinis ditandai dengan
pembengkakan dasar mulut dan lidah terangkat, bergerser ke sisi yang
normal. Kelenjar sublingual akan tampak menonjol karena terdesak oleh
akumulasi pus di bawahnya. Penderita akan mengalami kesulitan menelen
dan terasa sakit.
8. Spasium submental
Spasium ini terletak diantara m.milohioid dan m.plastima. di depannya
melintang m.digastrikus, berisi kelenjar limfe submental. Perjalanan abses
kebelakang dapat meluas ke spasium mandibula dan sebaliknya infeksi dapat
berasal dari spasium submandibula. Gigi penyebab biasanya gigi anterior atau
premolar.
Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio submental. Tahap akhir
akan terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada pemeriksaan
intra oral tidak tampak adanya pembengkakan. Kadang-kadang gusi disekitar
gigi penyebab lebih merah dari jaringan sekitarnya. Pada tahap lanjut infeksi
dapat menyebar juga kearah spasium yang terdekat terutama kearah belakang.
181
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
9. Spasium parafaringeal
Spasium parafaringeal berbentuk konus dengan dasar kepala
dan apeks bergabung dengan selubung karotid. Bagian luar dibatasi oleh
muskulus pterigoid interna dan sebelah dalam oleh muskulus kostriktor.
Sebelah belakang oleh glandula parotis, muskulus prevertebalis dan prosesus
stiloideus serta struktur yang berasal dari prosesus ini. Kebelakang dari
spasium ini merupakan lokasi arteri karotis, vena jugularis dan nervus vagus,
serta sturktur saraf spinal, glosofaringeal, simpatik, hipoglosal dan kenjar
limfe.
Infeksi pada spasium ini mudah menyebar keatas melalui berbagai
foramina menuju bagian otak. Kejadian tersebut dapat menimbulkan abses
otak, meningitis atau trombosis sinus. Bila infeksi berjalan ke bawah dapat
melalui selubung karotis sampai mediastinuim.
182
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
183
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
184
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
JELAJAH INTERNET
185
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
RANGKUMAN
1. Pulpa kaping direk merupakan pilihan perawatan yang dapat dilakukan pada
pulpitis reversibel. Tujuan dilakukan perawatan kaping pulpa direk adalah
untuk membentuk dentin reparatif dan memelihara vitalitas pulpa. Indikasi
untuk pulpa kaping direk sendiri adalah pulpa yang terbuka karena trauma,
karies yang dalam, dan trauma saat prosedur preparasi.
2. Salah satu bahan material untuk perawatan kaping pulpa direk adalah
kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida dapat mempertahankan vitalitas
pulpa tanpa menimbulkan reaksi radang serta membentuk jembatan dentin
pada pulpa yang cedera. Nonsetting dan hard setting merupakan tipe dari
kalsium hidroksida. Perbedaan kalsium hidroksida hard setting dengan
non setting adalah non setting lebih mudah larut dan menghilang di bawah
restorasi daripada kalsium hidroksida tipe hard setting.
3. Komposisi bahan material pada kalsium hidroksida merupakan hal yang
berpengaruh dalam radiopasitas pada radiograf. Unsur-unsur kimia
seperti barium, zinc, alumunium, strontium, silicon, yttrium, ytterbium,
dan lanthanum pada produk-produk kalsium hidroksida bertujuan untuk
meningkatkan radiopasitas.
4. Dalam keberhasilan perawatan pulpa kaping menggunakan kalsium
hidroksida diperlukan adanya evaluasi radiograf. Radiograf yang mempunyai
indikasi dalam perawatan endodontik adalah radiograf
5. Infeksi oromaksilofasial yang disebabkan infeksi odontogen berdasarkan
klasifikasi infeksi oromaksilofasial berdasarkan spasium yang terkena.
Infeksi oromaksilofasial yang disebabkan oleh infeksi odontogen berdasarkan
jenis kelamin, penderita infeksi oromaksilofasial yang disebabkan oleh
infeksi odontogen. bahwa infeksi oromaksilofasial yang disebabkan oleh
infeksi odontogen berdasarkan jenis kelamin banyak terjadi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki.
6. Infeksi oromaksilofasial yang disebabkan oleh infeksi odontogen
berdasarkan kelompok umur pasien.
TUGAS MANDIRI
186
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
5. Terdapat dua tipe dentin tersier berdasarkan sel yang bertanggung jawab
pada pembentukan dentin yaitu ....
A. dentin reparatif
B. dentin reaksioner
C. dentin sekuler
D. 1 dan 2 benar
6. Kalsium hidroksida tersedia dalam dua jenis dalam tube yang dikenal
dengan....
A. base dan katalis
B. bentuk bubuk yang dicampur air
C. larutan saline dan metilselulosa
D. gliserin dan bentuk pasta
187
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
7. Kalsium hidroksida juga terdapat pasaran dalam bentuk tabung pasta atau
pasta jarum suntik yaitu ....
A. calcium hydroxide plus points
B. calxyl yang berbentuk pasta
C. berbentuk tercampur base dan katalis
D. berbentuk larutan ringer
8. Terdapat dua macam gambaran radiografis dari gigi, rahang, dan tulang,
diantaranya ....
A. radiografis intraoral dan radiografis ekstraoral
B. radiografis ekstraoral dan base
C. radiografis ekstraoral dan katalis
D. radiografis intraoral dan base
REFLEKSI
188
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BAB
PROSTODONSI X
BAB X PROSTODONSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
PROSTODONSI
KATA KUNCI
189
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi sebagian akan memengaruhi banyak hal dalam diri seseorang,
baik estetis maupun fungsi pengunyahan, bicara, dan hubungan sosial.
Dalam bab X ini peserta didik harus mampu memahami karies dan penyakit
periodontal yang merupakan penyebab utama masalah gigi ini. Laporan kasus ini
bertujuan untuk menampilkan gambaran klinis seorang wanita berusia 39 tahun
dengan keluhan kehilangan gigi sebagian kurang lebih 5 tahun lalu yang mengubah
tampilan ekstra oral maupun intra oral.
Kehilangan sebagian gigi berakibat migrasi dan rotasi dari gigi tersisa,
impaksi makanan dan timbulnya penyakit periodontal, asimetris wajah, perubahan
letak jaringan lunak pipi dan bibir, serta beban berlebih pada jaringan penyokong
yang mengakibatkan turunnya linggir dan menipisnya tulang alveolar. Pemakaian gigi
tiruan parsial dapat mencegah terjadinya perubahan-perubahan yang terjadi dalam
rongga mulut akibat kehilangan gigi.
190
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 10.1 Profil intraoral pasien yang kehilangan gigi. A, Rahang bawah ; B, Rahang atas
Sumber : http://google.com
191
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
192
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
193
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
194
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
195
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 10.2 Dukungan gigi tiruan sebagaian lepasan, paling atas tooth borne,
dibawahnya mucosa borne, dan terakhir tooth and mucosa borne.
Sumber : http://www.google.com
196
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
197
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
d. Gigi Penyangga
Gigi tiruan sebagian lepasan didukung oleh gigi penyangga
dan jaringan lunak serta jaringan tulang yang berada di bawah landasan
gigi tiruan. Maka dengan sendirinya daya kunyah yang diterima oleh
gigi tiruan akan disalurkan kepada jaringan-jaringan tersebut. Beban
berlebihan dari daya kunyah dapat menyebabkan resorpsi. Semakin
besar resorpsi maka gigi tiruan semakin longgar dan tidak stabil.
Semakin tidak stabil gigi tiruan, semakin hebat goncangan yang dapat
dibuat procesus alveolaris maupun gigi penyangga. Hal tersebut
mengakibatkan kegoyangan gigi penyangga semakin besar.
e. Jaringan Pendukung Gigi
Beberapa penelitian longitudinal menunjukkan bahwa GTSL
telah dikaitkan dengan peningkatan gingivitis, periodontitis, dan
mobiliti gigi penyangga, karena peningkatan akumulasi plak, tidak hanya
pada permukaan gigi dalam kontak langsung dengan gigi tiruan tetapi
juga pada gigi dengan lengkung yang berlawanan. Dalam beberapa
kasus, bahkan dapat terjadi pada permukaan bakal gigi. Perubahan
periodontal juga disebabkan tidak hanya untuk kebersihan rongga
mulut yang buruk, tetapi juga untuk transmisi kekuatan berlebihan pada
struktur periodontal dari permukaan oklusal rangka GTSL.
198
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
199
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahan
(bilateral).
Klas 2 : daerah yang tak berigigi yang terletak dibagian posterior
dari gigi yang masih ada tetapi berada pada salah satu sisi
rahang saja (unilateral).
Klas 3 : daerah yang tak berigigi yang terletak di antara gigi -gigi
yang masih ada dibagian posterior maupun anterior dan
unilateral.
Klas 4 : daerah yang tak berigigi yang terletak pada bagian anterior
dari gigi - gigi yang masih ada dan melewati garis tengah
rahang.
g. Indeks Pemeriksaan Klinis
Untuk mengetahui status kesehatan periodonsium pada
pemakai GTSL maka dilakukan pengukuran dengan berbagai parameter
yaitu: Indeks kebersihan mulut, indeks gingiva, indeks peridontal,
kedalaman poket, dan mobiliti gigi.
h. Indek Kebersihan Mulut
Indeks kebersihan mulut mengukur debris dan kalkulus yang
menutupi permukaan gigi, dan terdiri dari 2 komponen: Indeks debris
dan indeks kalkulus yang masing-masingnya mempunyai rentangan
skor 0-3. Gigi yang diukur bisa semua gigi atau hanya ke-enam gigi
indeks saja. Kriteria skor untuk Indeks D ebris dan Indeks Kalkulus.
0 Pada permukan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau pewarnaan
ekstrinsik.
1 Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan.
Pada permukaan gigi terlihat tidak ada debris lunak tetapi ada perwarnaan
ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.
2 Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris lunak yang menutupi
permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang
dari 2/3 permukaan gigi.
200
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
201
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
0 Gingiva normal
j. Indek Periodontal
Kriteria penilaian indeks periodontal ditunjukkan pada tabel
1 0 . 4. Skor masing-masing individu adalah jumlah dari skor gigi dibagi
dengan jumlah gigi yang diperiksa. Skor untuk populasi adalah jumlah
skor individu dibagi dengan jumlah orang yang diperiksa. Kriteria indeks
periodontal (Russel 1956) sebagai berikut:
202
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
k. Kedalaman Poket
Poket periodontal merupakan pendalaman sulkus gingiva.
Kedalaman poket adalah jarak yang diukur dari dasar poket ke krista
gingiva bebas. Hal Ini dapat berubah dari waktu ke waktu bahkan pada
penyakit periodontal yang tidak diobati karena perubahan posisi margin
gingiva. Untuk menentukan kedalaman poket dapat dilakukan probing
menggunakan prob periodontal. Cara probing untuk pemeriksaan poket
adalah: selipkan prob ke dalam poket sedapat mungkin sejajar dengan
poros panjang gigi dengan tetap menjaga prob berkontak dengan
permukaan gigi sampai dirasakan ada tahanan. Apabila terasa ada
tahanan m a k a kedalaman poket yang terukur dapat dibaca pada
kalibrasi prob seberapa milimeter yang masuk ke dalam poket.
l. Mobiliti Gigi
Mobiliti gigi dapat dikategorikan derajatnya berdasarkan
kriteria tertentu. Uji mobiliti gigi bertujuan untuk menentukan apakah
gigi masih terikat kuat atau longgar. Jumlah gerakan menunjukkan
kondisi periodontal; makin besar gerakannya, makin buruk status
periodontalnya
203
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
204
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
organisme dalam rongga mulut adalah dari genus candida. Selain hidup
dalam rongga mulu candida juga dapat hidup subur di dalam kulit dan usus
205
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
206
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
c. Kandidiasis Hiperplastik.
Infeksi kandidiasis yang menyebabkan perubahan hiperplastik
dari epitel berupa bercak putih yang tidak mudah dikerok. Kandidiasis
ini dapat terjadi di setiap bagian mukosa mulut, tetapi sering
dijumpai pada komisura mukosa bukal seperti pada gambar 3 dan
gambar 4. Pengobatan dilakukan dengan terapi jamur selama 3 bulan
dan diberikan dalam bentuk polyene secara topikal.
207
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
208
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
209
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
JELAJAH INTERNET
210
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
RANGKUMAN
1. Pada kasus kehilangan sebagian gigi, terjadi perubahan tampilan ekstra oral
maupun intra oral. Kehilangan sebagian gigi berakibat terjadinya migrasi dan
rotasi dari gigi tersisa, impaksi makanan dan timbulnya penyakit periodontal,
asimetris wajah, perubahan letak jaringan lunak pipi dan bibir, serta beban
berlebih pada jaringan penyokong yang mengakibatkan turunnya linggir
dan menipisnya tulang alveolar.
2. Untuk menghindari dampak yang tidak diinginkan akibat hilangnya gigi
maka diperlukan pemakaian gigi tiruan parsial atau lengkap tergantung
kebutuhan.
TUGAS MANDIRI
211
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
7. Apabila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati
jaringan lunak yaitu ....
A. pipi dan lidah
B. pipi dan gusi
C. lidah dan gusi
D. semua benar
212
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
9. Bakteri kariogenik yang mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang
dapat diragikan tindakan dan dari tandanya ialah ....
A. adanya demineralisasi jaringan keras gigi
B. adanya penumbuhan jaringan kerak gigi
C. adanya perkapuran pada karang gigi
D. adanya pertumbuhan plak gigi
10. Penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, yaitu gingival atau gusi
serta jaringan periodontal adalah....
A. penyakit karang gigi
B. penyakit periodontal
C. penyakit odontal
D. penyakit alveolar
REFLEKSI
213
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BAB
XI DASAR PELAYANAN GIGI DAN MULUT
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
medik gigi , erupsi, oral urgent treatment , molar, infeksi, kain kasa, abses gigi ,
larutan anestesi lokal, gambaran klinis, larutan povidone iodine, diagnosis, alkohol,
amoksisilin, sterilisasi, metronidazol, atrauatic resorative treatment, simtomatik,
preventif, parasetamol, restoratif, ibuprofen, intervensi, asam mefenamat, glass
ionomer, perikoronitis, viskositas, antibiotik, posterior geligi ,halitosis, restorasi
214
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
215
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut pada sebagian besar
penduduk Indonesia. Pada banyak negara sebagian besar karies pada anak-anak masih
belum diobati sehingga mengakibatkan sakit gigi, penyakit pulpa, ulserasimukosa di
jaringan sekitarnya, abses dan fistula. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan
umum anak. Di seluruh dunia, karies berkontribusi 15 kali lebih tinggi sebagai beban
penyakit Disability Adjusted Life Year DALY dibandingkan dengan penyakit periodontal.
Keterbatasan atau disable berarti rasa sakit dan ketidaknyamanan serta kurangnya
perawatan diri, sering tidak masuk sekolah, gangguan kognisi, terganggunya kegiatan
interpersonal, gangguan tidur dan berkurangnya energi.
Survei nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebesar 75% penduduk Indonesia
mengalami riwayat karies gigi; dengan rata-rata jumlah kerusakan gigi sebesar 5
gigi setiap orang, diantaranya 4 gigi sudah dicabut ataupun sudah tidak bisa
dipertahankan lagi, sementara angka penumpatan sangat rendah 0,08 gigi perorang.
Dilaporkan juga bahwa penduduk Indonesia yang menyadari dirinya bermasalah
dengan gigi dan mulut hanya 23%, dan diantara mereka yang menyadari akan hal itu
hanya 30% yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga profesional gigi.
Ini berarti evective demand untuk berobat gigi sangat rendah yaitu hanya 7%. Temuan
selanjutnya adalah angka keperawatan yang sangat rendah, terjadinya keterlambatan
perawatan yang tinggi, sehingga kerusakan gigi sebagian besar berakhir dengan
pencabutan.
Sebetulnya teknik pencegahan yang selama ini sudah dikenal adalah menjaga
kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara baik dan benar. Survei
nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebagian besar penduduk berperilaku menyikat
gigi setiap hari; tetapi yang berperilaku benar yaitu menyikat gigi sesudah makan pagi
dan sebelum tidur malam baru mencapai 7%.Hasil penelitian kandungan ion fluor
bebas yang dilakukan oleh Departemen Pelayanan Kesehatan Gigi Brunei Darussalam
pada beberapa pasta gigi yang dijual bebas di Brunei Darussalam menunjukkan
bahwa pasta gigi buatan Indonesia sudah mengandung fluor pada standar 1000–1500
ppm tetapi tidak semua pasta gigi mengandung fluor bebas minimal 800 ion fluor
bioavailable, sehingga efek fluornya rendah.
Pemerintah telah mengadopsi pendekatan pelayanan kesehatan dasar yang
disebut Primary Health Care PHC di Puskesmas dalam sistem pelayanan kesehatan
nasional. PHC dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan kuratif dan preventif
mendasar dengan biaya yang terjangkau bagi negara dan masyarakat. Penyakit gigi
dan mulut terutama karies gigi dengan onsetnya pada usia dini diantaranya terdapat
penyakit-penyakit yang paling sering ditemukan. Oleh sebab itu pelayanan kesehatan
gigi dan mulut harus menjadi bagian dari sistem PHC. Sayangnya, pelayanan
kesehatan gigi dan mulut tidak terintegrasi secara kuat dalam sistem PHC. Dua
halangan utama dalam menggabungkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam
sistem PHC adalah orientasi kedokteran gigi konvensional yang masih diarahkan
pada pelayanan individual, bukan pendekatan komunitas dan karakter teknisnya
dibandingkan dengan sosial dan perilaku sertar filosofi kedokteran gigi konvensional
yang harus diubah menjadi perawatan yang tidak terlalu membutuhkan teknologi,
kontrol dan pencegahan untuk mengatasi kebutuhan perawatan kesehatan gigi dan
mulut komunitas.
216
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
217
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
218
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
219
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
220
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
d. Diagnosis
Nyeri dan tanda peradangan.
e. Pentalaksanaan
1) Bila tidak ada tenaga kesehatan gigi, lubang gigi dibersihkan
dengan ekskavator dan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas dan
dimasukkan pellet kapas yang ditetesi eugenol.
2) Berikan analgetik bila diperlukan:
Dewasa : parasetamol 500 mg 3 – 4 x sehari, atau analgesik
lainnya seperti ibuprofen atau asam mefenamat
Anak : parasetamol 10-15 mg/kgBB 3 – 4 x sehari
3) Bila sudah ada peradangan jaringan periapikal, lihat Abses gigi
4) Dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan selanjutnya sesuai dengan
indikasi.
KIE :
1) Tujuan penatalaksanaan: menyembuhkan infeksi, menghilangkan gejala,
mencegah komplikasi.
2) Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi setiap
setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke dokter gigi
minimal 2x setahun, makan makanan yang berserat dan berair seperti
sayur dan buah.
3. Gingivitis
a. Definisi
Gingivitis adalah inflamasi gingiva marginal atau radang gusi.
b. Penyebab
Radang gusi ini dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun faktor
sistemik. Faktor lokal diantaranya karang gigi, bakteri, sisa makanan yang
disebut plak, pemakaian sikat gigi yang salah, rokok, tambalan yang kurang
baik. Faktor sistemik meliputi Diabetes Melitus (DM), ketidak seimbangan
hormon saat menstruasi, kehamilan, menopause, pemakaian kontrasepsi,
keracunan logam, dan sebagainya.
c. Gambaran Klinis
1) Pasien biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah,
tanpa nyeri, hanya kadang terasa gatal.
2) Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan
mudah berdarah pada sondasi. Kebersihan mulut biasanya buruk.
3) Ginggivitis herpes biasanya disertai gejala herpes simpleks. Tanda
di gusi tidak disertai bau mulut.
4) Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya
lebih berat: demam, sukar membuka mulut.
d. Diagnosis
Peradangan pada gusi.
e. Penatalaksanaan
1) Pasien dianjurkan untuk memperbaiki kebersihan mulut dan berkumur
dengan 1 gelas air hangat ditambah 1 sendok teh garam, atau bila ada
dengan obat kumur iodium povidon setiap 8 jam selama 3 hari .
2) Bila kebersihan mulut sudah diperbaiki dan tidak sembuh, rujuk
221
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
222
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
223
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
1) Perdarahan gusi
2) Pembengkakan/luka pada wajah
d. Diagnosis
Adanya riwayat benturan dapat terjadi secara langsung dan tidak
langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras
langsung mengenai gigi sedangkan trauma gigi secara tidak langsung
terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang
bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan tekanan besar dan
tiba-tiba.
e. Penatalaksanaan
1) Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan
mulut. Jaringan lunak harus dirawat dengan baik.
2) Pembersihan dan irigasi yang perlahan dengan saline akan membantu
mengurangi jumlah jaringan yang mati dan resiko adanya keadaan
anaerobik. Antiseptik permukaan juga digunakan untuk mengurangi
jumlah bakteri.
3) Pemberian antibiotik diperlukan hanya sebagai profilaksis bila
terdapat luka pada jaringan lunak sekitar. Apabila luka telah
dibersihkan dengan benar maka pemberian antibiotik harus
dipertimbangkan kembali.
4) Simptomatik: pemberian parasetamol 500 mg 3 – 4 x sehari, atau
analgetik lainnya ibuprofen atau asam mefenamat.
5) Bila tidak ada dokter gigi, maka dirujuk ke dokter gigi untuk
penanganan selanjutnya sesuai dengan indikasi.
6) Bila ada dokter gigi dengan fasilitas memadai, maka dapat dilakukan
tindakan lebih lanjut sesuai kompetensi dokter gigi.
KIE:
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menyembuhkan infeksi,
menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi.
7. Tenaga Kesehatan Pelaksana
Dokter gigi dan perawat gigi sesuai dengan kompetensi masing-
masing bedasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika tidak
ada tenaga kesehatan gigi, dapat dilakukan oleh dokter umum yang telah
memperoleh pelatihan.
8. Instrumen dan Alat
Peralatan yang dibutuhkan dalam penanganan pasien di klinik adalah
sebagai berikut:
a. Set instrumen gigi dasar
b. Satu set Tang pencabutan
c. Bein (dua buah)
224
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
9. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penangganan pasien adalah
sebagai berikut:
a. Kapas,
b. Kain kasa,
c. Larutan anestesi lokal,
d. Larutan Povidone Iodine,
225
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
e. Alkohol, dan
f. Bahan untuk sterilisasi.
226
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
4.687,00. Harga satu tube pasta gigi mengandung fluor di Indonesia sama
dengan harga ½ kali makan.
Instruksi yang jelas mengenai penggunaan pasta gigi secara efisien,
termasuk jumlah optimal pasta gigi yang digunakan, metode berkumur
yang benar serta saran untuk mengawasi anak menyikat gigi harus tertera
dalam kemasan pasta gigi. Menyikat gigi dengan pasta gigi mengandung
fluor harus diupayakan sejak usia dini. Memasyarakatkan sikat gigi dengan
pasta gigi berfluor dalam bentuk sikat gigi bersama dapat dilaksanakan pada
kegiatan UKGM (Usaha Kesahatan Gigi Masyarakat) misalnya diPosyandu, PAUD
(Pendidikan anak usia Dini) dan UKGS (Usaha kesehatan Gigi Sekolah).
Sebelum melaksanakan kegiatan ini perlu didahului dengan pelatihan
tenaga atau kader dan guru. Kegiatan ini dimasukkan dalam kegiatan PHBS
(Program Hidup Bersih Seha)t dan diintegrasikan dalam upaya-upaya kesehatan
pokok lainnya di Puskesmas Kesehatan Ibu Anak (KIA), Gizi, Kesling, Posbindu,
dan PKPR. Untuk masyarakat yang masih menyikat gigi dengan cara-cara
tradisional yang diduga kurang efektif dalam pencegahan karies gigi perlu
dilakukan pendekatan dan edukasi agar mereka mengganti dengan sikat gigi
dan pasta gigi berfluor.
3. Penggunaan Pasta Gigi Mengandung Flour Secara Efektif
Edukasi kebersihan mulut harus memasukkan anjuran kebiasaan menyikat
gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor. Penelitian menunjukkan
terdapat hubungan antara efektivitas fluor dalam mencegah karies gigi serta cara
menyikat gigi yang benar. Dua faktor terpenting adalah frekuensi menyikat gigi
dan berkumur hanya satu kali setelah menyikat gigi. Direkomendasikan untuk
menyikat gigi dua kali sehari karena cara ini meningkatkan efektivitas fluor
dibandingkan dengan menyikat gigi sekali sehari.
Berkumur setelah menyikat gigi mengurangi efektivitas fluor karena akan
mengurangi jumlahnya di permukaan gigi sampai konsentrasi di bawah optimal.
Kebiasaan tidak berkumur atau berkumur sekali saja setelah menyikat gigi
diikuti dengan membuang sisa pasta gigi sangat direkomendasikan.
a. Frekuensi menyikat gigi, minimal dua kali sehari.
b. Lama menyikat gigi minimal dua menit menggunakan teknik yang
memungkinkan pasta gigi menyebar merata di seluruh gigi.
c. Waktu menyikat gigi, idealnya setelah sarapan dan sebelum tidur di malam
hari.
d. Orang tua atau pengasuh mulai melakukan pengawasan cara menyikat
gigi sejak gigi pertama erupsi.
e. Orang tua atau pengasuh mendampingi atau mengawasi anak menyikat
gigi sampai usia 8 tahun.
f. Jumlah pasta gigi mengandung fluor yang digunakan
1) Anak usia 6 bulan – 2 tahun
Lapisan tipis pada bulu sikat gigi khusus anak atau setengah biji
kacang polong (0,05 – 0,1 gram) atau sesuai tanda (berwarna biru)
pada sikat gigi
2) Anak usia 2 – 6 tahun
Seukuran biji kacang polong atau selebar sikat gigi khusus anak (0,25
gram)
227
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
3) Diatas 6 tahun
Seukuran biji kacang polong atau selebar sikat gigi yang digunakan.
7) Setelah menyikat gigi ludahkan pasta gigi dan berkumur perlahan
sekali saja dengan air
8) Konsentrasi fluor 1000-1500 ppm (minimal 800 ppm ion fluoride
bioavailable).
9) Konsentrasi fluor tersebut lebih tinggi untuk pasta gigi orang tua
10) Rasa pasta gigi anak harus menarik bagi anak, namun tidak terlalu
enak untuk ditelan
11) Sesuai dengan Deklarasi Beijing Pasta gigi mengandung fluor aman
untuk digunakan sesuai aturan pada kadar fluor rendah, sedang atau
tinggi.
12) Menganjurkan perusahaan untuk mengadopsi kesepakatan ini
kemudian diterapkan pada iklan produk mereka.
4. Rekomendasi
a. Pasta gigi mengandung fluor dengan harga terjangkau dengan aktivitas anti
karies harus tersedia untuk meyakinkan seluruh masyarakat memperoleh
kadar fluor yang adekuat dengan cara yang paling sesuai, murah dan upaya
yang paling mudah dilakukan.
b. Kemasan pasta gigi yang mengandung fluor harus diberi label yang jelas:
1) Konsentrasi fluor dan nama senyawa fluor yang terkandung
2) Nama bahan-bahan lainnya, misalnya bahan abrasive
3) Tanggal produksi dan kadaluwarsa
4) Instruksi penggunaan pasta gigi seukuran biji kacang polong
5) Anjuran cara berkumur yang benar setelah menyikat gigi
6) Anjuran bahwa anak kecil yang menyikat gigi harus memperoleh
pengawasan orang dewasa
c. Cara mengeluarkan pasta gigi dari kemasannya harus memungkinkan hanya
mengeluarkan sedikit pasta saja.
d. Perlu melakukan upaya promosi untuk memperkenalkan pada masyarakat
pentingnya pasta gigi mengandung fluor dan menyikat gigi yang baik
dengan cara yang benar.
e. BPOM harus memonitor kandungan fluor pada pasta gigi yang beredar di
pasaran.
f. Pasta gigi mengandung fluor yang memenuhi standar efektivitas yang
direkomendasikan harus diklasifikasikan oleh pemerintah sebagai bahan
terapeutik, bukan kosmetik dan pemasarannya sesuai dengan cara
pemasaran obat.
g. Formula pasta gigi sebagai bahan terapeutik akan disetujui oleh kemenkes.
h. Pendekatan pada pihak industri yang sudah ada untuk mendukung
pengadaan pasta gigi yang terjangkau di daerah terpencil.
i. Untuk kegiatan di Puskesmas pasta gigi berfluor dapat direalisasikan
dengan:
1) Sikat gigi dengan pasta gigi berfluor di sekolah melalui program UKGS
2) Sikat gigi dengan pasta gigi berfluor di posyandu dan melatih orang
tua dan kader melalui program UKGM.
228
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
229
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
bahwa seluruh bubuk tercampur dengan cairan sesuai dengan takaran yang
dianjurkan.Menghasilkan campuran glass ionomer yang bagus memang tidak
mudah. Oleh karenanya, sangat penting bagi tenaga pelayanan kesehatan gigi
dan mulut untuk memperoleh pelatihan sebelum terjun ke masyarakat.
Pada dasarnya terdapat 2 material yang sering digunakan untuk sealant
pit dan fissure yaitu resin komposit dan semen glass ionomer. Tidak terdapat
bukti klinis mana bahan yang paling baik untuk mencegah karies dentin di pit
dan fissure diantara 2 material tersebut. Banyak dokter gigi yang telah diajarkan
untuk menggunakan resin komposit sebagai pilihan utama untuk sealant pit
dan fissure. Namun, saat ini banyak bukti menunjukan bahwa glass ionomer
viskositas tinggi juga sama bagusnya dengan resin komposit dalam mencegah
karies.
Pada penelitian yang dipublikasikan bulan Juni 2005 dan Februari 2010
mengenai ketahanan sealant dan tumpatan dengan metode ART menunjukan
bahwa tingkat ketahanan ART mengunakan glass ionomer viskositas tinggi
setelah 1, 2 dan 3 tahun adalah 75%, 82% dan 72%. Tingkat ketahanan yang
relatif tinggi ini menghasilkan tingkat rata-rata kegagalan selant pada gigi tetap
yang rendah yaitu 9.3% setelah 3 tahun. Efek pencegahan karies glass ionomer
viskositas tinggi sangat baik.
3. Evidence Based
Sampai Februari 2012 telah dipubliklasikan sebanyak 254 artikel di
perpustakaan elektonik Pubmed yang membuktikan bahwa ART efektif,
terjangkau, layak, tahan lama dan penting untuk perawatan preventif
dan restoratif. Mayoritas artikel mengenai efek pencegahan karies dan
kelangsungan hidup sealant dan restorasi dengan metode ART. Banyak peneliti
dari berbagai negara telah menyelediki aspek yang berbeda dari ART. Temuan
penting dari studi ini menunjukkan bahwa pendekatan ART menggunakan
glass ionomer viskositas tinggi akan menghasilkan sealant dan tumpatan satu
permukaan yang baik pada gigi sulung dan gigi permanen posterior. Tidak
hanya kelangsungan hidup sealant dan tumpatan ART menggunakan glass
ionomer yang telah diselidiki, metode yang digunakan dan berbagai kandungan
glass ionomer juga telah diteliti untuk dikombinasikan dengan ART. Selain
itu, studi tentang implementasi ART dan efek pada kepuasan pasien sejauh ini
menunjukkan hasil positif.
Efektivitas penggunaan hand-instrument untuk membuka kavitas gigi
juga telah dipelajari. Penggunaan dental hatchet dapat meningkatkan akses ke
kavitas gigi pada 84% gigi yang memerlukan perawatan pada kelompok remaja
di Zimbabwe. Namun, lesi karies pada proksimal gigi anterior tidak dapat
dilakukan penambalan dengan metode ART.
Pada kelompok usia yang lebih muda (6-8 tahun) di Syria dengan risiko
karies tinggi dapat dilakukan penambalan dengan metode ART pada 90% lesi
karies di gigi susu. Sedangkan pada gigi tetap di kelompok usia yang sama
sbesar 54%. Hasil yang sama ditemukan pada kelompok usia remaja di Mesir.
Efektifitas penggunaan ekscavator untuk membuang dentin berkaries telah
teruji sejak lama bahkan sebelum penggunaan instrumen putar.
230
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
231
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
232
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
233
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
234
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
235
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
236
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
237
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
238
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
239
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
MATERI PEMBELAJARAN
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
240
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
RANGKUMAN
6. Tidak ada bukti bahwa sealant berbahan dasar resin lebih baik dibanding
sealant glass ionomer viskositas tinggi dalam mencegah perkembangan lesi
karies di pit dan fissure.
7. Kelebihan sealant dengan metode ART dibandingkan sealant berbahan
dasar resin adalah dapat menjangkau pit dan fissure yang dalam.
8. Tingkat ketahanan restorasi ART satu permukaan menggunakan glass
ionomer viskositas tinggi pada gigi susu dan gigi tetap posterior tinggi
9. Tingkat ketahanan restorasi ART menggunakan glass ionomer viskositas
tinggi lebih dari satu permukaan pada gigi susu posterior lebih rendah
dibandingkan restorasi ART satu permukaan.
10. Tingkat ketahanan restorasi ART satu permukaan menggunakan glass
ionomer viskositas tinggi pada gigi susu posterior sebanding dengan restorasi
amalgam.
11. Tingkat ketahanan restorasi ART satu permukaan menggunakan glass ionomer
viskositas tinggi pada gigi tetap posterior lebih tinggi dibandingkan dengan
restorasi amalgam.
12. Efektivitas biaya restorasi ART dengan glass ionomer viskositas tinggi lebih
tinggi dibandingkan restorasi amalgam.
13. Implementasi pengendalian karies dengan metode ART dalam pelayanan
kesehatan gigi dan mulut tergantung pada ketersediaan instrumen ART dan
ketersediaan glass ionomer viskositas tinggi yang berkualitas.
14. Untuk memastikan hasil yang optimal dari pengendalian karies dengan
metode ART, maka diperlukan program pelatihan bagi tenaga pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
TUGAS MANDIRI
241
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
242
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
REFLEKSI
243
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
2. Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar saliva
mayor serta beberapa kelenjar saliva minor, adapun kelenjar saliva mayor terdiri
dari....
A. Kalenjer paratis, Submandibularis dan sublingualis
B. Kalenjer mukosa, gingiva dan palatum
C. Kalenjer paratis, mukosa, gingiva dan palatum
D. Kalenjer Submandibularis dan gingiva
3. Apabila terjadi perubahan pada tekstur lidah, yakni timbul bulu pada lidah, maka
penyebab penyakit lidah yang satu ini lebih disebabkan oleh ....
A. penggunaan obat antibiotik atau obat kumur
B. salah dalam mengkonsumsi obat kimia
C. dikarenakan penyebab dari gen keturunan
D. semuanya benar
4. Pada kondisi sehat, lidah memiliki warna pink cenderung kemerahan, apabila
warna lidah berubah menjadi lebih terang atau pucat, hal ini umumnya terjadi
karena....
A. kurangnya asupan sejumlah zat seperti zat besi
B. kurangnya asupan dari asam folat
C. kurangnya asupan makananan yang bervitamin b12
D. semuanya benar
244
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
7. Pulpa terdiri atas syaraf-syaraf yaitu ....
A. Arteri, vena
B. Saluran kolagen
C. Serabut-serabut halus
D. Semua benar
A. Pulpa Koronal
B. Pulpa Radikuler
C. Pulpa Koronal dan Pulpa Radikuler
D. Pulpa getah bening
245
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
A. Pulpa Koronal
B. Pulpa Radikuler
C. Pulpa Koronal dan Pulpa Radikuler
D. Pulpa getah bening
10. Pulpa mempunyai empat fungsi, adapun fungsi Pulpa dentinogenic adalah....
A. Sel Pulpa gigi odontoblas yang mempunyai peran untuk membentuk dentin
dan menghasilkan serabut-serabut hologen.
B. Jumlah air dan nutrisi dibutuhkan untuk metabolisme dentin
C. Bersifat melindungi dan pulpa akan mengalami inflamasi jika ada invasi
D. Pulpa yang akan merespon cedera dengan rasa sakit.
11. Kehilangan gigi sebagian akan memengaruhi banyak hal dalam diri seseorang
diantaranya berpengaruh pada ....
A. fungsi pengunyahan
B. dalam berbicara
C. dalam hubungan sosial
D. semua benar
13. Kehilangan sebagian gigi berakibat migrasi dan rotasi dari gigi tersisa, impaksi
makanan dan timbulnya penyakit periodontal, asimetris wajah, perubahan
letak jaringan lunak pada ....
A. Pipi dan bibir
B. Pipi dan Gusi
C. Pipi dan Rahang
D. Pipi dan Pulpa
14. Kehilangan gigi juga dapat dihubungkan dengan menurunnya tingkat sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, dan penghasilan, tetapi yang paling sensitif adalah
....
A. Migrasi dan rotasi gigi
B. Rusak sebagaian gigi
C. Rusak kecantikan wajah
D. Perubahan pada kecantikan
246
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
15. Bila gigi sudah tidak mempunyai antagonis lagi maka akan terjadi erupsi berlebih
yang disebut dengan ....
A. ovarium
B. overeruption
C. erupsion
D. antation
16. Jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang penyangga gigi adalah
jaringan ....
A. alveolar
B. tulang alveolar
C. jaringan alveolar
D. semua benar
18. Periodontitis merupakan lanjutan dari gingivitis yang tidak ditangani, periodon-
titis adalah penyakit . . . .
A. gingivitis
B. hepatitis
C. inflamasi
D. menionitis
19. Suatu kerusakan pada gigi yang disebut stimulus yang diterima oleh sistem saraf
adalah....
A. implasi
B. persepsi
C. inflamasi
D. perkesi
20. Sesuatu gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi pada rahang
atas atau rahang bawah dan dapat dibuka-pasang oleh pasien disebut dengan
.....
A. gigi tiruan lepasan
B. gigi tiruan sebagian lepasan
C. gigi tiruan palsu lepasan
D. gigi tiruan setengah lepasan
247
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
21. Pada pasal 34 angka (3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak, tertuang dalam ....
A. Undang Undang Dasar 1945
B. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
C. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2009
D. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
22. Pada pasal 28 H angka (1) mengamanahkan, bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, tertuang
dalam ....
A. Undang Undang Dasar 1945
B. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
C. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2009
D. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
24. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada sebagian besar penduduk Indonesia
disebabkan oleh ....
A. keadaan alam indonesia
B. kebiasaan hidup masyarakat indonesia
C. kesenjangan ekonomi masyarakat indonesia
D. karies gigi
25. Survei Nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebesar 75% penduduk Indonesia
mengalami riwayat karies gigi, dengan rata-rata jumlah kerusakan gigi sebesar....
A. 4 gigi setiap orang
B. 5 gigi setiap orang
C. 6 gigi setiap orang
D. 7 gigi setiap orang
26. Bahan kedokteran gigi yang dapat digunakan untuk menutup pit dan fissure
adalah....
A. resin komposit
B. semen glass ionomer
C. A dan B benar
D. semua salah
248
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
27. Analisis terakhir menunjukkan bahwa rata-rata tingkat retensi sealant ART
menggunakan glass ionomer viskositas tinggi setelah tahun 1 setara dengan ....
A. 75 %
B. 82 %
C. 72 %
D. 80 %
28. Analisis terakhir menunjukkan bahwa rata-rata tingkat retensi sealant ART
menggunakan glass ionomer viskositas tinggi setelah tahun 2 setara dengan ....
A. 75 %
B. 82 %
C. 72 %
D. 80 %
29. Restorasi dan sealant paling baik dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut
adalah...
A. Metode ART
B. Metode ATF
C. Metode WHO
D. Metode ATR
30. Alasan paling sering bagi anak-anak dan dewasa datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan gigi dalam penananganan kegawatdaruratan medik karena....
A. Membutuhkan perawatan trauma gigi
B. Membutuhkan pelayanan keperawatan
C. Membutuhkan trauma keperawatan
D. Tidak ada yang benar
31. Penelitian menunjukkan prevalensi trauma gigi yang tidak terawat pada anak
sampai usia 15 tahun adalah berkisar antara....
A. 3 – 25 %
B. 5 – 35 %
C. 7 – 50 %
D. 9 – 65 %
32. Peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri, merupakan reaksi
terhadap toksin bakteri pada karies gigi ....
A. pulpitis
B. hepatitis
C. peravulis
D. hetiperatis
249
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
33. Penyebab pulpitis yang paling sering ditemukan adalah ....
A. pembengkakan gigi
B. pembusukan gigi
C. pembengkakan gusi
D. pembusukan gusi
34. Sakit saat mengunyah menunjukkan bahwa peradangan telah mencapai jaringan
....
A. karies gigi
B. pulva
C. periapikal
D. epitel
35. Apabila tidak ada tenaga kesehatan gigi lubang gigi dibersihkan dengan
ekskavator dan semprot air dan terus berikan analgetik apabila diperlukan,
analgetik yang dimaksud adalah....
A. parasetamol 500 mg 3 – 4 x sehari
B. ibuprofen 3 – 4 x sehari
C. asam
D. mefenamat 3 – 4 x sehari
E. semua benar
B. Soal Uraian
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Faktor-faktor lokal apa saja yang dapat menyebabkan lesi rongga mulut?
2. Penyakit lidah berupa lidah yang mengalami pembengkakan umumnya menjadi
pertanda dari sejumlah penyakit yang bisa dikategorikan sebagai penyakit
sedang hingga serius, berikan contohnya!
3. Apa tujuan dilakukan perawatan kaping pulpa direk, jelaskan!
4. Sebutkan indikasi-indikasi untuk pulpa kaping direk itu sendiri, jelaskan!
5. Sebutkan salah satu bahan material yang digunakan untuk perawatan kaping
pulpa direk!
6. Apa tujuan dari unsur-unsur kimia seperti barium, zinc, alumunium, strontium,
silicon, yttrium, ytterbium, dan lanthanum!
7. Sebutkan prinsip dasar perawatan kasus infeksi odontogen!
8. Sebutkan perawatan pada abses! Abses pada prinsipnya adalah insisi dan
drainase yang disebut dengan insisi adalah....
9. Sebagian besar infeksi odontogenik berasal dari abses periapikal, sebutkan yang
berhubungan dengan infeksi purulen!
10. Terapi antibiotik modern telah sangat mengurangi komplikasi dari penyebaran
infeksi, Sebutkan penyebab infeksi odontogenik biasa!
11. Jelaskan apa yang dimaksud dengan immediate denture?
12. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi periodontal pada pasien!
13. Jelaskan penyebab dari pulpitis akut!
14. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Penatalaksanaan pada Gingivitis!
15. Jelaskan apa yang dimaksud dengan periodontitis!
250
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, 2012. Buku Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Penerbit, Quantum Sinergis.
Abdillah Imron Nasution. Buku Paduan Fasilitator (Ilmu kedokteran Gigi Dasar. Mentari
Dental Mentarial.
Erni Gultom, RR Ratnasari Diyah P. 2017. Konsep Dasar Pelayanan Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut I (Buku Ajar Keperawatan Gigi). Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Ita Astit karmawati, MARS, Pudentiana Rr R.E, AMKG, SPd, MKM, drg. Ita Yulita, M.Kes.
Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Deepublish (CV.
Budi Utama).
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Paket Dasar Kesehatan Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: Penerbit Kementerian
Kesehtan Republik Indonesia.
251
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS 1:
I. Riwayat Penulis
NamaLengkap : MUHAMMAD NASIR,
S.Pd.,ST.,MM
Telepon /HP/WA : 0812-6999-6934
Email : muhammadnasir.
alplimbani@gmail.com
AkunFacebook : Abunas Esemca Kes
Alamat Kantor : SMKS KESEHATAN
YPUNARA
Jl. Elak Buket Rata –
Kr. Mane Km.16.8
Simpang IV Binjee Kec.
Nisam Aceh Utara
Kompetensi Keahlian :
1. Keperawatan
2. Dental Keperawatan Gigi
3. Analis kesehatan/Lab. Teknologi Medik
4. Farmasi Klinis, dan
5. Farmasi Industri
252
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BIODATA PENULIS
253
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS 2 :
I. Riwayat Penulis
NamaLengkap : NIDARWATI, SKM
Telepon /HP/WA : 0812-6080-1823
Email : nidarwati.skm@gmail.com
AkunFacebook : nidar nidar
Alamat Kantor : SMKS KESEHATAN
YPUNARA
Jl. Elak Buket Rata – Kr.
Mane Km.16.8 Simpang
IV Binjee Kec. Nisam Aceh Utara
Kompetensi Keahlian :
1. Keperawatan
2. Dental Keperawatan Gigi
3. Analis kesehatan/Lab. Teknologi Medik
4. Farmasi Klinis, dan
5. Farmasi Industri
254
DASAR-DASAR ILMU
KEDOKTERAN GIGI
BIODATA PENULIS
255