Anda di halaman 1dari 8

Isu - Isu Lintas Sektor

Perlindungan, Gender, Keberagaman Dan inklusi dalam AMPL-PDB


Dalam intervensi AMPL-PDB, seluruh kelompok masyarakat terdampak baik perempuan, anak
perempuan, anak laki-laki, laki-laki, penyandang disabilitas, lanjut usia masyarakat dan kelompok
terpinggirkan lainnya harus memiliki kesempatan yang sama bagi untuk mengakses dan mendapatkan
manfaat dari pelayanan air, sanitasi dan promosi kesehatan. Upaya untuk meningkatkan kesadaran
mengenai dampak ketidaksetaraan, diskriminasi, kekerasan, stigma budaya dan tabu sangatlah penting
dalam setiap upaya peningkatan layanan AMPL-PDB.

Deskripsi singkat mengenai Perlindungan, Gender, Keberagaman, serta Inklusi adalah sebagai berikut:

Perlindungan: Mengacu pada aspek bahwa setiap individu berhak untuk memiliki rasa aman dari
ancaman apapun baik ancaman kekerasan fisik maupun psikis sehingga individu tersebut bisa
menjalankan fungsinya baik sebagai bagian dari kelompok masyarakat.

Gender: Mengacu pada aspek mengenai identitas seseorang yang ditentukan secara sosial yang
berkaitan dengan maskulinitas dan feminitas. Peran gender sangat bervariasi dan berbeda antar budaya
serta bisa mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Keberagaman: Mengacu kepada perbedaan identitas dan latar belakang sosial yang dalam sebuah
kelompok populasi. Perbedaan itu bisa berupa suku, agama dan kepercayaan, pandangan politik, etnis,
ras, gender, orientasi seksual, warna kulit dan lain sebagainya.

Inklusi: Mengacu kepada upaya untuk mengurangi atau menghilangkan ketidaksetaraan yang terkait
dengan latar belakang sosial, identitas, kondisi fisik dan perbedaan lainnya. Inklusi diwujudkan agar
seluruh anggota masyarakat dapat memiliki peluang dan hak yang sama untuk bebas dari stigma dan
diskriminasi.

Prinsip-prinsip:

o Martabat. Intervensi AMPL harus menjunjung martabat masyarakat terdampak dengan cara
menyediakan akses ke fasilitas AMPL dan barang-barang kebersihan yang mereka perlukan. Sehingga
mereka mampu mengelola kebutuhan AMPL dengan cara yang mereka inginkan, sesuai dengan
konteks budaya, yang melindungi perasaan, kepercayaan, dan harga diri mereka.
o Akses. Fasilitas AMPL harus dapat diakses oleh seluruh masyarakat terdampak tanpa memandang
latar belakang sosial, suku, agama dan kepercayaan, ras, strata sosial, pandangan politik, kondisi fisik,
dan sebagainya.
o Partisipasi. Masyarakat didorong untuk berpartisipasi aktif tanpa memandang latar belakang, jenis
kelamin, usia, disabilitas dan sebagainya. Pendapat mereka harus didengar dan ditanggapi serta
aktif terlibat dalam pengambilan keputusan untuk pemilihan opsi-opsi, desain, konstruksi dan
operasional dan pemeliharaan fasilitas dan layanan AMPL yang berkelanjutan.
o Keamanan/Keselamatan. Intervensi APML harus mengedepankan perlindungan terhadap
keselamatan fisik dan psikis penerima manfaat termasuk perlindungan dari konflik, kekerasan
berbasis gender, perundungan, dan sebagainya.
● Langkah-langkah penerapan Perlindungan Gender, Keberagaman Dan inklusi dalam intervensi AMPL-
PDB

1 Kajian Dan Analisis - Kumpulkan dan analisis data terpilah berdasarkan gender,
Kebutuhan keberagaman dan inklusi terkait kebutuhan, prioritas dan
kemampuan yang berkaitan dengan AMPL.
- Melakukan kajian gender, keberagaman dan inklusi sebagai bagian
dari kajian kebutuhan AMPL dan menganalisis temuan yang ada.
- Melakukan kajian risiko yang berkaitan dengan Gender,
Keberagaman Dan inklusi dan menetapkan rencana kontijensi serta
solusi untuk mengatasinya.

2 Perencanaan - Integrasikan kesetaraan gender, keberagaman dan inklusi ke dalam


Strategis rancangan program AMPL di masa darurat, menggunakan temuan
dari analisis perlindungan gender, keberagaman, inklusi dan data
lainnya.
- Pastikan adanya hubungan yang logis dan dapat dibutuhkan antara
kebutuhan yang spesifik gender, keberagaman dan inklusi tertentu
dengan aktivitas proyek serta hasil yang dapat dilacak.
- Gunakan penanda gender, keberagaman dan inklusi pada desain
program AMPL di masa darurat.

3 Mobilisasi - Gunakan penanda gender, indikator keberagaman dan inklusi pada


Sumberdaya program AMPL saat respons.
- Sertakan Informasi dan pesan kunci tentang gender, keberagaman
dan inklusi di sektor AMPL untuk dimasukkan dalam laporan kajian
awal untuk mempengaruhi prioritas pendanaan.
- Laporkan secara teratur kepada donatur dan lembaga kemanusian
lainnya tentang kesenjangan sumber daya terkait gender,
keberagaman dan inklusi dalam sektor WASH.

4 Implementasi dan - Laksanakan program AMPL yang mengintegrasikan kesetaraan


pemantauan gender, keberagaman dan inklusi dan menginformasikan kepada
perempuan dan laki- laki (anak- anak dan dewasa) tentang sumber
daya yang tersedia dan bagaimana mempengaruhi proyek.
- Mengembangkan dan memelihara mekanisme umpan balik untuk
perempuan dan laki-laki (anak-anak dan dewasa)
- Gunakan penanda gender, keberagaman dan inklusi pada program
AMPL
- Pantau akses terhadap bantuan AMPL oleh gender, keberangaman
dan inklusi dan mengembangkan indikator yang dirancang untuk
mengukur perubahan berdasarkan kesenjangan dan dinamika yang
ada.

5 Refleksi dan Evaluasi - Pantau kegiatan dalam sektor AMPL di masa darurat. Kaji kelompok
mana berdasarkan gender, keberagaman dan inklusi yang dianggap
secara efektif dan mana yang tidak tercapai serta mengapa
- Bagikan praktik baik seputar penggunaan penanda gender,
keberagaman dan inklusi serta tindakan untuk mengatasi
kesenjangan

Daftar Checklist untuk Sektor AMPL-PDB

Kajian mengenai situasi gender, keberagaman dan inklusi

1 Informasi awal mengenai penggunaan air minum dan sanitasi diperoleh dari
masyarakat yang terdampak.

2 Data terpilah berdasarkan jenis kelamin, usia, dan status kedisabilitasan

Desain

1 Lokasi titik pengambilan air, mekanisme distribusi, dan prosedur pemeliharaan dapat
diakses oleh seluruh masyarakat terdampak termasuk kelompok rentan.

2 Jamban dan bilik kamar mandi dapat diakses oleh semua masyarakat terdampak
termasuk kelompok rentan dengan memperhatikan lokasi dengan penerangan yang
cukup serta terjaminnya keamanan dan privasi.

Akses

1 Akses masyarakat terdampak terhadap fasilitas AMPL harus diperiksa secara rutin
dengan berbagai metode.

2 Hambatan yang ditemukan harus segera diselesaikan

Partisipasi

1 Masyarakat terdampak dapat secara langsung berpartisipasi dalam pembuatan desain


program, implementasi, dan pemantauan.

2 Masyarakat terdampak berpartisipasi dalam pembuangan limbah yang aman

Peningkatan kapasitas / Pelatihan

1 Masyarakat terdampak dilatih untuk menjaga dan memelihara fasilitas AMPL


Tindakan untuk mengantisipasi Kekerasan Berbasis Seksual

1 Masyarakat terdampak berpartisipasi dalam mengidentifikasi lokasi yang aman dan


dapat diakses untuk titik pengambilan air dan fasilitas sanitasi.

Tindakan berdasarkan kajian gender, keberagaman dan inklusi

1 Masyarakat terdampak yang belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai


kebersihan dan pengelolaan air dapat diberikan pelatihan lebih lanjut.

2 Masyarakat terdampak yang belum memiliki akses dan kontrol pengelolaan air yang
baik, dapat mengikuti penyuluhan.

3 Praktik diskriminatif yang menghambat partisipasi perempuan, disabilitas, dan


kelompok rentan lain dalam pengelolaan air dapat ditangani melalui pemberdayaan
program yang melibatkan masyarakat

Pemantauan dan evaluasi berdasarkan data terpilah

1 Data terpilah menurut jenis kelamin, usia, dan status disabilitas tentang capaian
program dikumpulkan, dianalisis, dan dilaporkan secara rutin, termasuk kepada
masyarakat.

2 Rencana dikembangkan dan diimplementasikan untuk mengatasi setiap


ketidaksetaraan dan resiko diskriminasi untuk memastikan akses dan keamanan untuk
seluruh masyarakat

Koordinasi dengan lembaga kemanusiaan lainnya

Lembaga kemanusiaan di sektor AMPL-PDB selalu berkoordinasi dengan lembaga di


sektor lain untuk berkoordinasi dalam isu perlindungan, gender, keberagaman dan
inklusi.

Sektor/klaster memiliki rencana aksi perlindungan, gender, keberagaman dan inklusi,


diimplementasikan, dan secara rutin dengan mengukur indikator spesifik yang
disepakati bersama dan sesuai dengan standar.

Pelibatan Masyarakat AMPL-PDB

Masyarakat memiliki hak untuk terlibat dalam pemenuhan hak-hak dasar dan kebutuhannya. Pelibatan
masyarakat dan warga terdampak adalah salah satu standar kemanusiaan inti yang merupakan
komitmen bersama untuk dipenuhi oleh setiap lembaga dalam setiap respons kemanusiaan. Pelibatan
masyarakat dalam intervensi AMPL-PDB merupakan proses dinamis yang menghubungkan masyarakat
dan pemangku kepentingan lainnya sehingga orang-orang yang terkena dampak dari suatu kondisi yang
krisis memiliki kendali lebih besar terhadap upaya penanganan dan dampak bencana terhadap
masyarakat (Oxfam, 2018). Alasan Kenapa Pelibatan masyarakat sangat penting adalah sebagai berikut:
1. Pelibatan masyarakat dapat membantu kita untuk memahami konteks, preferensi dan
kebutuhan spesifik dari masyarakat terdampak.
2. Pelibatan Masyarakat dapat membantu kita untuk membuka akses, mendapatkan kepercayaan,
dan penerimaan masyarakat terhadap organisasi dan program kita.
3. Pelibatan masyarakat dapat membantu kita untuk respon bencana atau program yang lebih
efektif.
4. Pelibatan masyarakat dapat membantu meningkatkan rasa kepemilikan terhadap intervensi
AMPL, meningkatkan kapasitas masyarakat, dan memunculkan kemandirian yang pada akhirnya
akan membantu dalam proses ‘exit strategy’

Sejauh mana kita bisa melibatkan masyarakat?

Banyak faktor yang mempengaruhi untuk sejauh mana pelibatan masyarakat dapat dilakukan dalam fase
respon darurat bencana, fase pemulihan maupun rehabilitasi-rekonstruksi. Faktor-faktor termasuk
kondisi fisik dan psikososial masyarakat, kapasitas organisasi dan kelembagaan masyarakat, hubungan
kekuasaan, dan lain sebagainya. Sehingga sejauh mana tingkat pelibatan masyarakat hanya bisa
ditentukan dari kajian yang dilakukan sebelum intervensi serta akses, kepercayaan dan penerimaan
masyarakat sudah didapatkan.

Ada beberapa tingkatan pelibatan masyarakat antara lain 1:

Tingkat 1 - Menginformasikan. Masyarakat terdampak menerima informasi, seperti papan


pengumuman Langkah pertama yang penting tapi tidak bisa dianggap partisipasi itu sendiri, karena ini
hanya berbagi informasi satu arah.

Tingkat 2 - Konsultasi. Masyarakat dilibatkan dalam diskusi tentang kebutuhan dan prioritas mereka.
Tahap ini bentuk partisipasi terbatas karena mereka tidak terlibat dalam membuat keputusan.

Tingkat 3 - Pelibatan. Masyarakat memberikan masukan untuk keputusan kunci, misalnya dalam
pertemuan masyarakat. Namun dalam tahap ini organisasi yang menentukan keputusan final.

Tingkat 4 – Kolaborasi. Masyarakat terdampak turut dalam merencanakan dan memutuskan sesuatu
serta masyarakat ikut bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat.

Tingkat 5 – Pemberdayaan. Masyarakat memimpin, merencanakan, mengambil keputusan dan


mengelola kegiatan atau intervensi AMPL. Pihak luar hanya memberikan dukungan minimal misalnya
dukungan teknis atau dukungan pendanaan.

Mekanisme Umpan Balik AMPL-PDB

Referensi : Panduan Pelibatan Masyarakat dan Akuntabilitas dalam Aksi Kemanusiaan, Kemensos,
2022

Mekanisme umpan balik merupakan mekanisme yang dibentuk baik secara formal atau informal untuk
dapat digunakan oleh masyarakat terdampak dalam menyampaikan pendapatnya terkait dengan
bantuan atau layanan kemanusiaan yang diberikan. Pendapat atau informasi yang diberikan oleh

1 https://www.ifrc.org/sites/default/files/2022-05/RCRC_CEA_Guide_2022.pdf halaman 50
masyarakat terdampak dapat digunakan untuk menerima, menganalisis, menanggapi, dan bertindak
atas umpan balik dari masyarakat dan warga terdampak, termasuk keluhan, pertanyaan, permintaan,
saran rumor, atau pujian (Panduan Pelibatan Masyarakat dan Akuntabilitas dalam Aksi Kemanusiaan,
Kemensos, 2022).

Umpan balik yang diberikan oleh masyarakat terdampak dapat dikategorikan menjadi dua yaitu cerita
atau topik yang umum dan cerita sensitif seperti korupsi, penipuan, kekerasan, eksploitasi dan
penyalahgunaan seksual (EPS), dan pelanggaran kode etik lainnya. Umpan balik yang termasuk ke dalam
cerita sensitif perlu dikelola dengan hati-hati serta rahasia untuk memastikan adanya perlindungan bagi
yang menceritakan dari unsur-unsur risiko bahaya. Selain itu, umpan balik menjadi sangat penting atau
diperlukan karena diantaranya dapat 1) membantu meningkatkan kualitas bantuan dan layanan
kemanusiaan, 2) memantau kinerja dari sudut pandang masyarakat, 3) mendorong pemberdayaan
masyarakat dan melibatkan masyarakat terdampak dalam memberikan masukan, dan 4) membangun
kepercayaan masyarakat terdampak dengan mendengarkan dan menindaklanjuti umpan balik yang
diterima.

Bonino and Warner (2014) menjelaskan bahwa mekanisme umpan balik umumnya menjadi bagian dari
(Panduan Pelibatan Masyarakat dan Akuntabilitas dalam Aksi Kemanusiaan, Kemensos, 2022:

● Upaya untuk menangani Eksploitasi dan Penyalahgunaan Seksual (EPS)


● Akuntabilitas terhadap warga terdampak
● Pemantauan
● Komunikasi dengan warga terdampak di masa darurat
● Mendengarkan warga terdampak yang menerima bantuan dan layanan kemanusiaan
● Ragam persepsi di masyarakat mengenai aksi kemanusiaan
● Partisipasi masyarakat terdampak dan rasa kepemilikan di masa darurat, pemulihan, dan non-
bencana

Pelibatan masyarakat melalui mekanisme umpan balik pada intervensi AMPL-PDB diharapkan dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat terdampak serta memberikan kepuasan. Berikut ini beberapa
contoh bentuk kepuasan masyarakat dalam intervensi AMPL-PDB contohnya antara lain:

a. Masyarakat penerima manfaat merasa aman menggunakan fasilitas air dan sanitasi dalam kondisi
lingkungan apapun (baik siang dan malam maupun panas dan hujan)
b. Masyarakat dapat menunjukkan contoh perubahan program AMPL-PDB yang terjadi karena
umpan balik yang mereka sampaikan
c. Informasi yang diberikan tentang program AMPL-PDB sesuai dengan budaya dan dapat diakses
oleh semua
d. Masyarakat penerima manfaat puas dengan desain dan lokasi fasilitas air dan sanitasi
e. Masyarakat penerima manfaat puas dengan perangkat alat kebersihan (hygiene kit) yang
didistribusikan
f. Masyarakat puas bahwa mereka memiliki keterampilan dan dukungan untuk mengelola sarana air
dan sanitasi secara mandiri
g. Kelompok dan individu yang terpinggirkan merasa puas bahwa pandangan mereka telah
diperhitungkan dalam rancangan program

h. Masyarakat terdampak puas dengan proses kajian yang dilakukan oleh sektor AMPL.
Isu lintas sektor lainnya

Dalam melaksanakan program penanggulangan kebencanaan khususnya program AMPL-PDB,


lembaga/instansi/kelompok dan perorangan harus memperhatikan isu-isu lintas sektor lainnya yang
mungkin muncul. Beberapa isu lintas sektor tersebut adalah sebagai berikut:

● Lingkungan (Climate Change, Green Response)


1. Sebelum melakukan penanggulangan bencana, lembaga/instansi/kelompok dan
perorangan harus melakukan studi kelayakan untuk mengidentifikasi green products,
proses implementasi dan teknologi yang ramah iklim untuk diterapkan dalam
penanggulangan kebencanaan.
2. Mengumpulkan pembelajaran baik mengenai penanggulangan kebencanaan yang
ramah lingkungan untuk analisa dan diterapkan.
● Pengurangan Resiko Bencana
Respon kebencanaan pada sektor AMPL-PDB harus memperhatikan peningkatan kapasitas
untuk masyarakat terdampak dalam upaya memberikan pengetahuan dan perencanaan di
bidang pengurangan risiko bencana, hal ini meliputi semua aspek masyarakat dan pemerintah
serta pemangku kepentingan lainnya dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengurangan
Risiko Bencana (RAD PRB).
● Psikososial

AMPL merupakan salah sektor prioritas penanggulangan bencana yang memenuhi kebutuhan
dasar dan kebutuhan khusus kelompok-kelompok masyarakat terdampak. Penting bagi para
pelaku respon AMPL-PDB untuk memahami tujuan besar dari layanan dukungan psikososial
(merujuk pada Buku Pedoman Umum Layanan Dukungan Psikososial yang dikeluarkan
Kementerian Sosial pada tahun 2022) di dalam melakukan respon AMPL, termasuk bahwa AMPL
tidak berdiri sendiri melainkan juga harus melihat informasi, kebutuhan dan respon AMPL di
sektor-sektor lainnya dalam penanggulangan bencana.
Selanjutnya, para pelaku respon kebencanaan AMPL-PDB apabila akan turun ke lapangan dalam
situasi bencana, hendaknya memahami tahapan psikososial, sehingga kegiatan yang
dilaksanakan dapat sesuai dengan tahapan-tahapan seharusnya. Selama ini, layanan dukungan
psikososial dilakukan kepada penyintas masih bersifat rekreasional, seperti kegiatan bermain
bersama anak-anak dan menggambar. Pemahaman tersebut masih terbatas dalam memandang
intervensi dukungan psikososial sehingga penyuluh sosial perlu diberikan penguatan kapasitas
terkait dukungan psikososial, terutama yang dapat dilakukan di sektor AMPL.
Pelaku respon AMPL-PDB perlu memahami bahwa dukungan psikososial dilakukan mulai kajiab
kebutuhan AMPL hingga respon AMPL disepakati selesai untuk dilanjutkan pada masa
pembangunan. Contoh intervensi AMPL-PDB yang menjadi bagian dari layanan dukungan
psikososial adalah:
1. Kajian kebutuhan AMPL dimana dalam kajian ini didapatkan informasi dari hasil analisa
data situasi, kesenjangan, dan kebutuhan AMPL yang ada di masyarakat terdampak.
2. Pembuatan rencana respons AMPL-PDB dimana perencanaan ini memastikan bahwa
respons AMPL-PDB memenuhi kebutuhan dasar dan khusus masyarakat terdampak
3. Penyediaan sarana dan fasilitas AMPL untuk kegiatan pemulasaran jenazah sebagai
penguatan bagi keluarga yang ditinggalkan korban meninggal terdampak bencana
4. Penyediaan sarana dan fasilitas AMPL bagi kelompok-kelompok berisiko seperti ibu
hamil dan ibu menyusui.
5. Merancang, menjalankan, memonitor, mengevaluasi, dan menutup mekanisme umpan
balik respon AMPL-PDB, termasuk dari proses kajian kebutuhan AMPL
6. Merancang, menjalankan, memonitor, mengevaluasi, dan menutup Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM)
7. Melatih kader kesehatan dan menyebarkan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat
terdampak, terutama kelompok berisiko

Anda mungkin juga menyukai