Anda di halaman 1dari 16

MATA DIKLAT :

PEMETAAN SKL, KI, KD, DAN INDIKATOR PEMBELAJARAN


BERBASIS HOTS

Oleh
I Wayan Iwantara, S.Si. M.Pd

BALAI DIKLAT KEAGAMAAN ENPASAR


TAHUN 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Implementasi Kurikulum 2013 ke dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari
tugas pokok para guru untuk dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran mereka. Oleh karena itu, tugas guru untuk membuat perencanaan
pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi suatu
keharusan yang mutlak. Sebelum membuat RPP, guru harus mendahuluinya dengan
membuat analisis keterkaitan SKL, KI, dan KD agar dapat menjabarkan materi Ajar.
Hasil analisis SKL, KI dan KD ini membantu guru menyajikan materi secara runut
tentunya sesuai dengan kedalaman materi dan alokasi waktu yang ada. Selain itu,
analisis keterkaitan SKL, KI, dan KD juga berfungsi untuk memudahkan penjabaran
penilaian apa yang akan dilakukan baik pada proses ataupun hasil belajar sesuai
indikator pencapaian kompetensi yang akan diukur. Dengan demikian maka analisis
keterkaitan keterkaitan SKL, KI dan KD juga harus dihubungkan dengan indikator
pembelajaran/indikator pencapaian kompetensi. Indikator pencapaian kompetensi yang
dimaksud juga diarahkan ke indikator pencapaian kompetensi yang berbasis HOTS.
Dengan adanya Indikator pencapaian kompetensi yang berbasis HOTS pada akhirnya
diharapkan guru tidak hanya mampu mengembangkan indikator pencapaian kompetensi
tidak hanya mencapai level Kompetensi Dasar, namun diharapkan dapat
mengembangkan indikator pencapaian kompetensi melampaui level kompetensi dasar
sehingga mampu mengembangkan IPK sampai level C4-C6 (HOTS/Higher Order
Thinking Skills)

Dari pengamatan kepada para peserta diklat pada pelatihan-pelatihan sebelumnya,


kemampuan mereka untuk memahami dan menyusun analisis keterkaitan SKL, KI, dan
KD perlu ditingkatkan agar pemahaman mereka tentang silabus dan bagaimana
mengembangan pembelajaran semakin lebih baik. Kelemahan ini mengakibatkan
banyak guru mengalami kesulitan dalam melakukan mengembangkan materi ajar atau
menentukan materi esensial. Materi esensial yang dimaksud adalah materi- materi
penting yang harus dikuasai peserta didik. Materi-materi esensial tersebut dapat
2
diidentifikasikan berdasarkan pengalaman empiris dalam praktik pelaksanaan
pembelajaran dalam KD tertentu. Pemetaan materi berdasarkan SKL, KI, KD dan
Indikator pembelajaran juga memudahkan guru dalam menentukan materi-materi yang
sulit dikuasai oleh peserta didik. Kemampuan guru untuk mampu menganalisis SKL,
KI, KD dan Indikator Pembelajaran akan secara langsung berpengaruh terhadap
peningkatan efektifitas proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan kualitas dan efektifitas
proses pembelajaran sangat ditentukan oleh mutu perencanaan, pelaksanaan dan
penilaiannya. Perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dapat berjalan dengan efektif
hanya apabila silabus, RPP, perangkat penilaian, dan bahan ajar dikembangkan
berdasarkan analisis SKL, KI, KD dan Indikator Pembelajaran. Indikator pembelajaran
yang merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang ada sangat menentukan
beberapa hal, yaitu : 1) materi/bahan ajar, 2) Kegiatan Pembelajaran dan 3) Instrumen
Penilaian.
Mengingat begitu pentingnya analisis SKL, KI, KD dan Indikator pembelajaran
dalam mengembagkan bahan ajar, merancang/mendesain kegiatan pembelajaran dan
menyusun atau mengembangkan instrumen penilaian maka guru harus meningkatkan
kompetensinya dalam hal ini untuk menunjang perencanaan kegiatan pembelajaran
yang efektif dan efisien.

B. Tujuan
Tujuan dari mata pelatihan ini adalah 1) menganalisis SKL, KI, KD ruang lingkup
materi pembelajaran berbasis HOT, 2) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
ruang lingkup materi pembelajaran berbasis HOTS.

C. Ruang Lingkup Materi


Mata pelatihan ini membahas tentang analisis Standar Kompetensi Lulusan,
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator pembelajaran berbasis HOTS sebagai
dasar merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran secara lebih efektif.

3
BAB II
PEMETAAN SKL, KI, KD DAN INDIKATOR PEMBELAJARAN

A. Standar Kompetensi Lulusan


Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Pasal 3 menegaskan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi
kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan. Dalam penjelasan
Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan digunakan
sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
dan standar pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi
kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa
belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Setiap lulusan
satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

B. Kompetensi Inti
Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah mencakup Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah
4
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK). Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah terdiri atas: a. kerangka dasar kurikulum; dan b. struktur kurikulum.
Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan
dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, kecuali untuk mata pelajaran Matematika
dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri untuk kelas IV, V, dan VI. Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK)
dilakukan dengan pendekatan pembelajaran sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas.
KI mencakup dua hal, yaitu standar isi (content standards), dan standar penampilan
(performance stan-dards). KI yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran
tertentu seperti Agama,Kewarganegaraan, Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris dan lain-lain. Kompetensi inti terdiri atas: a. kompetensi inti sikap spiritual; b.
kompetensi inti sikap sosial; c. kompetensi inti pengetahuan; dan d. kompetensi inti
keterampilan. Kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk perubahan
buku teks pelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Penentuan Kompetensi Inti Mata Pelajaran


Perlu diingat kembali, bahwa kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan, atau ditampilkan oleh
peserta didik sebagai hasil belajar. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka KI, adalah standar
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari
mata pelajaran tertentu berupa penguasaan atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu
telah dicapai.
Langkah-langkah menganalisis dan mengurutkan KI adalah :menganalisis KI menjadi
beberapa KD, mengurutkan KD sesuai dengan keterkaitan baik secara prosedur maupun
hirarki, Keterkaitan antara Kompetensi Inti dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

5
Langkah-langkah untuk memetakan kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar adalah
sebagai berikut:
1. Menjabarkan kompetensi dasar yang dimaksud.
2. Menuliskan rumusan Kompetensi Dasarnya.
3. Mengkaji KD tersebut untuk diidentifikasi dan dirumuskan indikatornya yang dianggap
relevan
4. Mengkaji semua indikator, apakah sudah mempresentasikan KD nya, apabila belum
dilakukan analisis lanjut untuk menemukan indikator-indikator lain yang kemungkinan
belum teridentifikasi
5. Menambahkan indikator lain sebelum dan sesudah indikator yang teridentifikasi
sebelumnya dan merubah rumusan yang kurang tepat dengan lebih akurat dan
mempertimbangkan urutannya.

C. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang
harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan
yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi
kemampuan dan materi pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi inti dan kompetensi dasar
digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku teks pelajaran pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.

D. Indikator
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar (KD) tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran,
(Mulyasa, 2007:139).
Fungsi indikator antara lain sebagai pedoman dalam:
1. Mengembangkan materi pembelajaran atau bahan ajar.
2. Mendesain kegiatan pembelajaran.
3. Merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar.

6
Ketentuan yang digunakan dalam merumuskan Indikator, yaitu:
1. Indikator dirumuskan dari KD.
2. Menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur.
3. Dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas dan mudah dipahami.
4. Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda.
5. Hanya mengandung satu tindakan.
6. Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik,
sekolah, masyarakat dan lingkungan/daerah.

Langkah-langkah merumuskan indikator, yaitu :


1. Menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD
a. Memahami KKO dalam taksonomi Bloom
Setiap tahapan berfikir tersebut memiliki kata kerja operasional.
b. Menganalisis Indikator berdasarkan tingkat UKRK (Urgensi, Kontinuitas,
Relevansi, Keterpakaian) kompetensi pada KD
1) UKRK dijadikan kiteria dalam memilih dan memilah ketepatan indikator
penting atau indikator penunjang.
2) Kategorikan Indikator :
a) Indikator Kunci
 Indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK.
 Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi minimal yang terdapat
pada KD.
 Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal dari
KD.
 Dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP dan harus
teraktualisasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga
kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa tercapai berdasarkan
tuntutan KD mata pelajaran.
b) Indikator Pendukung
 Membantu peserta didik memahami indikator kunci.

7
 Dinamakan juga indikator prasyarat yang berarti kompetensi yang
sebelumnya telah dipelajari siswa, berkaitan dengan indikator kunci
yang dipelajari.
c) Indikator Pengayaan
 Mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari tuntutan
kompetensi dari standar minimal KD.
 Tidak selalu harus ada.
 Dirumuskan oleh pendidik apabila potensi peserta didik memiliki
kompetensi yang lebih tinggi dan perlu peningkatan yang baik dari
standar minimal KD.

E. Kata Kerja Operasional


1. Kata Kerja Operasional Ranah Sikap

8
2. Kata Kerja Operasional Ranah Pengetahuan

C1. C2. C3. C4. C5. C6.


Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta

9
3. Kata Kerja Operasional Ranah Ketrampilan
PI-Menirukan P2- Memanipulasi P3-Pengalamiahan P4-Artikulasi
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Menceritakan Memproduksi Menjelaskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Menskestsa
Membersihkan Memanipulasi Mengemas Mendengarkan
Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang
Mengkonstruksi Mencampur

F. Pemetaan SKL, KI, KD dan Indikator Pembelajaran


Ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum menentukan dan memetakan SKL, KI,
KD dan indikator pembelajaran. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua
atau lebih indikator pencapaian hasil belajar, hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman
kompetensi dasar tersebut. Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan
atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator
dirumuKIan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti:
mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, menceritakan kembali,
mempraktekkan, mendemonstrasikan, dan mendeKIripsikan. Indikator pencapaian hasil
belajar dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan
setiap peserta didik. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau lebih
indikator pencapaian hasil belajar, hal ini disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman
kompetensi dasar tersebut.
Langkah-langkah Pemetaan KI-KD dan Indikator Pembelajaran, yaitu :
a. Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan siswa.
Karakter dan kemampuan siswa harus terlebih dahulu diidentifikaasi oleh guru. Hal
ini dilakukan untuk menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu dan
perlu ditetapkan sebagai indikator keberhasilan siswa dalam menguasai
kompetensi.
10
b. Menentukan tahapan berpikir dari SKL, KI, KD dan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK) yang ingin dicapai. Pemetaan KI, KD dan IPK diperlukan untuk
melihat secara keseluruhan bagaimana KI dan KD bisa dicapai Sebagai contoh jika
tahapan berpir KI ada di C3 maka tahapan berpikir KD biasanya mulai C1, C2
sampai C3. Apabila akan mengembangkan IPK untuk KD dengan ranah berpir C2
maka dimulai dengan membuat IPK dari C1 sampai akhirnya C2 yang merupakan
ranah berpir KD.
c. Menentukan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) masing-masing KD dengan
memperhatikan tahapan berpikir KI dan KD.
Pemetaan SKL, Kompetensi Inti, kompetensi dasar dan indikator sangatlah perlu
untuk dilakukan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran akan mudah dibuat setelah
merumuskan indikator yang terlebih dahulu dilakukan pemetaan SKL, KI dan KD.

G. Manfaat pemetaan KI-KD, yaitu:


1. Menentukan analisis materi pembelajaran
Penjabaran indikator dapat menentukan materi yang akan dibahas dalam pembelajaran
yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dijabarkan dalam
indikator dan memudahkan menentukan kedalaman materi dengan memperhatikan
ranah berfir KI, KD dan IPK-nya.
2. Menentukan kegiatan pembelajaran
Penjabaran indikator yang memudahkan penentuan materi tentu akan berdampak pada
penentuan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan ini meliputi 3 bagian,
yaitu kegiatan Tatap Muka, Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak
Terstruktur untuk masing KD dan IPK. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan
pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik, materi
pembelajaran, guru, dan lingkungan. Penugasan terstruktur merupakan kegiatan
pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang
didesain oleh Pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi dan atau
kemampuan lainnya pada kegiatan tatap muka. Waktu penyelesaian penugasan
terstruktur ditentukan oleh pendidik. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan
perbaikan, pengayaan, dan percepatan. Selanjutnya adalah kegiatan mandiri tidak

11
terstruktur yang merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang
pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran atau lintas mata pelajaran atau
kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik yang
akan dilakukan untuk mencapai indikator berdasarkan materi yang harus diberikan.

3. Menentukan teknik penilaian


Indikator-indikator pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan
acuan yang digunakan untuk melakukan penilaian sehingga dengan demian penilaian
yang akan dilakukan akan sesuai dan memenuhi aspek yang ingin dicapai oleh KI dan
KD. Pemetaan KI – KD dalam hal ini akan berdasarkan permendikbud No. 37 Tahun
2018

H. Tujuan Pembelajaran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor. 52 Tahun 2008
tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk
memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk
dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran
(standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. ABCD menyediakan acuan yang mudah ta
ikuti saat menulis tujuan pembelajaran. Proses, penulisan tujuan pembelajaran diawali dengan
menamai audience yang menunjukkan kepada siapa tujuan pembelajaran tersebut ditujukan.
Selanjutnya, behavior yang ditunjukkan oleh siswa dan condition saat siswa menunjukkan
kemampuan atau perilaku yang akan diamati. Terakhir, ABCD menyatakan degree dari
pengetahuan baru dan keterampilan yang harus dikuasai.
Audience
Karena tujuan pembelajaran terpusat pada apa yang harus diketahui dan mampu
dilakukan oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, bukan pada apa yang dilakukan
oleh guru, maka sangat penting untuk menyatakan secara jelas siswa yang menjadi sasaran—
sebagai contoh, “Siswa kelas …..”
Anda juga boleh menggunakan frase, “Siswa dapat ….
Behaviour

12
Inti dari tujuan pembelajaran adalah kata kerja yang menggambarkan kemampuan
yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Kata kerja yang digunakan
haruslah komunikatif dan menunjukkan perilaku yang teramati (observable). Apa yang dapat
dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran? Untuk mengetahuinya,
anda tidak boleh menggunakan istilah yang samar, seperti mengetahui dan memahami. Akan
lebih baik jika anda menggunakan kata kerja yang lebih operasional, misalnya
mendefinisikan, mengelompokkan dan mendemonstrasikan. Kata kerja-kata kerja tersebut
menunjukkan performance yang lebih teramati. Kata-kata kerja yang lain misalnya,
“menyatakan pendapat”, “menuliskan”, “menghitung”.
Kondisi (conditions) merupakan pernyataan yang menunjukkan kondisi saat siswa
menunjukkan kemampuan yang dinilai. Dengan kata lain, alat atau bahan yang boleh atau
tidak boleh digunakan oleh siswa saat menunjukkan behaviour-nya dalam tujuan
pembelajaran? Dengan demian, sebuah tujuan pembelajaran dapat dinyatakan sebagai berikut:
“Tanpa menggunakan bantuan referensi, siswa dapat menulis essay tentang energi terbarukan
minimal 1000 kata”, “Diberikan kabel, baterai, bola lampu, siswa dapat membuat rangkaian
paralel dengan benar”, “Siswa dapat menjelaskan proses fotosintesis dengan cara menjawab
soal essay secara mandiri dengan benar”, “Diberikan diagram jantung, siswa dapat menamai
bagian-bagiannya dengan benar”, “Setelah menelaah artikel tentang reproduksi manusia,
siswa dapat menyatakan pendapatnya tentang aborsi dengan jelas”, “Menggunakan empat
buah artikel tentang cloning dan diKIusi dengan anggota kelompok, tulislah sebuah laporan
tentang kloing pada manusia minimal 1500 kata beserta kedudukannya sebagai penentang
atau pendukung kloning.” “Tanpa menggunakan bantuan referensi, siswa dapat menulis
essay tentang energi terbarukan minimal 1000 kata”
Unsur terakhir dari tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang menunjukkan standar
atau kriteria dari behaviour yang akan dinilai. Kriteria tersebut dapat dinyatakan dalam angka,
misalnya “Siswa dapat mengenali bentuk daun dari enam buah daun yang diberikan minimal
lima daun,” “Diberikan batu apung dan batu kali, siswa dapat menyebutkan tiga perbedaan
antara kedua batu tersebut.” Kriteria yang dicantumkan dapat pula berupa batas waktu (waktu
maksimal yang diperbolehkan), proporsi jawaban benar, rentang akurasi, maupun standar
secara kualitatif, misalnya “dengan urut”. Contoh lain dari kriteria misalnya, “Tanpa
menggunakan bantuan referensi, siswa dapat menulis essay tentang energi terbarukan minimal

13
1000 kata” Perlu ditekankan, bahwa
ABCD adalah milik tujuan pembelajaran, baik proses maupun produk. Tidak boleh
mencampuradukkan proses dengan produk dalam menuliskan tujuan pembelajaran. Apabila
condition-nya berupa proses, maka behaviour yang dinilai juga dilakukan saat proses
pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian behaviour untuk tujuan pembelajaran yang berupa
proses biasa dilakukan dengan non-tes (lembar observasi). Tujuan pembelajaran yang berupa
proses misalnya, “diberikan berbagai macam daun, siswa dapat mengelompokkannya ke
dalam 4 kelompok besar secara kelompok.” Selain hal-hal di atas, perlu diperhatikan bahwa
tujuan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan penilaian hasil belajar.
Hasil belajar secara umum terdiri dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor. Apabila seorang guru menginginkan untuk mengetahui hasil belajar pada tiga
domain tersebut, maka perlu mencantumkan tujuan pembelajaran untuk ketiga domain
tersebut. Kesalahan yang sering terjadi adalah, guru mencantumkan penilaian untuk lebih dari
satu domain, tetapi tujuan pembelajarannya hanya satu domain (biasanya kognitif saja).
Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk
pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari
pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus
diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan
pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan). Upaya merumuKIan tujuan
pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa.
Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan
pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar
mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih
mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu
memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan
guru mengadakan penilaian.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk menentukan tujuan pembelajaran, terlebih dahulu diperlukan menentukan dan
memetakan Kompetensi Inti, kompetensi dasar, dan indikator. Hal ini dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi karakteristik dan bekal
kemampuan siswa; (2)menentukan tahapan berpir dari KI , KD dan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK) yang ingin dicapai; (3) menentukan Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK) masing-masing KD dengan memperhatikan tahapan berpir KI dan KD. Pemetaan KI,
KD dan IPK diperlukan untuk melihat secara keseluruhan bagaimana KI dan KD bis dicapai
Sebagai contoh jika tahapan berpikir ada di C3 maka tahapan berpikir KD biasanya mulai C1,
C2 sampai C3. Apabila akan mengembangkan IPK untuk KD dengan ranah C2 maka dimulai
dengan membuat IPK dari C1 sampai akhirnya C2 yang merupakan ranah berpikir KD.
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfir dan bertindak. Sebelum merancang pembelajaran
pendidik terlebih dulu memahami betul tentang bagaimana memetakan KI- KD dan idikator,
agar pembelajaran bisa runtut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rachmawati. Ryna. 2018. Analisis Keterkaitan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti
(KI), dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Diklat Keagamaan :
Tatar Pasundan. XII (1). 231-239
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar
Isi Pendidikan Kurikulum 2013
Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Kurikulum 2013

16

Anda mungkin juga menyukai