PROPOSAL TESIS
Disusun untuk memenuhi Tugas Seminar Proposal
Dosen Pengampu: Dr. Agus Cahyono, M.Hum.
Oleh:
Ratno Amriyani
0204521008
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Kreativitas Musik Al-Banjari dalam Lagu Nusantara
karya UKM Rebana Modern UNNES?
2. Bagaimana Nilai Multikulturalisme dalam Lagu Nusantara karya UKM
Rebana Modern UNNES?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Kreativitas Pola Ritmis Al-Banjari dalam Lagu Nusantara
karya UKM Rebana Modern UNNES
2. Mengetahui Nilai Multikulturalisme dalam Lagu Nusantara karya UKM
Rebana Modern UNNES
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti diharapkan memberikan
kebermanfaatan baik secara teoretis maupun praktis, yakni:
1. Secara Teoretis
Manfaat penelitian ini secara teoretis adalah dapat memberikan
sumbangsih kepada keilmuan umum, terkhusus keilmuan bidang pendidikan
seni musik yang berkaitan dengan kreativitas pola ritmis dan nilai
multikulturalisme pada lagu tertentu dalam musik al-banjari.
2. Secara Praktis
Manfaat penelitian ini secara praktis ialah bisa memberikan
penjelasan, penggambaran, dan pengarahan terkait kreativitas pola ritmis
yang dibarengi dengan nilai multikulturalisme dalam lagu ataupun sholawat
kepada pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan dunia musik al-banjari
serta seluruh pembaca.
E. Kajian Pustaka
1. Nilai Multikulturalisme
Choirul Mahfud dalam Amin (2011: 75) menjelaskan bahwa
multikulturalisme terdiri dari kata ‘multi’ yang berarti banyak, ‘kultur’ yang
mengandung arti budaya, dan ‘-isme’ yang memiliki arti aliran atau paham.
Multikultural mengandung sebuah pengakuan mengenai martabat manusia
yang mana hidup dalam lingkungannya dengan kebudayaan masing-masing
yang memiliki keunikan tersendiri. Suparlan mengutip Fay Brian (1996: 203),
menjelaskan bahwa multikulturalisme akan merupa sebuah acuan untuk
mewujudkan masyarakat dengan pemahaman mengenai multikultural, sebab
hal tersebut mampu menjadi sebuah penggerak ideologi yang melingkupi
pengakuan dan mengagungkan kesederajatan di atas perbedaan, baik secara
individual maupun kebudayaan masyarakat umum. Model masyarakat
multikultural ini sangat sesuai diimplementasikan terhadap masyarakat
Indonesia yang memiliki beragam kebudayaan yang berlaku secara umum di
dalam kehidupan sosial masyarakat tersebut.
Yusuf Al-Qardhawi (2001: 79) menjelaskan bahwa pendidikan
multikultural bertujuan untuk menjunjung tinggi harkat martabat manusia
dengan menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal, yaitu
nilai kesetaraan, toleransi, pluralisme, dan demokrasi. Nilai-nilai tersebut
dijabarkan sebagai berikut.
a. Nilai Kesetaraan
Setiap orang memiliki hak yang sama dalam masyarakat,
penjelasan tersebut adalah makna mengenai nilai kesetaraan. Kemudian
pengertian tersebut dijabarkan lebih lanjut, bahwa kesetaraan setiap
individu berlaku dalam segala aspek, termasuk dalam aktivitas sosial di
masyarakat. Dalam agama apapun mampu memberikan dampak positif
yang sangat besar jika memiliki kepedulian kepada lingkungan sekitar,
karena religiusitas harus bisa menjabarkan visi kemaslahatan sosial yang
ditujukan bagi masyarakat. Kesetaraan berdasarkan aspek agama, dalam
agama Islam Allah sudah memberikan perintah agar meniadakan
perbudakan, sebagai bukti bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama.
Konsep kesetaraan dalam Islam bukan hanya mengenai kehidupan religius,
tetapi mencakup berbagai bidang kehidupan masyarakat (Imron, 2009: 93).
b. Nilai Toleransi
Toleransi merupakan sikap menghargai orang lain berdasarkan
perbedaan yang ada. Pendidikan multikultural sangat menghargai dan
menghormati perbedaan dalam kehidupan masyarakat secara umum.
Begitu pun Islam merupakan agama dengan semangat toleransi yang
tinggi. Islam bersikap adil serta moderat yang mana tidak memihak ke
kanan ataupun ke kiri. Sikap toleransi telah diajarkan oleh Rasulullah
SAW melalui kehidupan sehari-harinya yang mana beliau begitu
menghargai umat lainnya. Berdasarkan hal itu, sebenarnya nilai-nilai
toleransi tersebut juga tertuang dalam pendidikan multikultural.
c. Nilai Demokrasi
Dalam pendidikan, konsep demokrasi yang ditekankan adalah
berupa sebuah prinsip yang mampu membebaskan manusia dari segala
belenggu dan memberikan kesempatan bagi setiap manusia untuk
berkembang sesuai keinginannya. Konsep demokrasi masuk ke bidang
pendidikan sebagai wujud pengakuan atas segala kebebasan terhadap
manusia.
Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan bahwa, Islam sudah lebih dulu
memahami demokrasi dengan memberlakukan kaidah-kaidah yang
menjadi penopang substansi demokrasi. Mampu melindungi masyarakat
dari kesewenang-wenangan dan memperjuangkannya adalah keutamaan
demokrasi. Sehingga, konsep demokrasi yang berlaku di sektor pendidikan
sebenarnya menyuguhkan kesempatan yang sama terhadap setiap individu
untuk memeroleh pendidikan.
Yusuf Al-Qadhawi (2001: 83) menjelaskan bahwa tumbuhnya
demokrasi dalam proses pembelajaran mendukung tumbuhnya
multikulturalisme di dalamnya. Multikulturalisme melingkupi berbagai
sektor kehidupan masyarakat, apalagi sektor pendidikan. Masyarakat akan
mendapatkan keadilan apabila kebutuhannya terakomodasi dengan tepat
dan baik.
d. Nilai Pluralisme
Pluralisme merupakan paham yang menekankan pada perbedaan
yang ada di dalam masyarakat. Penjelasan tersebut pada intinya adalah
mengajak masyarakat melihat kenyataan bahwa perbedaan itu pasti ada di
sendi-sendi kehidupan. Hal tersebut sebagai aspek realistis dalam
menerima keberagaman dan menghormati keyakinan satu sama lain.
Pluralisme bertujuan mewujudkan kehidupan masyarakat yang dinamis,
realistis, dialogis, dan toleran.
Pemahaman pluralisme tidak dapat dikatakan bahwa semua agama,
dan budaya adalah sama. Justru pluralisme memandang perbedaan tersebut
sebagai realitas untuk saling menghargai perbedaan. Pluralisme ada untuk
menetralisasi tindakan yang bersifat destruktif yang terjadi antaragama,
antarsuku, antarbangsa, dan antarbudaya. Oleh sebab itu, pandangan
tentang pluralisme patut dipahami oleh masyarakat bahwa setiap orang
berhak menentukan keyakinannya. Pluralisme adalah kemajemukan yang
realistis memandang perbedaan sebagai sebuah anugerah.
c. Persatuan Indonesia
Makna persatuan hakikatnya ialah satu, yang artinya bulat, tidak
terpecahkan. Dalam sila ketiga ini, tercermin nilai-nilai persatuan dan
kesatuan, yakni tidak menghendaki adanya perpecahan baik sebagai
bangsa maupun sebagai negara.
2. Kreativitas
Menurut Utami Munandar (1995: 45) setiap orang pada dasarnya
memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara
kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang
berbeda-beda. Yang terutama penting bagi dunia pendidikan ialah bahwa
bakat tersebut dapat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Sehubungan
dengan pengembangan kreativitas siswa, perlu dilaksanakan berkaitan empat
aspek dari kreativitas, yaitu pribadi, pendorong atau press, proses, dan produk
(4P dari kreativitas).
a. Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu
dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang
mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi
yang unik inilah dapt diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-
produk yang inovatif. Oleh karena itu pendidik haendaknya dapat
menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya (jangan
mengharapkan semua melakukan atau menghasilkan hal-hal yang sama,
atau mempunyai minat yang sama). Guru hendaknya membantu siswanya
menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya.
b. Pendorong (press)
Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan
dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri
(motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat
berkembang dalam lingkungan yang mendukung tetapi dapat pula
terhambat dalam lingkungan yang tidak menunjang. Di dalam keluarga, di
sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan maupun di dalam masyarakat
harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif
individu atau kelompok individu.
c. Proses
Untuk mengembangkan kreatif, anak perlu diberi kesempatan
untuk bersibuk diri secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang
untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu
mengusahakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Dalam hal ini yang
penting ialah memberi kebebasan kepada anak untuk mengesprsikan
dirinya secara aktif, tentu saja dengan persyaratan tidak merugikan orang
lain atau lingkungan. Pertama-tama yang perlu ialah proses bersibuk diri
secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkannya
produk-produk kreatif yang bermakna. Hal itu akan datang dengan
sendirinya dalam iklim yang menunjang, menerima, dan menghargai.
Perlu pula diingat bahwa kurikulum sekolah yang terlalu padat sehingga
tidak ada peluang untuk kegiatan kreatif, dan jenis pekerjaan yang
monoton, tidak menunjang siswa untuk mengungkapkan dirinya secara
kreatif.
d. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk
kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu
sejauh mana keduanya mendorong (“press”) seseorang untuk melibatkan
dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif dengan dimilikinya
bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif, dan dengan dorongan (internal maupun
eksternal) untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif
yang bermakna dengan sendirinya akan timbul. Hendaknya pendidik
menghargai produk kreativitas anak dan mengomunikasikannya kepada
yang lain. Misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil
karya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.
Pendapat lain dari Utami Munandar jenis dimensi sebagai konsep
kreativitas dengan pendekatan empat P (Four P’s Creativity), yang
meliputi dimensi person, process, press dan product dimana kreativitas
dalam dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang
berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut
dengan kreatif, kreativitas dalam dimensi process merupakan kreativitas
yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik
atau kreatif, kreativitas dalam dimensi press merupakan kreativitas yang
menekankan pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri
sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri
secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan
psikologis.
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang
menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta
inovasi. Kreativitas dalam dimensi product adalah merupakan upaya
kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh
individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah
elaborasi/penggabungan yang inovatif dan kreativitas yang berfokus pada
produk kreatif menekankan pada orisinalitas. Berdasarkan tentang teori 4 P
(Pribadi kreatif, Press, Proses, dan Produk) di atas, berikut ini adalah
instrumen yang berupa indikator-indikatornya:
3. Pola Ritmis
Pengertian ritmis atau irama adalah suatu urutan rangkaian gerak yang
terbentuk dari suatu kelompok bunyi dan diam dengan bermacam-macam
lama waktu atau panjang pendeknya membentuk pola irama bergerak
menurut pulsa dalam ayunan birama (Jamalus, 1988: 58). Lebih lanjut, Knapp
(2016) menjelaskan bahwa Pola ritmis adalah dasar dari musik yang
mempengaruhi keberlanjutan, ketukan, dan struktur keseluruhan komposisi.
Dalam musik, ritme merujuk pada pengaturan waktu dan pola perulangan
suara atau bunyi yang dihasilkan. Pola ritmis bisa mencakup berbagai elemen,
seperti ketukan, durasi, bete, aksen, dan pola pengulangan.
Pola ritmis dalam musik merujuk pada pengaturan waktu dan
perulangan bunyi atau suara yang membentuk dasar struktur musik. Pola
ritmis memainkan peran penting dalam membentuk irama dan memberikan
keberlanjutan dalam musik. Penelitian oleh London dan Nantas (2008)
menyajikan analisis mendalam tentang pola ritmis dalam musik dan
hubungannya dengan pengalaman musik yang memuaskan.
Dalam musik pop dan rock, pola ritmis seringkali mengikuti struktur
dasar 4/4 atau 3/4 dengan penekanan pada ketukan satu dan ketukan tiga. Pola
ritmis yang sederhana ini memberikan dasar stabil untuk membangun melodi
dan lirik dalam musik populer. Menurut Negus (2019), pola ritmis dalam
musik pop dan rock berperan penting dalam menghasilkan ketukan yang
mudah diikuti dan mempengaruhi perasaan dan gerakan pendengar.
Dalam musik jazz, pola ritmis seringkali lebih kompleks dan
improvisasional. Musisi jazz menggunakan pola ritmis yang beragam,
termasuk perubahan ketukan, pola swing, dan ritme bertumpuk. Gridley
(2005) menyoroti kebebasan yang diberikan oleh pola ritmis dalam jazz untuk
berimprovisasi dan berinteraksi antara musisi.
Selain itu, musik tradisional Afrika dikenal karena pola ritmis yang
kompleks dan poliritmis. Nketia (2005) menjelaskan tentang pentingnya pola
ritmis dalam musik Afrika. Pola ritmis dalam musik Afrika berperan penting
dalam mengkomunikasikan pesan sosial, spiritual, dan budaya, dan
menggunakan instrumen seperti drum Afrika dan kora untuk menciptakan
pola ritmis yang khas.
Dalam musik elektronik, pola ritmis seringkali menggunakan loop
atau pola drum yang repetitif untuk menciptakan musik yang mengajak
pendengar untuk berdansa. Butler dan du Gay (2013) membahas peran pola
ritmis dalam musik elektronik. Mereka menekankan penggunaan pola ritmis
yang berulang dan menggugah dalam musik elektronik untuk membangun
energi dan menggerakkan penonton.
Pola ritmis adalah elemen fundamental dalam musik yang
memberikan struktur dan irama. Studi oleh Friberg dan Sundström (2002)
tentang pola ritmis dalam musik menyoroti pentingnya pola ritmis dalam
menciptakan pengalaman musik yang memuaskan dan mempengaruhi
persepsi emosional pendengar.
4. Musik Al-Banjari
Menurut Tylor (dalam Joseph, 2001: 3), musik adalah ekspresi artistik
dengan bunyi-bunyian atau molodi dari alat-alat musik ritmis, atau nada-nada
yang harmonis. Musik sebenarnya sudah mengandung arti seni, tambahan
kata seni dalam kata seni musik adalah sebuah perwujudan dalam jajarannya
dengan cabang seni lainya, yaitu sama-sama bergerak dalam bidang estetika
atau keindahan. Jadi musik adalah suatu bunyi-bunyian yang dibuat oleh
manusia untuk mengungkapkan ide, akal budi, dan perasaannya.
Musik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan. Dari
beberapa banyak karya seni, pada perkembangan musik di Indonesia terdapat
berbagai macam kesenian musik tradisional yang lahir dan berkembang dari
suatu daerah tertentu dan di wariskan secara turun temurun dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Di Indonesia banyak sekali ragam kesenian musik
tradisional yang ada, contohnya adalah kesenian rebana yang hampir ada
disetiap daerah, dan bahkan kesenian tersebut mempunyai karakter dan
keunikan tersendiri.
Musik merupakan suara yang disusun demikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama dari suara yang
dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama. Sedangkan Dalam
Kata Kamus Besar Bahasa Indonesia musik dapat diartikan ilmu atau seni
menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal
untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan
kesinambungan.
Rebana merupakan salah satu dari sekian banyak seni tradisional yang
ada di berbagai daerah Indonesia yang bernafaskan keislaman. Pengertian
rebana menurut Jaelani (2007: 175) berasal dari kata rabbana yang berarti
wahai tuhan kami (satu doa dan pujian terhadap tuhan). Istilah hadrah juga
sering disebut, rebana, terbang, sadrah. Rebana pada awalnya adalah sebagai
instrumen dalam menyanyikan lagu keagamaan berupa puji-pujian terhadap
Allah SWT dan para Rasulnya.
Seni musik rebana memiliki beberapa istilah yaitu bermacam-macam
namun jika ingin menjadi suatu lantunan musik yang utuh dan bagus maka
harus dibutuhkan setidaknya empat suara musik yang bervariasi, maksudnya
yaitu ada empat terbang (rebana) yang mana satu terbang itu bunyinya akan
berbeda-beda namun harus nyatu musiknya, untuk itu dibutuhkan keselarasan
hati dan pikiran. Beberapa istilah dalam rebana antara lain:
a. ‘T’ yaitu “tek”, atau kata lain memukul dengan tangan terbuka pada
bagian pinggir rebana
b. ‘D’ yaitu “dung”, atau kata lain memukul pada bagian tengah rebana
dengan tangan mengumpul, tidak terbuka.
c. ‘T-T’ yaitu memukul cepat dua kali tek ‘T’ begitu pula dengan ‘D-
D’.
d. Inti, yaitu yang dimaksud disini adalah berginjing dan merasuk,
atau ada nama lain, yakni lanangan dan wedokan, ataupun nikahan
dan anakan. Semuanya memiliki kesamaan rumus, hanya saja
istilahnya berbeda
e. Golong, yaitu yang dimaksud adalah golong berginjing dan merasuk.
Pukulan golong ini relatif lebih mudah dari pada inti, yang mana
golong ini memiliki jumlah ketukan yang sedikit dari pada inti
namun bunyinya harus kencang.
f. Koor, yaitu nada dari audience atau pemirsa, yang tidak membaca
lagu inti dan membaca secara bersamaan
g. Vokal yaitu nada dari sang pembaca utama yang melantunkan syair-
syair pada syair sholawat.
h. Setengah, yaitu lonjakan tabuhan terbang untuk menghiasi variasi
pada vocal.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif-deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Sugiyono, 2014).
Dasar pemikiran digunakannya metode ini adalah karena peneliti ingin
mengetahui tentang fenomena yang ada dalam kondisi yang alamiah, bukan
dalam kondisi terkendali, labolatoris atau eksperimen. Di samping itu, karena
peneliti perlu untuk langsung terjun ke lapangan bersama oleh objek
penelitian sehingga jenis penelitian kualitatif-deskriptif lebih tepat untuk
digunakan. Dengan menggunakan metode ini, maka peneliti akan
mendapatkan data secara utuh dan dapat dideskripsikan dengan jelas sehingga
hasil penelitian ini benar-benar sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat ataupun letak dilaksanakannya suatu
penelitian yang dilakukan oleh seorang ataupun sejumlah peneliti. Lokasi
penelitian dapat berwujud suatu instansi, lembaga, yayasan, sekolah,
organisasi dan sebagainya. Dalam penelitian ini, lokasi penelitiannya adalah
Unit Kegiatan Mahasiswa Rebana Modern Universitas Negeri Semarang
(UKM REMO UNNES. Oleh karenanya, penelitian ini dilaksanakan di UKM
Grup Musik Remo Universitas Negeri Semarang (Rebana Modern UNNES).
a. Metode Wawancara
Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui kreativitas pola ritmis dan nilai multikulturalisme dalam lagu
nusantara karya UKM Rebana Modern UNNES. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan alat pengumpulan data yang berupa pedoman
wawancara yaitu instrumen yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang
ditujukan kepada pengurus dan anggota UKM Rebana Modern UNNES.
b. Metode Observasi
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data dimana peneliti
mencatat setiap informasi sesuai dengan kenyataan yang mereka alami
selama penelitian berlangsung. Observasi dapat diartikan sebagai kegiatan
mempelajari hal-hal dan peristiwa yang terjadi di lapangan secara apa
adanya. Observasi bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan
tidak menggunakan intrumen pengamatan.
2) Observasi sistematis yang dilakukan pengamat dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Data yang ingin peneliti dapatkan dengan menggunakan metode ini
adalah deskripsi umum, nilai multikulturalisme, dan kreativitas pola ritmis
dalam lagu nusantara karya UKM Rebana Modern UNNES.
c. Metode Dokumentasi
Gottschalk dalam Sugiyono (2009:270) menyatakan bahwa
dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih luas berupa
setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik
itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.
Dalam menggali data dalam penelitian ini, selain menggunakan
metode wawancara dan observasi peneliti juga menggunakan metode
dokumentasi. Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh
melalui wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini dokumentasi yang
digunakan adalah berupa catatan dan alat perekam serta dokumentasi
berupa foto atau gambar.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah seperangkat peralatan yang digunakan
untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif terbagi menjadi dua
jenis, yaitu instrumen penelitian yang bersifat primer, dan instrumen
penelitian yang bersifat sekunder.
Instrumen penelitian primer dalam penelitian kualitatif adalah peneliti.
Hal itu dikarenakan dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai
pemeroleh data pertama. Dalam proses pemerolehan data penelitian kualitatif,
peneliti memegang kunci utama. Sedangkan instrumen penelitian sekunder
dalam penelitian kualitatif, biasanya berupa teks wawancara, literatur-
literatur, referensi kepustakaan dan sebagainya. Instrumen penelitian
sekunder ini bersifat membantu peneliti dalam pemerolehan data.
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah
instrumen penelitian primer dan instrumen penelitian sekunder. Instrumen
penelitian primer dalam penelitian ini ialah peneliti itu sendiri, sebagai kunci
utama, terkhusus pada penganalisisan data dan interpretasi hasil analisis.
Kemudian, instrumen sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teks wawancara yang disusun berlandaskan indikator-indikator yang
digunakan dalam penelitian.
6. Keabsahan Data
Untuk menentukan keabsahan data menurut Sugiyono (2009:269)
dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan
istilah yang berbeda. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
menggunakan triangulasi data.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.
Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai
ditemukan kepastian datanya.
d. Kesimpulan (Conclusion)
Setelah melakukan penelitian ini diharapkan dapat menemukan
kesimpulannya, Peneliti meninjau kembali hasil penelitian dengan catatan
lapangan selama penelitian apakah sesuai atau belum, kemudian menarik
kesimpulan dari setiap item tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Variasi 1
R1 :D TD TD TD TD TD TD…
R2 :DT DT DT DT DT DT D…
Variasi 2
R1 : D D D TT TTTD D D TT TTTD …
R2 : D D D T T TT D D D T T TT D …
Variasi 3
R1 : D D T D D T TT TD D T D D T TT TD …
R2 : D D TD D T TT D D TD D T TT D …
Variasi 4
R1 :D D T DTD D T DT…
R2 : DD T D T DD T D T …
Lirik Rumus
Kita semua putra putri Indonesia
Variasi 1,
sopan santun berakhlak mulia
Pukulan
Pancasila ada dalam dada
Dasar
Ajib ajib jos… Indonesia raya 2x
Variasi 2,
La la la… la la la la la.. (4x)
Variasi 3
Indonesia banyak suku dan bahasa Variasi
Kekayaan yang harus kita jaga Bass
Tanah airku kaya alam dan pulaunya Tam,
Mari kita rawat itu semuanya Variasi 1
Pukulan
Oh tanah airku Indonesia raya (4x)
Dasar
Kita-kita semua anak Indonesia
Jadi satu garis dalam katulistiwa Darbuka
Beda-beda tapi kita tetap satu jua Jawanan
Bersatu padu dalam membangun nusantara 2x
Pukulan
Oh tanah airku Indonesia raya (4x)
Dasar
Variasi 2,
La la la… la la la la la la (4x)
Variasi 3
Kami anak Indonesia
tanah airku tumpah darahku Variasi
Ayo jaga Indonesia Bass Tam
senantiasa dalam merdeka
Wahai pemuda mari satukan bangsa Variasi 4
Agar tak ada lagi segala perpecahan
Wahai pemuda harapan bangsa
Marilah kita bangun nusantara
Pukulan
Oh tanah airku Indonesia raya (4x)
Dasar