Anda di halaman 1dari 28

Bangunan multifungsi merupakan suatu bangunan yang dapat mengakomodasi beberapa fungsi

sekaligus dalam lahan yang sama. ... Hal tersebut membutuhkan adanya ruang transisi dalam mengatasi
pertemuan ruang yang terjadi pada bangunan multifungsi.

 
Hotel bintang lima adalah hotel yang paling mewah dan memiliki layanan multibahasa. Hotel ini
menyediakan welcome drink, sampai ada daftar minuman wine yang bisa dipilih saat masuk ke kamar
hotel. Hotel bintang lima harus punya kamar tipe standar minimal 100 unit dengan luas minimal 26
meter persegi. Hotel bintang lima adalah hotel yang paling mewah dan memiliki layanan multibahasa.
Hotel ini menyediakan welcome drink, sampai ada daftar minuman wine yang bisa dipilih saat masuk ke
kamar hotel. Hotel bintang lima harus punya kamar tipe standar minimal 100 unit dengan luas minimal
26 meter persegi.
Hotel bintang lima adalah hotel yang paling mewah dan memiliki layanan multibahasa. Hotel
ini menyediakan welcome drink, sampai ada daftar minuman wine yang bisa dipilih saat masuk
ke kamar hotel. Hotel bintang lima harus punya kamar tipe standar minimal 100 unit dengan
luas minimal 26 meter persegi.24 Sep 2020

Apa Saja Kriteria Hotel Non-Bintang, Hotel Bintang Satu, dan ...

https://travel.tempo.co › read › apa-saja-kriteria-hotel-non...

Tentang cuplikan pilihan•


Masukan

Orang juga bertanya

Apa saja fasilitas hotel bintang 5?

6 Fasilitas Hotel Bintang 5 yang Biasa Anda Jumpai di Indonesia

 Resepsionis 24 jam. ...


 Adanya fasilitas yang memadai. ...
 Parkir Valet dan porter. ...
 Memiliki jumlah kamar minimum. ...
 Fasilitas dalam kamar yang memadai. ...
 Pelayanan prima dan fasilitas lain. ...
 Lokasi dan lingkungan.

PENGERTIAN HOTEL: Fungsi, Jenis, Sejarah &


Klasifikasi
By Putra | Februari 5, 2020

0 Comment

Pengertian Hotel – Jika mendengar kata hotel, kebanyakan orang akan membayangkan bangunan
megah dan mewah dengan harga sewa kamar yang mahal.
Padahal, hotel memiliki bermacam-macam kelas, ada yang harga permalamnya 1 miliar seperti di
Royal penthouse suite di Swiss, ada juga hotel yang harga kamarnya ramah di kantong.
Lewat tulisan ini kita akan lebih tahu apa itu hotel, mulai dari definisi hotel, sejarah perhotelan, jenis
jenis hingga klasifikasi hotel berdasarkan jumlah bintang yang dimiliki.
Daftar Isi Artikel [buka]

Pengertian Hotel
pixabay.com

Pengertian Hotel secara umum adalah bangunan yang memiliki banyak kamar yang disewakan
sebagai tempat menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan.
Agar sebuah bangunan bisa dikatakan hotel bintang 1, setidaknya bangunan harus memiliki 15
kamar dengan luas masing-masing seminimalnya 20 meter persegi.
Selain tempat untuk menginap, hotel biasanya memiliki berbagai fasilitas penunjang untuk para
penginap, misalnya restoran, spa, kolam renang dan ruang pertemuan.

Pengertian Hotel Menurut Para Ahli


 Menurut American Hotel & Motel Association Hotel adalah tempat yang menyediakan
penginapan, makan dan minum, serta pelayanan lain yang disewakan kepada para tamu atau
orang-orang yang tinggal untuk sementara.
 Menurut Endar Sri (1996), Hotel adalah bangunan yang dikelola secara komersial untuk
memberikan fasilitas penginapan kepada masyarakat umum dengan fasilitas di antaranya
pelayanan barang bawaan, makanan dan minuman, fasilitas perabot dan hiasan yang ada di
dalamnya, serta jasa pencucian pakaian.
 Lawson (1997), Hotel adalah sarana tempat tinggal umum bagi wisatawan yang memberikan
pelayanan jasa kamar, makanan dan minuman, serta akomodasi dengan syarat penggunanya
harus membayar.
 Menurut Keputusan Menteri Parpostel No. KM 94/HK103/MPPT 1987 Hotel adalah jenis
akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bagian untuk memberikan jasa
pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman, serta jasa lain bagi masyarakat
umum dan dikelola secara komersial.

Kesimpulan
Pengertian Hotel adalah bangunan yang difungsikan sebagai tempat penginapan yang mempunyai
berbagai fasilitas penunjang, seperti penyediaan makanan dan minuman, meeting room dan jasa-
jasa lainnya yang dikelola secara komersial.
Fungsi Hotel

pixabay.com

Dengan berubahnya gaya hidup, fungsi hotel mengalami perubahan, tidak sekadar sebagai tempat
menginap, tetapi juga untuk mengadakan rapat, pertemuan, resepsi pernikahan, seminar, pameran,
bahkan pertunjukan.
Selain dari kegunaannya, fungsi hotel juga bisa dilihat dari sisi para penerima manfaatnya, yaitu
pemilik, karyawan, tamu, dan pemerintah sebagai berikut.
5. Bagi pemiliknya, hotel adalah alat untuk mendapatkan keuntungan finansial serta
menyelamatkan dan mengamankan modal yang sudah dikeluarkan untuk membangunnya.
6. Bagi karyawan, hotel adalah tempat mencari nafkah untuk mendapatkan penghasilan demi
pemenuhan kebutuhan hidup yang layak bagi diri dan keluarganya, juga tempat menambah
kemampuan dan pengalaman.
7. Bagi para tamu, hotel berfungsi sebagai tempat menginap sementara yang diharapkan bisa
memberikan pelayanan yang nyaman, aman, dan memuaskan.
8. Bagi pemerintah, keberadaan hotel memiliki fungsi penting untuk menyerap tenaga kerja
setempat, menambah pendapatan daerah; dan membantu mempromosikan objek wisata
setempat.
Karakteristik Hotel
pixabay.com

Dengan merujuk pada definisinya, hotel merupakan salah satu jenis usaha komersial. Artinya,
pengusaha hotel memberikan pelayanan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan ekonomis.
Namun, hotel memiliki karakteristik yang berbeda dari badan usaha lain sebagai berikut.
o Hotel termasuk badan usaha padat modal dan padat karya karena dalam pengelolaannya,
dibutuhkan modal usaha yang besar dan karyawan yang banyak.
o Pelanggan atau tamu diperlakukan sebagai raja sekaligus partner usaha karena keuntungan
yang diperoleh sangat tergantung pada jumlah pelanggan.
o Hotel beroperasi selama 24 jam penuh dalam sehari tanpa ada hari libur untuk melayani tamu
hotel yang menginap atau masyarakat umum yang akan menggunakan fasilitas yang dimiliki
hotel.
o Hotel menghasilkan dan memasarkan jasanya di tempat hotel tersebut berada.
o Kelangsungan usaha hotel dipengaruhi situasi ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan
di tempat hotel tersebut beroperasi ataupun secara nasional dan global.
Klasifikasi Hotel (Berdasarkan Bintang)

pixabay.com

Berdasarkan kelasnya, hotel dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yaitu hotel bintang, hotel
melati, wisma, dan guest house. Perbedaaan keempat kelas hotel tersebut terletak pada jumlah dan
jenis kamar serta fasilitas yang disediakan.
Hotel berbintang sendiri dibedakan menjadi beberapa tingkatan yang dilambangkan dengan simbol
bintang 1 sampai 5 sesuai Surat Keputusan Dirjen Parpostel No. 22/U/VI/1978. Penilaian terhadap
hotel dilakukan oleh Dirjen Pariwisata setiap 3 tahun sekali berdasarkan kriteria berikut.
 

1. Hotel Bintang 1
o Jumlah kamar standar minimal 15 dengan luas minimal 20 m2
o Kamar mandi di dalam
2. Hotel Bintang 2
o Jumlah kamar standar minimal 20 dengan luas minimal 20 m2
o Jumlah kamar suite minimal 1 dengan luas minimal 44 m2
o Kamar mandi dalam, TV, telepon, AC, penerangan, jendela, lobi, sarana olahraga, bar
3. Hotel Bintang 3
o Jumlah kamar standar minimal 30 dengan luas minimal 24 m2
o Jumlah kamar suite minimal 2 dengan luas minimal 48 m2
o Kamar mandi dalam, toilet sendiri, TV, telepon, AC, penerangan, jendela, lobi, sarana
olahraga dan rekreasi, bar, restoran, valet parking
4. Hotel Bintang 4
o Jumlah kamar standar minimal 50 dengan luas minimal 24 m2
o Jumlah kamar suite minimal 3 dengan luas minimal 48 m2
o Luas lobi minimal 100 m2
o Kamar mandi air panas/dingin, TV, telepon, AC, penerangan, jendela, sarana olahraga dan
rekreasi, bar, restoran
5. Hotel Bintang 5
o Jumlah kamar standar minimal 100 dengan luas minimal 26 m2
o Jumlah kamar suite minimal 4 dengan luas minimal 52 m2
o Tempat tidur dan perabot kamar berkualitas tinggi
o Kamar mandi air panas/dingin, TV, telepon, AC, penerangan, jendela, lobi, sarana olahraga
dan rekreasi, bar, restoran 24 jam dan makanan bisa diantar ke kamar, valet parking
Jenis Jenis Hotel

pixabay.com

Jenis-jenis hotel dapat dibedakan berdasarkan beberapa kategori, di antaranya berdasarkan lokasi
dan jumlah kamar yang disediakan. Berdasarkan lokasinya, terdapat beberapa jenis hotel sebagai
berikut.
30. City Hotel: didirikan di perkotaan, ditujukan untuk masyarakat yang menginap dalam waktu
singkat. Hotel ini juga dilengkapi fasilitas bisnis (misalnya ruang rapat).
31. Residential Hotel: berlokasi di tepi kota, tetapi akses menuju tempat kegiatan bisnis masih
relatif mudah. Biasanya, hotel ini menjadi pilihan para tamu yang ingin menginap dalam jangka
waktu lebih lama sehingga dilengkapi fasilitas untuk keluarga.
32. Resort Hotel: dibangun di pegunungan (mountain hotel) atau di tepi pantai (beach hotel),
danau, serta aliran sungai sehingga sering dijadikan tempat berlibur.
33. Motor Hotel (Motel): didirikan di pinggiran sepanjang jalan raya yang menjadi penghubung
antarkota, biasanya terletak di dekat pintu gerbang perbatasan dua buah kota.
Sementara itu, berdasarkan jumlah kamarnya, hotel dibedakan menjadi:
34. hotel kecil (maksimal 28 kamar);
35. hotel menengah (28–299 kamar); dan
36. hotel besar (lebih dari 300 kamar).

Sejarah Hotel
pixabay.com

Menurut sebagian pendapat, hotel berasal dari kata hostel yang merupakan kosakata dalam bahasa
Perancis kuno. Kata tersebut memiliki arti tempat penampungan bagi para pendatang atau
bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum.
Pada masa Kerajaan Romawi, terdapat mansion yang dibangun di sepanjang jalan utama sejauh 4
km. Selanjutnya, pada abad pertengahan, di Eropa dibuat peraturan untuk membangun tempat-
tempat menginap di sepanjang jalan yang sering dilalui orang yang disebut dengan road side inn.
Pada perkembangan selanjutnya, munculah bangunan-bangunan yang dijadikan sebagai tempat
untuk beristirahat bagi para pengunjung gereja-gereja. Ketika itu, untuk menginap dan mendapatkan
fasilitas lainnya, pengunjung tidak dikenakan biaya, hanya diminta untuk memberikan sumbangan
sukarela.
Seiring dengan perkembangan zaman, hotel mulai meninggalkan misi sosialnya dan berubah
menjadi kegiatan komersial. Setiap tamu yang datang harus membayar sejumlah uang untuk
mendapatkan layanan dan fasilitas hotel.
Agar para tamu merasa nyaman dan betah tinggal berlama-lama di hotel, bangunan hotel pun
didesain dengan konsep tertentu dan kamar-kamar dirancang sedemikan rupa sesuai konsep yang
dipilih. Akan tetapi, jenis layanan yang diberikan hotel belum banyak berubah.
Tahun 1793 menjadi awal mula berubahnya konsep hotel menjadi lebih sempurna, yaitu dengan
dibangunnya City Hotel di lokasi yang kini menjadi New York City. Hotel ini tak hanya
mempertimbangkan letak yang strategis, tetapi juga memprioritaskan tempat istirahat yang layak.
Boston’s Tremont House adalah hotel modern pertama dan dibangun pada tahun 1829. Hotel ini
memiliki 270 kamar yang sudah dibedakan menjadi tipe kamar single dan double serta memiliki
ruang pertemuan. Hotel ini juga menjadi hotel menjadi yang menerima karyawan melalui seleksi.

Setelah mengenal fungsi, jenis, dan klasifikasi hotel, Anda bisa lebih mudah menentukan pilihan
saat harus menginap di luar kota atau luar negeri. Ketepatan dalam memilih hotel sangat penting
karena memengaruhi kenyamanan Anda selama bepergian.
Baca Juga Artikel Ini

PENGERTIAN SEJARAH: Konsep, Ruang Lingkup, Cara Berpikir & Sumber

PENGERTIAN BISNIS: Fungsi, Konsep, Tujuan, Manfaat, Jenis & Macam Macam
PENGERTIAN PASAR: Fungsi, Konsep, Klasifikasi, Ciri & Jenis Jenis

Category: Manajemen & Bisnis

Post navigation

← PENGERTIAN AC: Fungsi, Jenis, Cara Kerja & Komponen Air Conditioner TABLE MANNER: Pengertian,
Etika, Tata Cara & Peralatan (Sendok, Garpu dll) →

Tinggalkan Balasan
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama *
Email *

Situs Web

Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.

Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel.

Copyright 2021

Purwakarta Digital Network

Pengertian Arsitektur hijau


Arsitektur hijau atau yang dikenal secara global dengan sebutan green architecture merupakan salah
satu aliran arsitektur yang berfokus pada arsitektur yang ramah lingkungan. Beberapa poin pentingnya
seperti meminimalisasi konsumsi sumber daya alam, efisiensi energi, penggunaan air yang bijak dan
berkelanjutan, dan material non polusi serta daur ulang.
Konsep Arsitektur HIjau

Arsitektur hijau juga merupakan suatu pendekatan perencanaan pembangunan yang bertujuan untuk
meminimalisasi kerusakan alam dan lingkungan di tempat bangunan itu berdiri.

Dalam istilah arsitektur hijau kemudian berkembang berbagai istilah penting seperti pembangunan yang
berkelanjutan atau yang dikenal dengan sustainable development. Istilah ini dipopulerkan pada tahun
1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang masa kini tanpa harus
mengorbankan sumber daya alam yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Hal ini diucapkan
oleh Perdana Menteri Norwegia Bruntland.

Prinsip Arsitektur Hijau


Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building Council mengeluarkan
sebuah standar yang bernama Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) standards.
Adapun Dasar kualifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan yang berkelanjutan 

Diusahakan menggunakan kembali bangunan yang ada dan dengan pelestarian lingkungan sekitar.
Tersedianya tempat penampungan tanah, Taman diatas atap, penanaman pohon sekitar bangunan juga
dianjurkan

2. Pelestarian air 

Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya pembersihan dan daur ulang air bekas serta
pemasangan bangunan penampung air hujan. Selain itu penggunaan dan persediaan air harus juga di
pantai secara berkelanjutan

3. Peningkatan efisiensi energi

Dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya membuat layout dengan orientasi bangunan yang
mampu beradaptasi dengan perubahan musim terutama posisi matahari.

4. Bahan bangunan terbarukan

Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan bahan daur ulang atau bisa juga
dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga membutuhkan sedikit energi untuk diproduksi. Bahan
bangunan ini idealnya adalah bahan bangunan lokal dan bebas dari bahan kimia berbahaya. Sifat bahan
bangunan yang baik dalam arsitektur hijau adalah bahan mentah tanpa polusi yang dapat bertahan lama
dan juga bisa didaur ulang kembali.

Baca juga :  Langgam Arsitektur Organik dan Contohnya

5. Kualitas lingkungan dan ruangan


Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi bagaimana pengguna merasa dalam sebuah
ruangan itu. Hal ini seperti penilaian terhadap kenyamanan dalam sebuah ruang yang meliputi ventilasi,
pengendalian suhu, dan penggunaan bahan yang tidak mengeluarkan gas beracun.

Sementara Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future
mengungkapkan bahwa Arsitektur Hijau memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin
menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya
kembali.

Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat
beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan
memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi,
antara lain:

 Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat
energi listrik.
 Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber
listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap
dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah
peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
 Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya
memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
 Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya
dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
 Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk
meningkatkan intensitas cahaya.
 Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan
cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
 Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)

Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta
pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
 Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
 Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih
dan sejuk ke dalam ruangan.
 Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di
sekitar bangunan.
 Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan
cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan
bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar,
dengan cara sebagai berikut.

 Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang
ada.
 Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara
vertikal.
 Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green
architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan
pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan
penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk
membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses
perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling
berhubungan satu sama lain.

Tentu secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak
mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang
ada di dalam site.
Sumber Energi Alternatif
Bayar bangunan yang menggunakan sumber energi regional seperti jaringan listrik PLN. Namun
Alangkah baiknya apabila sebuah bangunan dapat memenuhi kebutuhan energinya sendiri tanpa harus
bergantung kepada sumber energi regional tersebut.

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan sumber energi alternatif seperti misalnya angin dan
tenaga surya. Kedua energi ini adalah sumber energi yang sejatinya sangat melimpah di alam dan cukup
mudah dikonversi menjadi energi.

Arsitektur hijau di rumah


Penerapan arsitektur hijau yang paling mungkin dan mudah adalah pada bangunan hunian seperti
rumah. Cara yang sederhana adalah pada desain yang dapat memadukan ruang luar dan ruang dalam.

Misalnya ruang keluarga atau ruang makan yang dihubungkan dengan taman belakang. Selain dapat
meningkatkan estetika hal ini juga dapat menambah efisiensi energi serta mengurangi kesan bangunan
yang jenuh.

Contoh Rumah dengan Arsitektur Hijau


Arsitektur hijau menekankan bahwa dekorasi dan perabotan di dalam sebuah rumah tidak perlu
berlebihan. Hal ini juga dimaksudkan hal ini juga dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan bahan-
bahan furniture yang tidak diperlukan. Saniter yang lebih baik, Dapur yang bersih, desain hemat energi,
pengolahan air yang benar, luas dan jumlah ruang yang sesuai kebutuhan, serta ketersediaan ruang
hijau.

Baca juga :  Pengertian Arsitektur Vernakular Ciri-ciri dan Contohnya

Contoh Arsitektur Hijau

Hingga saat ini telah banyak bangunan yang menggunakan prinsip arsitektur hijau terutama di negara-
negara maju. Kali ini kita mengambil contoh sebuah universitas di Singapura.

Nanyang Technological University Singapura

Berkat adanya dukungan dari pemerintah, bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur hijau di
Singapura bisa semakin bertambah, salah satunya yang cukup menarik adalah Nanyang technological
University yang ada di pusat kota Singapura.

Nanyang Technological University Singapura

Bangunan ini menggunakan Fasad kaca yang dapat mengurangi dampak buruk radiasi dan panas
matahari sehingga suhu ruangan terjaga namun tidak mengurangi natural view dan pencahayaan yang
efektif pada bangunan.
Site Plan

Bangunan ini juga terkenal karena adanya Green roof yang melengkung di atas bangunan yang berfungsi
sebagai ruang terbuka hijau. Ruang ini difungsikan sebagai tempat berkumpul yang indah di tengah
suasana kota yang padat.
Adaptasi dengan lingkungan sekitar

Tidak hanya itu, atap ini juga berfungsi sebagai insulasi termal dan penangkap air hujan yang kemudian
digunakan untuk irigasi di area lankap bangunan. Secara desain rumput yang ditanam pada atap juga
menjadi bentuk penyesuaian pola yang menyatu dengan lingkungan sekitar.
Perspektif

Demikian tentang arsitektur hijau, kita berharap aliran desain seperti ini lebih banyak berkembang
sehingga mengurangi polusi Metropolitan serta menyelamatkan alam dari kerusakan.

Ciri-Ciri Bangunan Berkonsep Green Building

Ada beberapa ciri yang bisa kita gunakan untuk menilai sebuah bangunan menerapkan konsep
green building atau tidak. Berikut beberapa diantaranya:

1. Memanfaatkan sumber daya alami untuk mewujudkan kenyamanan di dalam


gedung

Di dalam gedung-gedung, terutama di kota besar banyak menggunakan lampu untuk penerangan
dan alat pendingin ruangan (air conditioner) agar ruangan menjadi lebih sejuk. Penggunaan yang
berlebihan akan mengakibatkan penggunaan listrik yang berlebihan pula.

Green Building memanfaatkan sumber daya alami untuk mewujudkan kenyamanan di dalam
gedung. Misalnya dengan menambahkan ventilasi dan jendela yang lebar pada desain bangunan.
Hal ini membantu agar bagian dalam gedung mendapatkan cahaya alami dan sirkulasi udara
yang baik. Sebagai hasilnya maka penggunaan energi pun dapat dihemat.

2. Pembangunan gedung menggunakan bahan yang sehat bagi manusia


Konsep green building selain ramah lingkungan juga lebih ramah terhadap kesehatan manusia.
Pembangunan green building bahkan tidak lagi menggunakan material beracun yang dapat
mengganggu kesehatan. Misalnya dengan tidak menggunakan cat yang beracun dan tidak
menggunakan AC yang dapat merusak lapisan ozon.

Di dalam green building juga dipasang sensor CO2 atau karbon dioksida. Kadar karbon dioksida
dalam gedung jika terlalu tinggi akan dapat terdeteksi sehingga kesehatan penghuni gedung
dapat lebih terjaga.

3. Efisiensi penggunaan air dan pengelolaan air yang baik

Penggunaan air tanah yang belebihan dan tidak tepat akan memberikan berbagai dampak negatif.
Apabila suatu gedung terlalu banyak menggunakan air tanah tanpa memberikan tambahan air ke
bawah tanah maka akan menimbulkan ruang kosong yang pada akhirnya dapat menyebabkan
turunnya permukaan tanah.

Green building memiliki sistem penggunaan air yang efisien. Bangunan ini juga memanfaatkan
air hujan dengan cara membangun penadah air hujan bawah tanah atau sumur resapan. Hal ini
bertujuan untuk menggantikan air tanah yang terpakai agar permukaan tanah tidak turun.

Selain itu, pengguna green building juga diberikan fasilitas agar dapat memanfaatkan air dengan
efisien. Misalnya menggunakan kran air dengan sensor, menggunakan kran air dengan aliran
yang tidak terlalu besar, dan lain sebagainya.

Baca Juga: 7 Apartemen Berkonsep Green Building di Jakarta

4. Desain bangunan yang efisien dan penggunaan material yang ramah


lingkungan

Sejak tahap perencanaan, pembangunan green building harus dirancang agar memiliki struktur
desain yang efisien. Penggunaan material yang berlebihan tentu akan menjadi pemborosan yang
tidak perlu. Pembangunan struktur green building dilakukan dengan menggunakan seminimal
mungkin material namun tetap aman bagi penghuninya dan strukturnya tetap kuat.

Penghematan material dilakukan misalnya dengan mencegah membangun dinding yang terlalu
tebal, mencegah penggunaan material yang terlalu berat, dan sebagainya. Hal ini selain dapat
menghemat material juga dapat menghemat pengeluaran yang diperlukan.

5. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka yang ditanami berbagai tanaman hijau merupakan salah satu syarat yang harus
dimiliki gedung ramah lingkungan. Selain itu ruang terbuka hijau dapat membantu menyerap
polusi dan memberikan kesegaran. Selain itu, ruang terbuka hijau juga berperan dalam
penyerapan air tanah dan menjaga siklus air.
Menurut peraturan Gubernur DKI Jakarta, bangunan-bangungan di Jakarta harus memiliki
ruangan terbuka hijau minimal 30 persen. Untuk memaksimalkan ruang ini, pengelola gedung
juga dapat memilih untuk menanam tanaman yang tidak terlalu banyak memerlukan air. Apabila
lahan gedung sempit, hal ini dapat diatasi juga dengan membangun roof garden.

Contoh Green Building di Indonesia

Green Building di Indonesia diukur dan dinilai oleh Green Building Council Indonesia (GBCI).
GBCI menggunakan sistem rating yang disebut dengan GREENSHIP. Sistem ini dibangun
dengan melibatkan berbagai ahli dan mempertimbangkan kondisi alam Indonesia.

Berikut adalah contoh dari beberapa gedung di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikat
Green Building dari GBCI:

1. Sequis Center di Jakarta Selatan


2. Menara BCA di Jakarta
3. Sampoerna Strategic Square di Jakarta Selatan
4. Gedung Utama Kementerian PU di Jakarta
5. Gedung Teraskita di Jakarta Timur
6. Gedung Mina Bahari IV Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat
7. Gedung DUSASPUN Gunung Putri
8. The 101 Yogyakarta Tugu, DIY
9. The 101 Bogor Suryakancana, Jawa Barat
10. Alamanda Tower, Jakarta Selatan
11. Mal Pacific Place di Jakarta
12. Citra Maja Raya, Lebak, Banten

Dengan memahami konsep green building lebih baik, semoga kamu juga menerapkanya pada
hunian. Selain konsep hunian yang tetap nyaman dan menarik, tetap dapat melestarikan
lingkungan pula. Setuju?

Shares

Share 2

Tweet

Related Topics

 bangunan
 gedung ramah lingkungan
 green building
Prinsip Arsitektur Hijau

Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building Council mengeluarkan
sebuah standar yang bernama Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) standards.
Adapun Dasar kualifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan yang berkelanjutan 

Diusahakan menggunakan kembali bangunan yang ada dan dengan pelestarian lingkungan sekitar.
Tersedianya tempat penampungan tanah, Taman diatas atap, penanaman pohon sekitar bangunan juga
dianjurkan

2. Pelestarian air 

Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya pembersihan dan daur ulang air bekas serta
pemasangan bangunan penampung air hujan. Selain itu penggunaan dan persediaan air harus juga di
pantai secara berkelanjutan

3. Peningkatan efisiensi energi

Dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya membuat layout dengan orientasi bangunan yang
mampu beradaptasi dengan perubahan musim terutama posisi matahari.

4. Bahan bangunan terbarukan

Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan bahan daur ulang atau bisa juga
dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga membutuhkan sedikit energi untuk diproduksi. Bahan
bangunan ini idealnya adalah bahan bangunan lokal dan bebas dari bahan kimia berbahaya. Sifat bahan
bangunan yang baik dalam arsitektur hijau adalah bahan mentah tanpa polusi yang dapat bertahan lama
dan juga bisa didaur ulang kembali.

Baca juga :  Langgam Arsitektur Organik dan Contohnya


5. Kualitas lingkungan dan ruangan

Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi bagaimana pengguna merasa dalam sebuah
ruangan itu. Hal ini seperti penilaian terhadap kenyamanan dalam sebuah ruang yang meliputi ventilasi,
pengendalian suhu, dan penggunaan bahan yang tidak mengeluarkan gas beracun.

Sementara Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future
mengungkapkan bahwa Arsitektur Hijau memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin
menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya
kembali.

Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat
beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan
memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi,
antara lain:

 Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat
energi listrik.
 Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber
listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap
dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah
peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
 Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya
memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
 Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya
dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
 Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk
meningkatkan intensitas cahaya.
 Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan
cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
 Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)


Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta
pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:

 Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.


 Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih
dan sejuk ke dalam ruangan.
 Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di
sekitar bangunan.
 Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan
cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan
bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar,
dengan cara sebagai berikut.

 Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang
ada.
 Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara
vertikal.
 Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green
architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan
pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan
penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk
membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses
perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling
berhubungan satu sama lain.
Tentu secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak
mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang
ada di dalam site.

Sumber Energi Alternatif


Bayar bangunan yang menggunakan sumber energi regional seperti jaringan listrik PLN. Namun
Alangkah baiknya apabila sebuah bangunan dapat memenuhi kebutuhan energinya sendiri tanpa harus
bergantung kepada sumber energi regional tersebut.

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan sumber energi alternatif seperti misalnya angin dan
tenaga surya. Kedua energi ini adalah sumber energi yang sejatinya sangat melimpah di alam dan cukup
mudah dikonversi menjadi energi.

Arsitektur hijau di rumah


Penerapan arsitektur hijau yang paling mungkin dan mudah adalah pada bangunan hunian seperti
rumah. Cara yang sederhana adalah pada desain yang dapat memadukan ruang luar dan ruang dalam.

Misalnya ruang keluarga atau ruang makan yang dihubungkan dengan taman belakang. Selain dapat
meningkatkan estetika hal ini juga dapat menambah efisiensi energi serta mengurangi kesan bangunan
yang jenuh.
Contoh Rumah dengan Arsitektur Hijau

Arsitektur hijau menekankan bahwa dekorasi dan perabotan di dalam sebuah rumah tidak perlu
berlebihan. Hal ini juga dimaksudkan hal ini juga dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan bahan-
bahan furniture yang tidak diperlukan. Saniter yang lebih baik, Dapur yang bersih, desain hemat energi,
pengolahan air yang benar, luas dan jumlah ruang yang sesuai kebutuhan, serta ketersediaan ruang
hijau.

Baca juga :  Pengertian Arsitektur Vernakular Ciri-ciri dan Contohnya

Contoh Arsitektur Hijau

Hingga saat ini telah banyak bangunan yang menggunakan prinsip arsitektur hijau terutama di negara-
negara maju. Kali ini kita mengambil contoh sebuah universitas di Singapura.

Nanyang Technological University Singapura

Berkat adanya dukungan dari pemerintah, bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur hijau di
Singapura bisa semakin bertambah, salah satunya yang cukup menarik adalah Nanyang technological
University yang ada di pusat kota Singapura.
Nanyang Technological University Singapura

Bangunan ini menggunakan Fasad kaca yang dapat mengurangi dampak buruk radiasi dan panas
matahari sehingga suhu ruangan terjaga namun tidak mengurangi natural view dan pencahayaan yang
efektif pada bangunan.
Site Plan

Bangunan ini juga terkenal karena adanya Green roof yang melengkung di atas bangunan yang berfungsi
sebagai ruang terbuka hijau. Ruang ini difungsikan sebagai tempat berkumpul yang indah di tengah
suasana kota yang padat.
Adaptasi dengan lingkungan sekitar

Tidak hanya itu, atap ini juga berfungsi sebagai insulasi termal dan penangkap air hujan yang kemudian
digunakan untuk irigasi di area lankap bangunan. Secara desain rumput yang ditanam pada atap juga
menjadi bentuk penyesuaian pola yang menyatu dengan lingkungan sekitar.
Perspektif

Demikian tentang arsitektur hijau, kita berharap aliran desain seperti ini lebih banyak berkembang
sehingga mengurangi polusi Metropolitan serta menyelamatkan alam dari kerusakan.

AddThis Sharing Buttons

Share to Facebook

FacebookShare to TwitterTwitterShare to PinterestPinterestShare to Lagi...

Lagi...7

Salam dari Arsitur : Terima kasih sudah berkunjung ke ARSITUR. Kami berkomitmen untuk memberikan
artikel terbaik dan selalu update. Kami juga melayani JASA GAMBAR DAN DESAIN MURAH BERKUALITAS.
Bantu kami mengembangkan website ini dengan cara like FANSPAGE FACEBOOK, subscribe kami di
YOUTUBE atau share artikel ini kepada teman-teman lainnya. Terima kasih

Topik Menarik Lainnya:

Anda mungkin juga menyukai