i
KATA PENGANTAR
ii
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Sambutan i
Kata Pengantar ii
Visi Dan Misi iii
Daftar Isi iv
BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Tujuan Umum 1
I.3 Tujuan Khusus 2
BAB II Sasaran Pembelajaran
II.1 Sasaran Pembelajaran Umum 3
II.2 Sasaran Pembelajaran Khusus 4
BAB III Metode Pembelajaran
III.1 Karakteristik Mahasiswa 7
III.2 Lama Kepaniteraan 7
III.3 Sumber Daya Manusia 7
III.4 Sarana dan Prasarana 8
III.5 Bentuk Kegiatan 10
BAB IV Evaluasi
IV.1 Metode Evaluasi 16
IV.2 Instrumen Evaluasi 17
IV.3 Pembobotan Instrumen Evaluasi 17
IV.4 Evaluasi AKhir 17
BAB V Penutup 21
Daftar Rujukan 22
Tim penyusun modul
Lembar penilaian & lampiran
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tujuan dari modul kepaniteraan klinik ilmu penyakit mata adalah terbentuknya
suatu standarisasi berupa pedoman praktisi bagi para pembimbing dan rumah sakit
pendidikan serta mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik ilmu penyakit
mata, untuk mendidik sarjana kedokteran menjadi dokter sesuai dengan kurikulum
sehingga memiliki cukup pengalaman dan keterampilan klinik, mempunyai
kemampuan memecahkan masalah kelainan atau penyakit mata dengan pendekatan
komperehensif dan bersikap professional di bidang ilmu penyakit mata. Kepaniteraan
ini dilaksanakan selama 5 minggu.
2
BAB II
SASARAN PEMBELAJARAN
3
12. Dapat memberi pengobatan yang adekuat pada penyakit yang sering dijumpai di
Indonesia
13. Dapat memberi pengobatan insial
14. Mampu menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan penganan
penyakit pasien , menjelasakan indikasi pemberian obat, cara kerja obat, waktu
paruh dan dosis, menjelaskan kemungkian interaksi dan efek samping obat.
15. Mampu meniai prognosis kasus
16. Mampu melakukan usaha rehabilitasi
17. Mampu berkomunikasi dengan teman sejawat secara lisan, tertulis atau elektronik
demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran
18. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat dengan menggunakan bahasa yang
dimengerti oleh masyarakat dalam rangka menggali masalah kesehatan masyarakat
masyarakat dan melakukan promosi kesehatan
19. Mampu mengidentifikasi ,memberi alasan, menerapkan dan memantau strategi
pencegahan primer (mencegah timbulnya penyakit), strategi pencegahan sekunder
(mengidentifikasi factor resiko dari penyakit laten untuk memperlambat atau
mencegah timbulnya penyakit), strategi pencegahan tertier (pencegahan untuk
memperlambat progresivitas penyakit dan mencegah komplikasi)
20. Mampu bekerja dengan anggota masyarakat lain dalam intervensi kesehatan
21. Selalu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan sesuai perkembangan zaman.
II.2 Sasaran Pembelajaran Khusus
4
3. Memberi pengobatan yang adekuat pada penyakit yang serin dijumpai di
Indonesia
4. Memberi pengobatan inisial pada penyakit mata yang dapat menyebabkan
kebutaan
5. Menerapkan prinsip pencegahan terhadap penularan penyakit mata
6. Melakukan rujukan penderita mata yang masih dapat ditolong penglihatannya
7. Menilai prognosis kasus mata
8. Melakukan usaha rehabilitasi, seperti pengiriman tuna netra ke sekolah khusus
9. Melakukan usaha pendidikan kesehatan mata pada masyarakat untuk
memelihara kesehatan mata dan mencegah kebutaan
10. Melakukan pemeriksaan oftalmologik untuk mendiagnosis kasus bedah mata
11. Membedakan kasus bedah akut dan bedah elekftif baik minor maupun mayor
dibidang penyakit mata
12. Memberikan anestesi lokal pada kasus bedah mata tertentu
13. Melakukan rujukan kasus bedah mata yang tidak bisa dilayani sendiri, pada
dokter ahli, baik efektif maupun akut
14. Menilai prognosis kasus bedah mata
15. Menerapkan cara berkomunikasi yang serasi dengan pelbagai unsur
masyarkat,dengan tujuan menurunkan prevalensi penyakit mata dan mencegah
kebutaan.
16. Bertindakan sesuai dengan etika kedokteran dalam menghadapi penyakit mata
17. Memperlihatkan motivasi yang cukup tinggi untuk menambah pengetahuan
dalam bidangilmu kesehatan mata
18. Memahami masalah kesehatan mata dalam masyarakat berdasarkan yang
tersedia
19. Menentapkan prioritas masalah kesehatan mata dalam masyarakat
20. Mengikuti kegiatan program kesehatan mata di puskesmas termasuk
rujukannya
5
21. Memperhitungkan faktor- faktor yang ada dalam masyarakat yang mungkin
menimbulkan masalah kesehatan mata
22. Merencanakan cara penanggulangan terhadap faktor yang mungkin
menimbulkan masalah kesehatan mata dalam masyarakat
Fakultas kedokteran khususnya dalam hal ini dokter pembimbing dirumah
sakit pendidikan terkait diharapkan mampu mengaplikasikan modul kepaniteraan
klinik ilmu penyakit mata dengan berpedoman kepada standar kompetensi dokter
Indonesia (SKDI) yang telah ditetapkan (Lampiran 2 dan 3).
6
BAB III
METODE PEMBELAJARAN
Sumber daya manusia kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata terdiri atas
tenaga pelaksana dan tenaga pengelola.
1. Tenaga pelaksana
a. Staf pengajar terdiri atas:
i. Paramedis RS Pendidikan
ii. Tenaga medis/ para pembimbing/ narasumber/ tutor di RS Pendidikan
b. Tenaga administrasi
c. Tenaga perpustakaan
2. Tenaga pengelola
Tenaga pengelola atau coordinator pendidikan bertugas untuk
mengkoordinasikan kegiatan dan bertanggung jawab kepada Kepala Departemen
Ilmu Penyakit Mata atas seluruh kegiatan kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
di RS Pendidikan terkait. Tenaga pengelola akan bekerjasama dengan :
a. Tenaga pengajar, yang bertanggung jawab untuk :
i. Menyusun jadwal kegiatan kepaniteraan
ii. Mengawasi kelancaran proses kegiatan kepaniteraan
7
iii. Mengumpulkan soal pre test
iv. Mengoreksi dan memberi nilai pre test
v. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pre test dan ujian kasus
kepaniteraan
vi. Memonitor dan mengatur tersedianya sarana pembelajaran
b. Tenaga administrasi dan teknisi, yang bertanggung jawab untuk :
i. Tenaga administrasi bertugas untuk menyiapkan absensi mahasiswa dan
pengajar, korespondensi, mengarsipkan dokumen pendidikan (hasil ujian,
nilai, dsb), dan menghubungi pengajar
ii. Tenaga perpustakaan bertugas untuk mengatur peminjaman sumber-
sumber rujukan yang dipakai selama kepaniteraan berlangsung.
1. Sarana
Sarana kegiatan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata berupa :
a. Rumah Sakit Pendidikan (poliklinik/unit rawat jalan Penyakit Mata, unit rawat
inap Penyakit mata dan bagian lain yang terkait yang dikonsultasikan ke
Penyakit Mata, Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang prosedur/ tindakan minor
maupun sentral
b. Bakti social dan lokakarya, workshop
c. Ruang kuliah
d. Ruang diskusi mahasiswa
e. Ruang rekam medis (status pasien)
f. Perpustakaan
8
2. Prasarana
Prasarana kegiatan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata berupa :
a. Peralatan medis yang digunakan dalam kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit
Mata, (stetoskop, tensimeter, pen light, slit lamp, tonometer, funduskopi,
perimeter, dll)
b. Peralatan audiovisual (mikrofon, loudspeaker, computer, LCD proyektor, dll)
dan alat tulis kantor (kertas, spidol, dll)
c. Buku pedoman Modul Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata bagi staf
pengajar kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata
d. Buku pedoman Modul Kepaniteraan Klinik Penyakit Mata bagi mahasiswa
kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata
e. Buku pedoman kerja log book mahasiswa kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit
Mata
f. Sumber rujukan berupa buku text book, majalah, jurnal dalam bidang Ilmu
Penyakit Mata :
i. Vaughan Asbury : General Ophthalmology 16th Edition, Lange
Publication 2003 atau yang terbaru
ii. Ditjen Binkesmas RI : buku pedoman Kesehatan Mata dan Pencegahan
Kebutaan untuk Puskesmas , 1986
iii. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M : Ilmu Penyakit Mata, 3th edition, Jakarta,
FKUI, 2007
iv. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M : Dasar – dasar teknik pemeriksaan Dalam
Ilmu Penyakit Mata, 2th edition, Jakarta, FKUI, 2006
v. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M : Kelainan Refraksi dan Kacamata , 2 th
edition, Jakarta, FKUI, 2006
vi. James H. Allen,MD : May’s Disease of the Eye, 1968 atau yang baru
vii. Paul S. Koch : Phacoemulsification, 4th Ed, Slack Incorporated, S900
Grove Road, Thorofare, NJ 080869447, 1994
9
viii. A K Khurana : Comprehensive ophthalmology, 4th Editions , New –
Delhi, India, New Age International (P) Limited, publisher, 2007
ix. PERDAMI : Panduan Manajemen Klinis, PERDAMI, Jakarta, PP
PERDAMI, 2006
10
a. PRE TEST
Anatomi, fisiologi, penyakit, kebutaan
b. BIMBINGAN POLIKLINIK
i. Mahasiswa bekerja setiap hari di poliklinik penyakit mata secara bergiliran
ii. Mahasiswa harus aktif melihat tatalaksana pasien di poliklinik minimal 5
(lima) kasus selama kepaniteraan berlangsung, dibawah bimbingan dokter
yang bertugas di poliklinik
iii. Mahasiswa wajib melakukan pemeriksaan standar oftalmologi secara
mandiri minimal 2 (dua) kasus selama kepaniteraan berlangsung, dibawah
bimbingan (supervisi) dokter yang bertugas di poliklinik
iv. Bimbingan kasus dipoliklinik oleh dokter pembimbing dan tugas
penelusuran referensi untuk menjawab permasalahan yang diberikan oleh
dokter pembimbing yang akan dilanjutkan dengan diskusi (disesuaikan
dengan kondisi masing-masing RS pendidikan)
v. Pembimbing melakukan supervise wawancara dan pemeriksaan standar
oftalmologi yang ada dala buku log/ log book (lampiran 4) dan bila telah
dinilai mampu maka pembimbing menandatangani buku log.
c. BESIDE TEACHING
Rutin (1 minggu sekali), Mayor
(disesuaikan dengan sarana dan prasarana RS masing-masing)
i. Mahasiswa bekerja setiap hari di unit rawat inap penyakit mata secara
bergiliran
ii. Dokter pembimbing bertanggung jawab untuk mencarikan kasus pada bed
teaching disesuaikan dengan level kompetensi SKDI 3 dan 4 atau kasus
yang ada di RS pendidikan oftalmologi, untuk selanjutnya mahasiswa
dapat melakukannya sendiri.
iii. Bed side teaching khusus kasus penyakit mata dan bed side teaching untuk
kasus-kasus penyakit atas di ruang rawat inap yang terkait dengan
departeman lain (integrasi)
11
iv. Mahasiswa harus aktif melihat tatalaksana pasien di unit rawat inap
minimal 2 (dua) kasus selama kepaniteraan berlangsung, dibawah
bimbingan dokter yang bertugas di unit rawat inap.
v. Bed side teaching mahasiswa KBK dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
a) Tahap I, yaitu mahasiswa melakukan follow up dan melaporkan
secara lisan kepada dokter pembimbing hal-hal yang ditemui selama
follow up
b) Tahap II, yaitu mahasiswa melakukan presentasi singkat hasil follow
up dan mendemostrasikan pemeriksaan standar oftalmologi di bawah
supervise dokter pembimbing.
c) Tahap III, yaitu mahasiswa melakukan diskusi kasus bersama dengan
narasumber (dokter pembimbing) setelah melakukan tahap II.
d. BIMBINGAN DI RUANG TINDAKAN
i. Melihat tindakan operasi kecil diruang tindakan monitor.
ii. Melakukan tindakan operasi kecil di ruang tindakan minor/poliklink
sebatas kewenangan dokter umum.
iii. Selama mengikti kegiatan diruangan tindakan sentral,mahasiswa
memakai baju OK dan mengikuti seuruh prosedur operasi/tindakan yang
dilakukan oleh dokter pembimbing.
iv. Pembimbing melakukan supervise tindakan dan pemeriksaan yang ada
dalam buku log/log book (lampiran 5) dan bila telah dinilai mampu maka
pembimbing menandatangani buku log.
e. PRASENTASI KASUS
Minimal 1 kasus per mahasiswa
i. Kasus pasien untuk prasentasi kasus diambil dari pasien di unit rawat
inap, rawat jalan, IGD. Pembuatan kasus paisen untuk prasentasi kasus
adallah penyakit-penyakit yang terdaftar dibuku standar kompentensi
dokter dengan nilai 4, 3A, 3B. pelaksanaan presentasi kaus dikerjakan
pada minggu ke 3 dibawah penilaian dokter pembimbing. Presentasi
12
kasus adalah merupakan syarat yang harus dikerjakan mahasiswa
sebelum pelaksanaan ujian.
ii. Pada status untuk mahasiswa disususn anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium sederhana, menetapkan
diagnosis banding, menegakkan diagnosis kerja dan prognosis serta
merencanakan pemeriksaan penunjang dan pengobatan penderita.
iii. Format pembuatan status untuk prasentasi kasus terdiri dari : Anamnesis,
Status oftalmologis (pemeriksaan tajam penglihatan/ visus, pemeriksaan
pergerakan bola mata, pemeriksaan tekanan intra ocular, pemeriksaan
segmen anterior dan posterior), pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja,
diagnosis banding, (Lampiran 6)
f. CASE REFLECTION
Online searching untuk kasus-kasus khusus/ yang jarang ditemukan
(disesusaikan dengan kondisi kasus penyakit di RS)
g. REFARAT
Minimal 1 jududl per mahasiswa kepaniteraan selama satu siklus
kepaniteraan klinik (Lampiran 7).
i. Bahan untuk refarat diambil dari jurnal dan text book. Pembuatan
refarat mulai dikerjakan di minggu ke 2. Kasus paisen untuk refarat
adalah penyakit-penyakit yang terdaftar dibuku standar kompetensi
dokter Indonesia dengan nilai 4, 3A, 3B.
ii. Pelaksanaan presentasi refarat dikerjakan pada minggu 3-4 dibawah
penilaian dokter pembimbing. Refarat adalah merupakan syarat ynag
harus dikerjakan oleh mahasiswa sbelum pelaksanaan ujian.
h. MINI CEX
Minimal dilakukan 1x per mahasiswa kepaniteraan, dalam 1 grup
kepaniteraan
13
i. Dosen pembimbing di RS memberikan kasus yang ditemui di poliklinik
kepada mahaiswa. Kasus yang diberikan merupakan kasus sehari- hari di
poliklinik atau diruang perawatan.
ii. Mahasiswa diobservasi bagaimana cara melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, interpretasi pemeriksan penunjang, menegakkan
diagnosa, merencanakan pengobatan dan menetukan prognosis.
iii. Penilaian dari dosen pembimbing dilakukan pada chek- list yang tersedia
(Lampiran 8). Kemudian dilakukan diskusi dengan mahasiswa yang
bersangkutan dan dosen pembimbing memberikan umpan balik
(feedback) untuk perbaikan mahasiswa.
i. UJIAN AKHIR (UJIAN KASUS)
Dilakukan pada akhir kepaniteraan
i. Setiap mahasiswa memeriksa satu pasien di poliklinik/unit rawat inap dan
membuat status pasien ujian lengkap (Lampiran 9). Pasien diserahkan di
pagi hari ujian.
ii. Ujian kasus dilaksanakan untuk menilai kemampuan mahasiswa
mengenai keterampilan mewawancara dan pemeriksaan fisik lengkap dan
pemeriksaan standar oftalmologis, laboratorium serta pemeriksaan
penunjang lainnya yang diperlukan, serta keterampilan tindakan khusus
(tergantung kasus), penegakkan diagnosis yang komperehensif terhadap
kasus yang telah dipersiapkan, penatalaksanaan, prognosis dan tindakan
pencegahan
j. BUKU CATATAN MAHASISWA/BUKU LOG (LOG BOOK)
i. Mahasiswa wajib memiliki buku catatan mahasiswa/buku log (log
book) yang berisikan daftar nama penyakit dan kegiatan yang harus
dipenuhi selama kepaniteraan ilmu penyakit mata berlangsung.
ii. Mahasiswa wajib mencatat semua daftar nama penyakit dan kegiatan
yang ditemui dan dilakukan selama kepaniteraan ilmu penyakit mata
dan ditandatangani oleh pembimbing/ narasumber/ fasilitator.
14
Kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata dilaksanakan setiap hari:
- Senin – Kamis : pk. 08.00-14.00 (6 jam)
- Jumat : pk. 08.00-11.00 (3 jam)
- Sabtu : pk. 08.00-12.00 (4 jam)
Total : 31 jam /minggu (menyesuaikan denga kondisi masing-masing RS
pendidikan).
Bimbingan poliklinik, Case Reflektion, Refarat, Presentasi kasus dilakukan
sebanyak 4 jam per minggu (16 jam dalam 5 minggu). Beside Teaching, Keterampilan
Klinis (mini cex) dilakukan sebanyak 9 jam per minggu (36 jam dalam 5 minggu).
Tugas klinis dilakukan sebanyak 31 jam per minggu (menyesuaikan dengan kondisi
masing-masing RS pendidikan).
Ujian kasus dilakukan pada minggu ke-5 integrasi pada kegiatan kepaniteraan
mata disesauikan dengan kondisi dan fasilitas RS pendidikan yang dapat diaplikasikan
pada kegiatan presentasi kasus dan beside teaching dengan mengikutsertakan beberapa
departemen yang terkait.
15
BAB IV
EVALUASI
16
Pemilihan bentuk evaluasi yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan
kebijakan institusi masing-masing.
Instrument yang digunakan dalam evaluasi kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata
dapat berupa:
1. Profesionalisme dan sikap
2. Kognitif(knowledge) mencakup: pre-test, bimbingan poliklinik, nilai mini CEX,
ujian akhir, referat dan presentasi kasus.
17
Evaluasi akhir selama kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata meliputi:
a. Profesionalisme dan sikap: (bobot 10%)
Yang dinilai:
1) Penampilan dan kelakuan sehari-hari
2) Disiplin, ketekunan dan kerajinan
3) Sopan terhadap dokter pembimbing, tenaga medik lain, paramedik, tenaga
penunjang, teman sejawat dan pasien
4) Kemandirian, sikap ilmiah serta kemauan untuk terus belajar
5) Kerjasama
6) Penghayatan dan menunjukkan sikap kode etik kedokteran Indonesia
b. Cognitive(knowledge): (Bobot 90%)
Yang dinilai:
Jenis penilaian Presentase
Pre-test 5%
Bimbingan poliklinik 15%
Nilai Mini-CEX 15%
Cognitive(knowledge)
Ujian akhir 35%
Referat 10%
Presentasi kasus 10%
18
7) Kemampuan mahasiswa menyiapkan rujukan pada kasus yang tidak bisa
ditangani sendiri
8) Kemampuan mahasiswa menjelaskan prognosis
9) Kemampuan mahasiswa dalam berdiskusi tentang kasus tersebut
10) Kemampuan mahasiswa menjelaskan masalah penyakit mata lain di Indonesia
Nilai Batas Lulus Modul Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata:
LULUS
TIDAK LULUS
- Jika ada 1 item penilaian yang <60
Nilai B- Mengulang Ujian kasus
Nilai C Mengulang Ujian kasus
Nilai D Mengulang ½ Modul Kepaniteraan Klinik + Ujian kasus
Nilai E Mengulang kembali seluruh Modul Kepaniteraan Klinik
19
56-58,99 C 2,00
45-55,99 D 1,00
<45,00 E 0,00
Keterangan:
a. Nilai 67-100 dinyatakan: LULUS sesuai penilaian mutu B s/d A
b. Nilai 63-66,99 kriteria B- dinyatakan: TIDAK LULUS dan mahasiswa wajib
mengikuti ujian kasus ulang
c. Nilai 56-62,99 kriteria C dan C+ dinyatakan: TIDAK LULUS dan mahasiswa
wajib mengikuti ujian kasus ulang
d. Nilai 45-55,99 kriteria D dinyatakan: TIDAK LULUS dan mahasiswa wajib
mengulang 1/2 (setengah) waktu kepaniteraan bagian terkait dan mengulang
ujian kasus.
e. Nilai <45 kriteria E dinyatakan: TIDAK LULUS dan mahasiswa wajib
menguulang seluruh kepaniteraan terkait dan mengulang ujian
f. Ujian kasus ulang saja atau kepaniteraan ulang dan ujian kasus ulang harus
dilaksanakan dalam periode waktu 6(enam) bulan setelah ketidak lulusan
bagian
g. Ujian kasus ulang dan kepaniteraan harus dilaksanakan dibagian dan RS tempat
kepaniteraan yang sama
20
BAB V
PENUTUP
21
DAFTAR RUJUKAN
22
Lampiran 1. Tim Penyusun Modul Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
No Tim Penyusun Asal FK Swasta
Univ Muslim Indonesia
1 Dr. Dr. Afifuddin, Mkes, Sp.M
Makassar
Univ Islam Indonesia
2 dr. Artati Sri Redjeki, Sp.M
Yogyakarta
3 dr. Arif Indra Sanjaya, Sp.PK Univ Muhammadiyah Jakarta
4 dr. Bambang Ali, Sp.M Univ Al Khaeeraat Palu
5 dr. Bragasthio Sidharta, MSc, Sp.M Univ Muhammadiyah Malang
6 dr. Endro Pranoto, Sp.M Univ Islam Al Azhar Mataram
7 dr. Elisabeth S.W, Sp.M Univ Kristen Indinesia Jakarta
8 dr. Ferina Angelia UKRIDA Jakarta
9 dr. Maria Larasati Susyono, Sp.M Univ pelita harapan tangerang
Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, Sp.PD-
10 UKRIDA Jakarta
KEMD, FINASIM, FACE
11 dr. Noviani Prasetyaningsih, Sp.M Univ TRISAKTI Jakarta
Univ Islam Sumatera Utara No.
12 dr. Nurhaida Djamil, Sp.M
34 Medan
13 dr. Nika Bellarinatasari, MSc, Sp.M Univ Islam Sultan Agung
14 dr. Rita Murni Kusumawatie, Sp.M Univ YARSI Jakarta
Univ Islam Sumatera Utara 2A
15 dr. Syaiful Bahri, Sp.M
Medan
16 dr. Saptoyo Argo M, Sp.M UKRIDA Jakarta
17 dr. Titik Ernawati, Sp.M Univ Widya Mandala
Univ Swadaya Gunung Jati
18 dr. Tiar M. Pratamawati, Sp.M
Cirebon
23
Univ Kristen Maranatha
19 dr. Yenny Noor, Sp.M
Bandung
Univ Muhammadiyah
20 dr. Yunani Setyandriana, Sp.M
Yogyakarta
21 dr. Yulianti, Sp.M Univ Wijaya Kusuma Jakarta
24
Lampiran 2. Daftar Penyakit Ilmu Penyait Mata Berdasarkan Standar Kompetensi
Dokter Indonesia Tahun 2012
25
Sklera
21 Skieritis 3A
22 Episkleritis 4A
Kornea
23 Erosi 2
24 Benda asing di kornea 2
25 Luka bakar kornea 2
26 Keratitis 3A
27 Kerato-konjungtivitis sclera 2
28 Edema kornea 2
29 Keratokonus 2
30 Xerophtalmia 3A
Bola Mata
31 Endoftalmitis 2
32 Mikroftalmus 2
Anterior Chamber
33 Hiferna 3A
34 Hipopion 3A
Cairan Vitreous
35 Perdarahan vitreous 1
Iris dan Badan Silier
36 Iridosisklitis, iritis 3A
37 Tumor iris 2
Lensa
38 Katarak 2
39 Afakia kongenital 2
26
40 Dislokasia lensa 2
Akomodasi dan Refraksi
41 Hipermetropia ringan 4A
42 Miopia ringan 4A
43 Astigmatis ringan 4A
44 Presbiopia 4A
45 Anisometropia pada dewasa 3A
46 Anisometropia pada anak 2
47 Ambliopia 2
48 Diplopia binokuler 2
49 Buta senja 4A
50 Skotoma 2
51 Hemianopia, bitemporal, and homonymous 2
52 Gangguan lapang pandang 2
Retina
53 Ablasio retina 2
54 Perdarahan retina, oklusi pembuluh darah retina 2
55 Degenerasi makula karena usia 2
56 Retinopati (diabetik, hipertensi, prematur) 2
57 Korioretinitis 1
Diskus Optik dan Saraf Mata
58 Optic disc cupping 2
59 Edema papil 2
60 Atrofi optik 2
61 Neuropati optik 2
62 Neuritis optik 2
Glaukoma
27
63 Glaukoma akut 3B
64 Glaukoma lainnya 3A
28
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi(kemahiran) yang dicapai setelah selesai intership dan atau pendidikan
dokter berkelanjutan(PKB)
Dengan demikian didalam Daftar Penyakit ini level kompetensi tertinggi adalah 4A.
29
Lampiran 3. Daftar Keterampilan Klinis Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia Tahun 2012
No Keterampilan Tingkat keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK
DIAGNOSTIK
Indra Penglihatan
Penglihatan
1 Penilaian penglihatan bayi, anak, dan dewasa 4A
Refraksi
2 Pelaian refaksi, subjektif 4A
Penilaian refraksi, objektif (refractometry
3 2
keratometer)
Lapang Pandang
4 Lapang pandang, Donders confirontation test 4A
5 Lapang pandang, Amster panes 4A
Penilaian Eksternal
6 Inspeksi kelopak mata 4A
Inspeksi kelopak mata dengan eversi kelopak
7 4A
atas
8 Inspeksi bulu mata 4A
9 Inspeksi konjungtiva, termasuk forniks 4A
10 Inspeksi sklera 4A
11 Inspeksi orifisium duktus lakrimalis 4A
12 Palpasi limfonodus pre-aurikular 4A
Posisi Mata
13 Penilaian posisi dengan corneal reflex images 4A
14 Penilaian posisi dengan cover uncover test 4A
15 Pemeriksaan gerakan bola mata 4A
30
16 Penilaian penglihatan binokuler 4A
Pupil
17 Inspeksi pupil 4A
Penilaian pupil dengan reaksi langsung terhadap
18 4A
cahaya dan konvergensi
Media
Inspeksi media refraksi dengan transiliuminasi
19 4A
(pen light)
20 Inspeksi kornea 4A
21 Inspeksi kornea dengan fluoresensi 3
22 Tes sensitivitas kornea 4A
23 Inspeksi bilim mata depan 4A
24 Inspeksi iris 4A
25 Inspeksi lensa 4A
26 Pemeriksaan dengan slit-lamp 3
Fundus
27 Fundoscopy untuk melihat fundus reflex 4A
Fundoscopy untuk melihat pembuluh darah,
28 4A
papil, makula
Tekanan Intraokular
29 Tekanan intraokular, estimasi fundus palpasi 4A
Tekana intraokular, pengukuran dengan
30 4A
indentasi tonometer (Schiotz)
Tekanan intraokular, pengukuran dengan
31 1
aplanasi tonometer atau non-contact-tonometer
Pemeriksaan Oftamologi Lainnya
Penentuan refraksi setelah sikloplegia
32 1
(skiascopy)
31
Pemeriksaan lensa kontak fundus, misalnya
33 1
gonioscopy
34 Pengukuran produksi air mata 2
35 Pengukuran eksoftalmos (hertel) 2
36 Pembilasan melalui saluran lakrimalis (anel) 2
37 Pemeriksaan ortoptik 2
38 Perimetri 2
39 Pemeriksaan lensa kontak dengan komplikasi 3
Tes penglihatan warna (dengan buku ishihara 12
40 4A
plate)
41 Electroetinografi 1
42 Electro-oculography 1
43 Visual evoket potentials (VEP/VER) 1
44 Fluorescein angiography (FAG) 1
Echographic examination: ultrasonography
45 1
(USG)
32
Tingkat kemampuan 2(Knows How): Pernah melihat atau didemonstrasikan
Lulusan dokter menguasi pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan
pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan
mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demostrasi atau pelaksanaan langsung
pada pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan
menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau menyelesaikan kasus secara tertulis
dan/atau lisan(oral test).
Tingkat kemampuan 3(Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di
bawah supervisi
Lulusan dokter menguasi pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang
beomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat
dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demostrasi atau pelaksanaan
langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga
dan/atau standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan
menggunakan Objective Structured Clinical Examination(OSCE) atau Objective
Structured Assessment of Technical Skills(OSATS).
Tingkat kemampuan 4(Does): Mampu melakukan secara mandiri
Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan workbased Assessment misalnya mini-
CEX, portfolio, logbook, dsb.
4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi(kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/ atau Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan(PKB)
Dengan demikian di dalam Daftar Keterampilan Klinis ini tingkat kompetensi tertinggi
adalah 4A.
33
Lampiran 4. Contoh Lembar Bimbingan Poliklinik Penyakit Mata
N Nama Kegiatan Paraf Dosen
Tanggal Penyakit/Masalah TK*
o Pasien/Umur Mahasiswa Pembimbing
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
*TK= Tingkat Kemampuan Yang Diharapkan
34
Lampiran 5. Contoh Lembar Bimbingan di Ruang Tindakan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
35
Lampiran 6. Contoh Lembar Penilaian Presentasi Kasus Ilmu Penyakit Mata
Nilai Mahasiswa
Pres- Pres- Pres-
Nilai
Penilaian kas 1 kas 2 kas 3
Max
Judul: Judul: Judul:
Tgl: Tgl: Tgl:
Ketepatan menyerahkan
10
makalah kepada pembimbing
Pendahuluan 3
Identitas pasien 3
Anamnesis 7
Pemeriksaan
5
Fisik
Pemeriksaan
Materi 7
Penunjang
Penulisan
Penulisan Diagnosis 5
Penatalaksanaan 7
Prognosis 7
Ringkasan dan
Pembahasan 3
Kasus
Referensi(cara
3
Vancouver)
Suara 5
Penyajian Audiovisual Tampilan slide 5
Penampilan 10
Penguasaan Tentang kasus 10
Diskusi
materi Tentang teori 10
36
Jumlah Nilai Presentasi Kasus 100
Nama Nama Nama
Dosen Pembimbing dan dan dan
T.T.D T.T.D T.T.D
37
Lampiran 7. Contoh Lembar Penilaian Referat Ilmu Penyakit Mata
Judul: Nilai
Nilai Nilai
Tanggal:
Max Mahasiswa
Ketetapan menyerahkan makalah kepada
10
pembimbing
Pendahuluan 3
Epidemiologi 3
Patofisiologi/Patogenesis 7
Gejala klinis 5
Materi
Pemeriksaan fisik 7
Penulisan
Penulisan Pemeriksaan penunjang 5
Diagnosis 7
Penatalaksanaan 7
Prognosis 3
Referensi(cara
3
Vancouver)
Suara 5
Penyajian Audiovisual Tampilan slide 5
Penampilan 10
Diskusi Penguasaan materi 20
Jumlah Nilai Referat 100
38
Lampiran 8. Contoh Lembar Penilaian Mini CEX
39
Menjelaskan tentang pemeriksaan yang
akan dilakukan termasuk indikasi dan
kontra indikasi
Melakukan pemeriksaan fisik secra
berurutan
Memberi saran pemeriksaan penunjang
sesuai kasus
Interpretasi hasil pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS, PENATALAKSANAAN DAN PROGNOSIS
Menetapkan dasar diagnosis
Menetapkan rencana tata laksana
Menetapkan prognosis
PROFESIONALISME
Memandang pasien saat berbicara
Nada bicara sopan
Mendengarkan keluhan pasien secara
seksama
Tidak menggunakan bahasa medis kepada
pasien
Menjelaskan kepada pasien tentang yang
tidak dimengerti pasien
Memberi nasehat kepada pasien sesuai
kasus
Pemperlihatkan kerendahan hati
PENGGUNAAN WAKTU
Sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
KESIMPULAN: Kompetensi Mahasiswa terhadap jenis pemeriksaan ini :
40
Sangat baik Cukup baik Kurang baik
41
Lampiran 9. Contoh Lembar Ujian Akhir Kasus Ilmu Penyakit Mata
LEMBAR PENILAIAN UJIAN ORAL
Penguji 1: Penguji II:
N I M:
Kasus:
Nama Pasien: Umur: ……….
Th
L/P
NILAI NILAI
KETERANGAN PENILAIAN MAKSIM MAHASIS
AL WA
A. Sikap saat melakukan
2
anamnesis
3
ANAMNESIS B. Keluhan utama
5
C. Riwayat penyakit
TOTAL 10
A. PEMERIKSAAN KEDUA
MATA
1. Orthoforia, XT, ET
8
PEMERIKSAAN 2. Ptosis, Lagoftalmos
OFTALMOLOGIS 3. Eksoftalmos, Proptosis
4. Gerakan kedua mata
B. PEMERIKSAAN MASING
8
– MASING MATA
42
1. Visus dan Refraksi
2. TIO
3. Kedalaman COA
4. Shadow test
C. PEMERIKSAAN
FUNDUSKOPI
1. Cara funduskopi 6
2. Deskripsi normal
3. Deskripsi sesuai kasus
TOTAL 22
1. Placido
2. Konfrontasi
3. Sensibilitas
PEMERIKSAAN
4. Flouresein
PENUNJANG 8
5. Fistel
(Sesuai kasus)
6. USG
7. Pewarnaan Gram
8. KOH
1. Menuliskan penentuan hal
positif untuk menegakkan
diagnosis
RESUME 10
2. Mencatat hal-hal negatif
untuk menyingkirkan
diagnosis banding
DIAGNOSIS Menjelaskan dasar diagnosis 6
1. Merencanakan
TATALAKSANA pengobatan 15
medikamentosa(dosis
43
obat/operasi/saran/naseh
at)
2. Menjelaskan alasan
tatalaksana yang
diberikan, termasuk
indikasi operasi
3. Menuliskan resep
4. Menyiapkan pasien yang
akan dirujuk
5. Menjelaskan komplikasi
obat
Menjelaskan prognosis
PROGNOSIS 5
penyakit
A. TENTANG
PENYAKIT/KASUS
1. Anatomi fisiologi
struktur terkait kasus
12
2. Etiologi dan faktor resiko
3. Menjelaskan patogenesis
4. Menjelaskan komplikasi
DISKUSI
penyakit
B. TENTANG MASALAH
KESEHATAN MATA DI
INDONESIA
12
1. Kebutaan di Indonesia
2. Penyebab kebutaan
3. Pencegahan kebutaan
44
4. Rehabilitasi kebutaan
45