Faktor – Faktor Penghambat Kontraktor dalam Penerapan Sistem
Judul Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi Gedung di Palangka Raya Jurnal Serambi Engineering Volume Volume VIII, No.1 Hal. 4327 – 4333 Tahun 2023 Corah Malem Br Sinulingga Penulis Dewantoro Veronika Happy P Reviewer Muh. Indra Kurniawan Ramli Palangka Raya merupakan ibukota Kalimantan Tengah dan masih meningkatkan pembangunannya, pada bidang konstruksi bangunan. Dalam proyek konstruksi, konstruksi gedung merupakan profesi dengan risiko kecelakaan kerja yang sangat tinggi. Kecelakaan kerja merupakan hal yang sering terjadi, sehingga Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi penting untuk menghindari terjadinya kecelakaan dalam proyek konstruksi dan mengurangi kecelakaan kerja. Dengan harapan penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penghambat penerapan SMK3 di proyek konstruksi gedung Palangka Raya. Survei penelitian dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara langsung kepada Abstrak kontraktor yang telah ditentukan melalui website kontraktor di Kota Palangka Raya. Hasil yang diperoleh diolah menggunakan software SPSS dengan model utamanya adalah Uji Rata-rata dan Standar Deviasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara statistik faktor penghambat pelaksanaan SMK3 di proyek pembangunan Gedung di Palangka Raya adalah (1) kurangnya perhatian tentang penggunaan yang benar dari alat pelindung diri oleh pekerja, nilai rata-rata 3,65 dan nilai Std. deviasi 1,051, (2) Tidak ada sanksi keras bagi pekerja yang tidak melaksanakan K3, nilai rata-rata 3,60 dan Std. deviasi sebesar 0,744 dan (3) kurangnya pemahaman tentang pentingnya penerapan K3, nilai rata-rata 3,60 dan nilai Std. deviasi sebesar 0,810. Pendahuluan Pendahuluan Dalam proyek konstruksi, pembangunan gedung merupakan kegiatan dengan risiko kecelakaan kerja yang sangat tinggi dan kemungkinan kecelakaan kerja yang sangat tinggi[1]. Berdasarkan jumlah kecelakaan kerja di Palangka Raya, Kalimantan Tengah diperoleh menurut data BPJS Ketenagakerjaan tahun 2018, jumlah kecelakaan kerja sebanyak 2.705 kasus kecelakaan kerja [2]. Industri konstruksi memiliki jumlah kecelakaan kerja tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya [3]. Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan tetapi memiliki penyebab, sehingga kecelakaan tersebut harus diinvestigasi untuk lebih menyempurnakan perencanaan SMK3 untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja dan agar kecelakaan yang tidak terulang kembali [4]. Meskipun telah banyak penelitian tentang SMK3, tidak dapat dipungkiri bahwa angka kecelakaan kerja di proyek konstruksi masih tergolong tinggi [5]. Hal ini menjadi dasar untuk mempelajari pentingnya sistem manajemen K3 dalam pembangunan lokasi konstruksi di Palangka Raya, agar tidak terjadi kecelakaan di lokasi konstruksi dan mengurangi angka kecelakaan dalam pekerjaan konstruksi [6]. Penelitian dilakukan di perusahaan konstruksi yang telah ditentukan melalui website kontraktor di Kota Palangka Raya, dari bulan Mei Metode sampai dengan Agustus 2022. Data diperoleh melalui penyebaran Penelitian kuesioner berisi pertanyaan yang disebarkan kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya. Penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung ke perusahaan kontraktor yang telah ditetapkan. Hasil analisis deskriptif dengan uji rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) memberikan urutan peringkat faktor-faktor penghambat kontraktor dalam pelaksanaan SMK3 di proyek konstruksi Palangka Raya. Hasil yang diperoleh peringkat pertama faktor penghambat kontraktor dalam penerapan SMK3 pada konstruksi gedung di Palangka Raya adalah Kurangnya perhatian Hasil dan tentang penggunaan yang benar dari alat pelindung diri oleh pekerja Pembahasan (X11) dengan nilai mean 3,65 dan standar deviasi 1,051. Peringkat kedua adalah Tidak ada sanksi keras bagi pekerja yang tidak melaksanakan K3 dengan nilai mean 3,60 dan standar deviasi 0,744. Sementara peringkat ke tiga adalah kurangnya Pemahaman tentang pentingnya penerapan K3 dengan nilai mean 3,60 dan standar deviasi 0,810. Kesimpulan Diperoleh kesimpulan pada penelitian yang dilakukan adalah dapat disimpulkan bahwa terdapat 22 faktor penghambat pelaksanaan SMK3 di proyek gedung Palangka Raya. Hal ini diperoleh dari survei studi literatur sebelumnya dan merupakan faktor dominan yang menghambat kontraktor dalam melaksanakan SMK3. Faktor dominan penghambat penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung di Palangka Raya adalah sebagai berikut: ranking pertama adalah kurangnya perhatian tentang penggunaan yang benar alat pelindung diri oleh pekerja (X11), nilai rata-rata (mean) 3,65 dan nilai Std. deviasi 1,051. Ranking ke dua adalah tidak adanya sanksi yang tegas bagi para pekerja yang tidak melaksanakan K3 (X14) nilai rata-rata (mean) 3,60 dan Std. deviasi 0,744. Ranking ke tiga adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya penerapan K3 (X17), nilai rata-rata (mean) 3,60 dan Std. deviasi 0,810. Peneliti mencoba memberikan saran-saran yang dapat dijadikan sebagai solusi penerapan SMK3 dalam proyek konstruksi adalah pengawasan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang dilakukan oleh kontraktor tim K3 kembali diperkuat oleh kontraktor. Selanjutnya penerapan reward dan punishment diharapkan lebih diterapkan kembali agar mempertegas sanksi bagi para pekerja yang tidak menerapkan K3 sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Agar pemahaman dan pengetahuan para pekerja Saran terkait K3 lebih mendalam maka perlu dilakukan beberapa pelatihan, pengarahan dari top manajemen atau yang bertanggung jawab. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan survei langsung ke lokasi pembangunan konstruksi agar lebih memahami setiap item pekerjaan dan risiko dari setiap item pekerjaan tersebut untuk lebih memaksimalkan penelitian yang akan dilaksanakan. Dan pada saat penelitian disarankan untuk memastikan responden yang akan dituju untuk menghemat waktu penelitian. 1. Penulis mampu memaparkan dengan baik setiap komponen dalam pembahasan. 2. Penulis memberikan solusi yang jelas dengan mengeluarkan data Kelebihan numerik dan Analisa pembuktian dalam pembahasan. 3. Setiap data dan informasi dipaparkan secara sistematis dan informatif sehingga sangat membantu pembaca dalam memahami isi dan tujuan penulisan jurnal. 1. Penulis kurang lengkap dalam menyimpulkan keseluruhan isi dari jurnal ini. Kekurangan 2. Penulis kurang detail dalam memberikan hasil yang didapat dalam melakukan penelitiannya.