Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/371970796

Analisis Pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam Tragedi Kanjuruhan: Perspektif


Sila Ke-2 Pancasila

Article · July 2023

CITATIONS READS

0 35

6 authors, including:

Hasna Wijaya Tia Indah Fatika Putri


Universitas Sebelas Maret Universitas Sebelas Maret
1 PUBLICATION   0 CITATIONS    1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Tia Indah Fatika Putri on 01 July 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Analisis Pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam
Tragedi Kanjuruhan: Perspektif Sila Ke-2 Pancasila
Azzahra Listhalia Sukarno1, Hasna Nasywa Wijaya2, Muhammad Syafiq Asadur R3, Shoona Dina
Lukmani4, Tia Indah Fatika Putri5, Suryo Ediyono6

Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret

azzahralisths@student.uns.ac.id1, hasnanasywawijaya@student.uns.ac.id2,
shoonadinal667@student.uns.ac.id3, asadurrachman_syafiq@student.uns.ac.id4,
tiaindah1919@student.uns.ac.id5, ediyonosuryo@staff.uns.ac.id6

Abstrak

Tragedi kanjuruhan merupakan peristiwa yang menggoreskan tinta sejarah kelam persepakbolaan
Indonesia. Tragedi yang terjadi pada 1 Oktober 2022 ini merenggut nyawa 135 Aremania, serra mencederai
583 lainnya. Kegagalan petugas keamanan stadion yang terdiri dari TNI dan Polri dalam menjalankan
prosedur pengamanan stadion ditengarai menjadi penyebab meninggalnya ratusan nyawa Aremania.
Peristiwa tersebut akan dijadikan acuan dalam artikel ini, yang berupa analisis potensi pelanggaran sila
kedua Pancasila dalam tragedi kanjuruhan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode pustaka, yaitu
pengumpulan data dari berbagai sumber yang berbeda. Hasil yang diperoleh oleh penelitian ini
menunjukkan adanya pelanggaran sila kedua Pancasila yang dilakukan oleh aparat keamanan stadion.
Penembakan gas air mata ke arah tribun serta pemukulan terhadap suporter yang masuk ke area lapangan,
merupakan suatu tindakan yang berlebihan, serta tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
terkandung dalam Pancasila sila kedua.

Kata Kunci: Tragedi kanjuruhan, hak asasi manusia, Pancasila sila kedua, TNI, Polri

Abstract

The Kanjuruhan stadium disaster is a tragedy that stained the history of Indonesian football. This tragedy,
which occurred on October 1, 2022, claimed the lives of 135 Aremania supporters and injured 583 others.
The failure of the stadium security personnel, consisting of the Indonesian National Army (TNI) and the
National Police (Polri), to execute proper stadium security procedures is suspected to be the cause of the
loss of hundreds of Aremania supporters' lives. This event will serve as a reference in this article, which
aims to analyze the potential violation of the second principle of Pancasila in the Kanjuruhan tragedy. This
research is conducted using the literature method, which involves gathering data from various sources.
The results obtained from this research indicate a violation of the second principle of Pancasila committed
by the stadium security personnel. The shooting of tear gas towards the stands and the physical assault of
supporters who entered the field area are excessive actions that do not align with the humanitarian values
contained in the second principle of Pancasila.

Keywords: Kanjuruhan stadium disaster, human rights, Pancasila's second principle, military, police
Pendahuluan
Hak asasi manusia (HAM) merupakan sebutan untuk hak-hak individu sebagai seorang manusia
tanpa memandang ras, agama, status sosial, maupun faktor lainnya. HAM bersifat universal, yang artinya
HAM berlaku bagi semua manusia di seluruh dunia tanpa adanya diskriminasi dalam bentuk apapun.
Negara bertanggung jawab untuk menjamin terpenuhinya HAM dari setiap warga negaranya. Negara harus
melindungi warga negaranya dari pelanggaran HAM, memastikan adanya sistem hukum yang berkeadilan,
serta memberikan akses untuk layanan dasar seperti pendidikan, perumahan dan kesehatan. Beberapa
contoh hak asasi manusia yang diakui secara universal meliputi:

1. Hak atas kehidupan, kebebasan, dan keamanan pribadi.


2. Hak atas kebebasan berpikir, berpendapat, dan berekspresi.
3. Hak atas kebebasan beragama dan keyakinan.
4. Hak atas perlindungan dari penyiksaan, perlakuan yang tidak manusiawi, dan diskriminasi.

Negara Indonesia menggunakan Pancasila sebagai ideologi dan landasan negara, artinya Pancasila
berisi pandangan dan nilai-nilai yang menjadi landasan bagi penyelenggaran negara, pembangunan sosial,
politik, dan ekonomi, serta kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Pancasila juga merupakan landasan
berperilaku bagi rakyat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila memberikan pedoman etika dan
moral yang menjadi dasar dalam bertindak, berinteraksi, dan menjalankan peran masing-masing sebagai
warga negara Indonesia.

Hak asasi manusia memiliki keterkaitan yang erat dengan sila ke-dua Pancasila yang berbunyi
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”, karena kedua hal ini menjunjung prinsip yang sama, yaitu
kemanusiaan, kesetaraan, dan keadilan. Sila ke-dua Pancasila dan HAM sama-sama menekankan
pentingnya menghormati hak-hak dasar individu, memastikan perlindungan terhadap kehidupan,
kebebasan, keamanan pribadi, serta menjamin kesetaraan dan keadilan dalam perlakuan terhadap semua
orang.

Namun sayangnya dalam praktiknya, masih banyak kasus pelanggaran hak asasi manusia yang
terjadi di Indonesia, salah satunya yang menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia adalah kasus Tragedi
Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 silam di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Tragedi ini terjadi usai pertandingan bola antara Arema FC dan Persebaya dengan skor akhir 2-3, yang
berarti Arema FC sebagai tuan rumah harus mengakui kekalahannya terhadap Persebaya. Setelah
pertandingan selesai, banyak suporter dari Arema FC yang turun ke lapangan untuk menyemangati para
pemain. Hal ini dilihat sebagai potensi kerusuhan oleh pihak keamanan sehingga menyebabkan pihak
keamanan untuk melakukan tindakan eksesif terhadap kerumunan penonton. Menurut laporan Kapolri
Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, pihak polisi menembakkan gas air mata yang berlebihan ke arah
tribun, sebanyak 11 kali tembakan dilontarkan ke arah tribun, 7 tembakan ke arah tribun selatan, 1 tembakan
ke tribun utara, dan 3 tembakan ke lapangan. Tindakan ini tentunya membuat penonton panik dan berusaha
menyelamatkan diri dengan berdesakkan menuju pintu keluar yang mengakibatkan banyak penonton
mengalami sesak dan kekurangan oksigen serta komplikasi karena terpapar gas air mata dalam konsentrasi
yang sangat tinggi.
Bukan hanya penembakan gas air mata saja yang menjadi fokus masyarakat terhadap pelanggaran
HAM dalam tragedi ini, dalam beberapa rekaman video amatir saat kejadian, terungkap juga fakta bahwa
pihak keamanan, TNI, melakukan kekerasan fisik yang tidak manusiawi yaitu menendang salah satu
suporter yang turun ke lapangan, hal ini jelas-jelas menyalahi wewenang TNI dan melanggar HAM suporter
sebagai manusia.

Dalam jurnal ini, akan dibahas bagaimana tindakan yang dilakukan oleh pihak keamanan dalam
Tragedi Kanjuruhan tersebut dikategorikan sebagai pelanggaran hak asasi manusia dikaji menurut
perspektif sila ke-dua Pancasila.

Metode
Penulisan metode penelitian yang digunakan dalam meneliti kasus ini adalah menggunakan
penelitian kualitatif. Dalam jurnal ini akan dikumpulkannya data-data dari beberapa sumber yang berkaitan
dengan kejadian Kanjuruhan serta menganalisa beberapa subjek dari kejadian tersebut. Kasus ini akan
dianalisa dalam pandangan perspektif sila pancasila yang kedua yang berbunyi ‘Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab’ (“Sila ke-2: Butir-Butir dan Contoh Pengalamannya.” BAMS EDUCATION, 27 February
2023), dan kemudiannya dapat disimpulkan analisanya dalam artikel ini.

Hasil dan Pembahasan


- Pancasila Sila ke-2 (teori)

Sila kedua Pancasila adalah kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila tersebut
bermakna warga Negara Indonesia mengakui adanya manusia yang bermartabat,
memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta,
rasa, dan karsa. Dengan demikian, tiap warga Indonesia diwajibkan untuk menghargai
sesama manusia sebagai makhluk yang bermartabat dan berbudi luhur.

Kemanusiaan yang adil dan beradab merujuk pada sikap mengahargai HAM yang
dimiliki tiap manusia. Hak untuk hidup bebas dalam keamanan, hak untuk berkomunikasi,
hak untuk memiliki kepercayaan, dan hak untuk dilindungi adalah pokok dari HAM.
Warga Indonesia baru bisa dibilang telah melaksanakan sila kedua Pancasila apabila hak-
hak tersebut telah dapat dihargai.

- Rundown Tragedi Kanjuruhan

1. Pada Pelaksanaan Apel Gelar Pasukan Pengamanan, Kapolres Kab.


Malang memberikan penekanan-penekanan diantaranya sebagai berikut:
(1) Selama pelaksanaan Pengamanan tidak ada penggunaan senjata api. (2)
Jangan melakukan tindakan kekerasan eksesif, agar dilaksanakan
pengawasan dan pengendalian selama pertandingan. (3) Menekankan
kepada petugas di pintu loket untuk menjaga adanya Penonton Non Arema
FC yang masuk.
2. Pada menit ke-33 terjadi Goal kembali oleh Tim Persebaya, kedudukan
skor menjadi 2 - 0 untuk Persebaya, situasi mulai ada suasana riuh dari
penonton Arema FC kemudian pertandingan berlangsung selama 20 (dua
puluh) menit, dengan kedudukan skor 2 - 0 untuk Persebaya. Pada akhir
Babak pertama pada menit ke- 45'; Arema FC berhasil menyamai
kedudukan skor menjadi 2 - 2. Pertandingan selesai pada Babak I dan
seluruh pemain masuk ke ruang ganti Pemain.
3. Pada menit ke – 51 Persebaya berhasil menciptakan Goal dan kedudukan
skor berubah menjadi 3 - 2 untuk Persebaya. Situasi saat itu mulai berubah,
penonton mulai riuh dan meningkat tensinya, ada beberapa penonton yang
mulai melempar botol dan benda lainnya, yang seharusnya tidak boleh
dilemparkan ke arah lapangan.
4. Pada menit ke- 97, peluit dibunyikan oleh Wasit menandai berakhirnya
pertandingan, dengan kedudukan skor 3 - 2 untuk Persebaya. Dengan
pertimbangan kondisi yang semakin memanas di Tribun Penonton,
Kapolres memerintahkan kepada Panpel agar Tim Persebaya tidak perlu
melakukan selebrasi di lapangan dan tidak perlu ke kamar ganti pemain
maupun melaksanakan jumpa pers, tetapi langsung masuk ke Baracuda
dan kembali ke Hotel, namun demikian pemain Persebaya tidak
mengindahkan dan tetap ingin masuk ke kamar ganti terlebih dahulu.
5. (±3 menit setelah peluit berakhirnya pertandingan, kondisi suporter di
Stadion mulai memanas, dan ada 1 orang penonton yang lari ke tengah
lapangan dari arah Tribun Pintu No. 9, disusul penonton lainnya menuju
ke arah pemain di tengah lapangan. Indikasinya hanya untuk memberikan
simpati dan memberikan semangat kepada salah satu pemain. Petugas Pam
Ring - l berupaya mencegah, tetapi suporter tersebut berhasil menuju ke
arah pemain.
6. Kondisi tersebut memicu beberapa suporter lainnya untuk turun ke
lapangan, dan semakin lama semakin banyak, sehingga Pengamanan di
Ring I berupaya untuk mencegah dan menghalau suporter untuk keluar
dari Lapangan. Pemain di bagian Tribun juga mulai ramai dan beringas
dengan melempar beberapa botol minuman dan benda-benda lainnya. Pada
pukul 22:08:03 wib (± 8 menit pasca pertandingan berakhir), terdapat
penonton dari arah Tribun VIP melempar FLARE dua kali ke arah
lapangan, sehingga situasi menimbulkan keributan dan semakin memanas,
suporter berhamburan masuk ke lapangan dan terjadi pelemparan botol air
minum dan tisu dari suporter.
7. Terjadi tindakan represif yang dilakukan oleh Petugas Pengamanan di
Ring - l dengan melakukan tindakan pemukulan dengan alat pentungan,
tendangan dan tembakan senjata Gas Air Mata) Pada pukul 22:09:02 WIB,
dari pengamatan melalui CCTV yang berada di Score board, Tembakan
Gas Air Mata pertama dilakukan oleh petugas keamanan satuan Brimob
dari Porong yang berada di sektor Ring l depan Tribun No. 13 berkali-kali
(terlihat kurang lebih 7 kali pada tembakan pertama).
8. Dari rekaman CCTV di Papan skor, terlihat Unsur Pengamanan SSK
Brimob dan Dalmas Polres terus memberikan Tembakan Gas Air Mata
secara berturut-turut yang diarahkan ke arah Tribun No. 10, 11, 12 dan 13.
Situasi gas air mata dipengaruhi oleh faktor angin sehingga asap gas air
mata menumpuk di sektor selatan tetapi arah angin dari Utara ke Selatan,
sehingga Asap Gas Air Mata bergerak menuju arah Tribun Penonton No.
3 dan 13. cc) Kondisi tersebut menimbulkan kepanikan suporter,
khususnya yang berada di Tribun No. 8,9,10,11,12 dan 13, sehingga
suporter berlari keluar melalui Pintu Tribun yang kondisinya sangat sempit
dengan jalur tangga yang menurun dengan kemiringan ± 60 derajat.
9. Kondisi penonton yang semakin panik, untuk menghindari tembakan Gas
Air Mata yang menimbulkan iritasi pada kulit dan mata, menyebabkan
penonton lari secara bersamaan menuju Pintu Tribun, terjadi penumpukan
penonton di depan pintu Tribun, saling berhimpitan dan menimbulkan
Pintu keluar terjebak, banyak penonton yang jatuh terinjak-injak, semakin
bertumpuk dan sulit keluar. Kondisi tersebut terlihat melalui rekaman
CCTV yang berada di Pintu nomor 3, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13. ee) Petugas
Steward yang berada di dalam Tribun Penonton Ekonomi tidak mampu
mengarahkan penonton yang berusaha keluar secara serentak, sehingga
terjadi penumpukan dan menimbulkan stuck, kondisi tersebut
menimbulkan korban jiwa dan luka-luka di pintu-pintu keluar Tribun.
(Tim Gabungan Independen Pencari Fakta, 2022: 79)

- Highlight tragedi Kanjuruhan yang bertentangan dengan sila ke-2.

a. Pelemparan gas air mata ke tribun secara berturut-turut.


Menurut laporan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tentang
Tragedi Kanjuruhan yang diambil dari situs Polkamnas, untuk mencegah suporter
pertandingan dari melakukan tindakan yang dapat menyebabkan kericuhan, pihak
aparat melakukan beberapa tindakan represif diantaranya penembakan gas air mata
ke arah tribun. Tribun yang waktu itu merupakan tempat keberadaan pendukung
pertandingan yang justru mematuhi peraturan dengan tetap berada di tempat yang
telah disediakan untuk penonton. Penembakan gas air mata tersebut juga dilakukan
secara berkali-kali dan dalam jumlah yang besar.
Gas air mata merupakan salah satu senjata peredam kerusuhan. Gas air mata
mengandung senyawa yang dapat menyebabkan iritasi apabila terkena kontak
dengan kulit atau mata. Penembakan gas air mata ke arah tribun yang tengah
dipenuhi oleh penonton, merupakan pelanggaran atas HAM.

Hak yang dilanggar adalah hak untuk merasa aman dan terlindungi, dan hak
untuk merasa sehat melalui udara yang bersih sehingga dapat dibilang bahwa
tindakan tersebut tidaklah manusiawi. Selain itu, tindakan penembakan ini dengan
jelas melanggar peringatan Kapolres Kab. Malang untuk tidak menggunakan
senjata api.
Selainn itu penggunaan gas air mata untuk menghentikan kerusuhan dalam
stadion sudah dilarang oleh FIFA dalam FIFA Stadium Safety and Security
Regulations pasal 19b. "No firearms or crowd control gas shall be carried or used
[Tidak boleh membawa atau menggunakan senjata api atau gas air mata]". Hal ini
jelas membuktikan bahwa aparat keamanan dalam stadion belum ter literasi
mengenai protokol penjagaan keamanan dalam stadion. Sehingga tanpa sadar
menciderai nilai-nilai sila ke-2 ideologi kita, Pancasila.

b. Penyerangan oleh pihak aparat


Tindakan lainnya oleh pihak aparat adalah penyerangan terhadap penonton
yang turun ke lapangan. Dari rekaman CCTV, terlihat bahwa ada pihak aparat yang
menyerang penonton yang berada di lapangan dengan menendangnya hingga jatuh
tersungkur. Perlu dicatat bahwa meskipun penonton tersebut telah melanggar
peraturan dengan turun ke lapangan, penonton tersebut pada waktu itu tengah
dalam perjalanan untuk kembali ke tribun. Setelah pihak aparat menendangnya
hingga jatuh tersungkur, penonton tersebut dengan segera berusaha melarikan diri,
namun aparat tersebut kembali menyerangnya.
Tindakan pihak aparat tersebut dapat dikatakan sebagai eksesif karena penonton
tidak menunjukkan tanda-tanda pemberontakan. Tindakan tersebut, selain
melanggar peringatan dari Kapolres Kab. Malang, juga bertentangan dengan Sila
kedua Pancasila. Hak yang dilanggar adalah hak untuk merasa terlindungi karena
penyerangan terhadap penonton tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan
penganiayaan.

KESIMPULAN

Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Malang, merupakan
peristiwa yang mengakibatkan korban jiwa dan melukai banyak orang. Dalam tragedi ini, terjadi
pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan oleh aparat keamanan stadion yang terdiri
dari TNI dan Polri.
Penelitian ini menggunakan metode pustaka untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang
berbeda. Hasil penelitian menunjukkan adanya pelanggaran terhadap sila ke-2 Pancasila dalam tragedi
Kanjuruhan. Tindakan aparat keamanan seperti menembakkan gas air mata ke arah tribun dan melakukan
pemukulan terhadap suporter yang masuk ke lapangan dianggap sebagai tindakan yang berlebihan dan tidak
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung dalam Pancasila sila ke-2.

Hak asasi manusia memiliki keterkaitan erat dengan sila ke-2 Pancasila yang menekankan
pentingnya menghormati hak-hak dasar individu, memastikan perlindungan terhadap kehidupan,
kebebasan, keamanan pribadi, serta menjamin kesetaraan dan keadilan dalam perlakuan terhadap semua
orang.

Tragedi Kanjuruhan merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di
Indonesia. Tindakan aparat keamanan yang melanggar HAM tersebut menunjukkan ketidaksesuaian
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi dalam Pancasila sila ke-2.

Dengan demikian, penting untuk memperbaiki sistem pengamanan stadion dan memberikan
pelatihan yang tepat kepada petugas keamanan agar tindakan yang dilakukan sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang terkandung dalam Pancasila. Selain itu, penegakan HAM dan perlindungan terhadap
hak-hak individu juga harus diperkuat untuk mencegah terjadinya pelanggaran yang serupa di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Bams. (27 Februari 2023). Sila ke 2: Butir-Butir dan Contoh Pengalamannya. BAMS EDUCATION.
https://pasla.jambiprov.go.id/sila-ke-2-butir-butir-dan-contoh-pengamalannya/. Diakses pada: 17
Juni 2023

Delyarahmi, S., Siagian, A.W. (8 April 2023). Perlindungan Terhadap Supporter Sepak Bola Ditinjau
Dari Perspektif Hak Asasi Manusia: Studi Kasus Tragedi Kanjuruhan. UNES JOURNAL OF SWARA
JUSTISIA, Vol 7 No 1 (2023): UNES Journal of Swara Justisia (April 2023.)
https://doi.org/10.31933/ujsj.v7i1.314. Diakses pada: 16 Juni 2023

Humas Kemenko Polhukam RI. (17 Oktober 2022). Laporan TGIPF Tragedi Kanjuruhan. Kementrian
Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. https://polkam.go.id/laporan-tgipf-tragedi-kanjuruhan/.
Diakses pada: 17 Juni 2023

Majelis Umum PBB. (10 Desember 1948). DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA.
KOMNASHAM. https://www.komnasham.go.id/files/1475231326-deklarasi-universal-hak-asasi--
$R48R63.pdf. Diakses pada: 17 Juni 2023

Mubyarsah, L.R. (6 Oktober 2022). 8 Tembakan Gas Air Mata Dilepaskan Polisi ke Arah Tribun
Kanjuruhan. JawaPos.com. https://www.jawapos.com/berita-sekitar-anda/amp/01411979/8-
tembakan-gas-air-mata-dilepaskan-polisi-ke-arah-tribun-kanjuruhan. Diakses pada: 17 Juni 2023

Satriawan, N. Pengertian Metode Penelitian dan Jenis-jenis Metode Penelitian. Ranah Research.
https://ranahresearch.com/metode-penelitian-dan-jenis-metode-penelitian/. Diakses pada: 17 Juni
2023

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai