Anda di halaman 1dari 4

WEBINAR LITERASI DIGITAL, DOSEN SYARIAH SAMPAIKAN KONTRIBUSI DIGITAL

DALAM DAKWAH ISLAM


Media Center- Dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia
dalam kecakapan digital secara positif, produktif, dan aman. Pada hari Selasa
(30/05/2023), Pandu Digital Indonesia berkolaborasi dengan Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember adakan
webinar literasi digital perguruan tinggi yang bertemakan “Sistem Digitalisasi
Fatwa Dalam Akses Perluasaan Informasi Hukum Islam”. Acara tersebut
diselenggarakan melalui Zoom Meeting pada pukul 09.00-11.00 WIB.

Menindaklanjuti kegiatan literasi digital beberapa waktu yang lalu dengan


mengenal budaya digital berkarakter pancasila dan perlunya penguatan literasi
digital. Oleh karena itu untuk terjun di dunia maya kita harus paham akan etika,
karena jejak digital akan tertinggal dan harus bisa dipertanggung jawabkan.

Acara tersebut menghadirkan tiga narasumber berkompeten dalam bidangnya,


yakni Dr. H. Abdul Kholiq Syafa’at, M.A (Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS
Jember), Muhammad Mustafid (Dewan Etik UNU Yogyakarta), dan A. Zulchaidir
Ashary (Digital Trainer).

Dalam kesempatan tersebut, Muhammad Mustafid menyampaikan bahwa perlu


memiliki etika dalam menggunakan internet. Karena tak hanya beragam agama dan
kepercayaan, akan tetapi Indonesia juga memiliki keanekaragaman budaya dan adat
istiadat.

“Jejak yang ditinggalkan di digital akan abadan-abadan sehingga banyak ujar


kebencian sehingga oleh Microsoft pada tahun 2020 Indonesia dinobatkan sebagai
netizen paling tidak beradab se-Asia Pasifik urutan ke 29 dari 32 negara,” Ungkap
Dewan Etik UNU Yogyakarta tersebut

Mustafid (sapaan akrabnya) juga menekankan adab itu diatas ilmu oleh karena itu
kita perlu memanfaatkan digital ini sebagai medan berkolaborasi yang bermakna,
untuk mahasiswa dan juga menghindari interaksi negatif di ruang digital.

“Kita harus berpikir kritis dan skeptis dalam menerima informasi diruang digital,
sudah sesuai fatwa atau tidak. Maka perlunya jeda reflektif ketika akan membagikan
sesuatu, saring sebelum sharing. Jangan hanya jadi maf’ul atau ma’mul tapi kita harus
jadi fa’il dan amil dalam dunia digital,” Tukas Mustafid yang juga sebagai Pengasuh
Pesantren Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi

Disisi lain, Dr. H. Abdul Kholiq Syafa’at, M.A., membahas dari segi digital culture
mengatakan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat harus berlandaskan nilai
Pancasila baik dalam kebudayaan maupun keagamaan.

“Kita harus pastikan bisa mencerminkan semua aktivitas sesuai dengan nilai
pancasila, karena pancasila merupakan kebijakan dasar dari semua pemerintah di
Indonesia.” ujar Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember tersebut.

Lebih lanjut, Dr. Abdul Kholiq (sapaan akrabnya) juga menyampaikan tentang
pentingnya digitalisasi fatwa.

“Adanya digitalisasi ini dapat memberikan kontribusi besar dalam penyebaran


islam di dunia dan guna meningkatkan digitalisasi naskah yang menghasilkan Al-
Qur’an digital, digitalisasi ini juga sangat efektif dalam mengkaji dan menggali
beberapa karya ulama dengan mudah tetapi masih banyak masyarakat yang kurang
minat membeli buku,” Tuturnya

Menurutnya kitab digitalisasi tetap dipahami sebagai acuan kemudian cara


pemahamannya merujuk kepada para ulama yang ahli pada bidangnya.

“Kitab yang harus digunakan adalah kitab mu’tabarah atau otoritatif yang
dikeluarkan oleh 4 madzhab, jika merujuk pada sumber-sumber itu fatwa tersebut
mendekati benar. Adapun link yang bisa kita akses dalam mencari referensi
tautannya di piss.ktb.com, islamweb.net.com, aloftaa.jo.com, shamela.ws.com,”
ujarnya

Terakhir, A. Zulchaidir Ashary menambahkan bahwa semakin canggihnya dunia


digital banyak resiko yang harus kita waspadai dalam terjun di ruang digital.
“Banyak cara mencegah ancaman agar akun kita aman yakni password akun kita
diganti sesering mungkin dan sering mengupdate windows ketika akan mengakses
sebuah website.” Ujar A. Zulchaidir Ashary yang juga sebagai Digital Trainer

Acara tersebut dimoderatori oleh Hesti Purnama dan diikuti ratusan peserta dari
kalangan mahasiswa serta civitas akademika. 

Reporter: Muthi’ah Rahman

Editor: Lutvi Hendrawan

Anda mungkin juga menyukai