Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Konseling Andi Matappa

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2017. Hal 108-115


p-ISSN: 2549-1857; e-ISSN: 2549-4279
(Diterima: April-2017; direvisi: Mei-2017; dipublikasikan: Agustus-2017)

Kecerdasan Emosional Dan Kecemasan Mahasiswa Bimbingan Skripsi


di Universitas Syiah Kuala
1
Teuku Rijalul Fikry, 2Maya Khairani
Prodi Psikologi Universitas Syiah Kuala
Correspondence email: Rijalulfikry92@gmail.com

Abstrak: Skripsi adalah tugas akhir yang harus diselesaikan oleh mahasiswa guna untuk
mempeoleh gelajar sarjana.Skripsi dibuat oleh seorang mahasiswa di bawah bimbingan
dosen pembimbing dengan melakukan bimbingan secara langsung. Proses bimbingan
sering kali menimbulkan kecemasan pada diri mahasiswa. Kecemasan merupakan suatu
reaksi emosi dari rasa takut dan cemas.Untuk mengendalikan dan mengontrol kecemasan
trsebut dibutuhkan kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan emosi seperti
kecerdasan emosional.Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kecerdasan
emosional dengan kecemasan pada mahasiswa yang melakukan bimbingan skripsi di
Unversitas Syiah Kuala.Penelitian dilakukan pada 257 mahasiswa yang dipilih
berdasarkan teknik purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan skala
adaptasi yaitu skala kecerdasan emosional Schutte Emotional Intelligence Scale (SEIS)
yang disusun oleh Schutte, dkk (1998) dan skala kecemasan dari Depression Anxiety
Stress Scale (DASS) yang telah diadaptasi oleh Damanik (2011). Data dianalisa
menggunakan teknik spearman, dengan hasil nilai p=0,000 (p<0,05) dengan nilai
koefisien korelasi -0,139. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negative antara
kecerdasan emosional dengan kecemasan pada mahasiswa yang melakukan bimbingan
skripsi di Universitas Syiah Kuala dengan kontribusi 4,3% (r squared = 0,043). Hal ini
bermakna semakin tinggi kecerdasan emosional individu, maka semakin rendah
kecemasan individu tersebut, serta sebaliknya.

Kata kunci: Kecerdasan Emosional, Kecemasan, Skripsi, Mahasiswa

Abstract: Undergraduate research is the final project in order to completed the


undergraduate degree. It is made by a college’s student under supervision. The direction
process often cause anxiety for student. Anxiety is an emotional reaction of fear and
anxious, thus requires the ability to control emotions such emotional intelligence. This
study aimed to see the relationship of emotional intelligence and anxiety in Syiah Kuala
University’s student while getting direction of research. The study was conducted on 257
student that were selected by purposive sampling technique. The data was collected by
Schutte Emotional Intelligent Scale (SEIS) from Schutte, et al (1998) and anxiey scale of
Depresion Anxiety Stress Scale (DASS) that has been adapted by Damanik (2011). Data
were analyzed by spearman technique with result p=0.000 (p=0.05) and correlation
coefficient score -0.139. This show a negative relationship between emotional
intelliegence and anxiety on Syiah Kuala University’s student while getting direction of
research with 4.3% contribution (r-squared=0.043). It’s mean individual with the high
level of emotional intelligence followed by the low level of anxiety, and vice versa.

Keywords: Emotional Intelligence, Anxiety, Undergraduate Research, College’s


students

Ini adalah artikel dengan akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0


(https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ )
109 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017

PENDAHULUAN situational anxiety, dan subjective experience of


anxious affect.
Menjadi mahasiswa merupakan suatu Kecemasan dapat diatasi dengan metode
langkah menuju gelar sarjana, yang diperoleh relaksasi. Akan tetapi, metode ini tidak dapat
dengan menyelesaikan studi di sebuah dilakukan dengan efektif jika tidak disertai
perguruan tinggi dan membuat suatu karya dengan kemampuan self awareness yaitu
ilmiah yang disebut skripsi (Lukman, 2007). menyadari kondisi diri dan emosi (Berkovec,
Skripsi merupakan tugas akhir yang umumnya dalam Goleman, 2016). Kemampuan ini
ditempuh pada semester ke-8, diluar ketentuan merupakan salah satu komponen dari kecerdasan
masa studi minimum 7 semester dan maksimum emosional (Goleman, 2016).
12 semester (Peraturan Menteri Pendidikan Kecerdasan emosional adalah
Nasional Republik Indonesia, Nomor 73 Tahun kemampuan dalam merasakan emosi,
2009). mengakses dan menghasilkan emosi yang dapat
Masa studi 8 semester merupakan meringankan pikiran, dalam memahami emosi
standar masa studi yang telah ditetapkan oleh dan pengetahuannya, dalam mengatur emosi
pemerintah sebagai patokan masa studi ideal sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
bagi perguruan tinggi di Indonesia, termasuk pengetahuan individu (Mayer & Salovey, 1997).
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) (Peraturan Kecerdasan emosional terdiri atas empat faktor
Pemerintah dan Kebudayaan Republik Indonesia yaitu perception of emotion, managing own
Nomor 49, 2014). Hasil survei tracer study yang emotions, managing other’s emotion, dan
dilakukan oleh CDC Unsyiah (2016) diketahui utilization of emotion (Salovey & Mayer, 1990).
bahwa terdapat banyak mahasiswa yang tidak Individu yang mempunyai kecerdasan
dapat menyelesaikan studinya dalam masa yang emosional tinggi cenderung memiliki sikap yang
ideal dikarenakan faktor keterlambatan tenang dalam menghadapi sesuatu, tidak cemas,
penyelesaian skripsi. Dipenelitian lain Bakhtiar, tidak khawatir, tidak mudah takut, dan selalu
& Latif (2017) mengungkapkan bahwa jika berfikir matang sebelum bertindak melakukan
studi cepat selesai akan berbanding dengan nilai sesuatu (Goleman, 2016). Akan tetapi, individu
IPK dan memdapatkan pekerjaan yang cepat. dengan tingkat kecerdasan emosional rendah
Menurut Wurinanda (2015), masa cenderung mudah cemas karena tidak mampu
penyusunan skripsi adalah masa yang sangat mengontrol emosinya serta tidak mampu
berpotensi menimbulkan kecemasan mahasiswa. membaca situasi dengan baik.
Hal ini ditimbulkan oleh berbagai faktor seperti Hal senada juga disebutkan oleh Utami
target lulus yang tidak tercapai dengan tepat (2009) dan Arsalan (2014) dalam penelitiannya.
waktu, banyaknya perbaikian skripsi, kesulitan Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
dalam menemukan literatur, serta proses terdapat hubungan negatif antara kecerdasan
bimbingan yang sulit dan terkendala (Gunawati, emosional dan kecemasan dalam menghadapi
Hartati, & Listiara, 2006). ujian. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya
Lovibond dan Lovibond (1995) kecerdasan emosional individu akan diikuti
menyebutkan bahwa kecemasan adalah dengan rendahnya kecemasan. Sebaliknya,
ketakutan atau kekhawatiran akan terjadinya hal rendahnya kecerdasan emosional individu akan
yang tidak menyenangkan di masa mendatang. diikuti dengan tinginya kecemasan yang
Kecemasan ditandai dengan perasaan akan dialami.
terjadi masalah pada bagian otonomik, masalah Berdasarkan pemaparan di atas terlihat
pada otot, dan perasaan berada pada situasi yang bahwa mahasiswa yang sedang menyusun
salah atau tidak menyenangkan tanpa alasan skripsi berpotensi untuk mengalami kecemasan
yang jelas, serta dapat dipengaruhi pengalaman yang berkaitan erat dengan faktor emosi.
yang tidak menyenangkan di masa lalu Sebagaimana diketahui bahwa kecemasan
mengenai kejadian serupa. Clark dan Watson merupakan hal yang wajar terjadi pada individu,
(1991) menyebutkan bahwa kecemasan individu namun jika tidak ditangani dengan benar dapat
dilihat berdasarkan empat komponen yaitu menjadi hal buruk hingga menghambat berbagai
autonomic arousal, skeletal musculature effects, aspek kehidupan individu (Lovibond &
Lovibond, 1995). Hal ini tentunya akan
Fikry, Khairani. Kecerdasan emosional |110

memengaruhi kinerja mahasiswa dalam yaitu perception of emotion, managing own


menyelesaikan skripsinya. emotions, managing other’s emotions, dan
Salah satu cara untuk menangani utilization of emotion. SEIS terdiri dari 30 item
kecemasan adalah dengan kemampuan favourabel dan 3 aitem unfavourabel dengan
mengelola emosi yang disebut kecerdasan lima pilihan respon yaitu (1) sangat tidak setuju
emosi. Semakin tinggi kecerdasan emosi (STS), (2), tidak setuju (TS), (3) netral (N), (4)
mahasiswa, akan diikuti dengan semakin baik setuju (S), dan (5) sangat setuju (SS). Nilai 1-5
pengelolaan emosinya, sehingga akan lebih ini digunakan untuk pernyataan favorabel,
mudah dalam menangani atau mengatasi sedangkan untuk pernyataan unfavorabel diberi
kecemasan. nilai 5-1.
Kaitan antara kecerdasan emosional SEIS diketahui memiliki validitas
dengan kecemasan melakukan bimbingan konstruk yang berkorelasi secara teoritikal
skripsi pada mahasiswa merupakan hal menarik dengan nilai reliabilitas alpha (α) 0,78 (Schutte,
untuk diteliti secara lebih lanjut. Apakah dkk, 1998). Hasil uji coba penelitian
kaitanya serupa dengan kecemasan dalam menunjukkan nilai alpha (α) 0,935 dan nilai
menghadapi ujian dan apakah kaitan antara dua alpha (α) 0,927 dalam penelitian.
variabel tersebut bersifat negatif ataupun positif. Kecemasan diukur menggunakan skala
Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan kecemasan dari skala Depression Anxiety Stres
penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui Scale (DASS), yang telah diterjemahkan oleh
“hubungan antara kecerdasan emosional dengan Damanik (2006).DASS merupakan skala yang
kecemasan dalam melakukan bimbingan skripsi disusun oleh Lovibond dan Lovibond (1995)
pada mahasiswa Unsyiah”. dan dalam pengembangannya telah teruji pada
sampel normal dan non-klinis. DASS terdiri atas
METODE PENELITIAN tiga skala yaitu depresi, kecemasan, dan stres.
Skala kecemasan pada DASS disusun
Penelitian ini merupakan penelitian berdasarkan komponen autonomic arousal,
kuantitatif dengan jenis korelasi. Populasi skeletal musculature effects, situational anxiety,
penelitian adalah seluruh mahasiswa tingkat dan subjective experience of anxious affect.
akhir Unsyiah yang sedang mengerjakan skripsi. Skala kecemasan pada DASS terdiri atas 14
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan pernyataan favorable. Setiap pernyataan dinilai
teknik purposive sampling. Jumlah sampel pada dengan skor antara 0 untuk setiap pernyataan
penelitian ini adalah 257 Mahasiswa yang yang tidak sesuai atau tidak pernah, skor 1 untuk
berasal dari 12 Fakultas di Unsyiah. setiap pernyataan yang sesuai sampai tingkat
Data penelitian dikumpulkan tertentu atau kadang-kadang, skor 2 untuk setiap
menggunakan skala yang telah diterjemahkan ke pernyataan yang dapat dipertimbangkan atau
dalam bahasa Indonesia. Proses penerjemahan lumayan sering, skor 3 untuk pernyataan sangat
dilakukan melalui dua tahap dengan bantuan dua sesuai atau sering sekali.
orang penerjemah yang berbeda yaitu DASS 42 yang telah diadaptasi ke
penerjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa dalam bahasa Indonesia oleh Damanik (2006)
Indonesia, kemudian penerjemahan kembali dari diketahui bahwa uji validitas dilakukan dengan
Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris (back- menggunakan validitas konstruk dengan metode
translation). Skala penelitian juga telah melalui internal konsistensi. Sedangkan nilai
expert review yang melibatkan tiga orang ahli reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
dengan kualifikasi: dosen psikologi, dua
diantaranya memiliki latar belakang pendidikan Tabel 1. Nilai reliabilitas DASS dan Skala
magister psikologi klinis, dan seorang yang kecemasan DASS
berlatar belakang pendidikan magister psikologi
riset. Nilai Koefisien Reliabilitas
Kecerdasan emosional diukur Cronbach’s Alpha (α)
menggunakan Schutte Emotional Intelligence DASS Skala
Scale (SEIS) yang disusun oleh Schutte, dkk Kecemasan
(1998) berdasarkan konsep teoritis yang dalam DASS
dikembangkan oleh Mayer dan Salovey pada Lovibond dan 0,91 0,81
tahun 1990. SEIS disusun berdasarkan 4 faktor Lovibond
111 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017

(1995) σ = Standar deviasi pada skala


Damanik 0,948 0,851
Uji coba - 0,910 Mahasiswa
Kategori Total
Penelitian - 0,921 Jumlah %
Less alexithymia 13 5,2
Data penelitian dianalisis menggunakan Greater clarity of
108 43,0
teknik one-sample kolmogrov smirnov untuk uji emotions 251
normalitas, anova test of linierity untuk uji Greater attention to
130 51,8
linieritas, dan teknik analisis spearman untuk uji emotions
hipotesis. Analisis statistik ini menggunakan
bantuan SPSS 24.0 for windows Berikut pengkategorisasian kecemasan
sebagaimana yang telah ditentukan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lovibond dan Lovibond (1995):
Deskripsi Data
Tabel 4. Norma dan Kategori Kecemasan
Tabel 2. Deskripsi data penelitian
Norma Mahasiswa Total
Kategori
Kecerdasan Emosional Kategori Jumlah %
Xmaks Xmin Mean SD 0-7 Normal 73 29,1
Data 8-9 Ringan 22 8,8
165 33 99 22 10-14 Sedang 45 17,9
Hipotetik 251
Data Empirik 159 59 118,2 18,13 15-19 Berat 37 14,7
Kecemasan 20+ Sangat
74 29,5
Xmaks Xmin Mean SD Berat
Data
42 0 21 7 Analisa Data Penelitian
Hipotetik
Data Empirik 42 0 14,27 9,19 Uji asumsi mencakupi uji normalitas dan
Keterangan Rumus Skor Hipotetik : uji homogenitas/linieritas. Hasil uji normalitas
1. Skor maksimal (Xmaks) adalah hasil pada 257 sampel menunjukkan nilai
perkalian jumlah butir skala dengan nilai siginifikansi p=0,003 dengan nilai KS-Z = 1,814
tertinggi dari pembobotan pilihan jawaban untuk variabel kecerdasan emosional dan
2. Skor minimal (Xmin) adalah hasil perkalian p=0,015 untuk variabel kecemasan dengan nilai
jumlah butir skala dengan nilai terendah dari KS-Z = 1,567. Nilai siginifikansi p<0,05
pembobotan pilihan jawaban. menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini
3. Mean (µ) dengan rumus µ = (skor maks + untuk kedua variabel tidak berdistribusi normal,
skor min)/2 dimana p>0,05.
4. Standar deviasi (σ) dengan rumus σ = (skor Kemudian dilakukan uji outlier untuk
maks – skor min)/6 melihat data subjek penelitian yang tidak baik
Deskripsi data kemudian digunakan dengan hasil terdapat 6 subjek penelitian yang
sebagai perhitungan kategorisasi masing-masing outlier yaitu 20, 83, 109, 146, 163, dan 196.Data
variabel dalam penelitian ini. Berikut tersebut kemudian dibuang dan dianalisa
pengkategorisasian kecerdasan emosional: dengan 251 sampel penelitian menunjukkan
bahwa data pada kedua skala tidak berditribusi
Tabel 3. Kategorisasi Kecerdasan Emosional normal dengan nilai signifikansi untuk masing-
masing skala adalah p=0,005 untuk skala
Rumusan Interval Norma kecemasan emosional dan p=0,014, dimana nilai
Norma Kategori signifikansi p<0,05. Analisa penelitian
X < (µ - 1,0σ) X < 77 selanjutnya dilakukan menggunakan data
(µ - 1,0σ) ≤ X < (µ + penelitian dengan 251.
77 ≤ X < 121
1,0σ) Selanjutnya, dilakukan uji linieritas
(µ + 1,0σ) ≤ X 121 ≤ X pada 251 sampel dengan nilai signifikansi
Keterangan :
µ = Mean hipotetik pada skala
Fikry, Khairani. Kecerdasan emosional |112

p<0,05 menunjukkan nilai signifikansi p=0,000, penelitian dengan persentase <9%. Hal ini
yang bermakna data penelitian linier. membuktikan bahwa skripsi dapat
Uji Hipotesis, berdasarkan uji asumsi menghadirkan kecemasan pada mahasiswa
pada 251 sampel diketahui bahwa data tidak terutama mahasiswa Unsyiah. Hal ini dapat
berdistribusi normal, namun linier, maka uji terjadi dikarenakan mahasiswa mengalami
hipotesa dilakukan menggunakan uji Spearman. banyak kendala dalam melakukan bimbingan
Hasil uji menunjukkan nilaip=0,022 dan nilai skripsi, seperti kesulitan mencari judul untuk
rempiric=–0,145 : rtabel=0,104. Hal ini skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan
menunjukkanbahwa hasil penelitian secara bacaan, atau takut menemui dosen pembimbing.
signifikan memiliki korelasi negatif yaitu Adanya berbagai kesulitan-kesulitan yang
semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional ditemui saat penyusunan skripsi oleh mahasiswa
individu, maka semakin rendah tingkat sering dirasakan sebagai suatu beban yang berat,
kecemasan individu tersebut. Begitu pula akibatnya kesulitan-kesulitan yang dirasakan
sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasan tersebut berkembang menjadi perasaan yang
emosional individu, maka akan semakin tinggi negatif yang akhirnya dapat menyebabkan
tingkat kecemasan individu tersebut. mahasiswa menunda penyusunan skripsinya
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bahkan ada yang memutuskan untuk tidak
hubungan antara kecerdasan emosional dengan menyelesaikan skripsinya (Mu’tadin, 2002).
kecemasan pada mahasiswa dalam melakukan Selanjutnya, ditinjau dari tingkat
bimbingan skripsi. Hasil analisa penelitian kecerdasan emosional mahasiswa diketahui
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif bahwa mayoritas mahasiswa berada pada tingkat
antara kecerdasan emosional dengan kecemasan kecerdasan emosional tinggi dengan persentase
pada mahasiswa dalam melakukan bimbingan >51%, diikuti dengan tingkat kecerdasan sedang
skripsi. Hubungan negatif ini menunjukkan yaitu >42%. Minoritas mahasiswa yaitu >5%
bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan berada pada tingkat kecerdasan emosional
emosional mahasiswa, maka akan semakin rendah. Kecerdasan emosional diperlukan oleh
rendah tingkat kecemasan yang dialaminya. individu ketika menghadapi suatu masalah yang
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat dapat menimbulkan tekanan atau kecemasan
kecerdasan emosional mahasiswa tersebut, maka bagi dirinya (Agung & Budiani, 2013). Individu
akan semakin tinggi tingkat kecemasan yang dengan tingkat kecerdasan emosional yang
dialaminya. tinggi akan mampu mengatur emosinya
Kecerdasan emosional merupakan salah sehingga dapat meminimalisasi atau bahkan
satu faktor penting dalam kehidupan menghindari perasaan cemas tersebut.
sebagaimana yang diungkapkan oleh Goleman Kecerdasan emosional juga berfungsi untuk
(2016), bahwa kecerdasan emosional bertumpu menurunkan tingkat kecemasan itu sendiri.
pada hubungan antara perasaan, watak, dan Selain itu, individu dengan tingkat kecerdasan
naluri moral, yang membuat individu mampu emosional tinggi juga akan mampu mengelola
mengendalikan dorongan emosi dirinya ataupun emosi negatif yang dirasakannya menjadi
orang lain. Kecemasan merupakan salah satu sesuatu hal yang positif (Extremera, &
bentuk manifestasi dari emosi takut yang Fernández-Berrocal, 2006).
ditandai dengan perasaan akan hadirnya sesuatu Tinggi rendahnya tingkatan kecerdasan
hal yang tidak menyenangkan. Individu dengan emosional seseorang dipengaruhi oleh
kecerdasan emosional tinggi akan mampu pengalaman, usia, jenis kelamin, jabatan
mengendalikan dan mengatasi emosi yang (Goleman, 2016). Pada penelitian terlihat bahwa
dirasakannya termasuk kecemasan. usia subjek berada pada tahap dewasa awal yaitu
Pada penelitian ini diketahui mayoritas 21-26 tahun, dimana individu yang berada pada
mahasiswa berada pada tingkat kecemasan tahap dewasa awal sudah mampu berfikir secara
sangat beratdengan persentase 29,5% dan diikuti kritis dan kompleks serta sudah mampu menalar
oleh tingkat kecemasan normal dengan masalah dengan baik. Goleman (2016)
persentase 29,1%. Selanjutnya dilanjutkan menambahkan bahwa semakin bertambahnya
dengan tingkat kecemasan sedang dengan usia individu, maka akan semakin meningkat
presentase <17% dan tingkat kecemasan berat pula kecerdasan emosional individu tersebut.
<15%. Mahasiswa yang berada tingkat Ditinjau dari jenis kelamin, diketahui banyak
kecemasan ringan merupakan minoritas dalam subjek penelitian lebih didominasi oleh laki-
113 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017

laki.Walaupun dalam praktik kehidupan menyesuaikan diri dengan masalah, dan


perempuan diketahui lebih unggul dari segi menyelesaikan masalah tersebut. Kemampuan
kecerdasan emosional dibandingkan laki-laki, ini disebut dengan problem solving (Rice, 1999).
namun terdapat pula laki-laki yang memiliki Kholisin (2014) menambahkan bahwa salah satu
tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi faktor yang memberikan kontribusi besar
daripada perempuan (Goleman, 2016). terhadap kecemasan adalah konsep diri. Stuart
Berdasarkan analisa regresi diperoleh (2007) menambahkan bahwa kecemasan
nilai r=0,043, yang menunjukkan bahwa individu dapat dipengaruhi oleh kandungan
kecerdasan emosional hanya berkontribusi benzodiazephine dalam jumlah banyak di dalam
sebesar 4,3% terhadap tingkat kecemasan tubuh individu tersebut. Benzodiazephine adalah
individu. Kecilnya kontribusi kecerdasan reseptor yang ada pada otak yang befungsi
emosional dalam kecemasan individu dapat khusus untuk memicu kecemasan pada individu.
dipengaruhi oleh perbedaan fokus antara SIMPULAN DAN SARAN
kecerdasan emosional dengan
kecemasan.Herdiani (2012) menyebutkan bahwa Penelitian ini bertujuan untuk melihat
kecerdasan emosional berfokus pada hubungan kecerdasan emosional dengan
pengendalian emosi yang banyak berkaitan kecemasan pada mahasiswa dalam melakukan
dengan aspek emosi, sedangkan kecemasan bimbingan skripsi di Unsyiah. Hasil penelitian
mahasiswa dalam menyusun skripsi lebih ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
berfokus pada penyelesaian masalah atau negatif antara kecerdasan emosional dengan
problem solving dalam menyelesaikan kecemasan. Artinya semakin tinggi kecerdasan
penyusunan skripsi yang lebih banyak berkaitan emosional mahasiswa, maka akan semakin
dengan aspek kognitif (Herdiani, 2012). Selain rendah pula kecemasan mahasiswa tersebut.
itu, kecilnya kontribusi dalam penelitian ini juga Begitu pula sebaliknya, semakin rendah
dapat dipengaruhi oleh adanya outlier pada data kecerdasan emosional mahasiswa, maka akan
penelitian yang mengganggu. Sebagaimana telah semakin tinggi kecemasan mahasiswa tersebut.
disebutkan sebelumnya bahwa terdapat beberapa Hasil kategorisasi penelitian
data outlier pada penelitian ini, yang kemudian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa
data tersebut dihilangkan. Akan tetapi, hasil berada pada tingkat kecemasan sangat berat
perhitungan besaran kontribusi juga diikuti dengan mayoritas mahasiswa berada
menunjukkan jumlah yang sedikit yaitu <5%. pada tingkat kecerdasan emosional tinggi.
Hasil penelitian Nuraini (2013) dan Perbedaan makna hipotesis dengan tingkat
Dewi, Karini, dan Agustin (2012) menyebutkan kategorisasi dapat dipangaruhi oleh nilai
bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan kontribusi kecerdasan emosional terhadap
emosi dengan kecemasan, namun pada Pegawai kecemasan yaitu sebesar <5%, sedangkan >95%
Negeri Sipil (PNS). Mahardika dan kecemasan dipengaruhi oleh hal lain seperti
Rachmahama (2008) menyebutkan bahwa karakteristik individu, coping stres, hubungan
terdapat hubungan positif yang signifikan dengan lingkungan sosial dan keluarga,
sebesar 6,8% antara kecerdasan emosi dengan dukungan sosial yang diterima, dan kemampuan
kecemasan dalam menghadapai dunia kerja pada kognitif.
mahasiswa tingkat akhir. Untuk para peneliti selanjutnya
Hasil yang berbeda ditemukan oleh diharapkan agar dapat meneliti kecerdasan
Putri (2016), dimana tidak terdapat hubungan emosional ataupun kecemasan dengan
yang signifikan antara kecerdasan emosional menghubungkannya dengan variabel-variabel
dengan kecemasan pada mahasiswa dalam lain atau meneliti kedua variabel tersebut dari
menyusun skripsi. Hasil penelitian Akbar sudut pandang yang berbeda. Peneliti
(2013), Budiani (2013), dan Aswati (2014) juga selanjutnya diharapkan dapat lebih
menemukan bahwa tidak ada hubungan mengembangkan penelitian ini dengan
kecerdasan emosional dengan kecemasan pada mencakupi berbagai bidang seperti industri dan
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. organisasi, klinis, dan terapan lainnya. Selain
Lebih dari 95% kecemasan pada itu, peneliti selanjutnya juga dapat
mahasiswa dalam menyusun skripsi dipengaruhi mengembangkan penelitian ini dengan meneliti
oleh berbagai faktor lainnya berupa kemampuan pada subjek yang berbeda seperti remaja atau
individu dalam mengenali masalah, mahasiswa S2.
Fikry, Khairani. Kecerdasan emosional |114

Extremera, N., & Fernández-Berrocal, P.


DAFTAR RUJUKAN (2006).Emotional intelligence as
predictor of mental, social, and
Agung, G., & Budiani, M. S. (2013). Hubungan physical health in university students.
kecerdasan emosi dan self efficacy The Spanish Journal of Psychology,
dengan tingkat stres mahasiswa yang 9(01), 45-51.
sedang mengerjakan skripsi. Jurnal Goleman, D. (2016). Kecerdasan Emosional.
Online Universitas Surabaya, 1(02). Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka
Akbar, A. (2013). Hubungan antara kecerdasan Utama.
emosional dengan kecemasan pada Gunawati, R., Hartati. S., & Listiara, A. (2006).
mahasiswa Stikes Nani Hasanuddin Hubungan antara efektivitas
Makassar yang sedang menyusun komunikasi mahasiswa-dosen
skripsi. Jurnal Ilmu Keperawatan, pembimbing utama skripsi dengan
2(1). ISSN: 2302-1721 stress dalam menyusun skripsi pada
Aswati, F H. (2014). Hubungan kecerdasan mahasiswa Program Studi Psikologi
emosional dengan kemampuan Fakultas Kedokteran Universitas
menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Diponegoro. Jurnal psikologi
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro, 3(2)
STIKES AISYIYAH Yogyakarta. Herdiani, W. S. (2012). Pengaruh expressive
Naskah Publikasi. Yogyakarta : writing pada kecemasan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan menyelesaikan skripsi. Calyptra;
Aisyiyah. Diunduh di alamat website Jurnal ilmiah mahasiswa Universitas
http://opac.say.ac.id/324/1/NASKAH Surabaya, 1(1)
%20PUBLIKASI.pdf pada tanggal 16 Kholisin. (2014). Kecemasan berbicara ditinjau
Desember 2015. dari konsep diri dan kecerdasan
Bakhtiar,M.I & Latif,S. (2017) Tracer Study emosional. Jurnal Ilmu Dakwah,
Alumni : Upaya Pengembangan Prodi 34(1). ISSN: 1693-8054.
Bimbingan Konseling Universitas Lovibond, P. F., & Lovibond, S. H. (1995). The
Negeri Makassar. Jurnal Kajian structure of negative emotional state:
Bimbingan dan Konseling, 2 (1) comparison of Depression Anxiety
Career Development Center [CDC]. (2016). Stress Scale (DASS) with The Beck
Tracer Study Unsyiah. Diakses pada 8 Depression and Anxiety Inventories.
April 2016, dari Behavior Research Theory, 33(3)
http://cdc.unsyiah.ac.id/tracer- Lukman, H. (2007). Sarjana Kebut Skripsi.
study/laporan. Jakarta Selatan: Transmedia.
Clark, L. A., & Watson, D. (1991). Tripartite Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997).What Is
model of anxiety and depression: Emotional Intelligence? In P. Salovey
Psychometris evidence and taxonomic & D. J. Sluyter (Eds.) Emotional
implicaions. Journal of Abromal Development and Emotional
Psychology, 100(3), 316-336 Intelligence. New York: Basic Books.
Damanik, E. D. (2011). The measurement of Mu’tadin, Z. (2002). Mengenal Kecerdasan
reliability, validity, items analysis and emosional. Diakses dari http://www.e-
normative data of Depression Anxiety psikologi.com/
Stress Scale (DASS). Doctoral Nuraini, D. E. (2013). Kecerdasan emosional
dissertation, Thesis. Fakultas dan kecemasan menghadapi pensiun
Psikologi, Universitas Indonesia, pada PNS. E-jurnal psikologi, 1(3),
Indonesia. 324-331. ISSN: 0000-000
Dewi, A. K., Karini, S. M., & Agustin, R. W. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
(2012). Hubungan antara kecerdasan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun
emosi dengan kecemasan menghadapi 2014 tentang Standar Nasional
masa pensiun pada pegawai negeri Pendidikan Tinggi.
sipil. Jurnal Ilmiah Psikologi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Candrajiwa, 1(1). Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
115 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017

2009 tentang Perangkat akreditasi


program studi sarjana (S1).
Rice, P.L. (1999). Stress and Health. Third
edition. Moorhead State University:
Brooks/Cole Publishing Company.
Salovey, P., Brackett, M. A., & Mayer, J. D.
(2004). Emotional intelligence: Key
readings on the Mayer and Salovey
model. Naples:National professional
resources inc/Dude publishing. ISBN:
1887943722, 9781887943727
Salovey, P., & Mayer, J. D. (1990).Emotional
intelligence. Baywood Publishing Co.,
Inc.
Schutte, N.S., Malouff, J.M., Hall, L.E.,
Haggerty, D.J., Cooper, J.T., Golden,
C., & Dornheim, L. (1998).
Development and validation of a
measure of emotional intelligence.
Personality and Individual
Differences, 25(2), 167–177.
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Jakarta: EGC.
Universitas Syiah Kuala. (2016). Data
Mahasiswa Aktif. Diakses pada 1
Januari 2016, dari
http://www.data.Universitas Syiah
Kuala.ac.id/
Wurinanda, I. (2015, September 1). Masalah
yang Umum Dihadapi Mahasiswa.
Okezonekampus. Diakses dari
http://news.okezone.com/read/2015/08
/31/65/1205758/masalah-yang-umum-
dihadapi-mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai