Abstrak: Skripsi adalah tugas akhir yang harus diselesaikan oleh mahasiswa guna untuk
mempeoleh gelajar sarjana.Skripsi dibuat oleh seorang mahasiswa di bawah bimbingan
dosen pembimbing dengan melakukan bimbingan secara langsung. Proses bimbingan
sering kali menimbulkan kecemasan pada diri mahasiswa. Kecemasan merupakan suatu
reaksi emosi dari rasa takut dan cemas.Untuk mengendalikan dan mengontrol kecemasan
trsebut dibutuhkan kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan emosi seperti
kecerdasan emosional.Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kecerdasan
emosional dengan kecemasan pada mahasiswa yang melakukan bimbingan skripsi di
Unversitas Syiah Kuala.Penelitian dilakukan pada 257 mahasiswa yang dipilih
berdasarkan teknik purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan skala
adaptasi yaitu skala kecerdasan emosional Schutte Emotional Intelligence Scale (SEIS)
yang disusun oleh Schutte, dkk (1998) dan skala kecemasan dari Depression Anxiety
Stress Scale (DASS) yang telah diadaptasi oleh Damanik (2011). Data dianalisa
menggunakan teknik spearman, dengan hasil nilai p=0,000 (p<0,05) dengan nilai
koefisien korelasi -0,139. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negative antara
kecerdasan emosional dengan kecemasan pada mahasiswa yang melakukan bimbingan
skripsi di Universitas Syiah Kuala dengan kontribusi 4,3% (r squared = 0,043). Hal ini
bermakna semakin tinggi kecerdasan emosional individu, maka semakin rendah
kecemasan individu tersebut, serta sebaliknya.
p<0,05 menunjukkan nilai signifikansi p=0,000, penelitian dengan persentase <9%. Hal ini
yang bermakna data penelitian linier. membuktikan bahwa skripsi dapat
Uji Hipotesis, berdasarkan uji asumsi menghadirkan kecemasan pada mahasiswa
pada 251 sampel diketahui bahwa data tidak terutama mahasiswa Unsyiah. Hal ini dapat
berdistribusi normal, namun linier, maka uji terjadi dikarenakan mahasiswa mengalami
hipotesa dilakukan menggunakan uji Spearman. banyak kendala dalam melakukan bimbingan
Hasil uji menunjukkan nilaip=0,022 dan nilai skripsi, seperti kesulitan mencari judul untuk
rempiric=–0,145 : rtabel=0,104. Hal ini skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan
menunjukkanbahwa hasil penelitian secara bacaan, atau takut menemui dosen pembimbing.
signifikan memiliki korelasi negatif yaitu Adanya berbagai kesulitan-kesulitan yang
semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional ditemui saat penyusunan skripsi oleh mahasiswa
individu, maka semakin rendah tingkat sering dirasakan sebagai suatu beban yang berat,
kecemasan individu tersebut. Begitu pula akibatnya kesulitan-kesulitan yang dirasakan
sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasan tersebut berkembang menjadi perasaan yang
emosional individu, maka akan semakin tinggi negatif yang akhirnya dapat menyebabkan
tingkat kecemasan individu tersebut. mahasiswa menunda penyusunan skripsinya
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bahkan ada yang memutuskan untuk tidak
hubungan antara kecerdasan emosional dengan menyelesaikan skripsinya (Mu’tadin, 2002).
kecemasan pada mahasiswa dalam melakukan Selanjutnya, ditinjau dari tingkat
bimbingan skripsi. Hasil analisa penelitian kecerdasan emosional mahasiswa diketahui
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif bahwa mayoritas mahasiswa berada pada tingkat
antara kecerdasan emosional dengan kecemasan kecerdasan emosional tinggi dengan persentase
pada mahasiswa dalam melakukan bimbingan >51%, diikuti dengan tingkat kecerdasan sedang
skripsi. Hubungan negatif ini menunjukkan yaitu >42%. Minoritas mahasiswa yaitu >5%
bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan berada pada tingkat kecerdasan emosional
emosional mahasiswa, maka akan semakin rendah. Kecerdasan emosional diperlukan oleh
rendah tingkat kecemasan yang dialaminya. individu ketika menghadapi suatu masalah yang
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat dapat menimbulkan tekanan atau kecemasan
kecerdasan emosional mahasiswa tersebut, maka bagi dirinya (Agung & Budiani, 2013). Individu
akan semakin tinggi tingkat kecemasan yang dengan tingkat kecerdasan emosional yang
dialaminya. tinggi akan mampu mengatur emosinya
Kecerdasan emosional merupakan salah sehingga dapat meminimalisasi atau bahkan
satu faktor penting dalam kehidupan menghindari perasaan cemas tersebut.
sebagaimana yang diungkapkan oleh Goleman Kecerdasan emosional juga berfungsi untuk
(2016), bahwa kecerdasan emosional bertumpu menurunkan tingkat kecemasan itu sendiri.
pada hubungan antara perasaan, watak, dan Selain itu, individu dengan tingkat kecerdasan
naluri moral, yang membuat individu mampu emosional tinggi juga akan mampu mengelola
mengendalikan dorongan emosi dirinya ataupun emosi negatif yang dirasakannya menjadi
orang lain. Kecemasan merupakan salah satu sesuatu hal yang positif (Extremera, &
bentuk manifestasi dari emosi takut yang Fernández-Berrocal, 2006).
ditandai dengan perasaan akan hadirnya sesuatu Tinggi rendahnya tingkatan kecerdasan
hal yang tidak menyenangkan. Individu dengan emosional seseorang dipengaruhi oleh
kecerdasan emosional tinggi akan mampu pengalaman, usia, jenis kelamin, jabatan
mengendalikan dan mengatasi emosi yang (Goleman, 2016). Pada penelitian terlihat bahwa
dirasakannya termasuk kecemasan. usia subjek berada pada tahap dewasa awal yaitu
Pada penelitian ini diketahui mayoritas 21-26 tahun, dimana individu yang berada pada
mahasiswa berada pada tingkat kecemasan tahap dewasa awal sudah mampu berfikir secara
sangat beratdengan persentase 29,5% dan diikuti kritis dan kompleks serta sudah mampu menalar
oleh tingkat kecemasan normal dengan masalah dengan baik. Goleman (2016)
persentase 29,1%. Selanjutnya dilanjutkan menambahkan bahwa semakin bertambahnya
dengan tingkat kecemasan sedang dengan usia individu, maka akan semakin meningkat
presentase <17% dan tingkat kecemasan berat pula kecerdasan emosional individu tersebut.
<15%. Mahasiswa yang berada tingkat Ditinjau dari jenis kelamin, diketahui banyak
kecemasan ringan merupakan minoritas dalam subjek penelitian lebih didominasi oleh laki-
113 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017