Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SUMPAH PALAPA “GAJAH MADA”


Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas UTS Pendidikan Pancasila

Dosen : Gasam Tarmon, S.P, M.Pd

Di Susun Oleh :
Teguh Maulana
Prodi :

PJKR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


SYEKH MANSHUR
PANDEGLANG-BANTEN
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, Karena Karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.

Tidak lupa saya ucapkan kepada Dosen dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekuragan,
Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin

ii
i
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR…………………………………………………….ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………...1

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………2

1. Latar Belakang………………………………….………………2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………..……………….3

A. Awal karier……………………………………….………………....3
B. Sumpah Palapa ………………………………….….………………4

b.i Invasi……………………………………………………………..4

b.ii Dilema…………………………………………………………….4

C. Perang Bubat…………………………………..…………………......5
D. Akhir hidup………………………………….….……………………5
E. Penghormatan……………………………….………………………..6
BAB III PENUTUP…………………………………………………………..7
F. Kesimpulan……………………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………8

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Setelah wafatnya raden wijaya, dan digantikan oleh anaknya yg bernama raden
Jayanegara. kerajaan majapahit sering dironrong oleh pemberontakan yg dilakukan oleh
diharmapura atau pejabat negara. ketika terjadinya pemberontakan inilah muncul nama
Gajah Mada. ia adalah pasukan kerajaan jayanegara yg berhasil menyelamatkan
jayanegara dri pemberontakan. saat jayanegara mengungsi Gajah Mada diangkat menjadi
Patih. setelah jayanegara wafat. terjadilah pemberontakan dan berhasil di hentikan oleh
Gajah mada. sebagai imbalan gajah mada diangkat menjadi perdana mentri. dan saat
pelantikannya gajah mada mengucapkan Sumpah Palapa.

Gajah Mada (wafat k. 1364) adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat
berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit.Menurut berbagai sumber mitologi, kitab,
dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, ia memulai kariernya tahun 1313, dan semakin
menanjak setelah peristiwa pemberontakan Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri
Jayanagara, yang mengangkatnya sebagai Patih.Ia menjadi Mahapatih (Menteri Besar)
pada masa Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi
(Perdana Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.

Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa, yang tercatat di
dalam Pararaton.Ia menyatakan tidak akan memakan palapa sebelum berhasil
menyatukan Nusantara. Meskipun ia adalah salah satu tokoh sentral saat itu, sangat
sedikit catatan-catatan sejarah yang ditemukan mengenai dirinya. Wajah sesungguhnya
dari tokoh Gajah Mada, saat ini masih controversial. Banyak masyarakat Indonesia masa
sekarang yang menganggapnya sebagai pahlawan dan simbol nasionalisme Indonesia
dan persatuan Nusantara.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Karir

Tidak ada informasi dalam sumber sejarah yang tersedia saat pada awal
kehidupannya, kecuali bahwa ia dilahirkan sebagai seorang biasa yang naik dalam awal
kariernya menjadi Begelen atau setingkat kepala pasukan Bhayangkara pada Raja
Jayanagara (1309-1328) terdapat sumber yang mengatakan bahwa Gajah Mada bernama
lahir Mada sedangkan nama Gajah Mada kemungkinan merupakan nama sejak menjabat
sebagai patih.

Dalam pupuh Désawarnana atau Nāgarakṛtāgama karya Prapanca yang ditemukan


saat penyerangan Istana Tjakranagara di Pulau Lombok pada tahun 1894 terdapat
informasi bahwa Gajah Mada merupakan patih dari Kerajaan Daha dan kemudian
menjadi patih dari Kerajaan Daha dan Kerajaan Janggala yang membuatnya kemudian
masuk kedalam strata sosial elitis pada saat itu dan Gajah Mada digambarkan pula
sebagai "seorang yang mengesankan, berbicara dengan tajam atau tegas, jujur dan tulus
ikhlas serta berpikiran sehat".

Menurut Pararaton, Gajah Mada sebagai komandan pasukan khusus Bhayangkara


berhasil memadamkan Pemberontakan Ra Kuti, dan menyelamatkan Prabu Jayanagara
(1309-1328) putra Raden Wijaya dari Dara Petak. Selanjutnya pada tahun 1319 ia
diangkat sebagai Patih Kahuripan, dan dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih
Kediri.

Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Arya Tadah (Mpu Krewes) ingin
mengundurkan diri dari jabatannya. Dan menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri
sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui, tetapi ia ingin
membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat
itu sedang memberontak terhadap Majapahit. Keta dan Sadeng pun akhirnya dapat
ditaklukan. Akhirnya, pada tahun 1334, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih secara
resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi (1328-1351) yang waktu itu telah memerintah
Majapahit setelah terbunuhnya Jayanagara.

3
B. Sumpah Palapa

Ketika pengangkatannya sebagai patih Amangkubhumi pada tahun 1258 Saka (1336
M) Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa
atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila telah berhasil menaklukkan
Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton dalam teks Jawa Pertengahan yang
berbunyi sebagai berikut

Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada:
Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram,
Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik,
samana ingsun amukti palapa

bila dialih-bahasakan mempunyai arti

Ia, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah
Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan)
melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang,
Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa

b.i Invasi

Walaupun ada sejumlah pendapat yang meragukan sumpahnya, Gajah Mada memang
hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Dimulai dengan penaklukan ke daerah
Swarnnabhumi (Sumatera) tahun 1339, pulau Bintan, Tumasik (sekarang Singapura),
Semenanjung Malaya, kemudian pada tahun 1343 bersama dengan Arya Damar menaklukan
Bedahulu (di Bali) dan kemudian penaklukan Lombok, dan sejumlah negeri di Kalimantan
seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas,
Lawai, Kendawangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Sulu,
Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.

Pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan


Tribhuwanatunggadewi, Gajah Mada terus melakukan penaklukan ke wilayah timur seperti
Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan,
Luwu, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima,
Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.

b.ii Dilema

Terdapat dua wilayah di Pulau Jawa yang terbebas dari invasi Majapahit yakni Pulau Madura
dan Kerajaan Sunda karena kedua wilayah ini mempunyai keterkaitan erat dengan Narrya
Sanggramawijaya atau secara umum disebut dengan Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit
(Lihat: Prasasti Kudadu 1294 [16] dan Pararaton Lempengan VIII, Lempengan X s.d. Lempengan XII
[]
dan Invasi Yuan-Mongol ke Jawa pada tahun 1293) sebagaimana diriwayatkan pula dalam Kidung
Panji Wijayakrama.

4
C. Perang Bubat

Perang Bubat.Dalam Kidung Sunda diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula
saat Prabu Hayam Wuruk mulai melakukan langkah-langkah diplomasi dengan hendak
menikahi Dyah Pitaloka Citraresmi putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam
Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke
Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang menginginkan
Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan
kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah
pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang
saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayah
dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu langkah-langkah
diplomasi Hayam Wuruk gagal dan Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya karena
dipandang lebih menginginkan pencapaiannya dengan jalan melakukan invasi militer padahal
hal ini tidak boleh dilakukan.

Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Hayam
Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira, bijaksana,
serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh "Madakaripura" yang
berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang
menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih; hanya saja ia
memerintah dari Madakaripura.

D. Akhir hidup

Disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama bahwa sekembalinya Hayam Wuruk dari


upacara keagamaan di Simping, ia menjumpai bahwa Gajah Mada telah sakit. Gajah Mada
disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi.

Raja Hayam Wuruk kehilangan orang yang sangat diandalkan dalam memerintah
kerajaan. Raja Hayam Wuruk pun mengadakan sidang Dewan Sapta Prabu untuk
memutuskan pengganti Gajah Mada. Namun tidak ada satu pun yang sanggup menggantikan
Patih Gajah Mada. Hayam Wuruk kemudian memilih empat Mahamantri Agung dibawah
pimpinan Punala Tanding untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala
urusan negara. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Mereka pun digantikan oleh dua orang
mentri yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Akhirnya Hayam Wuruk memutuskan untuk
mengangkat Gajah Enggon sebagai Patih Mangkubumi menggantikan posisi Gajah Mada.

5
E. Penghormatan

Lukisan kontemporer Gajah Mada karya I Nyoman Astika.

Sebagai salah seorang tokoh utama Majapahit, nama Gajah Mada sangat terkenal di
masyarakat Indonesia pada umumnya. Pada masa awal kemerdekaan, para pemimpin antara
lain Sukarno dan Mohammad Yamin sering menyebut sumpah Gajah Mada sebagai inspirasi
dan "bukti" bahwa bangsa ini dapat bersatu, meskipun meliputi wilayah yang luas dan budaya
yang berbeda-beda. Dengan demikian, Gajah Mada adalah inspirasi bagi revolusi nasional
Indonesia untuk usaha kemerdekaannya dari kolonialisme Belanda.

Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta adalah universitas negeri yang dinamakan


menurut namanya. Satelit telekomunikasi Indonesia yang pertama dinamakan Satelit Palapa,
yang menonjolkan perannya sebagai pemersatu telekomunikasi rakyat Indonesia. Banyak
kota di Indonesia memiliki jalan yang bernama Gajah Mada, namun menarik diperhatikan
bahwa tidak demikian halnya dengan kota-kota di Jawa Barat.

Buku-buku fiksi kesejarahan dan sandiwara radio sampai sekarang masih sering
menceritakan Gajah Mada dan perjuangannya memperluas kekuasaan Majapahit di nusantara
dengan Sumpah Palapanya, demikian pula dengan karya seni patung, lukisan, dan lain-
lainnya.

6
BAB III
PENUTUP
F. Kesimpulan

Gajah Mada adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat
berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit.Menurut berbagai sumber mitologi, kitab,
dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, ia memulai kariernya tahun 1313, dan semakin
menanjak setelah peristiwa pemberontakan Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri
Jayanagara, yang mengangkatnya sebagai Patih.Ia menjadi Mahapatih (Menteri Besar)
pada masa Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi
(Perdana Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada
Pogadaev, V. A., 2001, Gajah Mada: The Greatest Commander of Indonesia. Historical
Lexicon. XIV –XVI Century. Vol. 1. h.245-253, Мoscow: Znanie.

Anda mungkin juga menyukai