Anda di halaman 1dari 2

Intrauterine Growth Restriction (IUGR) telah didefinisikan sebagai laju pertumbuhan

janin yang tidak mencapai potensi pertumbuhan penuh dalam rahim karena faktor genetik
atau lingkungan. Insiden IUGR enam kali lebih tinggi di negara terbelakang/berkembang bila
dibandingkan dengan di negara maju. IUGR diamati pada 23,8% bayi baru lahir dan sekitar
30 juta bayi di seluruh dunia menderita karenanya setiap tahun. IUGR sering dikaitkan
dengan morbiditas dan mortalitas perinatal, hipoksia lahir, gangguan perkembangan saraf,
manifestasi sindrom metabolik pada kehidupan dewasa. Setelah prematuritas, IUGR
merupakan penyebab kematian perinatal kedua yang masih menjadi masalah besar di negara
berkembang (Sharma et al., 2016; Tesfa et al., 2020).
Etiologi hambatan pertumbuhan janin dapat secara luas dikategorikan menjadi ibu,
janin, dan plasenta (ACOG, 2019). IUGR terjadi karena berkurangnya lemak tubuh dan
massa otot pada janin yang mengakibatkan penurunan lemak subkutan, serta kandungan
nitrogen dan protein tubuh. Saat janin terus berada di bawah tekanan, aliran darah dialihkan
dari organ-organ yang kurang vital dan dialihkan secara istimewa ke otak, jantung, kelenjar
adrenal, dan plasenta (Chew dan Verma., 2022). Diagnosis IUGR dapat dinilai sejak dari
kandungan atau diagnosis klinis bayi saat dilahirkan. Pemeriksaan fisik yang penting
dilakukan adalah perabaan tinggi fundus uteri yang selanjutnya dinilai dalam grafik standar
deviasi. Pemeriksaan penunjang dapat berupa USG, Doppler Velocimetry, Biophysical
Profile Scoring (BPP), Biomarker, Cardiotocography (CTG) dan Short-Term Variation (Lees
et al., 2020).
Tatalaksana IUGR dapat dibagi menurut waktu diagnosis ditegakkan yaitu early-
onset dan late-onset. Pemberian profilaksis kortikosteroid serta magnesium dapat diberikan
pada kasus early-onset sejak umur kehamilan 34 minggu. Pemeriksaan rutin ke ahli
kandungan bersifat wajib pada ibu dengan janin IUGR, terutama pemeriksaan rutin USG
Doppler. PErsalinan dilakukan sesuai dengan kondisi janin. American College of
Obstetricians and Gynecologists menyarankan dua strategi waktu persalinan pada wanita
yang terdiagnosis IUGR: 1) persalinan pada usia kehamilan 38 0/7-39 6/7 minggu dalam
tanpa pemberat dan 2) persalinan pada usia 32 0/7 minggu sampai 37 6/7 minggu kehamilan
dalam kasus dengan faktor risiko tambahan untuk hasil yang merugikan misalnya,
oligohidramnion, hasil velocimetry arteri umbilikalis abnormal, faktor risiko ibu, atau
komorbiditas (ACOG, 2019; Lees et al., 2020).
Definisi Small for Gestational Age (SGA) didasarkan pada evaluasi cross-sectional
(baik prenatal atau postnatal), dan istilah ini telah digunakan untuk neonatus yang berat
lahirnya kurang dari 10 persentil untuk usia kehamilan tertentu atau dua standar deviasi di
bawah populasi normal pada grafik pertumbuhan (Irwinda et al., 2019). Penyebab SGA
beragam dan berkisar dari faktor janin, ibu, uterus atau plasenta hingga demografi. Faktor
risiko ibu yang terkait dengan peningkatan risiko neonatus SGA adalah usia ibu 35 tahun,
dengan peningkatan lebih lanjut pada usia 35 tahun. 40 tahun, indeks massa tubuh (BMI) <20
dan >25, interval antar-kehamilan yang pendek (<6 bulan) atau panjang (>60 bulan) dan
perdarahan vagina berat selama trimester pertama (RCOG, 2014). Bayi SGA belum tentu
mengalami IUGR dan, sebaliknya, bayi dengan IUGR yang terdokumentasi tidak pasti lahir
SGA. Tidak seperti SGA, IUGR selalu mengacu pada proses patologis yang menghasilkan
perlambatan kecepatan pertumbuhan janin. Ukuran saat lahir ditentukan oleh 2 faktor penting
: fungsi plasenta dan lamanya kehamilan (Finken et al., 2018).
Diagnosis utama SGA adalah penentuan berat badan janin sesuai dengan standar
deviasi yang menjadi acuan nasional. Penegakka diagnosis pada anak yang terlahir SGA juga
penting dilakukan begitu juga dengan pemantauan pertumbuhannya. Tes tambahan untuk
menilai adanya kelainan genetik seperti sindrom Turner juga wajib dilakukan jika ada
indikasi. Komplikasi dapat berupa jangka panjang dan jangka pendek, dimana komplikasi
jangka pendek berkaitan dengan kondisi hipoglikemia, termoregulasi dan pembentukan sel
darah merah yang berlebihan (Sharma et al., 2016; Lees et al., 2020). Penatalaksanaan SGA
tidak jauh berbeda dengan IUGR. Laporan menunjukkan bahwa induksi persalinan secara
universal mungkin lebih bermanfaat daripada manajemen hamil dalam hal penurunan
kematian perinatal, tanpa meningkatkan tingkat operasi caesar atau persalinan pervaginam
operatif (Lees et al., 2020).
Istilah IUGR dan SGA sering disamakan, namun nyatanya kesua istilah tersebut
memiliki perbedaan yang cukup berarti. Perbedaan utama antara SGA dan IUGR adalah
bahwa janin SGA mungkin kecil tetapi tidak meningkatkan risiko hasil perinatal yang
merugikan, sedangkan janin dengan ukuran di atas persentil ke-10 mungkin IUGR dan pada
peningkatan risiko hasil perinatal dan jangka panjang yang merugikan. Referensi artikel ini
bertujuan untuk mengkaji lebih lanjut antara IUGR dan SGA.

Anda mungkin juga menyukai