Anda di halaman 1dari 2

Resensi Film Ranah 3 Warna

I. Identitas Film

Judul film : Ranah 3 Warna


Sutradara : Guntur Soeharjanto
Produser : Widya Wardhani Ichram
Produksi : MNC Pictures
Durasi : 150 menit
Tahun Rilis : 2021 (Jakarta Film Week)
Genre : Drama, Religi, Roman.
Pemain : Arbani Yasiz, Amanda Rawles, Teuku Rassya, Lukman Sardy,
Mudy Koesnaedi, Tanta Ginting dan Asri Welas, dll.

II. Biografi Sutradara

Guntur Soeharjanto Lahir di Temanggung 18 Maret 1976. Seorang sutradara berkebangsaan


Indonesia. Namanya mulai dikenal luas saat film televisi (FTV) kelima arahannya “Juli di Bulan
Juni” berhasil meraih sembilan penghargaan dalam Festival Film Indonesia 2005, termasuk
kategori Sutradara Terbaik. Sebagai sutradara film layar lebar, Guntur juga menorehkan berbagai
prestasi. Film “99 Cahaya di Langit Eropa” berhasil menjadi salah satu film Indonesia terlaris
sepanjang masa.

III. Sinopsis Film

Alif Fikri yang baru saja menyelesaikan sekolah dari Pondok Madani, mempunyai impian untuk
melanjutkan sekolah ke ITB lalu merantau ke Amerika seperti Bj.Habibie. Namun keinginan Alif
tertunda karena saat lulus dari Pondok Madani dirinya tidak memiliki ijazah. Tapi hal tersebut tidak
menggoyahkan cita-cita Alif, kemudian ia berhasil memperoleh ijazah dengan mengikuti ujian
penyetaraan.

Alif mempunyai sahabat kecil di kampungnya Maninjau yang bernama Randai. Randai menempuh
pendidikan tinggi sebagai Mahasiswa Teknik di ITB. Alif tidak ingin bersaing dengan Randai, tetapi
ia selalu merasa bahwa Randai selalu ada di dalam bayang-bayang pencapaiannya dan lebih unggul
darinya karena ia bisa lulus di ITB yang merupakan kampus impian Alif. Alif tidak tinggal diam
dan mulai belajar dengan rajin, kemudian Alif melakukan ujian dan tibalah pengumuman UMPTN.

Alif ternyata lolos namun bukan di ITB melainkan di Universitas Padjajaran dengan jurusan
hubungan internasional. Meskipun tidak lolos di ITB, Alif berjanji akan menjalani kuliahnya
dengan sungguh-sungguh. Ia juga yakin dengan kata mutiara yang didapatkan saat di pondok “Man
Jadda Wajadda” bahwa siapa yang bersungguh-sungguh pasti dia akan mendapatkannya.

Saat berkuliah, Alif bertemu dengan Raisa dari jurusan ilmu komunikasi yang juga berkuliah di
Universitas Padjajaran. Diam-diam Alif menaruh hati pada Raisa. Setelah beberapa bulan
menjalankan masa perkuliahan, Alif mendapat kabar bahwa sang ayah di kampung meninggal.
Kehilangan sosok ayah yang menjadi tulang punggung keluarga membuatnya ragu untuk
melanjutkan kuliah. Kejadian tersebut membuatnya ingin menyerah, namun dia mengingat mantra
saat di pondok “Man Shabara Zhafira” siapa yang bersabar akan beruntung.












Banyak sekali rintangan yang dilewati Alif termasuk perekonomian keluarga, tetapi akhirnya Alif
berhasil memperbaiki kondisi keuangan keluarganya dengan menulis artikel yang dimuat oleh
media lokal Bandung. Seiring berjalannya waktu, ia mengikuti program perwakilan pertukaran
mahasiswa ke Benua Amerika yaitu negara Kanada dengan kemampuan menulisnya. Selain Alif ada
beberapa mahasiswa yang mengikuti program tersebut termasuk Raisa.

Setelah beberapa bulan menunggu, ternyata Alif lolos seleksi dari program tersebut begitupun
dengan Raisa. Alif sangat senang karena dia berkesempatan untuk ke Kanada dan gadis yang ia
suka juga mengikuti program tersebut. Saat perjalanan ke Kanada terjadi kendala cuaca sehingga
perjalanan harus berhenti dan bermalam di negara Yordania. Di sana mereka juga sempat
mengunjungi kamp pengungsi Palestina.

Misi tidak terduga yang harus mereka kerjakan yaitu mencari gadis kecil Palestina yang diadopsi
warga negara Kanada dan dibawa ke negeri itu. Di Kanada mereka ditempatkan di Provinsi Quebec,
Alif mendapatkan tugas yang tidak sesuai dengan keinginannya dan berharap untuk kembali ke
Indonesia, namun Raisa menyadarkan Alif bahwa tidak ada yang sia-sia jika kita mau belajar. Suka
dan duka dialami Alif selama disana, dan juga mereka berdua berhasil menemui Layla, putri
pengungsi Palestina.

Setelah semua mahasiswa menjalani tugasnya dengan baik, kepala duta Indonesia memberikan
penghargaan kepada mahasiswa terbaik yaitu Alif dan Raisa. Akhirnya Alif dapat mewujudkan
impiannya ke benua Amerika dan menapaki ranah 3 warna yaitu Indonesia, Yordania dan Kanada.
Seiring berjalannya waktu, Alif dan teman-temannya pun sudah memasuki semester akhir dan
mereka akan di wisuda.

Setelah pelepasan wisuda, Alif berkeinginan untuk menyatakan perasaannya kepada Raisa, namun
sebelum menyatakan perasaannya tiba-tiba Randai hadir dan memberitahu bahwa dia sudah
bertunangan dengan Raisa. Alif sangat sedih mendengar hal tersebut, tetapi dia tetap mendukung
keduanya dan mengikhlaskan Raisa.

IV. Evaluasi

Menurut saya, kelebihan film ini terdapat pada genre cerita yang mengandung nilai sosial, nilai
agama, dan nilai moral. Film ini juga memberikan motivasi dan pelajaran bagi kita untuk tidak
menyerah dalam mencapai cita-cita serta penggunaan bahasa daerah serta bahasa asing yang di
gunakan dalam film tersebut.

Kekurangan dalam film tersebut terdapat pada alur film yang terasa cepat sehingga terkesan buru-
buru dan kurang memuaskan pada soundnya. Sound-sound yang sama di film ini seringkali
dimunculkan dan saat scene dari adegan satu ke adegan yang lain soundnya terdengar agak berbeda
yaitu sound yang di filter dan yang tidak difilter.

V. Rekomendasi

Film bergenre drama ini mempunyai banyak pelajaran yang terkandung didalamnya terutama
tentang kehidupan sehari-hari, seperti bersyukur dan sabar. Film ini juga bisa dinikmati oleh
berbagai kalangan karena konflik yang ringan dan tidak membosankan. Maka dari itu, saya sangat
menyarankan film ini untuk ditonton kepada kalian semua.

Anda mungkin juga menyukai