NAMA : NIM
1. Dimas Darma Putra 210301065
2. Mega Sari Indah Yani 210301066
3. Aisyah Rahmatul Fitri 210301046
4. Arif Pramudya 210301153
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................4
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan.............................................................4
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................4
1.4 Tujuan dan Manfaat..........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sifat Siklus Pengeluaran....................................................................5
3.1 Kesimpulan.......................................................................................21
3.2 Saran.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab-bab sebelumnya sudah dibahas materi tentang prosedur apa saja
yang harus dilakukan oleh seorang auditor dalam melakukan proses auditing.
Untuk mendapatkan bukti, auditor harus memperhatikan siklus pengeluaran,
khususnya transaksi pembelian dan pengeluaran. Dalam melakukan pengujian
substansi terhadap siklus pengeluaran, seperti hutang usaha yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai audit siklus perolehan dan
pembayaran, serta apa saja transaksi yang berkaitan dengan perolehan dan
pembayaran, pengujian audit, serta pengujian substantif terhadap hutang usaha.
4
2. Seperti apa aktivitas pengendalian untuk transaksi pembelian ?
3. Seperti apa aktivitas pengendalian untuk transaksi pengeluaran kas ?
4. Seperti apa pengujian substantif untuk saldo hutang usaha ?
5. Apa itu jasa bernilai tambah ?
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT
5
BAB II
PEMBAHASA
7
Saldo - Mencatat hutang
usaha yang
mencerminkan
jumlah hutang
perusahaan per
tanggal
neraca.
Kelengkapan Transaksi - Semua pembelian
dan pengeluaran
kas yang dilakukan
selam
Saldo periode berjalan
telah dicatat.
- Hutang usaha
meliputi semua
jumlah yang
terutang kepada
pemasok barang
dan
jasa per tanggal neraca.
Hak dan Transaksi - Perusahaan
Kewajiban bertanggung jawab
atas hutang yang
berasal dari
Saldo pencatatan
transaksi
pembelian.
- Hutang usaha
merupakan
kewajiban
perusahaan per
tanggal
neraca.
Penilaian atau Transasksi - Semua transaksi
Alokasi pembelian dan
8
pengeluaran kas
telah dinilai
dengan
menggunakan
GAAP dan dijurnal,
dikhtisarkan,
serta
diposting dengan benar.
9
- Hutang usaha
Saldo dinyatakan dalam
jumlah yang benar.
- Saldo beban yang
berkaitan telah
sesuai dengan
GAAP.
- Pengungkapan yang
memadai yang telah
dibuat berkaitan
dengan komitmen,
kewajiban kontijen, dan
penjaminan serta
hutang pihak yang
mempunyai hubungan
istimewa
10
2.1.1 Menggunakan Pemahaman Tentang Bisnis Dan Industri Untuk
Mengembangkan Strategi Audit
1. Pemahaman tentang bisnis dan industri klien.
Sebelum merancang program audit pengeluaran, auditor harus
mempertimbangkan bisnis klien, kekuatan pasar eksternal yang
menggerakkan sektor bisnis, dan bagaimana kekuatan tersebut
mempengaruhi siklus pengeluaran perusahaan. Selain itu, pemahaman
ini juga akan mebantu auditor dalam membuat pertimbangan tentang :
- Materialitas siklus pengeluaran bagi pemakai laporan keuangan
- Risiko inheren dalam siklus pengeluaran
- Pengendalian internal kunci di mana auditor berharap dapat
menentukan risiko pengendalian bisnis
- Pemberian jasa bernilai tambah
2. Materialitas
Siklus pengeluaran merupakan proses inti bagi banyak industry dan
mencerminkan jumlah serta volume transaksi dalam siklus ini di mana
risiko terjadinya salah saji yang material adalah tinggi. Beberapa dari
akun seperti persediaan, properti, pabrik, dan peralatan, serta jenis
beban utama yang secara individual dapat bersifat material terhadap
laporan keuangan. Dalam situasi ini, auditor berusaha mencapai
tingkat risiko yang rendah bahwa transaksi siklus pengeluaran
merupakan sumber terjadinya salah saji yang material dalam laporan
keuangan.
1. Risiko Inheren
Dalam menilai risiko inheren untuk asersi-asersi siklus pengeluaran,
auditor mempertimbangkan faktor-faktor penting yang bisa
mempengaruhi asersi-asersi diseluruh laporan keuangan. serta factor-
faktor penting yang dapat memotivasi manajemen untuk
menyalahsajikan asersi-asersi siklus pengeluaran, meliputi :
- Tekanan untuk menetapkan terlalu rendah beban agar dapat
membuat laporan yang memenuhi target profitabilitas atau norma
industri yang telah ditetapkan, yang dalam kenyataan tidak
11
tercapai akibat faktor-faktor seperti kondisi ekonomi global,
nasional, atau regional yang mempengaruhi biaya operasi,
dampak perkembangan teknologi terhadap produktifitas
perusahaan, atau manajemen yang tidak baik.
- Tekanan untuk menetapkan terlalu rendah hutang agar bisa
mebuat laporan yang menunjukkan tingkat modal kerja yang lebih
tinggi pada saat perusahaan sedang menghadapi masalah
likuiditas atau keraguan tentang kelangsungan usahanya.
12
2.1.1 Mempertimbangkan Komponen Pengendalian Internal
1. Lingkungan Pengandalian
Auditor harus mempunyai pengetahuan yang memadai terhadap
lingkungan pengendalian. Seperti integritas dan nilai etis, komitmen
terhadap kompetensi, dan struktur organisasi yang jelas. Pemahaman
tentang bagaimana manajemen bertanggungjawab atas penggunaan
sumber daya perusahaan merupakan hal yang berguna untuk
menentukan :
- Laporan yang digunakan manajemen untuk mengevaluasi
review kinerja perusahaan
- Seberapa sering dan cepat laporan manajemen di review
- Keputusan yang didasarkan atas laporan itu
- Kebijakan perusahaan untuk menindaklanjuti masalah yang
berasal dari laporan utama.
2. Penilaian Risiko Manajemen
Penilaian risiko manajemen yang berkaitan dengan aktivitas siklus
pengeluaran meliputi pertimbangan atas hal-hal berikut :
- Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan arus kas
untuk transaksi pembelian
- Kontinjensi kerugian yang berkaitan dengan komitmen pembelian
- Terus tersedianya perlengkapan yang penting dan stabilitas
pemasok yang penting
- Pengaruh kenaikan biaya terhadap perusahaan
- Atensi perusahaan terhadap risiko terjadinya pembayaran
berganda
- Atensi perusahaan terhadap risiko kecurangan yang dilakukan
oleh pegawai
1. Informasi dan Komunikasi (SistemAkuntansi)
Informasi yang harus dipahami auditor meliputi
:
- Bagaimana pembelian, pembayaran, dan retur diawali
- Bagaimana transaksi pembelian diperhitungkan ketika barang
dan jasa diterima atau barang yang dikembalikan
13
- Catatan akuntansi, dokumen, akun, dan file komputer apa yang
digunakan dalam akuntansi untuk berbagai tahapan dari setiap
transaksi siklus pembelian
- Proses yang mengawali terjadinya pembayaran atas barang dan
jasa
2. Pemantauan
Aktivitas pemantauan yang mengharuskan auditor mendapatkan
pengetahuan, apabila berlaku :
1. Umpan balik yang terus menerus dari pemasok perusahaan
menyangkut setiap masalah pembayaran atau masalah pengiriman
masa depan.
2. Komunikasi dari auditor eksternal tentang kondisi yang dapat
dilaporkan atau kelemahan yang material atas pengendalian internal
yang relevan yang ditemukan selama audit sebelumnya.
3. Penilaian periodik oleh auditor internal tentang kebijakan serta
prosedur pengendalian yang berhubungan dengan siklus pengeluaran.
2.1 AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PEMBELIAN
Dokumen dan catatn berikut akan sering ditemukan dalam sebagian besar
sistem akuntansi :
14
- Permintaan Pembelian, permintaan akan tertulis akan barang dan
jasa yang diajukan oleh orang atau departemen yang akan berwenang
kepada departemen pembelian.
- Pesanan Pembelian, penawaran tertulis dari departemen pembelian
kepada penjual atau pemasok untuk membeli barang atau jasa
sebagaimana tertulis dalam pesanan tersebut.
- Laporan Penerimaan, dibuat atas penerimaan barang yang
menunjukkan jenis dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok.
- Faktur Penjualan, tagihan dari pemasok yang menyebutkan jenis
barang dan jasa yang diberikan, harus dibayar, termin pembayaran,
serta tanggal tagihan tersebut.
- Voucher, formulir internal yang menyebutkan nama pemasok,
jumlah yang harus dibayar dan tanggal pembayaran untuk pembelian
yang diterima.
- Laporan Pengecualian, laporan yang berisi tentang transaksi-
transaksi yang diidentifikasi untuk diinvestigasi lebih lanjut dengan
pengendalian aplikasi komputer.
- Ikhtisar Voucher, laporan yang berisi seluruh voucher yang diproses
dalam suatu batch atau selama hari itu.
- Register Voucher, catatan akuntansi jurnal yang mencatat kewajiban
yang telah mendapat persetujuan untuk dibayar.
- File Induk Pemasok Yang Telah Disetujui. File komputer yang berisi
tentang informasi penjual dan pemasok yang telah disetujui untuk
membeli jasa dan telah melakukan pembayaran.
- File Pesanan Pembelian Terbuka. File komputer tentang pesanan
pembelian telah dikirim kepemasok tapi barang dan jasa belum
diterima.
- File Transaksi Pembelian, file komputer yang berisi data mengenai
voucher yang telah disetujui atas pembelian yang telah diterima, file
ini digunakan untuk mencetak register voucher dan memutakhirkan
file utang usaha, persediaan serta buku besar.
15
- File Induk Hutang Usaha, file komputer yang berisis tentang voucher
yang belum dibayar yang telah disetujui, disususn oleh pemasok, dan
harus ditambahkan kesaldo dalam akun pengendalian hutanh usaha.
- File Suspensi Atau Penolakan, file komputer yang menahan
transaksi- transaksi yang belum diproses karena ditolak oleh program
aplikasi komputer.
2.2.1 Fungsi-fungsi
1. Pengajuan Pembelian
Permintaan diajukan oleh perusahaan untuk melakukan transaksi
dengan perusahaan lain yang meliputi :
- Pencantuman nama pemasok pada daftar pemasok yang telah
disetujui, Proses ini akan mengirimkan barang dan jasa yang
dibutuhkan perusahaan merupakan pengendalian yang penting,
terutama pada sistem informasi yang mengandalkan pada
pengendalian komputer.
- Pengajuan kembali permintaan barang dan jasa, Permintaan
pembelian merupakan awal dari jejak transaksi yang
mendokumentasikan bukti dalam mendukung asersi manajemen
seperti eksistensi atau kejadian transaksi pembelia. Biasanya
diajukan oleh bagian penyimpanan (gudang) untuk item-item
persediaan atau setiap departemen untuk item-item yang bukan
ditujukan sebagai persediaan.
- Pembuatan pesanan pembelian. Yang memiliki wewenang dalam
untuk menerbitkan pesanan pembalian adalah departemen
pembelian, dan hanya menerima permintaan pembelian yang
disetujui dengan benar. Peran dari pembelian ialah untuk
memastikan sumber pasokan terbaik dan, untuk barang-barang
yang penting, mendapat harga penawaran yang paling kompetitif.
2. Penerimaan Barang Dan Jasa
16
Penerimaan barang/jasa ini biasanya membuktikan bahwa suatu
transaksi dan penetapan kewajiban telah terjadi. Personil departemen
penerimaan harus membandingkan barang yang diterima dengan
uraian yang tercantum pada pesanan pembelian, menghitung barang,
dan memeriksa kemungkinan adanya barang yang rusak.
- Pembuatan Laporan Penerimaan, laporan penerimaan bernomor
urut harus dibuat untuk setiap pesanan yang diterima, untuk
mendokumentasikan bahwa barang telah diterima, dan bahwa
kewajiban telah ditetapkan.
- Penyimpanan Barang yang Diterima sebagai Persediaan,
pemisahan fungsi penyimpanan barang yang diterima sebagai
persediaan dari fungsi lainnya yang terlibat dalam pembelian dapat
mengurangi risiko terjadinya pembelian yang tidak diotorisasi atau
penyalahgunaan barang. Perusahaan harus menyimpan barang
ditempat yang aman dengan akses yang terbatas dan diawasi secara
memadai.
1. Pencatatan Kewajiban
Penerimaan barang/jasa biasanya menetapkan suatu kewajiban bagi
perusahaan untuk menyelesaikan transaksi. Pengendalian atas
pencatatan kewajiban dan asersi/tujuan audit spesifik yang berkaitan
meliputi hal-hal berikut :
- Menetapkan kesesuaian antara rincian dalam voucher dengan
faktur penjual serta laporan penerimaan dan pesanan pembelian
yang bersangkutan.
- Membandingkan tanggal laporan penerimaan dengan tanggal
pencatatan voucher. Kedua tanggal itu harus berada pada periode
akuntansi yang sama.
- Melaksanakan pengecekan yang independen atas keakuratan
matematis dari setiap voucher dan faktur pemasok pendukungnya.
- Menentukan bahwa semua voucher telah dibukukan dan di
ikhtisarkan secara tepat dalam catatan akuntansi.
- Menetapkan bahwa voucher mencerminkan kewajiban perusahaan.
17
- Memberikan kode atas distribusi akun.
- Dokumen pendukung harus segera distempel, dilubangi, atau
dibubuhi tanda lainnya.
2.2.1 Perolehan Pemahaman Dan Penilaian Risiko Pengendalian
18
- Ikhtisar cek. Laporan total cek yang diterbitkan dalam batch atau
selama hari bersangkutan
- File transaksi pengeluaran kas. Informasi tentang pengeluaran
dengan cek kepada pemasok dan pihak lainnya. File ini digunakan
untuk pemostingan ke file induk hutang usaha dan buku besar.
- Jurnal pengeluaran kas atau register cek. Catatan akuntansi formal
mengenai cek yang diterbitkan kepada pemasok dan pihak lainnya.
2.3.1 Fungsi-fungsi
Fungsi pengeluaran kas (cash disbursement function) adalah proses
dimana perusahaan akan memberikan pertimbangan atas penerimaan
barang dan jasa. Fungsi pengeluaran kas biasanya meliputi pembayaran
kewajiban secara simultan dan pencatatan pengeluaran kas.
2.1 PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
19
pengujian substantif yang dirancang secara tepat, termasuk prosedur
analitis dan pengujian rincian. Perancangan pengujian terdiri dari:
- Prosedur Awal
Titik awal pengujiana adalah pemahaman mengenai bisnis dan industri
klien, serta pemahaman tentang signifikasi siklus pembelian dalam
perusahaan untuk penilaian risiko. Prosedur awal untuk pengujian
substantif atas hutang usaha adalah menelusuri saldo awal kertas kerja
tahun sebelumnya, dan menggunakan perangkat lunak audit
tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk setiap ayat
jurnal yang tidak biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah yang
terutang pada tanggal neraca. Biasanya klien mempunyai daftar file
voucher yang belum dibayar, buku pembantu hutang usaha atau file
induk dalam bentuk elekronik. Auditor dapat menggunakan perangkat
lunak audit tergeneralisasi untuk menentukan ketepatan matematis dari
daftar tersebut dengan cara menjumlahkan ulang total dengan
memverifikasi bahwa jumlah telah sesuai degan saldo akun buku besar.
- Prosedur Analitis
Tujuan prosedur analitis adalah untuk mengembangkan ekspektasi atas
saldo akun hutang dan hubungan antara utang usaha dengan akun-akun
kunci lainnya seperti pembelian dan persediaan. Prosedur analitis
dilakukan pada tahap akhir penugasan untuk memastikan bahwa bukti
yang dievaluasi pada tahap dalam pengujian rinci telah konsisten
dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan
keuangan.
- Pengujian Rincian Transaksi
Terdapat empat pengujian substantif atas rincian hutang usaha yang
utama. Dalam melaksanakan pengujian tersebut seorang auditor
menitikberatkan pada pendeteksian kurang saji hutang yang dicatat6
serta hutang yang belum tercatat. Luas pengujian akan bervariasi
menurut tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk asersi-asersi
terkait.
1. Menelusuri hutang yang dicatat ke dokumentasi pendukung.
20
Dalam pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan
ditelusuri ke dokumentasi pendukung dalam file klien, seperti
voucher, faktur penjual, laporan penerimaan, dan pesanan
pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen transaksi
pengeluaran kas, seperti buku pengeluaran cek, atau memo dari
penjual menyangkut retur pembelian dan pengurangan harga.
2. Melaksanakan pengujian pisah batas pembelian
Mencakup penentuan bahwa transaksi pembelian yang terjadi
mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat.
3. Melaksanakan pengujian pisah batas pengeluaran kas
Dirancang untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa
penerimaan kas telah dicatat dalam periode akuntansi yang tepat.
Pisah batas yang tepat pada tanggal neraca merupakan hal yang
penting untuk menyajikan secara benar baik kas maupun utang
usaha.
4. Melakukan pencarian hutang yang belum tercatat
Terdiri dari prosedur yang dirancang secara khusus untuk
mendeteksi kewajiban signifikan yang belum dicatat pada tanggal
neraca.
- Pengujian Rincian Saldo
Dua pengujian yang termasuk kedalam kategori ini adalah (1)
konfirmasi hutang usaha dan (2) rekonsiliasi hutang yang belum
dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang diterima oleh klien dari
penjual atau pemasok.
1. Konfirmasi Hutang Usaha
Prosedur ini bersifat operasional karena (1) konfirmasi ini tidak
dapat menjamin bahwa hutang yang belum dicatat akan dapat
ditemukan, dan (2) bukti eksternal berupa faktur dan laporan
bulanan penjual harus tersedia untuk mendukung saldonya.
2. Merekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan
pemasok
21
Pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang bisa
dijumpai dalam arsip klien. Jika demikian, maka jumlah yang
terutang kepada pemasok menurut catatan klien dapat direkonsiliasi
dengan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari prosedur ini
sama dengan yang yang diperoleh melalui prosedur konfirmasi,
hanya saja kurang dapat diandalkan karena laporan yang dikirim
pemasok kepada klien, tidak langsung kepada auditor.
- Pembandingan Penyajian Laporan dengan GAAP
Utang dagang harus diidentifikasi dengan benar dan dikelompokkan
sebagai kewajiban lancar. Apabila saldo utang dagang mencankup
pembayaran di muka kepada pemasok untuk pesanan barang dan jasa
yang baru dikirimkan di kemudian hari dalam jumlah material maka
jumlah pembayaran dimuka direklasifikasi. Penyajian dan
pengungkapan yang dilakukan manajemen dalam laporan keuangan
harus dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh prinsip
akuntansi berlaku umum.
2.1 JASA BERNILAI TAMBAH
Standar audit yang belaku umum tidak mensyaratkan bahwa auditor harus
melakukan jasa bernilai tambah. Meskipun demikian apabila ada auditor telah
menyeesaikan suatu audit,maka mereka biasanya sangat mengetahui tentang
bisnis dan praktik bisnis klien,hasil operasi dan aus kasnya,serta pengendalian
internal perusahaan. Jasa penting yang ditawarkan akuntan public adalah
membantu klien mengantisipasi jenis peluang dan membantunya mengembangkan
visi bagaimana membuat jenis kas positif menjadi arus nyata.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, Johnson, Kell. 2002. Modern Auditing edisi ketujuh jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
Boynton, Johnson, Kell. 2002. Modern Auditing edisi ketujuh jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
24