Anda di halaman 1dari 5

=======================

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, menilai memanasnya hubungan Partai


Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menandai adanya
pembelahan antarkeduanya pasca terpilihnya Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai Ketua
Umum PBNU dalam Muktamar NU ke-34.

Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid mengingatkan agar Menag bekerja dengan benar.

”Jangan bikin ribut dan memicu kontroversi. Urusilah hal-hal yang produktif bagi kemaslahatan
umat,” ujar Gus Jazil–sapaan akrab Jazilul Fawaid, Kamis (24/2/2022).

Gus Jazil mengatakan, pihaknya banyak menerima pesan keluhan atas statemen Menag Yaqut
yang dinilai sangat tidak pantas. ”Kami banyak menerima pesan, keluhan atas statemen viral itu,
kok bisa-bisanya kumandang suara azan di-qiyas-kan atau disamakan dengan suara gonggongan
anjing,” tuturnya.

Menurutnya, secara hukum fikih, menjawab azan bagi umat Islam hukumnya adalah wajib. ”Lha
kok ini dianalogikan dengan gonggongan anjing. Astaghfirullah! Kami sarankan dengan hormat
agar Menag meralat dan mengakui kesalahan analoginya,” kata Wakil Ketua MPR RI ini.

Diketahui sebelumnya PBNU memanggil sejumlah Ketua PCNU lantaran diduga terlibat politik
praktis.

Baca Juga
Sejak

Setelah terpilihnya Gus Yahya, terjadi pemisahan antara PBNU dan PKB. Sesuatu yang
sebelumnya satu kesatuan dan memang berusaha disatukan oleh Cak Imin . Bila kita amati,
sebelum kepemimpinan Gus Yahya, PBNU seolah merupakan perpanjangan tangan dari PKB.
Mengapa demikian? Pada Pilpres 2019 lalu PKB menyodorkan KH Ma'ruf Amin sebagai calon
wakil presiden (Cawapres) karena Cak Imin tidak setuju dengan Mahfud MD sebagai cawapres.
Peristiwa yang memunculkan dikotomi NU kultural dan NU struktural itupun hampir memecah
suara NU. Untungnya pasangan calon saat itu cuma dua, dan orang NU tak akan nyaman berdiri
di sisi sebelahnya karena kelompok pengusung khilafah ada di situ.

Gus Yahya beberapa kali juga menegaskan bahwa PBNU tak ingin terlibat dalam politik praktis.
Batas yang dibuat PBNU dari politik praktis tersebut dinilai banyak pihak akan menyulitkan
pergerakan Cak Imin untuk bisa menjangkau masyarakat NU di seluruh Indonesia, karena
sekarang Gus Yahya tidak mau ada calon presiden dari PBNU.

Kenyataan di lapangan memang layak membuat PKB ketar-ketir. Berdasarkan survei Litbang
Kompas pada 17 hingga 30 Januari 2022, elektabilitas PKB berada diurutan 5 dengan angka 5,5
persen, di bawah PKS yang melesat dengan 6,8 persen.

Wakil Sekretaris Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Maman Imanulhaq,
meminta Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, setop mengeluarkan pernyataan yang
bersifat ngawur atau salah.

Maman berkata, Yaqut seharusnya fokus membantu Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama, bukan terus membuat gaduh dengan
pernyataan-pernyataannya yang kontroversial.

"PKB meminta Menag untuk mengurusi hal yang substansial daripada sekedar toa apalagi bicara
yang ngawur. PKB minta agar Menag bisa membatasi pernyataan-pernyataannya agar tidak
menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat," kata Maman
Senada, Waketum DPP PKB, Jazilul Fawaid, sebelumnya memberikan teguran keras terhadap
Yaqut yang membandingkan suara azan dengan gonggongan anjing.

Ia minta Yaqut mengakui kesalahannya. Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid meminta
Yaqut fokus bekerja dengan benar.

"Jangan bikin ribut dan memicu kontroversi. Urusilah hal-hal yang produktif bagi kemaslahatan
umat," ucap Jazilul dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com, Kamis (24/2).

Soal Azan, LKAAM Haramkan Menag Yaqut Injak Tanah Sumbar

"Yang paling sederhana lagi, kalau kita hidup dalam satu kompleks, misalnya. Kiri, kanan, depan
belakang pelihara anjing semua. Misalnya menggonggong dalam waktu bersamaan, kita ini
terganggu, enggak? Artinya apa? Suara-suara ini, apa pun suara itu, harus kita atur supaya tidak
jadi gangguan. Sepiker di musala-masjid silakan dipakai, tetapi tolong diatur agar tidak ada
terganggu," kata Yaqut.

===============

====================

Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rahmat Hidayat Pulungan
mengingatkan bahwa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) agar tidak melupakan sejarah bahwa
partai tersebut lahir dari rahim PBNU. Hal ini terkait dengan konsolidasi politik PKB beberapa
waktu lalu, di mana Perwakilan Cabang NU (PCNU) dan Majelis Wakil Cabang (MWC) NU
hadir di dalamnya. Konsolidasi tersebut terjadi di Jawa Timur, tepatnya di Banyuwangi dan
Sidoarjo. Diketahui, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mendatangi
Banyuwangi dan Sidoarjo dalam safari politiknya unuk menjadi calon presiden. Dalam akun
Twitter dia, Cak Imin bahkan memamerkan dukungan dari Nahdliyin Sidoarjo. “Ini kok lama-
kelamaan kita lihat semakin salah menempatkan dirinya di depan PBNU. PKB seolah-olah lebih
hebat dan berjasa dari NU,” ujar Rahmat dalam keterangan tertulis, Rabu (26/1/2022). Baca juga:
PBNU Panggil PCNU Banyuwangi dan Sidoarjo karena Dugaan Terlibat Politik Praktis Agenda
konsolidasi politik itu pun berujung pemanggilan terhadap PCNU Sidoarjo dan Banyuwangi oleh
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf. Pemanggilan itu disebut untuk meminta klarifikasi
langsung dari kedua perwakilan cabang mengenai konsolidasi politik itu. Terlebih, PBNU era
Gus Yahya saat ini menegaskan akan mengambil jarak dengan kepentingan politik praktis serta
menegaskan bahwa PBNU tidak boleh menjadi alat politik mana pun, termasuk PKB. Baca juga:
PCNU Banyuwangi dan Sidoarjo Dipanggil, Ketua PBNU: Kami Cuma Minta Klarifikasi Itu
sebabnya, konsolidasi politik terhadap PKB di mana PCNU dilibatkan di dalamnya, menjadi
bermasalah. “PKB justru langsung masuk ke PCNU atau MWC NU tanpa mendahulukan etika,
permisi atau kulo nuwon kepada pimpinan Nahdlatul Ulama,” sebut Rahmat. “Ini menunjukkan
PKB ingin mengerdilkan NU dan PBNU. Cara berorganisasi yang salah kaprah seperti ini harus
diingatkan,” kata dia. Sejak 1984, NU telah mendeklarasikan diri untuk “kembali ke khittah
1926” sehingga keluar dari arena politik praktis. Baca juga: Hikmahanto Beberkan Kejanggalan
Klaim Pemerintah Sudah Kuasai FIR dari Singapura Namun, begitu Soeharto runtuh dan Era
Reformasi dimulai, terdapat keinginan besar warga nahdliyyin untuk memiliki wadah
menyalurkan aspirasi politik. PBNU harus berhati-hati karena NU tidak boleh lagi terkait
langsung dengan politik praktis, termasuk partai politik, sesuai hasil Muktamar ke-27 di
Situbondo tahun 1984 itu. Pada akhirnya, sejumlah tokoh NU di antaranya Abdurrahman Wahid
atau Gus Dur, Mustofa Bisri, dll mendeklarasikan pendirian PKB untuk wadah aspirasi tersebut,
tetapi PKB bukan sebagai partai politik NU. Deklarasi dilakukan di rumah Gus Dur. Dalam
perkembangannya, terjadi dualisme dalam internal PKB yang berujung didepaknya Gus Dur oleh
Ketua Umum PKB saat ini Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. PKB versi Cak Imin kemudian
diakui negara sebagai PKB yang “sah”.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tegur PKB, Wakil Sekjen PBNU: Seolah-
olah Lebih Hebat dan Berjasa dari NU...",

‫َصرُّ فُ اِأْل َماِم َعلَى الرَّا ِعيَّ ِة َمنُوْ طٌ بِ ْال َمصْ لَ َح ِة‬
َ ‫ت‬

“Tindakan imam terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan kemaslahatan.”

Tindakan dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemimpin atau penguasa harus sejalan dengan
kepentingan
umum bukan untuk golongan atau untuk diri sendiri. Penguasa adalah pengayom dan pengemban
kesengsaraan

rakyat.

Rasulullah Muhammad SAW Bersabda “Maukah kalian aku beritahu tentang orang-orang yang
moralnya paling

buruk? Mereka menjawab: Ya, kami mau. Nabi mengatakan: Ialah orang-orang yang kerjanya
mengadu domba

(menghasut), yang gemar memecah-belah orang-orang yang saling mengasihi/bersahabat, dan


yang suka

mencari kekurangan pada manusia yang tidak berdosa” (Hadist Riwayat Al-Bukhari).

ِ َ‫ َوَأ ِرنَا ْالبَا ِط َل ب‬، .ُ‫ َوارْ ُز ْقنَا اتِّبَا َعه‬،‫ق َحقًّا‬
ُ‫ َوارْ ُز ْقنَا اجْ تِنَابَه‬،ً‫اطال‬ َّ ‫ اللَّهُ َّم َأ ِرنَا ْال َح‬Allahumma Arinal haqqa haqqa
Warzuqnattiba'ah, wa

arinal Bathila Bathilan warzuqnajtinabah⁣. ⁣"Ya Allah, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai
kebenaran dan

kuatkanlah aku untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepadaku kesalahan sebagai kesalahan
dan kuatkan

pula untuk menyingkirkannya." (HR Imam Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai