Anda di halaman 1dari 2

Edisi 29 27 Maret 2013

Saatnya Hati Bicara Jangan Cuma Bicara


Pengalaman dan percikan pemikiran para pegawai PLN tentang pemberantasan korupsi ternyata cukup banyak dan beragam. Karena itu disusunlah sebuah buku berisi kisah dan pengalaman para pegawai PLN dalam menegakkan integritas, melawan korupsi dan suap serta meningkatkan pelayanan. Peluncuran buku PLN Bersih dan Melayani dengan judul "Saatnya Hati Bicara" dilakukan di auditorium PLN Pusat Rabu 27/3. Acara dihadiri oleh Direktur Utama PLN beserta beberapa Direksi, Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) Dadang Trisasongko beserta para anggota TII, Kordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Widoyoko, Ketua YLKI Sudaryatmo, pers dan karyawan karyawati PLN Pusat dan unit-unit serta anak perusahaan se Jakarta. Sebelum peluncuran buku dilakukan bedah buku oleh Kordinator ICW. Selain terbit dalam edisi cetak, buku ini juga terbit edisi electronic (e-book) yang bisa dilihat di blog PLN : www.plnbersih.com. Buku ini ditulis untuk menunjukkan niat bahwa PLN itu perusahaan yang baik, niat bahwa ingin menjadikan perusahaan menjadi baik. PLN bisa berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia kalau diselenggarakan dengan cara-cara yang baik. Direktur Utama Nur Pamudji dalam sambutannya mengaku sudah membaca seluruh isi buku ini. "Isinya macam-macam, ada yang optimis, ada yang lucu dan ada pula yang masih pesmis dengan perubahan perusahaan menuju PLN bersih. Dan kita tidak sensor tulisan itu" katanya. Hal ini wajar karena PLN memang sebelumnya sering dicitrakan sebagai perusahaan yang korup. Nur menambahkan " Realitas itu tergantung dari pemikiran kita. Kalau pikiran kita optimis untuk mewujudkannya, maka realitas itu akan terjadi. Tapi kalau terlalu banyak yang pesimis, maka dunia yang kita hadapi adalah dunia yang murung, yang penuh dengan suasana tidak enak. Saya yakin buku ini akan membentuk pikiran kita menjadi lebih optimis. Sekretaris Perusahaan Adi Supriono menjelaskan bahwa buku ini dikelompokkan menjadi lima bagian yaitu: pengadaan yang bersih, integritas, karir, anti gratifikasi dan pelayanan pelanggan. Buku ini memuat 51 tulisan dari internal PLN yang datang dari seluruh level, mulai dari direksi, kepala divisi, general manager, manajer area, hingga pegawai pada level pelaksana. Pada acara launching tersebut Nur Pamudji mengajak pegawai untuk meramaikan buku kedua. Saya mengundang penulis-penulis buku kedua yang sudah direncanakan akan diterbitkan. Siapa yang ingin menuliskan pengalaman dan harapannya tentang PLN bersih, silahkan menulis dan dikirim ke Bidang Komunikasi Korporat kata Nur. Ungkapan senada juga muncul dari Sekjen TII, Dadang Trisasongko. Dadang mengatakan peluncuran buku ini menandai satu langkah baru deklarasi suara hati para pegawai PLN yang berkomitmen melawan korupsi. Para penulis sudah diberi kemewahan mendengarkan suara hatinya, kata Dadang. Kalau belajar dari pengalaman reformasi kelembagaan di berbagai organisasi, biasanya ada empat golongan orang dalam organisasi tersebut : 1. Orang yang memiliki kegelisahan dan keresahan terhadap situasi tidak baik yang ada dalam organisasinya, juga telah mengorganisir diri dan menyusun program. Biasanya jumlahnya tidak banyak.

Biasanya orang-orang ini membentuk organisasi sendiri bahkan juga sudah menyusun program. 2. Kelompok orang yang juga mempunyai kegelisahan dan keresahan pada situasi yang ada tapi tidak tahu bagaimana cara bertindak. Jumlahnya lebih banyak dari golongan yang pertama. 3. Kelompok orang yang menikmati situasi kekacauan sistem yang ada. Jumlahnya kecil dalam suatu lembaga tetapi biasanya terorganisir dengan baik. 4. Kelompok silent majority (mayoritas yang diam). Kita tidak tahu arahnya kemana tetapi biasanya kelompok ini sangat tergantung kepada arus paling kuat yang ada di dalam organisasi. Di PLN yang terjadi sangat istimewa karena kelompok pertama tersebut justru muncul dari kalangan atas yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan yaitu Direksi. Karena itu kemudian Maret 2012 lalu Direksi menjalin kerjasama dengn TII untuk membawa PLN menuju PLN bersih. "Buku ini juga menandai satu tahun kerja sama PLN dengan TII" kata Dadang.

Danang Widoyoko dari ICW mengatakan, Mengapa orang melakukan korupsi? Ini merujuk pada konsep habitus. Habitus itu bukan sekedar habit, habitus itu lebih kepada bagaimana ia memandu tindakan, pikiran atau perasaan manusia. Habitus ini dibentuknya lama dan tidak gampang berubah. Habitus dibentuk dari praktek yang terus-menerus berulang. Habitus bisa menjadikan korupsi itu praktek yang wajar dan normal karena selama bertahun-tahun sudah biasa melakukan itu. Karena itu kita harus melawan habitus yang mengatakan korupsi itu wajar. Pengalaman pegawai PLN dalam menolak suap dan korupsi ternyata sangat beragam. Ada supervisor dilabrak pelanggan yang tersinggung karena suguhan minumnya bagi petugas gangguan ditolak. Ada pula pegawai yang terpaksa harus mengancam untuk mengakhiri hubungan pertemanan dan hubungan profesional supaya rekanan membatalkan pemberiannya kepada si pegawai.

Dalam tanya jawab beberapa pegawai juga menyampaikan testimoni dan harapannya terhadap program PLN bersih. Iwan Purwana mengatakan "Saya memang bukan orang yang 100 % bersih. Tapi saya berkomitmen untuk menjaga sikap dan perbuatan menuju PLN bersih". Manu Sukendro dari PLN Pusdiklat meminta agar saat ini kita bukan hanya bicara tapi bertindak. "Saatnya sekarang kita bertindak dalam program PLN bersih" kata Manu. Manu mengusulkan agar dibuat beberapa regulasi yang mendukung, misalnya sanksi bagi pegawai yang terlambat masuk kantor. Manu juga mengusulkan agar kita tepat waktu dalam beribadah. "Waktu masuk ibadah adalah hak Alloh. Janganlah kita ambil juga" katanya. Misalnya, sesaat menjalang waktu solat sebaiknya rapat-rapat diberhentikan dulu. Berikut link untuk melihat prosesi launching dan reportase acara : http://youtu.be/RViunvEhhvA

Anda mungkin juga menyukai