Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

CERMIN INTEGRITAS

Nama : Taufik Tajudin


Angkatan : XLIII
Kelompok :3
Widyaiswara : Ir.H.M. Ilham, M.M.

Setiap individu memiliki nilai-nilai yang dianutnya dalam menjalankan


kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai yang dianut tentu berhubungan erat
dengan sikap pemberantasan korupsi, yang disebut juga sebagai faktor
internal anti korupsi. Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya
nilai-nilai anti korupsi yang diyakini dalam diri setiap individu, termasuk diri
saya pribadi. Nilai-nilai anti korupsi yang saya yakini tersebut antara lain
meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,
sederhana. Nilai-nilai anti korupsi perlu diterapkan oleh setiap individu
untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk
mencegah terjadinya faktor eksternal, selain memiliki nilai-nilai anti korupsi,
setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti
korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol
kebijakan dalam suatu organisasi/institusi/masyarakat. Oleh karena itu
hubungan antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Adapun penerapan nilai-nilai tersebut dalam aktivitas sehari-hari,
pekerjaan dan organisasi dijabarkan sebagai berikut;
1. Kejujuran
Sifat jujur merupakan salah satu bagian dari sifat positif
manusia yang menjadi harga diri seseorang. Ketika saya pribadi sudah
berperilaku jujur maka tentunya saya akan mendapatkan kepercayaan
dari banyak orang, baik dengan perkataan, perbuatan, maupun
pekerjaan. Ketika kejujuran sudah ditanamkan dalam diri seseorang,
ia akan susah berbuat kecurangan, walau tak tertangkap kamera atau
terlihat oleh sepasang mata.
Nilai kejujuran di lingkungan pekerjaan maupun organisasi
diantaranya mengerjakan tugas yang diberikan atasan dengan sebaik
mungkin, menjaga uang yang dititipkan instansi, tidak menceritakan
rahasia instansi, masuk sesuai jadwal yang ditentukan, menjalankan
tugas dengan penuh tanggung jawab, tidak Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme, menyampaikan pesan atau titipan atasan, mengembalikan
sisa anggaran yang tidak terpakai, memberikan laporan keuangan
sesuai keadaan sebenarnya, memberitahukan alasan sebenarnya
ketika berhalangan hadir, mengakui kesalahan kepada atasan, serta
tidak memposting kejelekan instansi di media sosial.
2. Kemandirian
Kemandirian dapat diartikan sikap mendewasakan diri yaitu
dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas
dan tanggung jawab. Hal ini sangat penting saat bekerja dan
berorganisasi, dimana kita harus mengatur orang-orang yang berada
di bawah tanggung jawab kita.
3. Kedisiplinan
Salah satu penerapan kedisiplinan yaitu dapat mengatur dan
mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan sebaik-
baiknya dalam menyelesaikan tugas baik dalam lingkup pekerjaan
maupun lingkup berorganisasi. Manfaat dari hidup yang disiplin
adalah seseorang dapat mencapai tujuan hidupnya dengan waktu
yang lebih efisien.
4. Tanggung jawab
Saat rasa tanggung jawab sudah tertanam dalam diri, kita akan
mengerjakan tugas dengan sepenuh hati karena berpikir bahwa jika
suatu tugas tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat merusak citra
sendiri di depan orang lain. Seseorang yang memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi mudah untuk dipercaya orang lain dalam
masyarakat misalkan dalam memimpin suatu organisasi.
5. Sederhana
Gaya hidup merupakan hal yang penting dalam interaksi dengan
masyarakat di sekitar. Dengan gaya hidup sederhana, setiap orang
dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan
kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya.
Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, kita dibina untuk
memprioritaskan kebutuhan di atas keingin. Prinsip hidup sederhana
ini merupakan parameter penting dalam menjalin hubungan dengan
teman kerja karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan
kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egois, dan sikap-sikap negatif
lainnya. Prinsip hidup sederhana juga menghindari seseorang dari
keinginan yang berlebihan sehingga menjadi cikal bakal munculnya
kecurangan.

Setiap instansi ataupun organisasi pasti memiliki kode etik. Adapun


pada organisasi profesi saya yaitu KORPRI (Korps Pegawai Republik
Indonesia) memiliki kode etik profesi, beberapa diantaranya; ASN
berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan
Pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat, serta terhadap
diri sendiri dan sesama Pegawai Negeri Sipil. Begitupun dalam institusi
tempat saya bekerja, pastinya kami dituntut untuk memelihara mutu
pelayanan disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan
serta keterampilan sesuai dengan profesi masing-masing. Kode etik dari
organisasi profesi maupun tempat kerja tersebut tentunya sejalan dengan
pemberantasan korupsi.
Sebagai manusia, tentunya saya tidak lepas dari sikap yang mengarah
pada pelanggaran terhadap nilai-nilai integritas yang diyakini. Kesalahan
yang masih saya sesali sampai saat ini adalah saat berada pada kondisi
terdesak beberapa bulan lalu. Saat itu saya sedang bertugas di pelayanan,
lalu suara HP berbunyi menandakan panggilan masuk. Ternyata telepon dari
salah satu saudara saya yang mengabarkan bahwa pembayaran BPHTB atas
tanah warisan orang tua kami akan jatuh tempo, sedangkan saudara-
saudara saya tidak lagi bisa mendapatkan solusi yang terbaik apalagi
nominal pembayaran BPHTB yang diluar ekspektasi hingga ratusan juta.
Dalam keadaan susah yang disebabkan kondisi yang tidak menentu saat ini
tentunya tidak mudah bagi saya untuk bisa mendapatkan nominal ratusan
juta dalam waktu dekat. Saya kemudian bergegas pulang dan meninggalkan
tugas dan pelayanan saya, hingga akhirnya selama seminggu saya sering
telat dan pulang lebih awal untuk menyelesaikan urusan pribadi saya.
Saya mengakui bahwa yang saya lakukan saat itu adalah melanggar
nilai integritas yang saya yakini karena meninggalkan tugas tanpa alasan
yang jelas sehingga mengakibatkan pekerjaan pelayanan terbengkalai. Saya
menceritakan penyesalan saya kepada istri dan sepakat untuk tidak
melakukannya lagi di lain waktu.
Di dalam dunia kerja, tentu saya pernah menjumpai perilaku
seseorang yang tidak sesuai dengan nilai integritas, apalagi perilakunya
tersebut sering terulang dan belum ada upaya pencegahan darinya. Sebagai
contoh, saat rekan kerja satu ruangan datang ke kantor sering terlambat,
dan sering izin saat jam kerja. Hal tersebut merupakan pelanggaran
terhadap nilai kedisiplinan yang dapat menghambat jalannya operasional
pelayanan. Tentu saja meningkatkan beban kerja orang lain. Meskipun
sebagai orang baru di tempat kerja, saya tak segan untuk memperingatinya
agar memperbaiki kinerja sebisa mungkin. Tentunya dengan bahasa yang
sopan.
Saat peringatan itu belum juga memperbaiki kedisiplinan orang
tersebut, saya mencoba berdiskusi dengan senior satu ruangan, berharap
akan menemukan titik terang secara internal dengan kendala yang
mengganggu kami tersebut.
Saya belum pernah mengatakan langsung kepada atasan perihal
perilakunya tersebut karena tidak ingin dinilai menjadi orang yang sibuk
mencari kesalahan orang lain. Menegurnya secara langsung dan
mendiskusikan dengan teman satu ruangan menjadi pilihan utama saya
pada kasus tersebut.
Selama tujuh bulan berada di tempat kerja saat ini, saya belum
pernah menentang atasan karena menegur hal-hal yang tidak benar. Namun
saat saya menjumpai atasan memberikan penilaian buruk kepada teman
yang lain, sementara saya mengetahui hal tersebut tidaklah benar, maka
saya mencoba mengklarifikasi kebenaran dari kasus tersebut.
Saya pernah berada pada kondisi dilimpahkan pekerjaan yang
sebenarnya bukan tanggung jawab saya. Saat itu saya hendak protes karena
secara mendadak mendapat tugas yang belum pernah saya kerjakan,
seorang diri, dan dengan deadline satu hari. Sementara Tupoksi saya di sub
bagian saya masih belum selesai. Saya merasa kesal karena tugas yang
seharusnya dikerjakan bertim dan bisa rampung dengan cepat jika dicicil
setiap hari malah terbengkalai, sementara mereka angkat tangan dengan
tugas tersebut.
Namun setelah mendengar pengakuan dari atasan bahwa tugas
tersebut memang datangnya mendadak dan saat itu orang-orang yang
tergabung dalam tim sudah pulang, jadi tidak ada yang bisa dimintai tolong,
saya mengurungkan sikap ingin protes tadi.
Berbeda pendapat tentu sering terjadi saat berada di lingkungan kerja,
termasuk perbedaan dalam pelayanan. Senior saya berpendapat bahwa
setiap orang dilayani tanpa memprioritaskan.
Senior saya saat itu mendukung program tersebut, namun saat bukan
saya saja yang dipelayanan, hal itu tidak diterapkan kembali. Menurut saya
hal tersebut dapat menurunkan citra pelayanan di masyarakat karena
aturan yang berubah-ubah dan banyaknya masyarakat yang komplain
kepada saya karena tidak diprioritaskan di tengah pandemi saat ini.

Anda mungkin juga menyukai