Seminggu sebelum kejadian itu, Melati tengah berladang di sawah ibunya yang cuma
sepetak. Hujan deras membuat Melati basah kuyup. Karena awalnya memang ia tak sehat
betul, hawa dingin dengan cepat membuat badan Melati membara. setiba di rumah,
Bergelung jarik, Melati mengigau tak keruan.(Adegan Melati Mengingau) Segala obat ia
telan, tetap sia-sia. Tepat di malam purnama, pada hari ketujuh
(G1)
Adegan 1
( tangan melati turun dan nafasnya terhenti, sang ibu mencoba memanggil melati tetapi
sang anak tidak membalas seruan sang ibu)
ibupun menangis tersedu-sedu melihat anaknya yang terbaring kaku tak bernyawa, (G2)
para tetangga berdatangan untuk membantu persemayaman, sedangkan sang ibu masih
tetap menangis melihat sang putri yang sudah berselimut jarik baru bermotif kawung yang
aroma lilinnya belum luntur.
melati : “uhuk,uhukk,uhukkk”
ibuk : “ nakk,nakk??!!!”
seketika Melati bangkit dari pembaringanya yang membuat seluruh tetangga ketakutan
sehingga mereka langsung meninggalkan rumah tersebut.
( sang ibu amat senang dan langsung merangkul Melati)
Melati :”ibuu”
ibu :”ada apa anakku?”
Melati :”dalam tidurku, ada yang memberitahuku jika aku bangun kembali aku akan punya
satu kelebihan dalam diriku.”
ibu :”kelebihan? Apa yang kamu bicarakan nak ?”
Melati :”linuwih bu, itu adalah kelebihanku”
ibu :”linuwih? apa itu?”
Melati :”iyaa buu linuwih, jika ada orang yang beraroma jarik baru mendatangiku itu
merupakan tanda penghormatan akan adanya sebuah kematian yang terjadi pada
seseorang”
ibu :”tidak apa-apa nak, yang penting kamu masih tetap bersama ibu”
Sejak itu Melati memiliki linuwih. Kemampuan “lebih” tiba-tiba dijatuhkan begitu saja dari
langit. ia bisa tahu siapa saja yang dijemput ajal. Pertanda itu menghampirinya dalam
bentuk aroma jarik baru, yang bau lilinnya masih pekat. Persis bau pertama yang Melati
cium setelah bangun dari matinya. Awalnya samar serupa liukan tangan penari yang
menuntunmu ke atas panggung. Mau tak mau kau mengikutinya. Jika aroma itu makin kuat,
makan makin dekatlah ia pada si calon mayat.
Maka selelah atau sesibuk apapun, bila aroma jarik baru mendatangimu, kau akan mencari
sumbernya dan mengunjunginya untuk tanda penghormatan. Bukankah itu inti hidup?
Perjalanan demi pencarian yang mengantar pada kepulangan sesungguhnya?
beberapa hari kemudian, Melati bersama dengan ibunya dikamar sedang melipat beberapa
lembar kain jarik.
ibu :”melati… sini nak, mari melipat kain-kain ini bersama ibu.”
Melati :”iya bu”
ibu :”lipatannya harus sama jangan sampai salah, apalagi merusak keseimbangan.”
( selembar kain jarik bapak, Melati hirup yang beraroma lilin dengan membayangkan wajah
bapak. )
ibu :” melati, kain jarik selalu ada di dalam siklus hidup orang jawa”
Melati: ” Mengapa kain jarik bu? “
ibu:” bisa untuk Alas bayi,gendongan,kain basah untuk mandi,semuanya memakai jarik.
Menikah nanti, kamu dan suami mu akan berkain jarik. Bahkan, ketika meninggal, jarik
kawung akan menyelimutimu kembali ke alam suwung.”(G6)
Dikemudian hari, terdengar berita bahwa bapak menikah lagi dengan perempuan muda
yang ia sukai. Melati dan Ibu yang mengetahuinya, hanya bisa pasrah dan tidak bisa
berbuat apa-apa. acara pernikahan bapak akan berlangsung beberapa hari lagi, ibu dan
melati segera menyiapkan beberapa kain jarik untuk dipakai saat acara pernikahan bapak
nantinya. (G7)
Adegan 2
Pernikahan bapak diadakan, melati dan ibu menghadiri acara tersebut.
Setelah bersalaman dengan bapak, melati tiba-tiba terdiam dan mencium aroma bau linuwih
pada tubuh bapak.
Melati :"kenapa tercium bau linuwih pada tubuh bapak? (memastikan bau tersebut
lagi)kenapa makin menyengat, Apa yang akan terjadi?" (G9)
(Tejo mengabaikan perkataan mantan kekasihnya dan memilih untuk kabur pergi
meninggalkan
bapak yang sudah berbaring tak bernyawa bersimbah darah)
Adegan 3
beberapa hari kemudian Di pagi hari (melati terlintas aroma linuwih yang sama)
Melati : "apakah ini, aroma linuwih mengapa tercium lagi? Dari Mana aroma ini berasal? Aku
takut ada yang terjadi pada ibu. "
(melati berusaha menenangkan diri dan langsung mengambil segelas air, ibu berjalan
melewati melati)
melati : " Hah.. Aroma jarik ini sangat kuat ketika ibu melintas di hadapanku. "
Ibu :"kau kenapa melati? seperti baru melihat hantu saja. "
Melati :" Ti…ti..tidak ibu aku tidak kenapa-kenapa. "
Ibu :"jangan melamun terus melati, itu tidak baik. "
(melati tak sanggup membayangkan kalau ibunya mati dan meninggalkan dirinya seorang
diri)
Babak 4
Melati menggenggam tangan ibu dengan sangat kuat, menahan perasaan gelisah terhadap
ibunya yang di kelilingi oleh aroma jarik yang kuat
Ibu : “Melati… Ibu ingat, dulu engkau nyaris tidak dapat dilahirkan. Namun Ibu sudah Ikhlas
tapi tetap berjuang.”
Ibu : “Iya Melati, persis Ketika kamu sempat mati. Ibu Ikhlas.”
Setelah pembicaraan itu ibu dan melati hanya diam sambil menunggu angkutan mereka tiba
di tempat membeli jarik
Sesampainya di tempat menjual batik
Melati tak bisa lagi membedakan aroma jarik dengan aroma linuwih, melati menatap jarik
motif kawung
Melati : "jarik dengan motif ini, pernah menutup ku dulu ketika aku mati. " (Berbisik)
Ibu : "kalau ibu memilih sidomukti atau truntum memangnya sudah ada yang melamarmu?
Membayar
Menunggu di depan
Saat angin berhembus kencang, menghempaskan daun daun itu. melati langsung
memegang kuat tangan ibu, menjaganya agar tak terbang seperti daun daun itu sembari
mendekap kain jarik yang dibelinya tadi
Di dalam angkutan
Melati : " Sepertinta aku pernah menjumpai wajah ini. Tunggu kenapa aroma linuwihnya
makin kuat. "
Tamat
A. Tokoh
• Linuwih ( wilda )
• Ibu Linuwih ( ines )
• Ibu Penjual jarik ( elma )
• Bapak linuwih ( topa )
• Selingkuhan ( zulfa )
• Sopir ( katul )
• Pembunuh bapak ( erik )
• Tetangga heboh ( mey & qobela )
B. Tugas
• Narator : Mey
• Sutradara : Tofa
• Penulis : Wilda & Ines
• Properti & penata panggung : Zulfa & Khatul
• Efek Suara : Erik
• Pamflet : Qobela & Mey
• Busana : Elma
C. Busana
• Pemeran
• Melati = daster, kebya
• Ibu = kebaya, jarik, daster
• Bapak = jas
• Selingkuhan = kebaya
• Supir = kaos, topi, handuk
• Pembunuh = kemeja
• Ibu penjual jarik = baju syari (mewah)
• Narator = kebaya