Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 4 :

1. Dewi Apriliani Inestasia


2. Elma Niha Zulista
3. Farhatul Abadiyah
4. Jauhar Musthofal Qulub
5. Mey Wahyu Nur Hidayah
6. Muhammad Albusyiri
7. Qobilatun Nabilah
8. Uzlifatur Rohmah
9. Wilda Fahriyah Mumtaz Agustina

LINUWIH AROMA JARIK BARU

Seminggu sebelum kejadian itu, Melati tengah berladang di sawah ibunya yang cuma
sepetak. Hujan deras membuat Melati basah kuyup. Karena awalnya memang ia tak sehat
betul, hawa dingin dengan cepat membuat badan Melati membara. setiba di rumah,

Bergelung jarik, Melati mengigau tak keruan.(Adegan Melati Mengingau) Segala obat ia
telan, tetap sia-sia. Tepat di malam purnama, pada hari ketujuh
(G1)
Adegan 1

(Melati terbaring dengan berselimut jarik)


(Melati mengangkat tangannya menahan rasa sakit)

Ibu : “melatii, nakkk kau kenapaa nakkk??!!!

( tangan melati turun dan nafasnya terhenti, sang ibu mencoba memanggil melati tetapi
sang anak tidak membalas seruan sang ibu)

ibupun menangis tersedu-sedu melihat anaknya yang terbaring kaku tak bernyawa, (G2)

para tetangga berdatangan untuk membantu persemayaman, sedangkan sang ibu masih
tetap menangis melihat sang putri yang sudah berselimut jarik baru bermotif kawung yang
aroma lilinnya belum luntur.

tetangga : “sabar ya buk, yang ikhlas agar melati tenang disana.”


ibu : “melatiii, melatii, bangunnn nakk. ibu tidak mampu hidup sendiriann.”(G3)

melati : “uhuk,uhukk,uhukkk”
ibuk : “ nakk,nakk??!!!”

seketika Melati bangkit dari pembaringanya yang membuat seluruh tetangga ketakutan
sehingga mereka langsung meninggalkan rumah tersebut.
( sang ibu amat senang dan langsung merangkul Melati)
Melati :”ibuu”
ibu :”ada apa anakku?”
Melati :”dalam tidurku, ada yang memberitahuku jika aku bangun kembali aku akan punya
satu kelebihan dalam diriku.”
ibu :”kelebihan? Apa yang kamu bicarakan nak ?”
Melati :”linuwih bu, itu adalah kelebihanku”
ibu :”linuwih? apa itu?”
Melati :”iyaa buu linuwih, jika ada orang yang beraroma jarik baru mendatangiku itu
merupakan tanda penghormatan akan adanya sebuah kematian yang terjadi pada
seseorang”
ibu :”tidak apa-apa nak, yang penting kamu masih tetap bersama ibu”

(ibu dan Melati saling berpelukan) (G4)

Sejak itu Melati memiliki linuwih. Kemampuan “lebih” tiba-tiba dijatuhkan begitu saja dari
langit. ia bisa tahu siapa saja yang dijemput ajal. Pertanda itu menghampirinya dalam
bentuk aroma jarik baru, yang bau lilinnya masih pekat. Persis bau pertama yang Melati
cium setelah bangun dari matinya. Awalnya samar serupa liukan tangan penari yang
menuntunmu ke atas panggung. Mau tak mau kau mengikutinya. Jika aroma itu makin kuat,
makan makin dekatlah ia pada si calon mayat.

Maka selelah atau sesibuk apapun, bila aroma jarik baru mendatangimu, kau akan mencari
sumbernya dan mengunjunginya untuk tanda penghormatan. Bukankah itu inti hidup?
Perjalanan demi pencarian yang mengantar pada kepulangan sesungguhnya?

beberapa hari kemudian, Melati bersama dengan ibunya dikamar sedang melipat beberapa
lembar kain jarik.
ibu :”melati… sini nak, mari melipat kain-kain ini bersama ibu.”
Melati :”iya bu”
ibu :”lipatannya harus sama jangan sampai salah, apalagi merusak keseimbangan.”
( selembar kain jarik bapak, Melati hirup yang beraroma lilin dengan membayangkan wajah
bapak. )

ibu :” melati, kain jarik selalu ada di dalam siklus hidup orang jawa”
Melati: ” Mengapa kain jarik bu? “
ibu:” bisa untuk Alas bayi,gendongan,kain basah untuk mandi,semuanya memakai jarik.
Menikah nanti, kamu dan suami mu akan berkain jarik. Bahkan, ketika meninggal, jarik
kawung akan menyelimutimu kembali ke alam suwung.”(G6)

Dikemudian hari, terdengar berita bahwa bapak menikah lagi dengan perempuan muda
yang ia sukai. Melati dan Ibu yang mengetahuinya, hanya bisa pasrah dan tidak bisa
berbuat apa-apa. acara pernikahan bapak akan berlangsung beberapa hari lagi, ibu dan
melati segera menyiapkan beberapa kain jarik untuk dipakai saat acara pernikahan bapak
nantinya. (G7)

Adegan 2
Pernikahan bapak diadakan, melati dan ibu menghadiri acara tersebut.

(Ibu berbisik di tengah kerumunan)


Ibu : "kamu tahu kenapa bapak menghadiahi jarik ini? " (Menujukkan kain jarik yang
diberikan bapak)
Melati : "memangnya kenapa bu?"
Ibu : "jarik artinya aja gampang serik. Mengingatkan ibu tidak boleh iri pada apa-apa yang
bukan milik. "
Melati :"yang sabar ya buk.. Mungkin bapak memilih jalan yang terbaik buat dirinya"(G8)

(Melati dan ibu bersalaman dengan bapak dan istri baru)


Ibu :"pak maafkan ibu kalau ada salah ya pak "
Bapak :"iya bu.. Bapak juga punya banyak salah sama ibu… dan melati anakku"

Setelah bersalaman dengan bapak, melati tiba-tiba terdiam dan mencium aroma bau linuwih
pada tubuh bapak.

Melati :"kenapa tercium bau linuwih pada tubuh bapak? (memastikan bau tersebut
lagi)kenapa makin menyengat, Apa yang akan terjadi?" (G9)

Tejo yang berada persis di belakang melati langsung menusuk bapak

sambil menusuk bapak tejo mencaci bapak


Tejo:" mati kau tua bangka, berani beraninya kau merebut kekasihku, tidak kah kau punya
harga diri. "
Istri baru :"suami kuu… tejo!! Berani-beraninya kau bunuh suami ku! "

(Tejo mengabaikan perkataan mantan kekasihnya dan memilih untuk kabur pergi
meninggalkan
bapak yang sudah berbaring tak bernyawa bersimbah darah)

pernikahan menjadi kacau dan rusuh


ibu langsung menangis di tempat (G10)

Adegan 3

beberapa hari kemudian Di pagi hari (melati terlintas aroma linuwih yang sama)

Melati : "apakah ini, aroma linuwih mengapa tercium lagi? Dari Mana aroma ini berasal? Aku
takut ada yang terjadi pada ibu. "

(melati berusaha menenangkan diri dan langsung mengambil segelas air, ibu berjalan
melewati melati)

melati : " Hah.. Aroma jarik ini sangat kuat ketika ibu melintas di hadapanku. "
Ibu :"kau kenapa melati? seperti baru melihat hantu saja. "
Melati :" Ti…ti..tidak ibu aku tidak kenapa-kenapa. "
Ibu :"jangan melamun terus melati, itu tidak baik. "

ibu memasuki kamar dan melati masih terdiam diri di dapur.

(melati tak sanggup membayangkan kalau ibunya mati dan meninggalkan dirinya seorang
diri)

(Melati berlari ke kamar ibu)


melati: "mari ke kota Buu, kita beli jarik baru.
Ada sedikit uang, melati ingin membelikan ibu jarik baru. "
(Ibu sedikit kaget mendengar ajakan melati)
Ibu : "kalau melati memang memiliki niat baik, emari kita pergi ke kota, tunggu ibu
mengganti baju ibu dulu. "

Melati : "Baik bu. "

Ibu memakai jarik terbaiknya, tidak ada ada bedak berlebihan

Ibu : " Ayo melati, kita berangkat menuju kota. "

Melati : " Iya bu. "

Babak 4

Di perjalanan keluar dari rumah

Melati menggenggam tangan ibu dengan sangat kuat, menahan perasaan gelisah terhadap
ibunya yang di kelilingi oleh aroma jarik yang kuat

Di dalam angkutan umum


Dalam perjalanan melati menjadi sangat akrab dengan ibu
ibu bercerita banyak soal melati

Ibu : “Melati… Ibu ingat, dulu engkau nyaris tidak dapat dilahirkan. Namun Ibu sudah Ikhlas
tapi tetap berjuang.”

Melati : “ Benarkah Bu?”

Ibu : “Iya Melati, persis Ketika kamu sempat mati. Ibu Ikhlas.”

Ibu: “Yang sudah ditulis takdir, tak mungkin dicurangi.”

Setelah pembicaraan itu ibu dan melati hanya diam sambil menunggu angkutan mereka tiba
di tempat membeli jarik
Sesampainya di tempat menjual batik

Emak : "silahkan masuk, ada keperluan apa? "

Ibu : "kami ingin membeli jarik dengan motif kawung. "

Emak : "baiklah, tunggu sebentar. "

Emak : "apakah kain ini? "


(Sambil membentangkan batik motif kawung)

Melati tak bisa lagi membedakan aroma jarik dengan aroma linuwih, melati menatap jarik
motif kawung

Ibu : " Iya, yang ini saja. "

Melati : "jarik dengan motif ini, pernah menutup ku dulu ketika aku mati. " (Berbisik)

Dengan nafas yang mulai tak beraturan

Melati : "kenapa jarik kawung bu? "

Ibu : "kalau ibu memilih sidomukti atau truntum memangnya sudah ada yang melamarmu?

Ibu : "Bayarlah, lalu kita pulang. "

Membayar

Menunggu di depan
Saat angin berhembus kencang, menghempaskan daun daun itu. melati langsung
memegang kuat tangan ibu, menjaganya agar tak terbang seperti daun daun itu sembari
mendekap kain jarik yang dibelinya tadi

Angkutan menghampiri mereka


Melati tidak langsung memasuki angkutan tersebut, menghitung detik detik terakhir
Ibu : "melati, ayo kita pulang"

Di dalam angkutan

Melati : " Iya bu kita pulang sekarang. "

Langit menjadi sangat gelap


Ibu menutup matanya, damai sekali
Melati hanya takut mata itu tidak terbuka lagi
Dalam perjalanan langit pecah menjadi hujan, jalan basah, sangat rawan
Ketika mobil bedbelok tajam, melati hendak mengingatkan sangat supir

Melati : " Pak, pak hati hati ya. "

Sang supir menolah dengan tatapan kosong dan kelam

Melati : " Sepertinta aku pernah menjumpai wajah ini. Tunggu kenapa aroma linuwihnya
makin kuat. "

Tamat

A. Tokoh
• Linuwih ( wilda )
• Ibu Linuwih ( ines )
• Ibu Penjual jarik ( elma )
• Bapak linuwih ( topa )
• Selingkuhan ( zulfa )
• Sopir ( katul )
• Pembunuh bapak ( erik )
• Tetangga heboh ( mey & qobela )

B. Tugas
• Narator : Mey
• Sutradara : Tofa
• Penulis : Wilda & Ines
• Properti & penata panggung : Zulfa & Khatul
• Efek Suara : Erik
• Pamflet : Qobela & Mey
• Busana : Elma

C. Busana
• Pemeran
• Melati = daster, kebya
• Ibu = kebaya, jarik, daster
• Bapak = jas
• Selingkuhan = kebaya
• Supir = kaos, topi, handuk
• Pembunuh = kemeja
• Ibu penjual jarik = baju syari (mewah)
• Narator = kebaya

Anda mungkin juga menyukai