NPM : 201813087
KELAS : 4D
“PERILAKU BIAYA”
Pada umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total biaya
dengan perubahan volume kegiataan. Perilaku biaya dibagi menjadi tiga golongan : (1) biaya
tetap, (2) biaya variabel, dan (3) biaya semivariabel.
1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu. Biaya tetap per satuan berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan. Biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan
kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Besar biaya tetap
dipengaruhi oleh kondisi perubahan jangka panjang, teknologi, dan metode serta strategi
manajemen.
Contoh kasus biaya tetap yaitu perusahaan XXYY memiliki biaya tetap untuk sewa
gedung sebesar Rp. 50 juta per bulan yang digunakan untuk memproduksi kotak makanan.
Jika perusahaan tidak dapat memproduksi kotak makanan untuk bulan tersebut,
perusahaan tetap saja harus membayar Rp. 50 juta yang digunakan untuk sewa gedung ini.
Di sisi lain, apabila perusahaan berhasil memproduksi 2 juta kotak makanan, biaya sewa
gedung ini tetap sama yaitu Rp. 50 juta juga. Sedangkan biaya Variabel akan berubah dari
0 menjadi 200 juta (contohnya biaya variabel Rp. 100 per 1 unit kotak makanan).
Pada umumnya, jika biaya tetap mempunyai proporsi tinggi bila dibandingkan dengan
biaya variabel, kemampuan manajemen dalam menghadapi perubahan-perubahan kondisi
ekonomi jangka pendek akan berkurang. Seringkali keengganan manajemen untuk
megeluarkan biaya tetap mencerminkan ketidakberanian manajemen didalam mengambil
resiko dan kadang-kadang hal ini menyebabkan perusahaan tidak dapat menikmati laba.
Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian, biaya tetap dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Committed Fixed Cost
Committed fixed cost sebagian besar berupa biaya tetap yang timbul dari pemilikan
pabrik, ekuipmen, dan organisasi pokok. Perilaku committed fixed cost ini dapat
diketahui dengan jelas mengamati biaya-biaya yang tetap dikeluarkan jika seandainya
perusahaan tidak melakukan kegiatan sama sekali dan akan kembali ke kegiatan
normal. Dalam hal ini committed fixed cost berupa semua biaya yang tetap
dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan
di dalam memenuhi tujuan-tujuan jangka panjangnya. Keputusan-keputusan yang
berhubungan dengan pengeluaran modal pada umumnya terlihat dalam anggaran
tahunan yang disebut anggaran pengeluaran modal (capital budget). Pembuatan
anggaran ini didasarkan pada ramalan penjualan jangka panjang. Contoh dari commited
fixed cost adalah seperti biaya sewa asuransi dan depresiasi.
b. Discretionary Fixed Cost
Discretionary fixed cost merupakan biaya yang timbul dari keputusan penyediaan
anggaran secara berkala (biasanya tahunan) yang secara langsung mencerminkan
kebijakan manajemen puncak mengenai jumlah maksimum biaya yang diijinkan untuk
dikeluarkan, dan yang tidak dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara
masukan dengan keluaran (yang diukur dengan volume penjualan, jasa, atau produk).
Discretionary fixed cost sering juga disebut dengan istilah managed atau programmed
cost. Discretionary fixed cost tidak mempunyai hubungan tertentu dengan volume
kegiatan. Berbeda dengan committed fixed cost yang sulit untuk dikurangi dalam
jangka pendek, discretionary fixed cost ini dapat dihentikan sama sekali
pengeluarannya atas kebijakan manajemen.
Keputusan mengenai besarnya discretionary fixed cost ini dibuat pada awal tahun
anggaran. Setelah tujuan ditetapkan dan cara untuk mencapainya telah dipilih,maka
biaya maksimum yang akan dikeluarkan ditetapkan dan disediakan didalam anggaran.
Seperti halnya dengan committed fixed cost, jika dikehendaki laba bersih yang
maksimum, manajemen harus membuat rencana dengan seksama besarnya
discretionary fixed cost ini dengan cara menentukan sumber-sumber yang akan dibeli
dan dimanfaatkan dalam tahun anggaran. Perencanaan terhadap discretionary fixed cost
ini jauh lebih penting bila dibandingkan dengan pengawasan rutin terhadap biaya ini.
Contoh dari discretionary fixed cost adalah biaya iklan, riset, dan pengembangan
hingga pelatihan karyawan. Berikut gambar grafik biaya tetap :
Biaya
Volume Kegiatan
Discretionary fixed cost tidak dapat dihubungkan dengan keluarannya, karena tidak
adanya hubungan antara masukan dengan keluaran, atau adanya perbedaan waktu
keluaran yang diperoleh dengan biaya yang dikorbankan untuk memperoleh keluaran.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) dengan adanya
perubahan volume kegiatan. Ada jenis biaya variabel yang perilakunya bertingkat (step
like behavior) yang mempunyai perilaku sebagai step-variable costs. Biaya ini naik atau
turun tidak pada saat yang sama dengan perubahan volume kegiatan. Setiap perubahan
voleme kegiatan tidak secara langsung diikuti dengan perubahan biaya.
Contoh kasus biaya variabel (variabel cost) untuk lebih jelas mengenai Biaya
Variabel, kita mengambil contoh produksi ponsel pintar. Setiap Ponsel Pintar atau
Smartphone yang diproduksi harus memiliki 1 unit LCD (layar ponsel) seharga Rp.
800.000,-. Ini berarti bahwa setiap 1 unti Ponsel Pintar yang diproduksi, biaya variabel
akan naik Rp. 800.000,-. Jika 100 unit ponsel pintar yang diproduksi, biaya variabel LCD
akan menjadi Rp. 80.000.000,- (100 x Rp. 800.000,-). Jika 1000 unit ponsel pintar yang
diproduksi maka biaya variabel LCD akan meningkat menjadi Rp. 800.000.000,-. Namun
sebaliknya, jika hanya 10 unit ponsel pintar yang berhasil diproduksi, maka biaya variabel
LCD akan menjadi Rp. 8.000.000,- saja.
Berikut ini gambar yang memperlihatkan perbedaan antara biaya variabel yang
berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (proportionately variable cost) dan
step-variable cost.
Biaya
Volume Kegiatan
Biaya
Volume Kegiatan
Biaya Semivariabel
Volume Kegiatan
Penentuan Pola Perilaku Biaya
Ada tiga faktor yang harus diperhitungkan dalam menetapkan pola perilaku suatu
biaya. Pertama, harus dipilih biaya variabel tidak bebas (dependent variable) yang akan
deselidiki pola perilakunya. Kedua, harus dipilih variabel bebas (independent variable).
Ketiga, harus dipilih kisaran kegiatan yang relevan (relevant range of activity). Fungsi
tersebut dapat berupa fungsi linear atau nonlinear.
Asumsi yang mendasari penggambaran hubungan linear antara total biaya dengan
variabel bebas adalah sebagai berikut :
1. Hubungan teknologi antara masukan dan keluaran harus linear
2. Masukan yang dibeli harus sama dengan masukan yang digunakan
3. Harga pokok masukan yang dibeli harus mempunyai fungsi linear dengan kuantitas
yang dibeli
Variabel bebas berikut ini dapat dipilih sebagai koefisien dalam fungsi linear tersebut :
satuan produk yang dihasilkan, berat bahan baku, volume penjualan dalam rupiah, jam
tenaga kerja langsung, upah tenaga kerja langsung, jam mesin, jarak yang ditempuh.
Dalam praktik biasanya hanya dipilih satu variabel bebas yang mempunyai pengaruh
terbesar terhadap total biaya yang dikeluarkan. Jika variabel bebas ini telah dipilih dan
fungsi yang akan digunakan untuk menggambarkan pola perilaku biaya adalah linear,
langkah selanjutnya adalah menentukan koefisien slope dan intercept.
Metode Penaksiran Fungsi Linear
Ada dua pendekatan dalam mempekirakan fungsi biaya : pendekatan historis
(historical approach) dan pendekatan analitis (analytical approach). Di dalam pendekatan
historis, fungsi biaya ditentukan dengan cara menganalisis perilaku biaya di masa yang
lalu dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan dalam masa yang sama. Di
dalam pendekatan analitis diadakan kerjasama di antara orang-orang teknik dan staf
penyusun anggaran untuk mengadakan penyelidikan terhadap tiap-tiap fungsi (kegiatan
atau pekerjaan) guna menentukan pentingnya fungsi tersebut. Metode pelaksanaan
pekerjaan yang paling efisien, dan jumlah biaya yang bersangkutan dengan pelaksanaan
pekerjaan tersebut pada berbagai tingkat kegiatan.
Ada tiga metode untuk memperkirakan fungsi biaya dengan pendekatan hostoris : (1)
metode titik tertinggi dan terendah, (2) metode biaya berjaga, dan (3) metode kuadrat
terkecil.
1. Metode Titik Tertinggi dan Terendah (High and Low Point Method)
Untuk memperkirakan fungsi biaya, dalam metode ini suatu biaya pada tingkat
kegiatan yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan
terendah di masa yang lalu. Selisih biaya yang dihitung merupakan unsur biaya variabel
dalam biaya tersebut. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan dalam bulan
maret 20X1 merupakan tingkat kegiatan rendah, sedangkan kegiatan dalam bulan
agustus 20X1 merupakan tingkat kegiatan tertinggi.
Sebagai contoh, misalnya PT MAJU MAKMUR adalah sebuah pabrik garmen
yang menggunakan mesin jahit merek X. Berikut adalah biaya pemeliharaan mesin PT
MAJU MAKMUR selama bulan Januari sampai dengan Juli 2000.
Biaya
reparasi & Jam Mesin
ỳ y- ỳ (y ¬ ỳ)²
Bulan ke- pemeliharaan x
mesin (Rp
1.000) y
1 750 6.000 769 -19 361
2 715 5.500 712 3 9
3 530 4.250 568 -38 1.444
4 600 4.000 539 61 3.721
5 600 4.500 597 3 9
6 875 7.000 884 -9 81
7 800 6.000 769 31 961
8 1.000 8.000 999 1 1
9 800 6.000 769 31 961
10 750 6.000 769 -19 361
11 550 4.500 597 -47 2.209
12 600 4.500 597 3 9
8.570 66.250 10.127
n = 12 xy ∑x ỳ y- ỳ ∑(y ¬ ỳ)²
N-2= degree of freedom
ỳ = Rp10.429.270 ± Rp70.895
Perhitungan Standard Error Of Estimate
Se = √∑ ¿ ¿ ¿ ¿ = √ 10.127 = Rp31.820
12−2
Coefficient of Determination
Coefficient of Determination (yang disingkat ) merupakan ukuran yang
menunjukkan persentase perubahan variabel tak bebas (y) yang disebabkan
hubungan linear dengan variabel bebas (x). Biaya tidak hanya berubah dalam
hubungannya dengan volume kegiatan, namun masih ada faktor lain (misalnya
harga) yang berpengaruh terhadap perilaku biaya. Dengan menghitung coefficient of
determination dapat diketahui berapa persen perubahan suatu biaya yang disebabkan
oleh perubahan volume kegiatan.
Coefficient of determinstion dihitung dengan rumus sebagai berikut:
r2= ∑ ¿¿ ¿
y = biaya sesungguhnya yang diamati
ȳ = rata – rata biaya sesungguhnya yang diamati
ỳ = taksiran biaya dengan menggunakan persamaan regresi y = + bx
Pengujian Hubungan Linear antara Biaya dengan Volume Kegiatan
Analisis regresi dengan persamaan y = a + bx mendasarkan pada anggapan bahwa y
mempunyai hubungan linear dengan x. Untuk menguji signifikan tidaknya hubungan y
dan x, hipotesis nol bahwa b = 0 dapat dibuat, dengan hipotesis alternatif b = 0. Untuk
menguji hipotesis nol tersebut perlu dihitung t value yang menunjukkan jumlah standard
errors nilai b yang dihitung terletak menjauhi nol. Semakin tinggi t value di atas 0,
semakin yakin bahwa hubungan x dan y adalah hubungan linear.
Ukuran Volume Kegiatan
Salah satu contoh yang digunakan yaitu jam mesin sebagai ukuran volume kegiatan.
Dalam memilih ukuran volume kegiatan ada dua pertanyaan pokok yang harus dijawab :
(1) apakah ukuran yang akan digunakan akan didasarkan atas masukan (input) atau
keluaran (output) dan (2) apakah ukuran tersebut dinyatakan dalam satuan uang atau
satuan fisik.
1. Ukuran Masukan dan Keluaran
Ukuran masukan berhubungan dengan sumber-sumber yang digunakan di dalam suatu
pusat biaya. Contohnya adalah di dalam pusat biaya produksi ukuran volume kegiatan
dapat dinyatakan dengan jumlah jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja
langsung, jam mesin, berat bahan baku yang digunakan. Ukuran keluaran berhubungan
dengan barang dan jasa yang mengalir keluar dari suatu pusat biaya.
2. Ukuran Dalam Satuan Uang dan Dalam Satuan Fisik
Satuan ukuran volume kegiatan yang dinyatakan dalam satuan fisik seperti jam tenaga
kerja langsung, kadang-kadang lebih baik bila dibandingkan dengan satuan rupiah,
seperti biaya tenaga kerja langsung, karena ukuran yang pertama tidak dipengaruhi oleh
perubahan harga atau tarif. Kenaikan tarif upah akan menyebabkan naiknya biaya
tenaga kerja langsung, meskipun sebenarnya tidak ada kenaikan volume kegiatan. Oleh
karena itu di dalam situasi seperti ini, ukuran yang dinyatakan dalam satuan biaya
tenaga kerja langsung akan dapat menyesatkan.