Anda di halaman 1dari 17

Syahdilla Aulia Rahman

202110315064
4C Akuntansi
Akuntansi Manajemen

RANGKUMAN MATERI RPS SEBELUM UTS 3 BAB


-Cost Behavior Analysis
-Standard Cost
-Transfer pricing

I
COST BEHAVIOR ANALYSIS

A. Definisi
Perilaku biaya atau cost behavior adalah suatu gambaran aktivitas perusahaan, aktivitas
tersebut menunjukan suatu kegiatan naik dan turunnya suatu operasional perusahaan. Ketika
biaya yang dikeluarkan perusahaan terlalu banyak dari pada aktivitas tersebut, tentunya
perusahaan akan mengalami kerugian di masa akan datang. Secara keseluruhan, cost
behavior adalah mekanisme pengendalian biaya yang digunakan oleh pelaku usaha untuk
memberi batasan anggaran di setiap departemen guna meraih tujuan bisnis dan keuangan.
Apabila terdapat tanda-tanda perubahan yang mudah berubah, hal itu harus dilaporkan
dalam laporan keuangan perusahaan.

B. Pengertian Menurut Para Ahli

1. Soekidjo Notoatmodjo

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, cost behavior adalah segala tindakan dan respon seseorang
terhadap suatu objek.

2. Hansen dan Mowen


Menurut Hansen dan Mowen, cost behavior adalah istilah umum untuk menggambarkan
suatu biaya tetap atau variabel yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan.

3. Mulyadi
Menurut Mulyadi, cost behavior bisa dikatakan sebagai hubungan antara total biaya dengan
perubahan volume kegiatan. Terdapat tiga biaya yang berhubungan dengan volume kegiatan
bisnis, yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya campuran.
C. Tujuan

-Perilaku biaya untuk membuat anggaran tahunan. Kamu perlu memahami perilaku biaya
saat membuat anggaran tahunan. Cara ini kamu lakukan untuk menentukan beberapa biaya
yang akan turun atau naik seiring dengan perubahan aktivitas bisnis.

-Perilaku biaya bertujuan untuk menganalisis biaya volume profit. Analisis Cost Volume
Profit (CVP) mempelajari dampak perubahan biaya dan volume terhadap profit.

-Perilaku biaya membantu manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan biaya agar
tujuan perusahaan tercapai.

D. Jenis-Jenis Cost Behaviour

a. Perilaku Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan suatu biaya yang mempunyai jumlah total secara tetap meskipun terdapat
perubahan volume dari suatu kegiatan tertentu. Namun, pada biaya tetap per satuan akan berubah
karena terdapat perubahan volume aktivitas. Fixed cost dibagi menjadi dua jenis, yakni:

1. Committed Fixed Costs


Committed fixed cost merupakan sebagian besar biaya tetap yang terjadi dari kepemilikan
perusahaan, organisasi pokok, dan peralatan di dalamnya. Dalam perilaku committed fixed cost,
seluruh biaya tetap akan dikeluarkan dan tidak bisa dikurangi sehingga mampu memenuhi tujuan
perilaku biaya dalam kurun waktu yang lama. Yang termasuk fixed cost, antara lain
biaya depresiasi, pajak bumi bangunan atau PBB, sewa, gaji, dan asuransi.

2. Discretionary Fixed Costs


Discretionary fixed costs merupakan biaya yang terjadi dari keputusan penyediaan anggaran
yang dilakukan secara tahunan. Di dalam discretionary fixed costs akan ada kebijakan dari
manajemen terkait jumlah dan maksimal biaya yang akan dikeluarkan.

Perilaku biaya ini akan menggambarkan adanya hubungan maksimal dari biaya keluar maupun
biaya masuk yang tetap bisa diukur dengan volume penjualan produk atau jasa. Contoh
dari discretionary fixed costs adalah biaya pengembangan dan riset, biaya iklan, biaya pelatihan
karyawan, biaya konsultan, serta biaya promosi penjualan.
b. Perilaku Biaya Variabel (Variable Cost)

Variable costs ialah biaya yang seluruh total nilainya bisa berubah, tapi sebanding dengan
adanya perubahan volume pada aktivitas perusahaan, misalnya biaya bahan baku. Variable
cost terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Engineered Variable Costs


Engineered variable costs ialah biaya yang berkaitan dengan adanya hubungan fisik atas suatu
penilaian dari aktivitas perusahaan. Umumnya, seluruh biaya variabel termasuk ke
dalam engineered cost sehingga biaya ini harus berubah sesuai nilai yang masuk ataupun keluar.

2. Discretionary Variable Costs


Adanya discretionary variable cost ini tergantung dari keputusan pihak manajemen perusahaan
sehingga kebijakan antara pemasukan dan pengeluarannya memiliki hubungan yang erat. Saat
biaya pengeluaran di dalamnya berubah, biaya pemasukan pun tentunya akan berubah, misalnya
biaya iklan.

c. Perilaku Biaya Campuran (Mixed Cost)

Biaya campuran memiliki sifat biaya tetap dan biaya variabel karena adanya komponen yang
sama di dalamnya. Contoh dari biaya campuran yakni biaya pengiriman. Biaya pengiriman
memiliki biaya tetap berupa penyusutan truk dan memiliki biaya variabel berupa biaya bahan
bakar.

E. Faktor-faktor yang menentukan perilaku biaya

 Menyeleksi seluruh biaya dan menyelidiki pola perilaku di dalamnya sehingga biaya ini akan
bisa dikatakan sebagai variabel yang tidak bebas. Karena itu dinyatakan dengan simbol huruf
y.
 Memilih dan menyeleksi biaya bebas yang bisa menyebabkan biaya di dalamnya menjadi
lebih fluktuatif. Karena itu fungsi pernyataannya akan dinyatakan dengan y = f(x).
 Memilih dan menyeleksi aktivitas perusahaan yang dianggap relevan. Biaya variabel bebas
dan tidak bebas yang ada di dalamnya akan dinyatakan pada fungsi biaya yang berlaku.
Biaya tersebut akan dinyatakan dengan rumus y = a + bx.

F. Peranan model penggunaan sumber daya dalam memahami perilaku biaya.

Biaya-biaya jangka pendek kerap tidak cukup untuk menggambarkan seluruh biaya yang
dibutuhkan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mendistribusikan, dan mendukung
suatu produk. Perilaku biaya jangka panjang dan jangka endek berhubungan dengan aktivitas
dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukannya. Kapasitas adalah kemampuan aktual
atau potensial untuk melakukan sesuatu. Jadi dalam pembahasan mengenai kapasitas suatu
aktivitas, hal yang dideskripsikan adalah jumlah aktivitas yang dapat dilakukan perusahaan.
Banyaknya aktivitas yang diperlukan bergantung pada tingkat kinerja yang diminta. Biasanya,
dapat diasumsikan bahwa kapasitas yang diperlukan berhubungan dengan tingkat di mana
aktivitas dikerjakan secara efisien. Tingkat efisien kinerja aktivitas disebut kapasitas praktis
(practical capacity). Hal ini terkadang terdapat kelebihan aktivitas.
1. Sumber Daya Fleksibel
Sumber daya fleksibel dipasok saat digunakan dan dibutuhkan. Sumber daya ini diperoleh dari
pihak luar dan tidak membutuhkan komitmen jangka panjag untuk membeli sejumlah seumber
daya tertentu. Jadi, organisasi bebas membeli hanya sebatas jumlah yang dibutuhkan. Dengan
demikian, jumlah sumber daya yang dipasok sama dengan jumlah yang diminta. Contohnya:
bahan baku dan energy.
 Sumber Daya Terikat
Sumber daya terikat adalah sumber daya yang dipasok sebelum penggunan ; mereka didapat
dengan menggunakan kontrak eksplisit atau implisit unutk memperoleh sejumlah sumber daya
tertentu, tanpa memandang apakah jumlah sumber daya yang tersedia digunakan secara
penuh atau tidak. Sumber daya terikat dapat memiliki kapasitas yang tidak terpakai karena
kapasitas yang tersedia lebih banyak daripada yang digunakan. Contohnya : banyak organisasi
memperoleh berbagai kapasitas pelayanan multiperiode dengan membayar tunai dimuka atau
membuat kontrak eksplisit yang memerlukan pembayaran tunai secara periodik. Contoh
lainnya yaitu pembebanan tahunan yang berhubungan dengan kategori multiperiode tidak
bergantung pada penggunaan actual sumber daya. Pembebanan-pembebanan tersebut
didefinisikan sebagai biaya tetap terikat (committed fixed cost) dan menyediakan kapasitas
aktivitas jangka panjang.

G. Metode Penentuan Cost Behaviour

a. Metode Titik Tertinggi dan Titik Terendah (High and Low Point Method)

Cara menentukan pola perilaku biaya dengan metode ini adalah menganalisis biaya masa lalu
pada tingginya dan rendahnya volume aktivitas perusahaan. Biaya variabel ditentukan dengan
selisih antara biaya terendah dan tertinggi dibagi selisih volume produksi.

Biaya Variabel (b) = (Biaya Tertinggi – Biaya Terendah) / (Volume Produksi Tertinggi –
Terendah)

Fixed cost ditentukan dengan menghitung selisih biaya total dengan biaya variabel total.

Biaya Tetap (a) = Total Biaya – (Biaya Variabel / Unit)


Jika dirumuskan formulasinya sebagai berikut.

Y = a + bX

b. Metode Biaya Cadangan (Standby Cost)

Dalam metode ini, kamu perlu menentukan unsur biaya tetap dari biaya-biaya yang
bersangkutan. Penentuan biaya tetapnya dilakukan dengan cara menghentikan kegiatan
perusahaan untuk sementara waktu.

Biaya yang timbul selama kegiatan perusahaan dihentikan disebut biaya cadangan dan
merupakan komponen biaya tetap. Sedangkan selisih antara biaya cadangan dengan biaya-biaya
yang terjadi selama kegiatan perusahaan berjalan merupakan unsur biaya variabel.

Jika dirumuskan formulasinya sebagai berikut.

Y = a + bX

Keterangan dari rumus di atas, yaitu:

a = Biaya tetap yang diperoleh dari biaya cadangan

b = Selisih biaya cadangan dengan biaya total dibagi volume aktivitas perusahaan

Y = Total biaya-biaya yang bersangkutan

X = Volume aktivitas perusahaan

c. Metode Kuadrat Terkecil (Least Square)

Penentuan perilaku biaya pada metode ini yaitu dengan menghitung total biaya tetap (a) dan total
biaya variabel (b). Metode ini paling sering digunakan untuk meramalkan y karena
perhitungannya lebih teliti.
Y = a + bX

= Biaya tetap yang diperoleh dari biaya cadangan

b = Biaya variabel per unit

Y = Total biaya

X = Volume kegiatan

H. Contoh Kasus Perilaku Biaya

1. Biaya variabel
Setiap unit smartphone yang diproduksi membutuhkan kartu SIM seharga Rp. 12.000. Jika Anda
mengalikan jumlah unit yang ingin Anda produksi dengan Rp.12.000, maka Anda akan
mendapatkan total biaya produksi. Dalam hal ini, 100.000 kartu SIM yang diproduksi dikalikan
dengan Rp. 12.000 per unit sama dengan Rp 12.000.000 dalam total biaya produksi. Angka ini
memberi Anda perkiraan jika Anda ingin memproduksi lebih banyak unit. Dengan menghitung
biaya, Anda dapat melacak metode aktivitas lain untuk mengarah pada produksinya seperti
tenaga kerja dan penjualan.

2.Biaya tetap

Menyewa fasilitas untuk memproduksi kartu SIM berharga Rp. 15.000.000. Biaya ini akan
muncul sebagai garis lurus pada grafik, karena biaya sewa konsisten setiap bulan. Anda juga
dapat menghitung seberapa scalable perusahaan tergantung pada berapa banyak yang Anda
tetapkan untuk memproduksi kartu SIM. Misalnya, jika Anda menurunkan harga biaya tetap per
unit maka Anda akan meningkatkan produksi unit jika Anda memprioritaskan ketersediaan kartu
SIM untuk umum.

3.Biaya campuran atau semivariabel


Memiliki gedung manufaktur untuk membuat kartu SIM memiliki total biaya campuran.
Misalnya, biaya tetap gedung ini adalah Rp. 25.000.000 per tahun, dan utilitasnya adalah Rp.
300.000 per orang dan 150 karyawan bekerja di kantor ini. Perhitungannya akan seperti ini:

Rp. 60.000.000 = Rp. 25.000.000 (biaya tetap) + (Rp. 300.000/penghuni x 150 penghuni).
II

STANDARD COST

A.Definisi

Biaya standar dapat didefinisikan sebagai penilaian atau perkiraan tentang komponen
biaya tertentu yang seharusnya, atau mungkin secara wajar diharapkan, untuk periode tertentu
dan di bawah kondisi operasi dan volume keluaran yang diberikan atau diasumsikan. Standard
costing adalah istilah lain untuk menyebutkan biaya standar.Ini merupakan sebuah tolok ukur
biaya yang seharusnya digunakan perusahaan dalam memproduksi suatu barang atau mendanai
aktivitas tertentu.

Biaya tersebut dibuat berdasarkan berbagai asumsi, entah itu dari segi ekonomi, efisiensi,
atau faktor-faktor lainnya. Penentuan biaya standar umumnya di awal, tujuannya ialah sebagai
patokan pada proses pengeluaran biaya aktual di kemudian hari.Namun, apabila biaya aktual
ternyata tidak sesuai dengan biaya standar tersebut, maka jumlah yang dinilai benar ialah biaya
standar, selama asumsi-asumsi dasarnya tidak mengalami perubahan. Lalu sebelum penentuan
biaya standar, manajer perusahaan harus melakukan riset terlebih dahulu terkait operasional
produksi.

B.Pengertian Standard Cost Menurut para ahli

1. Mulyadi (2014:387) Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan
jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk
membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor
lain tertentu.
2. Sujarweni (2015:134) Sistem biaya standar berfungsi untuk mengendalikan biaya.
3. “Biaya adalah kas atau nilai setara kas untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan
memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi.” (Hansen dan Mowen, 2009).

C. Komponen dalam Biaya Standar

Dalam pengaturan manufaktur, terdapat tiga komponen utama yang meliputi:

 Bahan Langsung – Ini diturunkan dengan mengalikan jumlah setiap bahan dengan biaya
bahan per unit.
 Tenaga Kerja Langsung – Ini diperoleh dengan mengalikan jumlah masing-masing
tenaga kerja dengan biaya tenaga kerja per jam.
 Biaya Overhead – Ini termasuk biaya overhead tetap dan overhead variabel, yang
dihitung dengan mengalikan kuantitas standar dengan tarif standar overhead variabel.
D. Varian dalam Biaya Standar
Varians adalah perbedaan antara biaya aktual yang terjadi dan biaya standar yang digunakan
untuk mengukurnya. Varians juga dapat digunakan untuk mengukur perbedaan antara penjualan
aktual dan yang diharapkan.

1.Varians tarif

Varians tarif (yang juga dikenal sebagai varian harga) adalah selisih antara harga sebenarnya
yang dibayarkan untuk sesuatu dan harga yang diharapkan, dikalikan dengan jumlah aktual yang
dibeli. Penunjukan varian “tarif” paling umum diterapkan pada varians tingkat tenaga kerja, yang
melibatkan biaya tenaga kerja langsung aktual dibandingkan dengan biaya tenaga kerja langsung.
Varians harga menggunakan sebutan yang berbeda ketika diterapkan pada pembelian material,
dan dapat disebut sebagai varian harga beli atau varian harga material.

2.Varians volume

Varians volume adalah selisih antara jumlah aktual yang terjual atau dikonsumsi dan jumlah
yang dianggarkan, dikalikan dengan harga standar atau biaya per unit. Jika varians berkaitan
dengan penjualan barang maka disebut varians volume penjualan. Jika dikaitkan dengan
penggunaan material langsung disebut material yield variance. Jika varians berkaitan dengan
penggunaan tenaga kerja langsung, hal itu disebut varians efisiensi tenaga kerja. Akhirnya, jika
varians berkaitan dengan penerapan overhead, itu disebut varians efisiensi overhead. Jadi,
varians didasarkan pada perubahan biaya dari jumlah yang diharapkan, atau perubahan kuantitas
dari jumlah yang diharapkan.

Varians paling umum yang dipilih oleh akuntan biaya untuk dilaporkan dibagi lagi dalam
kategori varian tarif dan volume untuk bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead.
Varians ini juga dapat dilaporkan untuk pendapatan.

E. Rumus dalam Biaya Standar


Metode biaya standar dapat diuraikan menggunakan rumus berikut:

Biaya Standar = Tenaga Kerja Langsung * Bahan Langsung * Overhead Manufaktur

Dimana:

Tenaga Kerja Langsung = Jam Kerja * Tarif Per Jam

Bahan Langsung = jumlah bahan * harga pasar

Overhead Manufaktur = Gaji Tetap + (Jam mesin * Tarif mesin)

Catatan: Semua kecuali komponen gaji tetap dari biaya overhead harus diprediksi mengingat
kondisi pasar pada permintaan dan biaya bahan. Perlu juga dicatat bahwa ini adalah rumus yang
sama untuk biaya produksi, tetapi perbedaannya terletak pada kenyataan bahwa akuntansi biaya
dilakukan atas dasar prediktif.

F. Kelebihan Menggunakan Biaya Standar

1. Penganggaran

Anggaran selalu terdiri dari biaya standar, karena tidak mungkin untuk memasukkan di
dalamnya biaya sebenarnya yang sebenarnya dari suatu item pada hari anggaran diselesaikan.

Selain itu, karena penerapan utama anggaran adalah membandingkannya dengan hasil aktual
pada periode berikutnya, standar yang digunakan di dalamnya terus muncul dalam laporan
keuangan selama periode anggaran.

2.Biaya persediaan

Sangat mudah untuk mencetak laporan yang menunjukkan saldo persediaan akhir periode (jika
Anda menggunakan sistem persediaan perpetual), mengalikannya dengan biaya standar setiap
item, dan langsung menghasilkan penilaian persediaan akhir.

Hasilnya tidak sama persis dengan biaya persediaan yang sebenarnya, tetapi mendekati. Namun,
biaya standar mungkin perlu sering diperbarui, jika biaya aktual terus berubah. Paling mudah
memperbarui biaya untuk komponen inventaris bernilai tertinggi secara berkala, dan
meninggalkan item bernilai lebih rendah untuk tinjauan biaya sesekali.

3.Aplikasi overhead

Jika diperlukan waktu terlalu lama untuk menggabungkan biaya aktual ke dalam kumpulan biaya
untuk alokasi ke inventaris, Anda dapat menggunakan tarif aplikasi overhead standar, dan
menyesuaikan tarif ini setiap beberapa bulan agar mendekati biaya sebenarnya.

4.Formulasi harga

Jika sebuah perusahaan berurusan dengan produk khusus, maka itu menggunakan biaya standar
untuk mengumpulkan biaya yang diproyeksikan dari persyaratan pelanggan, setelah itu
menambahkan margin. Ini mungkin sistem yang cukup kompleks, di mana departemen penjualan
menggunakan database biaya komponen yang berubah tergantung pada jumlah unit yang ingin
dipesan pelanggan.Sistem ini mungkin juga memperhitungkan perubahan dalam biaya produksi
perusahaan pada tingkat volume yang berbeda, karena hal ini mungkin memerlukan penggunaan
proses produksi yang lebih lama yang lebih murah.
G. Kekurangan Penetapan Biaya Standar

Meskipun penetapan standard costing dapat bermanfaat untuk operasi bisnis, ia juga memiliki
beberapa kelemahan. Berikut adalah beberapa kelemahan penerapan sistem penetapan biaya ini:

1. Umpan balik yang lambat

Karena laporan varians hanya disiapkan setiap bulan dan informasi ini perlu waktu untuk dirilis,
pada saat akhirnya dirilis, informasi tersebut mungkin tidak lagi berguna. Hal ini dapat dihindari
dengan membuat laporan yang tepat waktu dan lebih sering.

2. Penurunan semangat

Kebanyakan manajer cenderung berfokus pada area masalah daripada kesuksesan. Berkenaan
dengan standard costing, mereka bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk memperbaiki
varians apa pun daripada memberi selamat kepada karyawan untuk pekerjaan yang dilakukan
dengan baik.

Karyawan membutuhkan penguatan positif untuk menikmati pekerjaan mereka dan mengetahui
bahwa mereka adalah bagian integral dari bisnis. Menggunakan sistem penetapan standard
costing dapat meningkatkan potensi semangat kerja karyawan yang rendah.

3. Reaksi karyawan

Karena semangat yang rendah, karyawan berpotensi menyembunyikan laporan varians yang
tidak menguntungkan untuk menghindari dampak di masa depan. Ini akan memberi manajer
pemahaman yang salah tentang rencana laba mereka.

Mengetahui hasil laporan varians masa lalu juga dapat mengarahkan karyawan untuk mengambil
tindakan yang akan mempengaruhi bisnis. Ini dapat mencakup karyawan yang melakukan
peningkatan output pada akhir bulan untuk menghindari laporan yang tidak menguntungkan. Ini
kemudian dapat menyebabkan produk berkualitas lebih rendah.

H. Contoh Kasus

Faster Path Production memproduksi sepatu lari. Manajemen melakukan pertemuan dengan para
pemimpin tim dan mereka berencana untuk memproduksi 300 unit sepatu di tahun mendatang.
Mereka memperkirakan biaya-biaya sebagai berikut:

 Tenaga kerja langsung: 50.000 per jam

 Bahan baku: 100.000 per unit

 Overhead produksi: 80.000 per unit


 Waktu untuk memproduksi satu unit: 5 jam

 Overhead tetap: 100.000

Untuk menghitung biaya standar, langkah pertama adalah menghitung setiap sub-komponen
dalam rumus. Dalam contoh ini, mereka adalah sebagai berikut:

 Biaya bahan = 100.000 (biaya per unit) x 300 (jumlah total unit) = 30.000.000

 Tenaga kerja langsung = 50.000 (tarif per jam karyawan) x 5 (jumlah jam untuk
memproduksi satu unit) x 300 (jumlah total unit) = 75.000.000

 Overhead manufaktur = 100.000 (overhead tetap) + 80.000 (overhead manufaktur


variabel) x 300 (jumlah total unit) = 54.000.000

Hitung biaya standar


Setelah Anda menghitung biaya tenaga kerja langsung, bahan, dan overhead, Anda dapat
menambahkannya bersama-sama untuk menemukan standard costing keseluruhan.
Biaya standar = 30.000.000(biaya bahan) + 75.000.000(tenaga kerja langsung) + 54.000.000
(overhead manufaktur) = 159.000.000.

Perusahaan dapat memperkirakan biaya produksi satu unit sepatu lari, dengan membagi standard
costing dengan jumlah total unit, yang untuk contoh ini adalah 159.000.000 / 300 = 530.000.
Dengan menggunakan nilai standard costing, perusahaan dapat merencanakan anggaran
manufaktur dan memutuskan harga jual akhir produk.
III

TRANSFER PRICING

A. Definisi
Akrab dikenal juga dengan istilah “penentuan harga transfer”, sederhananya, transfer
pricing adalah penentuan harga yang sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha dalam
transaksi yang dilakukan antara perusahaan yang memiliki hubungan istimewa. Transaksi
tersebut sendiri bervariasi mulai dari transaksi barang, jasa, harta tak berwujud, hingga transaksi
pinjaman. Transfer pricing sendiri merupakan praktik perpajakan.

Umumnya, transfer pricing banyak dilakukan oleh perusahaan multinasional. Transaksi


antarperusahaan dengan hubungan istimewa tersebut dilakukan antara dua atau lebih perusahaan
yang berada di negara yang sama ataupun di negara yang berbeda.

B. Pengertian menurut para ahli

1. Transfer Pricing menurut Simamora dalam Salsalina (2012), didefinisikan sebagai nilai atau
harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan
divisi penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli (buying division).

2. Menurut Gunadi (2007) Transfer pricing merupakan jumlah harga atas penyerahan barang
atau imbalan atas penyerahan jasa yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak dalam transaksi
bisnis finansial maupun transaksi lainnya.

3. Suryana (2012) mendefinisikan transfer pricing adalah transaksi barang dan jasa antara
beberapa divisi pada suatu kelompok usaha dengan harga yang tidak wajar, bisa dengan
menaikkan (mark up) atau menurunkan harga (mark down), kebanyakan dilakukan oleh
perusahaan global (multinational enterprise).

C. Tujuan Transfer Pricing

-Untuk mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-divisi


perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain.

-Untuk mengevaluasi kinerja divisi dan memotivasi manajer divisi penjual dan divisi pembeli
menuju keputusan-keputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.

-Mendukung kesesuaian tujuan dan tingkat usaha manajemen puncak.

-Membantu manajemen puncak mengevaluasi kinerja dari subunit individual dan manajer
mereka
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Transfer Pricing (Harga Transfer)

1. Pertimbangan-pertimbangan pajak

Jika tidak ditiadakan oleh undang-undang, keuntungan perusahaan bisa ditingkatkan dengan
menetapkan harga pengiriman untuk memindahkan keuntungan dari anak perusahaan yang
berlokasi di negara-negara berpajak tinggi ke anak perusahaan yang berlokasi di negara-negara
berpajak rendah.

2.Perhitungan tarif Tarif

barang-barang impor juga mempengaruhi kebijakan penetapan harga transfer perusahaan


multinasional. Sebagai contoh sebuah perusahaan mengekspor barang kepada cabang
perusahaannya yang berdomisili disebuah negara bertarif tinggi bisa mengurangi tarifnya dengan
menekan harga barang dagangan yang dikirim kesana. Sebagai tambahan untuk semua kaitan ini,
perusahaan multinasional harus memperhitungkan biaya dan keuntungan tambahan, ekternal dan
internal. Secara ekternal, MNC memiliki otoritas perpajakan yang bertentangan dengan
kebiasaan resmi negara-negara impor dan administrator pajak penghasilan dari negara ekspor
dan impor. Tarif yang lebih tinggi dibayar oleh importer yang menurunkan pajak dasar untuk
pajak penghasilan. Secara internal, perusahaan harus mengevaluasi keuntungan dari pajak
penghasilan yang lebih rendah (lebih tinggi) di negara impor terhadap kegiatan impor yang lebih
tinggi (lebih rendah), sebagaimana besar (kecil) pajak penghasilan yang dibayarkan oleh
perusahaan dinegara ekspor.

3.Faktor-faktor kompetitif

Untuk memfasilitasi pendirian cabang perusahaan diluar negeri, perusahaan induk bisa
mendukung cabang perusahaan dengan memakai faktur pada harga yang sangat rendah. Semua
harga cabang perusahaan ini bisa dihilangkan secara berkala ketika cabang perusahaan
memperkuat posisinya dipasar luar negeri. Sama halnya, harga transfer yang rendah bisa
digunakan untuk membentengi usaha yang ada dari dampak persaingan asing dipasar local atau
pasar lainnya dengan kata lain profit yang diperoleh dari suatu negara dapat menyokong
penetrasi kepasar lain. Dampak persaingan secara tidak langsung juga dapat terjadi. Untuk
memperbaiki akses cabang perusahaan luar negeri dengan pasar modal, ketetapan harga transfer
rendah untuk input dan ketetapan harga transfer tinggi untuk output bisa menyokong laporan
pendapatan dan posisi keuangannya. Kadang-kadang, harga transfer dapat digunakan untuk
melemahkan cabang perusahaan pesaing.

4. Resiko lingkungan

Mengingat perhitungan persaingan diluar negeri mungkin menuntut beban biaya transfer yang
rendah untuk cabang perusahaan diluar negeri, resiko dari inflasi harga tinggi mungkin
sebaliknya. Inflasi mengikis daya beli kas perusahaan. Harga transfer barang yang lebih tinggi
untuk barang atau jasa membuat cabang perusahaan berhadapan dengan inflasi tinggi yang bisa
menghanguskan semua kas yang ada dari cabang perusahaan.

5. Perhitungan Penilaian Performa

Kebijakan penetapan harga juga dipengaruhi oleh dampak mereka dalam tindakan managerial
dan sering menjadi penentu utama performa perusahaan. Sebagai contoh, jika misi cabang
perusahaan luar negeri adalah untuk menyediakan persediaan untuk sistem perusahaan yang
tersisa, harga transfer yang tepat memungkinkan manajemen perusahaan memberikan cabang
perusahaan sebuah arus pendapatan yang dapat digunakan dalam perbandingan performa. Akan
tetapi, hal ini sulit bagi perusahaan terdesentralisasi untuk menetapkan harga transfer antar
perusahaan yang (1) mendorong manager untuk mengambil keputusan yang memaksimalkan
keuntungan dan sesuai dengan target umum perusahaan dan (2) member dasar yang cukup untuk
menilai performa manager dan perusahaan.

6. Kontribusi akuntansi

Manajemen akuntan bisa berperan signifikan dalam mengukur sasaran dalam strategi penetapan
harga transfer. Rintangannya adalah menjaga perspektif global ketika memetakan keuntungan
dan biaya yang sesuai dengan keputusan harga transfer. Pertama yang terjadi adalah dampaknya
pada keputusan dalam sistem perusahaan. Mengukur sejumlah kesepakatan adalah sulit karena
pengaruh lingkungan yang harus diperhitungkan secara kelompok, tidak secara individu.

E. Metode Transfer Pricing yang Wajar

1. Metode Perbandingan Harga


Metode ini memberlakukan perbandingan harga transaksi dari pihak yang ada hubungan
istimewa dengan harga transaksi barang sejenis, dengan pihak yang tidak memiliki hubungan
istimewa. Dapat dikatakan, metode ini merupakan metode paling akurat, tapi masih sering
menjadi permasalahan karena harus mencari barang yang benar-benar sejenis.

2. Metode Harga Penjualan Kembali


Wajib Pajak yang bergerak di bidang usaha perdagangan bisa menggunakan metode ini. Produk
yang telah dibeli dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa akan dijual kembali kepada
pihak lain yang tidak memiliki hubungan istimewa.

Harga yang didapat dari penjualan kembali itu dikurangi dengan laba kotor sehingga diperoleh
harga beli wajar dari pihak yang memiliki hubungan istimewa.

3. Metode Biaya Plus


Metode ini dilakukan dengan menambah tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan
yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa, atau tingkat laba
kotor wajarnya diperoleh dari perusahaan lain yang sebanding dengan pihak yang tidak memiliki
hubungan istimewa.
4. Metode Pembagian Laba
Metode ini dapat mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dengan menggunakan dasar yang bisa
diterima secara ekonomi sehingga dapat memperkirakan laba yang selayaknya dari kesepakatan
antara pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa.

5. Metode Laba Bersih Transaksional


Metode terakhir membandingkan persentase laba bersih operasi terhadap biaya, penjualan,
aktiva, atau dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
dengan persentase laba bersih operasi yang diperoleh dari transaksi sebanding dengan pihak lain
yang tidak memiliki hubungan istimewa, atau persentase laba bersih operasi yang diperbolehkan
atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa
lainnya.

F. Contoh kasus

Smart Corp. adalah produsen produk elektronik yang berkedudukan di Negara A. Smart Corp.
merupakan perusahaan multinasional yang menguasai 100% saham di PT Smart Indonesia
(limited risk distributor) yang berkedudukan di Indonesia. Pada Tahun Pajak 2021 PT Smart
Indonesia membeli produk elektronik dari Smart Corp. dengan harga USD 110/unit. Selanjutnya
PT Smart Indonesia menjual kembali produk tersebut ke pihak independen di Indonesia dengan
harga USD 125/unit. Selain menjual produk yang dibeli dari Smart Corp., PT Smart Indonesia
juga mengimpor barang sejenis dari produsen independen yang berkedudukan di negara B
dengan harga beli USD 100/unit, produk tersebut juga dipasarkan kepada konsumen akhir di
Indonesia dengan harga USD120/unit. Berdasarkan analisis fungsi Wajib Pajak, ketentuan
kontrak, strategi usaha, dan keadaan ekonomi, tidak terdapat perbedaan dalam aktivitas distribusi
kedua produk tersebut. PT Smart Indonesia sedang diperiksa oleh KPP Madya Jakarta Pusat
untuk Tahun Pajak 2021.

Anda mungkin juga menyukai