Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Melalui orientasi pegawai baru di lingkungan UPTD Puskesmas Banjarejo Kota


Madiun diharapkan PPPK PKM Banjarejo dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan
budaya kerja di Lingkungan UPTD Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. Penyesuaian diri
yang tepat dan cepat akan semakin mendukung sikap kerja PPPK, PKM Banjarejo dan sinergi
dengan lingkungannya, sehingga apabila ada permasalahan, pegawai baru memiliki bekal
untuk dapat menyelesaikan secara mandiri dan tidak mempengaruhi kinerjanya.

TUJUAN
Tujuan Orientasi PPPK PKM Banjarejo adalah:
1. PPPK PKM Banjarejo dapat memahami visi dan misi UPTD Puskesmas Banjarejo Kota
Madiun.
2. PPPK PKM Banjarejo dapat memahami nilai-nilai dan budaya organisasi UPTD
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
3. PPPK PKM Banjarejo dapat memahami produk layanan UPTD Puskesmas Banjarejo
Kota Madiun.
4. PPPK PKM Banjarejo dapat memahami hak dan kewajibannya sebagai pegawai UPTD
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
5. PPPK PKM Banjarejo dapat memahami prinsip-prinsip kerjasama tim (team work
building).
6. PPPK PKM Banjarejo memahami tugas pokok dan fungsinya.
7. PPPK PKM Banjarejo dapat memahami Profil UPTD Puskesmas Banjarejo Kota Madiun,
pengertian mutu, pengertian UKP, inovasi Program PKM, pengertian dan tugas PPI,
Pengertian dan Tugas PMKP, Pengertian dan Tugas Pengaduan Masyarakat, Pengertian
dan Tugas bagian Manajemen Resiko, Jejaring dan Jaringan Puskesmas, serta UKM
Puskesmas.

1
PESERTA
Peserta orientasi pegawai baru dalam laporan ini adalah CPNS, PPPK, dan Mutasi PKM
Banjarejo yang terdiri dari:
No Nama Jabatan
1. dr. CHELSEA VIDIA SANJAYA DOKTER
2. dr. LUH GEDE RAMONARIE DOKTER
UTAMIDEWI
3. drg. NURLAILY HAYU RACHMI DOKTER GIGI
4. ADITYA KIRNANDA SANDY, PERAWAT
AMd. Kep
5. AULIA FATWA DIWANTIARA, PERAWAT
A.Md.Kep
6. ERNI SOFIDA NURHAYATI, PERAWAT
AMd.Kep
7. FIBRIA DWI ANITA AMd.Kep PERAWAT
8. DYAH ANGGUN A AMd.Kes REKAM MEDIS
9. REDITA PURNAMA SARI, AMd. ASISTEN APOTEKER
Farm
10. PRETI KESEHATAN LINGKUNGAN

JADWAL ORIENTASI CPNS


Waktu Narasumber Materi
SENIN, 23-05-2022 1. dr. Rohlina Agustriningtias 1. Orientasi Profil PKM
JAM : 13.00 2. drg. Kris Budi Banjarejo
TEMPAT : 2. Orientasi Mutu
Ruang Pertemuan dr. Ana R
JUMAT, 27-05-2022 1. dr. Ratna Husniah B 1. Orientasi UKP
JAM: 13.00 2. Mbak Rafika 2. Orientasi Inovasi
TEMPAT : 3. Bu Sriyatun
Ruang Pertemuan Dr.Ana

SENIN, 30-05-2022 1. dr. Widya Astri Lintera 1. Orientasi PPI


JAM : 13.00 2. Bu Yeny Novalina 2. Orientasi PMKP
TEMPAT : 3. Mbak Ratna 3. Orientasi Pengaduan
Ruang Pertemuan Dr. Ana 4. Mbak Cita Masyarakat
4. Orientasi Manajemen
Resiko
KAMIS, 02-05-2022 1. Bapak Lukman 1. Orientasi Jejaring
JAM : 13.30 2. Bu Erni Lukitosari 2. Orientasi UKM
TEMPAT :
Ruang Pertemuan Dr. Ana

2
BAB II
LAPORAN KEGIATAN ORIENTASI

2.1 Orientasi Hari I, 23 Mei 2023


2.1.1 Orientasi Profil Puskesmas Banjarejo
Orientasi CPNS Formasi 2021 di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun dimulai dengan
pengenalan Profil Puskesmas Banjarejo yang dibawakan oleh Kepala Puskesmas Banjarejo
yaitu dr. Rohlina Agustriningtias. Orientasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
kepada CPNS yang akan bertugas di Puskesmas Banjarejo. Dalam pemaparan orientasi pada
kesempatan ini, Kepala Puskesmas Banjarejo memaparkan mengenai gambaran tentang
kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator
hasil pembangunan kesehatan yang menggambarkan kondisi kesehatan di wilayah UPTD
Puskesmas Banjarejo selama satu tahun terakhir.
Secara geografis, Puskesmas Banjarejo terletak di wilayah perkotaan tepatnya di
wilayah Kecamatan Taman, Kota Madiun. Secara administratif wilayah kerja UPTD
Puskesmas Banjarejo terdiri dari 4 (empat) kelurahan, yaitu Kelurahan Banjarejo, Kejuron,
Mojorejo, dan Manisrejo. Luas wilayah Puskesmas Banjarejo seluruhnya adalah 6,70 km2
dengan batas – batas sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kelurahan Kanigoro, Kelurahan Klegen, Kelurahan Kartoharjo
 Sebelah Timur : Kelurahan Munggut, Kelurahan Mojopurno
 Sebelah Selatan : Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Demangan
 Sebelah Barat : Kelurahan Taman, Kelurahan Pandean.

3
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Banjarejo
Puskesmas Banjarejo merupakan salah satu dari 6 (enam) puskesmas yang ada di Kota
Madiun dan memiliki 3 (tiga) Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu Pustu Kejuron, Pustu
Manisrejo, dan Pustu Mojorejo. Puskesmas Banjarejo sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
yang telah terakreditasi Utama pada tahun 2019 dan pada tahun 2022 ini akan dilakukan
reakreditasi kembali. Kategori Puskesmas Banjarejo menurut karakteristik wilayah termasuk
puskesmas perkotaan. Sedangkan berdasarkan kemampuan penyelenggaraan, Puskesmas
Banjarejo merupakan puskesmas non rawat inap. Adapun Visi UPTD Puskesmas Banjarejo
yaitu Puskesmas Sahabat Masyarakat Menuju Hidup Sehat Mandiri. Visi ini diwujudkan ke
dalam 5 (lima) misi antara lain memberikan pelayanan yang baik, ramah dan terjangkau;
meningkatkan kualitas SDM; meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat; memberikan edukasi kepada masyarakat tentang
kesehatan; dan cepat tanggap dalam merespon keluhan, permasalahan kesehatan, dan
kejadian luar biasa di masyarakat.
Puskesmas Banjarejo memiliki UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)
yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Banjarejo. UKBM di Puskesmas Banjarejo terdiri dari 56 posyandu balita, 28
posyandu lansia, 30 posbindu PTM, 2 poskestren, 6 pos UKK, 4 poskeskel, serta 4 kelurahan
siaga aktif.
Derajat kesehatan Puskesmas Banjarejo dalam pemaparan Profil Kesehatan
digambarkan dalam angka kematian, angka kesakitan, status gizi, dan kesehatan lingkungan.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Puskesmas Banjarejo tahun 2021 yaitu sebesar 2 per 1.000
kelahiran hidup yang disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Angka Kematian
Ibu (AKI) di Puskesmas Banjarejo tahun 2021 yaitu sebesar 2 kasus dari 509 kelahiran hidup.
Kematian ibu nifas berusia 20 – 34 tahun tersebut disebabkan karena yang bersangkutan
menderita Covid-19. Angka Kematian Balita (AKABA) di Puskesmas Banjarejo dtemukan 2
kasus per 1.000 kelahiran hidup
Angka Kesakitan Kasus TB Paru berdasarkan data dari Program P2 Tuberkulosis
Puskesmas Banjarejo, jumlah suspek TB paru yang ditemukan dan mendapat pelayanan
sesuai standar sebanyak 140 orang dari target SPM 137 orang atau sebesar 102,19%. Artinya
penemuan suspek TB di Puskesmas Banjarejo telah melebihi target SPM. Jumlah kasus TB
paru terkonfirmasi bakteriologis yang terdaftar dan diobati di Puskesmas Banjarejo Tahun
2021 sebanyak 16 kasus. Tujuh diantaranya merupakan pasien dari luar wilayah kerja. Dari
16 kasus tersebut, terjadi 3 (tiga) kasus kematian selama pengobatan yaitu di Kelurahan

4
Kejuron, Kelurahan Mojorejo, dan luar wilayah masing-masing 1 (satu) kasus. Angka
kesembuhan TB paru di Puskesmas Banjarejo mencapai 81,3%. Sedangkan angka
keberhasilan pengobatan (Success Rate/SR) yang dicapai sebesar 86,4%.
Jumlah kasus pneumonia pada balita yang ditemukan pada tahun 2021 di Puskesmas
Banjarejo sebanyak 118 kasus dari perkiraan 100 kasus. Sehingga persentase penemuan
penderita pneumonia pada balita sebesar 118%. Pada tahun 2021, jumlah kasus HIV di
UPTD Puskesmas Banjarejo sebanyak 17 orang. Kasus HIV tertinggi diderita oleh kelompok
usia produktif 25-49 tahun (76,65%) dan berjenis kelamin laki-laki (82,35%). Kasus DBD
yang ditemukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Banjarejo pada tahun 2021 sejumlah 5
(lima) kasus. Dari kasus yang ditemukan, tidak ada kasus meninggal dunia. Kasus diare pada
balita masih cukup tinggi di wilayah kerja Puskesmas Banjarejo. Hal ini ditunjukkan dengan
penemuan kasus diare pada balita tahun 2021 yang mencapai 426 kasus. Jumlah tersebut
diperoleh dari penderita yang datang langsung dan dilayani baik di puskesmas maupun
jaringannya ditambah penemuan oleh kader posyandu.
Pandemi Covid-19 menyebabkan diberlakukannya PPKM Mikro untuk mencegah
penualaran virus Covid-19. Hari buka posyandu di wilayah kerja Puskesmas Banjarejo pada
tahun 2021 kurang dari 12 kali. Hal ini menyebabkan capaian balita ditimbang turun drastis
dari 87,6% di tahun 2020 menjadi hanya 53,1% di tahun 2021 (sebanyak 1,166 dari jumlah
sasaran 2.197 balita). Di bidang Kesehatan Lingkungan, beberapa indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan lingkungan diantaranya rumah sehat, kualitas air minum,
akses jamban sehat, pengelolaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) dan tempat-tempat
umum TTU, pengelolaan sampah dan air limbah. Dari beberapa indikator tersebut,
Puskesmas Banjarejo pada tahun 2021 telah memenuhi target capaian.
Puskesmas Banjarejo berupaya memaksimalkan sumber daya yang ada dan terus
melakukan inovasi – inovasi dalam mengupayakan derajat kesehatan masyarakat di
lingkungan kerja Puskesmas Banjarejo, sehingga harapannya hadirnya PPPK Formasi 2022
ini dapat memberikan kontribusi maksimal dalam mengupayakan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.

2.1.2 Orientasi Mutu Puskesmas Banjarejo


Orientasi PPPK 2023 di Puskesmas Banjarejo diisi dengan materi mutu Puskesmas
Banjarejo yang disampaikan oleh drg. Kris Budi selaku Ketua Mutu Puskesmas Banjarejo.
Dalam pemaparannya, beliau menguraikan konsep mutu dan penjelasan terkait mutu sebagai
berikut:

5
 Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)
 Mutu adalah memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan melalui
perbaikan seluruh proses secara berkelanjutan (Zimmerman)
 Donabedian: Tidak dapat dibuat satu definisi tetang mutu. Donabedian mengusulkan
definisi sebagai berikut:
 The absolutist definition: the possibility of benefit and harm to health as valued by
practitioner, with no attention to cost Defisini absolut: kemungkinan terjadinya
manfaat atau cedera terhadap kesehatan sebagaimana dinilai oleh praktisi
kesehatan tanpa mempertimbangkan biaya
 The individualized definition: the patient’s expectations of benefit and/or harm
and other undesired consequences. Defisini individual: ekspektasi pasien terhadap
manfaat dan/atau terjadinya cedera dan konsekuensi yang tidak diharapkan
 The social definition: the cost of care, the benefit/harm continuum, distribution of
health care as valued by the population in general. Definisi sosial: biaya
pelayanan, manfaat atau cedera yang terjadi sepanjang proses pelayanan,
distribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dinilai oleh masyarakat secara umum.
 Mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap
pasien (pengguna) sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata penduduk, serta dipihak
lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang
telah ditetapkan (Kemenkes)

Perspektif Mutu
Mutu dapat ditinjau dari berbagai perspektif yang berbeda yaitu :
 perspektif penerima pelayanan kesehatan
 profesi tenaga pelaksana pelayanan kesehatan
 pengelola program/sarana kesehatan
 penyandang dana
 pembuat dan pelaksana kebijakan pelayanan kesehatan

Prinsip Dasar Peningkatan Mutu


Ada 8 prinsip dasar dalam peningkatan mutu, yaitu :
1. Pusat perhatian pada pelanggan (client centered)

6
2. Kepemimpinan
3. Keterlibatan personil
4. Pendekatan proses
5. Pendekatan sistem untuk pengelolaan
6. Peningkatan berkesinambungan
7. Pembuatan keputusan berdasarkan fakta
8. Hubungan saling menguntungkan dengan rekanan

Mutu Pelayanan Puskesmas


Mutu pelayanan puskesmas terdiri dari:
1. Sistem manajemen mutu : menyempurnakan, mengukur, memonitor,
mengendalikan, memelihara
2. Sistem pelayanan : komitmen, leadership, mengukur, memonitor,
mengendalikan, memelihara, menyempurnakan, mendokumentasikan

Penyebab Masalah Mutu


Variasi Proses
 Proses tidak diukur dengan baik
 Proses tidak dimonitor dengan baik
 Proses tidak dikendalikan dengan baik
 Proses tidak dipelihara dengan baik
 Proses tidak disempurnakan
 Proses tidak didokumentasi dengan baik.

2.2 Orientasi Hari II, 27 Mei 2023


2.2.1 Orientasi UKP Puskesmas Banjarejo
Upaya Kesehatan Perseorangan atau UKP menurut Permenkes No. 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan Kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. Beberapa jenis pelayanan UKP
yang di UPTD Puskesmas Banjarejo diantaranya adalah:
1. Pendaftaran dan Rekam Medis

7
Pendaftaran adalah tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke unit
pelayanan yang merupakan bagian dari alur pelayanan Puskesmas. Pelayanan pertama
kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di Puskesmas adalah Pendaftaran
Pasien.Rekam Medis menurut PermenkesNomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis adalahberkasyang berisikan catatan dan dokumententangidentitaspasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
Pasien.
2. Pemeriksaan Umum
Pelayanan pemeriksaan umum di Puskesmas Banjarejo meliputi wawancara awal terkait
keluhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat, anamnesa dan pemeriksaan
lebih lanjut oleh dokter, penatalaksanaan sesuai indikasi medis (pemeriksaan
laboratorium, tindakan medis, terapi obat, rujukan bila diperlukan), pemberian resep obat
bila diperlukan. Petugas pelaksana dalam pelayanan pemeriksaan umum di Puskesmas
Banjarejo yaitu dokter dan perawat.
3. Pelayanan KIA
Pelayanan KIA/KB adalah Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak termasuk pelayanan
Keluarga Berencana yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Yang termasuk pelayanan KIA/KB ini misalnya pemeriksaan kehamilan
(ANC), nifas, pengobatan bayi dan balita, imunisasi, DDTK, kesehatan reproduksi
remaja termasuk calon pengantin, pelayanan pil KB, kondom, suntik, IUD, dan implan.
4. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Banjarejo meliputi pemeriksaan gigi,
pengobatan berbagai keluhan penyakit gigi dan mulut seperti pencabutan gigi susu tanpa
suntikan, pencabutan gigi susu dengan suntikan, tumpatan sementara, tumpatan tetap
serta rujukan bila diperlukan. Petugas pelaksana dalam pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di Puskesmas Banjarejo yaitu dokter gigi dan perawat gigi.
5. Pelayanan Gawat Darurat/UGD
Pelayanan gawat darurat di Puskesmas Banjarejo melayani perawatan inejsi, rawat luka,
pasang infus, serta tindakan khusus lain seperti penjahitan luka. Pemberian resep obat
dapat diberikan bila diperlukan sesuai diagnosa kondisi pasien. Pasien yang tidak dapat
ditangani di Puskesmas akan mendapatkan rujukan.
6. Pelayanan Gizi

8
Pelayanan poli gizi di Puskesmas Banjarejo adalah konsultasi permasalahan gizi yang
dihadapi pasien. Pasien akan mendapatkan pemahaman mengenai diet yang sesuai
dengan kondisi penyakitnya.
7. Pelayanan Konseling Sanitasi
Pelayanan sanitasi di Puskesmas Banjarejo akan memberikan pasien pemahaman
mengenai kondisi sanitasi yang sehat.
8. Pelayanan Persalinan
Pelayanan persalinan di Puskesmas Banjarejo melayani pasien bersalin. Pelayanan
persalinan buka 24 jam.
9. Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan farmasi di Puskesmas Banjarejo melayani pasien yang memerlukan obat
sesuai dengan resep dokter. Waktu tunggu tergantung jenis obat yang dibutuhkan oleh
pasien. Obat jadi estimasi waktu tunggu sekitar 5 menit, sedangkan untuk obat racikan
estimasi waktu tunggu adalah 15 menit.
10. Pelayanan Laboratorium
Pelayanan laboratorium di Puskesmas Banjarejo meliputi Pemeriksaan Hematologi,
Pemeriksaan Urin rutin, Pemeriksaan Kimia darah: Gula,Cholesterol, Asam Urat, SGOT,
SGPT, Urea, Creatinin,Total protein, Pemeriksaan Serologi:Widal, HIV,
HBsAg,Siphilis, serta Rapid Antigen Covid 19.  Petugas pelaksana dalam pelayanan
laboratorium di Puskesmas Banjarejo yaitu Pranata Laboratorium.
11. Pelayanan PKPR
Pelayanan kesehatan pada remaja atau PKPR merupakan pelayanan konseling psikologis
dan atau tumbuh kembang yang diberikan kepada anak usia remaja. Apabila diperlukan,
pasien akan mendapatkan resep obat, surat sakit, surat sehat atau rujukan oleh dokter
sesuai diagnosa.
12. Pelayanan Lansia
Pelayanan lansia di Puskesmas Banjarejo memberikan pemeriksaan dan penjelasan
tentang penyakit kepada pasien lansia. Apabila pasien memerlukan tindakan, resep atau
rujukan maka akan diberikan sesuai diagnosa kondisi pasien.
13. Pelayanan IMS
Pelayanan IMS di Puskesmas Banjarejo dilakukan oleh bidan, pasien akan diberikan
konseling dan informasi mengenai penyakitnya. Pasien akan ditawarkan untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang. Bila pasien setuju maka akan dilakukan pengambilan kultur

9
lendir. Kemudian apabila pasien memerlukan obat maka akan diberikan resep, apabila
kondisi pasien memerlukan rujukan maka akan dirujuk ke PPK Tk. II/RS.
14. Pelayanan KB
Pelayanan KB di Puskesmas Banjarejo adalah pelayanan Keluarga Berencana yang
meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Yang termasuk
pelayanan KB/KIA ini misalnya pemeriksaan kehamilan (ANC), nifas, pengobatan bayi
dan balita, imunisasi, DDTK, kesehatan reproduksi remaja termasuk calon pengantin,
pelayanan pil KB, kondom, suntik, IUD, dan implan.
15. Unit Berhenti Merokok (UBM)
Pelayanan pada UBM pasien akan mendapatkan pemeriksaan, penjelasan dan konseling
tentang kondisinya.
16. Pelayanan TB
Pelayanan TB di Puskesmas Banjarejo diberikan kepada pasien TB untuk mendapatkan
pemeriksaan dan penjelasan tentang penyakitnya, mendapat tindakan dan resep obat
yang diperlukan.
17. Pelayanan PDP HIV
Pelayanan PDP HIV di Puskesmas Banjarejo diberikan kepada pasien HIV untuk
mendapatkan pemeriksaan dan penjelasan tentang penyakitnya. Apabila diperlukan
pasien akan diberikan obat atau rujukan bila diperlukan.
18. Pelayanan MTBS
Pelayanan MTBS di Puskesmas Banjarejo diberikan kepada balita. Pasien akan
mendapatkan pemeriksaan dan resep atau rujukan bila diperlukan.
19. Pelayanan Ambulance
Pelayanan ambulance di Puskesmas Banjarejo melayani pasien yang membutuhkan
pelayanan ambulance menuju fasilitas kesehatan.

2.2.1 Orientasi Inovasi Puskesmas Banjarejo


Puskesmas Banjarejo sebagai unit yang mengutamakan kepuasan masyarakat memiliki
inovasi – inovasi program kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat serta meningkatkan layanan kepada masyarakat. Materi inovasi pada orientasi
disampaikan oleh Bu Rafika selaku koordinator promosi kesehatan dan Bu Sriyatun selaku
penanggung jawab program imunisasi. Inovasi yang ada di Puskesmas Banjarejo yaitu
sebagai berikut:
No. Nama Inovasi Rincian Kegiatan Hasil Kegiatan

10
1 Pintu Hati (papan Orang tua/pengasuh/pengantar 1.Adanya umpan
pengingat balita yang datang ke posyandu balikpesan imunisasi anak
imunisasi untuk menyalin tanggal imunisasi anak kepada orang tua
sehatkan putra di buku KIA,ke papan imunisasi 2.Orang tua jadi lebih
putri) yang di pasang di posyandu proaktif/terpicu untuk
(pintu hati) sehingga akan memberikan imunisasi
menjadi lebih berkesan untuk secara lengkap
orang tua anak.Pelaksanaan 3.Menggiatkan kepedulian
pengisian di pintu hati di pandu sosial terutaman masalah
oleh peugas kesehatan dan kader imunisasi,karena pintu hati
kesehatan.Pintu hati berupa bisa di akses/di lihat semua
banner berisi biodata,tanggal pihak
imunisasi anak,reward berupa 4.Pemberian imunisasi yang
sertifikat imunisasi rutin lengkap lengkap dan tepat
dari dinas kesehatan dan di waktu,maka akan tercipta
pasang foto anak.Penerapan herd immunity,dan
pintu hati dengan menghitung mencegah KLB
bayi baru lahir sampai anak usia (KEJADIAN LUAR
2 tahun BIASA) yang terjadi karena
PD31
5.Pemberian sertifikat
imunisasi menjadi syarat
untuk masuk TK atau
PAUD
6.Meningkatkan cakupan
imunisasi terutama
imunisasi lanjutan.
2 Bank sampah mas Sampah kering (kertas yang Meningkatnya kesadaran
barjo (bank tidak terpakai,kardus bungkus karyawan tentang
sampah obat,dll) di membuang sampah sesuai
puskesmas kumpulkan.Kemudian di jual ke jenisnya.
banjarejo) pengepul,uang di kumpulkan di Membantu meningkatkan
gunakan untuk membeli tanaman kebersihan lingkungan
seperti bunga,toga,tanah puskesmas yangmerupakan
pupuk,alat untuk menyiram dan salah satu indikator kinerja
juga untuk pengurus bank mutu puskesmas tahun
sampah. 2021
3 Jamu seger Menanam toga di Tersosialisasikannya
(jadikan puskesmas,memberi nama dan macam – macam toga dan
masyarakat untuk manfaat per tanaman,dan pemanfaatannya kepada
hidup sehat membuat banner untuk informasi pengunjung puskesmas
dengan toga tentang pemanfaatan toga per banjerjo
puskesmas layanan (bayi balita,usia
banjarejo) kerja,ibu hamil/ibu nifas,lansia)
4 Si cerdik berulah Pembentukan kader PTM Meningkatnya capaian
(siap cek sekolah,pemeriksaan PTMpada pelayanan usia produktif
kesehatan anak sekolah,guru,dan karyawan dari tahun ke tahun.Pada
berkala,enyahkan sekolah yang bertujuan untuk tahun 2021 capaian
asap rokok,rajin meningkatkan capaian kegiatan pelayanan sebesar 112,8%
aktifitas fisik,diet PTM,pelayanan penderita meningkat 7,2 % dari tahun

11
seimbang,istirahat hipertensi dan diabetes melitus 2020 yang mencapai 105,6
cukup,kelola pada usia produktif %
stress,berantas
penyakit tidak
menular di
sekolah)
5 Gerhana mas 1.Pendatang dari luar kota/luar 1.Menekan penyebaran
berekor (gerakan negeri wajib isolasi mandiri kasus covid-19 di
hadang corona selama 14 hari masyarakat
bersama 2.Keluarga melaporkan identitas 2.Bagi pendatang dari zona
masyarakat dan dan nomor telepon pendatang ke merah ataupun hitam bisa
lintas sektor) RT/kader kesehatan untuk di mengkomunikasikan
catat dan di laporkan ke langsung ke petugas atau
puskesmas.Petugas memberikan kader pemantau jika ada
nomor telepon dokter yang bisa minimal satu atau lebih dari
di hubungi bila ada keluhan gejala covid-19 yang di
3.Kader kesehatan memantau rasakan
kegiatan isolasi mandiri yang di 3.Meredam kepanikan
lakukan pendatang serta masyarakat bila ada
melaporkannya ke puskesmas ODR,OTG,ODP,PDP dan
setiap hari secara online konfirmasi covid-19 di
4.Puskesmas berkoordinasi lingkungannya.
dengan lurah,babinsa dan 4.Menumbuhkan rasa
babinkamtibmas jika pendatang empati antar tetangga
tidak patuh isolasi mandiri sehingga mewujudkan
5.Lurah bersama masyarakat yang memiliki
babinsa,babinkamtibmas dan RT rasa gotong royong dan
menindaklanjuti informasi dari tidak terjadi diskriminasi
puskesmas maupun stigma negatif
6.Jika pendatang yang di pantau terhadap ODR,OTG
mengalami keluhan bisa ODP,PDP dan konfirmasi
melakukan telemedicine melalui covid-19 di lingkungan
video call whatsapp kepada 5.Meningkatnya
dokter puskesmas. pengetahuan keluarga
ODR,OTG,ODP,PDP dan
konfirmasi covid-19 dan
lingkungan sekitar terhadap
protokol kesehatan
yangharus di terapkan
6.Meningkatkan kerja sama
puskesmas dengan lintas
sektor.
6 Batik beraksi Mengembalikan kepercayaan diri Tidak terjadinya kecacatan
(bekas/ mantan mantan penderita di yang lebih parah pada
penderita kusta masyarakat,membantu petugas penderita kusta,secara
bermanfaat menyebarluaskan pengetahuan perlahan mengurangi
berguna aktif dan pengertian yang tepat stigma negative di
singkirkan tentang penyakit kusta,ikut serta masyarakat mengenai
penyakit kusta meningkatkan kesadaran kusta,mengendalikan serta
masyarakat dan menghilangkan menurunkan angka

12
rasa takut terhadap kusta penderita kusta baru di
masyarakat menjadi zero
kasus pada tahun 2021
(lampiran table 57)
7 Touring ODGJ Sosialisasi kesehatan jiwa pada Meningkatnya capaian
( turun dampingi masyarakat,penggalangan ODGJ di layani sesuai
orang dengan komitmen lintas sektor dan standar (lampiran table
gangguan jiwa) LSM,pembentukan posyandu 71),meningkatkan
jiwa ‘loh jinawi’,kunjungan pengetahuan dan kesadaran
rumah oleh petugas masyarakat tentang
pentingnya kesehatan
jiwa,terpantaunya kondisi
ODGJ.
8 Seniman asli mas Senam nifas adalah upaya dalam Setelah di lakukan
barjo (senam proses pemulihan kesehatan pada sosialisasi dan pelaksannan
nifas bantu masa nifas bagi ibu post senam nifas menggunakan
mandiri pasca partum.inovasi ini berupa leaflet dan video senam
persalinan pembuatan media edukasi leaflet nifas,ibu nifas menjadi
puskesmas dan video tentang senam bertambah pengetahuannya
banjarejo) nifasuntuk di lanjutkan ibu di tentang senam nifas
rumah dengan di dampingi sebagai upaya untuk
keluarga,memfasilitasi ibu dalam melancarkan buang air kecil
melakukan evaluasi dalam (BAK) spontan 6 jam
pelaksanaan senam nifas setelah persalinan.Dan
setelah di lakukansenam
nifas , sebanyak 9 ibu nifas
bisa BAK spontan kurang
dari 12 jam setelah
persalinan.
9 Cemilan sehat
Cemilan sehat berfokus pada Setelah di lakukan post tes
( cegah sakit gigi
edukasi ibu hamil tentang sesudah di berikan edukasi
dan mulut pada kesehatan gigi dan mulut (dental di peroleh peningkatan
kehamilan jadilah
health education / DHE) edukasi pengetahuan pada seluruh
sehat) di lakukan dengan penyuluhan ibu hamil yang di berikan
individu ,sharing,pemberian edukasi.tujuan dari kegiatan
leaflet dan video DHE dengan inovasi cemilan sehat
judul video ‘cemilan sehat’yang tercapai
di upload pada youtube channel
puskesmas banjarejo.pasien juga
di minta mengerjakan pre test
untuk mengukur pengetahuan
sebelum dan sesudah di berikan
edukasi
10 Senam genit Inovasi ini bertujuan untuk Tersosialisasinya program
(senam bersama mengaktifkan program gerakan germas kepada masyarakat
30 menit) masyarakat hidup sehat (germas) dalam hal ini pengunjung
serta meningkatkan kesadaran dan petugas puskesmas
masyarakat dalam hal ini banjarejo,serta memenuhi
pengunjung dan petugas capaian penilaian kinerja
puskesmas banjarejo tentang puskesmas (PKP) kesehatan

13
pentingnya aktifitas fisik melalui olah raga tahun 2021 yaitu
senam peregangan selama 30 puskesmas
menit setiap pukul 10.00 WIB menyelenggarakan
dan pukul 14.00 WIB pelayanan kesehatan olah
raga internal 100%

2.3 Orientasi Hari III, 30 Mei 2023


2.3.1 Orientasi PPI Puskesmas Banjarejo
Sesuai PMK 27 TAHUN 2017, upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya
infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.

5 MOMEN CUCI TANGAN


1. Sebelum Kontak Dengan Pasien
2. Sebelum Tindakan Aseptic
3. Sebelum Terkena Cairan Tubuh Pasien
4. Setelah Kontak Dengan Pasien
5. Setelah Kontak Dengan Lingkungan Sekitar Pasien

6 LANGKAH CUCI TANGAN


1. Gosok kedua telapak tangan
2. Gosok punggung dan sela – sela jari tangan kiri dan
tangan kanan sebaliknya
3. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
4. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
5. Gosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan
kanan dan lakukan sebaliknya
14
6. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan
kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya
PEMBAGIAN APD LEVEL 1,2,3

11 Kewaspadaan Standar

1. Kebersihan Tangan
2. Alat Pelindung Diri (APD)
3. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
4. Kesehatan/Pengendalian Lingkungan
5. Pengelolaan Limbah
6. Penatalaksanaan Linen
7. Perlindungan Kesehatan Petugas
8. Penempatan Pasien
9. Hygiene Respirasi/Etika Batuk Dan Bersin
10. Praktik Menyuntik Yang Aman
11. Praktik Lumbal Pungsi Yang Aman

2.3.2 Orientasi PMKP (Keselamatan Pasien) Puskesmas Banjarejo


Keselamatan pasien menurut National Health Performance Committee (NHPC, 2001)
dikutip dari Australian Institute Health and Welfare (AIHW, 2009) adalah menghindari atau
mengurangi hingga ketingkat yang dapat diterima dari bahaya aktual atau risiko dari
pelayanan kesehatan atau lingkungan dimana pelayanan kesehatan diberikan. Fokus dari
definisi ini adalah untuk mencegah hasil pelayanan kesehatan yang merugikan pasien atau

15
yang tidak diinginkan. Tujuan dari keselamatan pasien adalah meningkatkan mutu fasilitas
pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen resiko dalam seluruh aspek pelayanan
yang disediakan oleh fasilatas pelayanan kesehatan. Dasar hukum dari keselamatan pasien
sendiri yaitu PERMENKES RI No 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien suatu sistem
yang membuat asuhan pasien lebih aman meliputi:
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan analisis insiden
c. Kemampuan belajar dari incident dan tindak lanjutnya
d. Implementasi solusi
Yang diharapakan dapat meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjasinya cedera
yang disebakan oleh keselahan dalam melakukan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya dilakukan.
Keselamatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap fasilitas pelayanan
kesehatan harus menyelenggarakan keselamatan pasien melalui sistem pelayanan dengan
menerapkan :
a. 7 STANDAR PELAYANAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode U peningkatan kerja untuk melakukan evaluasi dan
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran pemimpin dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Pendidikan staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
b. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. Ketepatan identifikasi pasien
Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki / meningkatkan ketelitian identifikasi. Kebijakan identifikasi
pasien meliputi:
a) Identifikasi pasien harus mengikuti pasien kemanapun (gelang identitas) dan
yang tak mudah / bisa berubah.
b) Identifikasi pasien menggunakan dua identitas dari minimal tiga identitas
yaitu: nama pasien( yang sesuai dengan E-KTP), tanggal lahir, nomor rekam
medis

16
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan
efektifitas komunikasi antar para pemberi layanan. Tingkat komikasi efektif
meliputi :
a) Memberikan informasi/ instruksi secara lengkap dan jelas tanpa memakai
singkatan yang tidak baku/ standar
b) Melakukan Read Back terhadap informasi / instruksi secara lengkap yang
diterima secara lisan maupun melalui telepon atau melaporkan hasil
pemeriksaan penting yang membutuhkan verivikasi oleh penerima informasi
c) Memberlakukan standar komunikasi pada saat operan/ Hard Over
Comunication.
d) Meningkatkan ketepatan dalam pembuatan laporan
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert). Contoh
dari kebijakan penanganan obat high alert sebagai berikut :
a) Setiap unit yang obat yang harus tersedia daftar obat high alert , obat LASA,
elektrolit, konsentrat, serta panduan penata laksana obat high alert.
b) Setiap staf klinis terkait harus tau penata laksanaan obat high alert
c) Obat high alert harus disimpan terpisah, akses teerbatas diberi label yang
jelas
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, tepat pasien operasi
Fasilatas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
memastikan tepat lokasi, tepat pasien operasi, tepat pasien operasi. Kebijakan
verivikasi praoperatif meliputi :
a) Verivikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
b) Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dan dipampang dengan baik
c) Verivikasi ketersediaan peralatan khusus dan implant 2 implant yang
dibutuhkan
5. Penguranganm resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Fasililtas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayana kesehatan. Kegiatan yang
dilaksanan yaitu :

17
a) Fasilitas pelayanan kesehatan mengadiopsi pedoman hand hygiene darii
WHO

b) Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan program hand hygiene yang


efektif

c) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan


secara berkelanjutan risiko yang terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Fasiltas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh. Maksud dan tujuan dari
pengurangan risiko pasien jatuh ialah :
a) Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien rawat
inap
b) Fasyankes perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan
untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh
c. 7 LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

18
Insiden keselamatan pasien adalah Setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan/ berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian, dll)
pada pasien yang seharusnya tidak terjadi. Insiden keselamatan kerja sendiri ada 5 yaitu:
a. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien.
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien  pasien tidak cedera
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera.
d. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera.
e. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera.

Gambar 2. Alur Pelaporan Insidensi Keselamatan Pasien

Gambar 3. Penilaian dampak klinis / konsekuensi / severity

19
Gambar 4. Penilaian probalitas / frekuensi

Gambar 5. Matrik grading resiko dan tindakan sesuai grading risiko

2.3.3 Orientasi Manajemen Resiko Puskesmas Banjarejo


Orientasi Manajemen Resiko dibawakan oleh Ibu Cita Mustika selaku tim manajemen
resiko di Puskesmas Banjarejo. Manajemen resiko sendiri memiliki definisi kegiatan berupa
dentifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan
rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri (The Joint Commission on Accreditation
of Healthcare Organizations/ JCAHO). Kegiatan meminimalkan bahaya terhadap pasien,
menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan, pasien dan pengunjung (ASHRM).

Ruang Lingkup Program Manajemen Risiko


1. Patient care related risks
Contoh: pasien mengalami salah pemberian obat, dioperasi salah sisi, diberi antibiotika
ketika tidak membutuhkan antibiotika, dsb
2. Clinical staff related risks
Contoh : dokter tertular infeksi dari pasien, perawat tertusuk jarum suntik, dsb

20
3. Non clinical staff related risk
Contoh: petugas laundry tertular infeksi dari linen yang dicuci, petugas clea ning
service tertusuk jarum dsb
4. Facility related risks
Contoh: pasien tertimpa tabung oksigen yang tanpa pengaman, limbah infeksius tidak
dikelola dengan baik , dsb
5. Financial risks
Contoh: pasien tidak bayar, klaim tidak dibayar, dsb
6. Other risks
risiko di luar 5 risiko yang sudah dibahas: ambulans mengalami kecelakaan, dsb

Gambar 6. Proses Manajemen Resiko

Identifikasi risiko
Dapat diidentidikasi dari : Hasil Audit , Komplain, Klaim, Incidents, Brainstorming
Analisis risiko dilakukan dengan alat
Severity assessment, Risk register, HVA, PHRAT, RCA, FMEA
Evaluasi Risiko (Penilaian risiko)
Action Plan
Pendekatan dalam Manajemen Risiko
1. Reaktif:
Ada kejadian – dilakukan - Severity assessment
derajat risiko - dianalisis (RCA) - ditindaklanjuti
2. Proaktif

21
Tidak ada kejadian - lakukan identifikasi risiko-risiko yang mungkin terjadi -
dilakukan analisis (SEVERITY ASSESSMENT) - upaya meminimalkan - disusun
register risiko.
Suatu proses yang berpotensi banyak risiko - dilakukan disain ulang (FMEA) -
proses yang sudah didisain ulang.

Gambar 7. Matriks Grading Risiko

Gambar 8. Kategori Risiko dan Probabilitas

22
Gambar 9. Dampak Risiko
Gambar 10. Tabel Identifikasi Risiko

MENYUSUN REGISTER RISIKO


DEFINISI
alat untuk mendokumentasikan risiko-risiko dan tindakan untuk mengelola tiap risiko
tersebut
ISI REGISTER RISIKO
- unit kerja/kegiatan pelayanan
- risiko-risiko yang pernah terjadi
- tingkat risiko (dihitung dengan memperhatikan dampak risiko dan kemungkinan
terjadinya)
- penyebab terjadinya
- akibat jika terpapar
- upaya penanganan yang pernah dilakukan
- pencegahan agar tidak terjadi lagi

23
- penanggung jawab
- pelaporan

Contoh :

Gambar 11. Contoh Identifikasi Risiko

2.3.4 Orientasi Pengaduan Masyarakat Puskesmas Banjarejo


Dalam rangka memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat, Puskesmas Banjarejo
memiliki tim khusus dalam menangani keluhan dan pengaduan masyarakat serta evaluasi
survei kepuasan masyarakat. Hal tersebut merupakan hal penting yang tidak terpisahkan
dalam suatu pelayanan dalam rangka terwujudnya pelayanan masyarakat yang maksimal.
Pengaduan masyarakat tersebut diuraikan sebagai berikut:
 Berfokus pada penanganan keluhan dan peningkatan kepuasan masyarakat.
 Masalah yang ditangani bisa dari dalam atau pun luar gedung.
 Masyarakat bisa menyampaikan aspirasi, keluhan, atau saran untuk Puskesmas Banjarejo
melalui :
1. Kotak Saran yang tersedia
2. SMS/WA/Telepon
3. Email, Sosial Media (Instagram), Website, dan Google Review
4. Survey Kepuasaan Masyarakat yang dilaksakan tiap bulan (dengan sampel 30 orang)
5. Pertemuan forum/tokoh masyarakat
6. Pengaduan langsung ke Petugas (contoh ada ODGJ mengamuk, warga melapor ke
Kelurahan, pihak Kelurahan melaporkan ke Puskesmas untuk ditinjaklanjuti).

24
 Dari semua keluhan yang masuk, akan di rekap dan dianalisis, kemudian akan dilaporkan
ke Dinas Kesehatan  ke organisasi di Pemkot  dilakukan umpan balik. Seluruh
hasilnya disampaikan ke tim mutu Puskesmas Banjarejo.
 Keluhan yang masuk juga akan ditindaklanjuti dan akan di umpan balik misalnya dengan
menghubungi/membalas pesan dari yang melaporkan melalui telepon/WA/SMS, Email,
DM Instagram, Website, dan Google Review. Hasil umpan balik juga ada yang di
posting di halaman Instagam Puskesmas Banjarejo.
 Keluhan masyarakat yang kerap disampaikan adalah mengenai lahan parkir yang kurang
luas.

Gambar 12. Lembar Survey Kepuasan Masyarakat

2.4 Orientasi Hari IV, 2 Juni 2023


2.4.1 Orientasi Jejaring Puskesmas Banjarejo
Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan dan jangkauan layanan kesehatan
Puskesmas Banjarejo dibentuklah suatu jaringan dan jejaring Puskesmas Banjarejo. Jaringan
Puskesmas Banjarejo merupakan unit layanan kesehatan dibawah pengawasan puskesmas.
Kewenangan pertanggung jawaban layanan serta sarana prasarana dibawah kepala puskesmas
setempat. Jaringan antara lain pustu (puskesmas pembantu), posyandu, dan posbindu.
Sedangkan jejaring merupakan unit layanan kesehatan di luar pertanggung jawaban
kepemimpinan puskesmas dalam hal ini hubungan berupa kerjasama, perizinan, dan

25
pemantauan dilakukan oleh puskesmas terkait. Sarana dan prasarana jejaring menjadi
tanggung jawab masing – masing unit jejaring, contohnya klinik, klinik kecantikan, apotek,
dokter praktek mandiri, bidan praktek mandiri, optik, bekam, dan bodyspa. Bekam, jamu, dan
bodyspa termasuk dalam jejaring yankestra (layanan kesehatan tradisional).
Tugas dan fungsi puskesmas induk dalam hal jejaring puskesmas yaitu menjembatani
informasi terkait layanan kesehatan antar jejaring, reminder masa berlaku perizinan layanan
kesehatan jejaring, serta pengawasan dalam hal pelayanan kesehatan yang berlangsung di
jejaring. Dalam hal perizinan operasional jejaring diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota
Madiun, yang sebelumnya melalui Dinas Penanaman Modal Tertutup Satu Pintu. Setelah
mendapatkan izin operasional dari Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan akan melimpahkan hal
yang berkaitan dengan pengawasan dan kerjasama pelayanan ke puskesmas terkait wilayah
pelayanan jejaring.
Wilayah kerja Puskesmas Banjarejo yang jangkauannya cukup luas berdampak pada
banyaknya jejaring layanan kesehatan dari Puskesmas Banjarejo. Pak Lukman selaku
Penanggung Jawab (PJ) jejaring dan jaringan puskesmas menyampaikan kurang lebih
terdapat 80 jejaring dari Puskesmas Banjarejo. Puskesmas Banjarejo dan jejaring rutin
berkomunikasi dan berkoordinasi terkait hal – hal penyampaian informasi layanan kesehatan
serta pembahasan masalah – masalah yang ditemui oleh jejaring terkait layanan kesehatan
yang dilaksanakan. Dalam hal permasalahan yang ditemui oleh jejaring, puskesmas akan
berkoordinasi dan melimpahkan pengambilan keputusan kepada Dinas Kesehatan.

2.4.2 Orientasi UKM Puskesmas Banjarejo


Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
dijelaskan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dari pengertian tersebut diatas, dapat diketahui bahwa upaya kesehatan yang dilakukan di
puskesmas terdiri dari 2 (dua) bagian utama yaitu
1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

Pengertian UKM Puskesmas

26
Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas yang merupakan kepanjangan dari UKM
Puskesmas sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 Permenkes 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas yaitu, Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 36 disebutkan
UKM Puskesmas dibagi menjadi 2 bagian yaitu UKM Esensial dan UKM Pengembangan.
1. UKM Esensial
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial merupakan upaya kesehatan yang
wajib atau harus dilaksanakan oleh suatu puskesmas demi mencapai Standar
Pelayanan Minimal Kabupaten/ Kota bidang kesheatn.
UKM Esensial ini terdiri dari:
a) pelayanan promosi kesehatan
b) pelayanan kesehatan lingkungan
c) pelayanan kesehatan keluarga
d) pelayanan gizi
e) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
2. UKM Pengembangan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau
bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas
masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia
di masing-masing Puskesmas. Beberapa contoh UKM Pengembangan yang dapat
dilaksanakan di Puskesmas adalah sebagai berikut:
a) Program kesehatan jiwa
b) Program kesehatan lansia
c) Program kesorga (program kesehatan olahraga)
d) Program batra/ toga
e) Program indera

GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)


Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau yang biasa kita kenal dengan sebutan GERMAS
adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama sama oleh
seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat
untuk meningkatkan kualitas hidup.

27
Gambar 13. Logo GERMAS
Bentuk logo menggambarkan masyarakat indonesia yang memiliki hidup sehat melalui
aktivitas fisik serta deteksi dini penyakit. Logo menggunakan konsep pita yang bersambung
dengan 4 warna yang berbeda, menggambarkan kerjasama serta komitmen
kementerian/lembaga, dunia usaha, organisasi Masyarakat dan akademisi dalam menciptakan
masyarakat sehat. Warna-warna yang dipergunakan pada logo mencerminkan warna-warna
dari beberapa makanan sehat seperti buahbuahan dan sayuran yang dapatdikonsumsi sebagai
salah satu cara untuk wujudkan hidup sehat
Tujuan Germas adalah untuk
1. Menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian
maupun kecacatan
2. Menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan
3. Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk
4. Menghindarkan peningkatan beban finansial penduduk untuk pengeluaran kesehatan
Ruang lingkup GERMAS
1. Peningkatan edukasi hidup sehat
2. Peningkatan kualitas lingkungan
3. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit
4. Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi
5. Peningkatan perilaku hidup sehat
6. Peningkatan aktivitas fisik
Bentuk Kegiatan GERMAS
1. Melakukan aktivitas fisik
2. Mengkonsumsi buah dan sayur
3. Tidak merokok
4. Tidak mengkonsumsi alkohol
5. Memeriksa kesehatan secara rutin
6. Membersihkan lingkungan
7. Menggunakan jamban.

28
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Dari pelaksanaan orientasi
ini, kegiatan orientasi PPPK PKM Banjarejo dapat dilaksanakan sesuai rencana. Koordinasi
dengan Unit Kerja/Bidang/Bagian berjalan dengan lancar. Kedisiplinan Pegawai rata-rata
pegawai baru dapat melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan baik.
Hasil evaluasi pelaksanaan orientasi PPPK PKM Banjarejo di lingkungan kerja UPTD
Puskesmas Banjarejo, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aspek Kerjasama
Hasil evaluasi menunjukkan PPPK PKM Banjarejo dapat bekerjasama dengan baik, baik
dengan teman sekerja, atasan, maupun dengan teman-teman diluar lingkungan kerjanya.
2. Aspek Adaptasi Lingkungan
PPPK PKM Banjarejo mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja, baik lingkungan internal
unit kerjanya maupun lingkungan UPTD Puskesmas Banjarejo.
3. Aspek Perilaku
Peserta orientasi berperilaku baik, sopan terhadap atasan, teman satu ruang/bagian, sesama
pegawai maupun pelanggan, meskipun masih perlu pendampingan dalam berkoordinasi
dengan petugas/unit kerja Iain.
4. Aspek tanggung jawab
PPPK PKM Banjarejo dapat melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan proaktif
terhadap tugas-tugas yang diberikan.
5. Motivasi belajar
PPPK PKM Banjarejo pada umumnya mau belajar dan bersemangat dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari, meskipun masih memerlukan bimbingan dan motivasi untuk belajar lebih
mandiri.
6. Pemahaman tugas
29
PPPK PKM Banjarejo pada umumnya dapat melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi/kewenangannya.

Keberhasilan puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan salah satunya


ditentukan oleh program – program dan manajemen yang ada di puskesmas. Pemaparan
program – program dan manajemen yang ada di Puskesmas Banjarejo ini, memberikan
wawasan dan pengetahuan baru kepada peserta orientasi PPPK Formasi 2022 yang akan
terjun melayani masyarakat di Puskesmas Banjarejo.

3.2 Saran
Hadirnya kegiatan orientasi PPPK Formasi 2022 di Puskesmas Banjarejo ini membuat
PPPK memiliki wawasan dan pengetahuan baru mengenai berbagai hal yang ada di
Puskesmas Banjarejo. Pengetahuan baru ini tentunya sangat bermanfaat ketika terjun di
dalam pelayanan Puskesmas Banjarejo. Sehingga harapannya, ke depan kegiatan orientasi
Puskesmas untuk PPPK ini bisa terus dilaksanakan secara kontinyu bagi abdi masyarakat
yang baru diangkat menjadi PPPK dalam rangka pengenalan Puskesmas Banjarejo dan
pelayanan – pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Banjarejo.

30

Anda mungkin juga menyukai