Anda di halaman 1dari 11

PERSATUAN DAN KESATUAN

MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN


(18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)
kelompok 1

Aisyah Nastiti Wulansari(04)


Bunga Azaria Ma'arifah(08)
Ega Auranisa Salshadilla(11)
Intan Nur Fadhilla(13)
Karina Dwi Anastasya(17)
Muhammad Ganiknow Tranadi(21)

XII MIPA 2
LATAR BELAKANG
Pergerakan nasionalis untuk mendukung kemerdekaan

Indonesia, seperti Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia,

Sarekat Islam, dan Partai Komunis Indonesia bertumbuh

cepat di abad 20. Gerakan nasionalis tersebut memprakarsai

strategi kerja sama dengan mengirim wakil mereka ke

Volksraad (Dewan Rakyat) dengan harapan Indonesia akan

diberikan hak memerintah sendiri tanpa ada campur tangan

dari Belanda. Sedangkan gerakan nasionalis yang dipimpin

oleh Soekarno, Moh. Hatta, dan dua orang mahasiswa

nasionalis memilih cara nonkooperatif. Mereka menuntut

kebebasan Indonesia dari Belanda. Sekutu termasuk Belanda

membentuk suatu badan komando militer bernama Allied

Forces for Netherland Indies (AFNEI) untuk kembali merebut

kekuasaan di Indonesia. Mengetahui hal tersebut, Tanah Air

tentu tidak tinggal diam, masyarakat mulai bergerak untuk

melakukan perlawanan yang berujung terjadi perjuangan

Revolusi Indonesia.
PERISTIWA

Pertemuan KNIP di Malang, Jawa Timur, untuk menentukan respons atas

Perjanjian Linggarjati yang disepakati pada 1947, atau selama periode

Revolusi Nasional Indonesia.


PERISTIWA
Proklamasi
Agresi Belanda Militer I
Agresi Belanda Militer II
Perjanjian Linggarjati
Pemberontakan Komunis
Pemberontakan DI/TII
Penyerahakan Kedaulatan Indonesia
UPAYA DIPLOMASI
10 - 15 November 1945
Terjadi Perundingan Linggarjati
21 Juli 1947
Belanda meluncurkan serangan militer pada tengah malam 20 Juli 1947, sebagai
bentuk Agresi Militer Belanda I. Tujuan utama agresi ini adalah untuk
menghancurkan kekuatan republikan. Wilayah yang diserang adalah Jawa dan
Sumatera. Aksi militer ini kemudian dianggap melanggar perjanjian Linggarjati,
di mana dalam perjanjian disebutkan bahwa Indonesia dan Belanda akan
bekerja sama membentuk Negara RIS.
17 Januari 1948
Terjadi Perundingan Renville, namun Belanda kembali berkhianat dengan baku
tembak terhadap Indonesia yang terjadi antara Karawang dan Bekasi.
19 Desember 1948
Agresi Militer Belanda II dilakukan, di mana Belanda memperluas daerah
serangan mereka, sampai ke Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibukota.
14 April 1949
Terjadi Perundingan Roem-Royen untuk menyelesaikan konflik di awal
kemerdekaan.
23 Agustus - 2 November 1949
Diadakan Konferensi Meja Bundar yang menghasilkan Belanda bersedia
mengakui kedaulatan Indonesia.

KONFLIK
Pemberontakan
Pemberontakan

Komunis Darul Islam


Pada 18 September 1948,
Pemerintah berniat untuk

Republik Soviet Indonesia


membubarkan Kesatuan Gerilya

diproklamasikan di Indonesia
Sulawesi Selatan (KGSS). Sang

oleh anggota PKI yang


pemimpin, Kahar Muzakkar, menuntut

berniat melakukan
agar KGSS dan kesatuan gerilya

pembangkangan atas
lainnya digabungkan dalam satu

brigade yang disebut Brigade

kepemimpinan Moh. Hatta.


Hasanuddin di bawah pimpinannya.

Pertempuran terjadi antara


Namun, tuntutannya tersebut ditolak,

TNI dan PKI. Kemenangan


karena dianggap tidak memenuhi

pun diraih oleh TNI, di mana


syarat untuk dinas militer. Saat akan

pemimpin PKI, Musso,


dilantik sebagai Pejabat Wakil

berhasil ditangkap dan


Panglima Tentara dan Tetorium VII,

dibunuh di tempat. Kahar Muzakkar bersama kelompoknya

melarikan diri ke hutan dengan

membawa senjata lengkap. Ia

kemudian mengubah nama

pasukannya menjadi Tentara Islam


DAMPAK
Meskipun tidak ada data akurat yang menunjukkan berapa banyak nyawa

penduduk Indonesia yang melayang dalam gerakan Revolusi Indonesia,

diperkirakan terdapat 45.000-100.000 jiwa. Untuk rakyat sipil diperkirakan

penduduk yang meninggal, yaitu 25.000-100.000 jiwa. Sedangkan untuk

Belanda, lebih dari 5000 tentaranya kehilangan nyawa mereka di

Indonesia. Gerakan Revolusi Nasional Indonesia ini sendiri memberikan

efek langsung terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan budaya terhadap

Indonesia. Di antaranya yaitu, kekurangan bahan makanan dan bahan

bakar.
DAMPAK
Dampak jika masa revolusi tidak ada adalah :
Dalam kehidupan berwarganegara kesatuan dan persatuan adalah hal

yang sangat penting. Jika tidak ada kesatuan dan persatuan kesatuan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akan menyebabkan

perpecahan bangsa. Berikut adalah dampaknya:


Hilangnya tenggang rasa dan toleransi dalam kehidupan

bermasyarakat. Toleransi sangat dibutuhkan dalam kehidupan

berbangsa dan bernergara agar menciptakan tenggang rasa dan

terjadinya kerukunan.

Perpecahan bangsa. Karena setiap individu merasa memiliki

kepentingannya sendiri dan semakin tidak memedulikan kepentingan

orang lain.

Melemahnya pertahanan dan keamanan bangsa. Ketika rakyat tidak

lagi bersatu dan bertikai serangan dari luar akan mudah masuk ke

tanah air dan dapat berakibat buruk.


SUMBER
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/04/172940179/revolu
si-indonesia-latar-belakang-diplomasi-konflik-dan-dampak?
page=all#page2
https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/22/103749579/peris
tiwa-peristiwa-yang-terjadi-pada-masa-revolusi-kemerdekaan?
page=all#page2
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5670454/14-dampak-
jika-tidak-ada-persatuan-dan-kesatuan-dalam-kehidupan
Buku LKS
Thank You

Anda mungkin juga menyukai