Anda di halaman 1dari 10

PROMOSI ATAU IKLAN DOKTER

Obyek B/TB Aturan


Kesehatan BOLEH • Dokter yang bekerja penuh dan/atau paruh waktu untuk industri farmasi/alat/produk kesehatan dan/atau barang/produk
terkait lainnya wajib menjelaskan posisi/status pekerjaannya bila ia memberi ceramah atau informasi tentang atau berkaitan
dengan barang/produk tersebut kepada dokter atau masyarakat awam. Demikian pula setiap dokter pada fasilitas pelayanan
kesehatan untuk jasa pelayanan. (KODEKI Pasal 3 ayat (4))
• Perbuatan berikut tidak dipandang sebagai memuji diri adalah sebagai berikut : (KODEKI Pasal 4 ayat (4))
a. Memasang IKLAN DI MEDIA CETAK, UKURAN maksimum 2 kolom x 10 cm,secara patut dalam rangka pengenalan awal
praktek, pengumuman cuti praktek, kembali buka praktek pasca cuti, berisi informasi nama, jenis spesialisasi, alamat, waktu
praktek, nomor telpon seperti ketentuan papan nama praktek dengan nomor surat ijin praktek lengkap, tanpa disertai
embel-embel ajakan apapun dan alasan cutinya.
b. Memasang PAPAN NAMA PRAKTEK ukuran maksimum 60 x 90 cm, dasar putih, huruf hitam, wajib mencantumkan nama,
jenis spesialisasi, nomor surat ijin praktek, waktu dan seyogyanya juga nomor rekomendasi IDI, dengan penerang
sewajarnya. Bagi praktek perorangan, dipasang di dinding bangunan bagian depantempat ia praktek atau dipancangkan di
tepi jalan. Untuk rumah sakit, puskesmas, klinik bersama, kantor Kesehatan merupakan papan nama kolektif dengan ukuran
yang sewajarnya di pasang di bagian depan/dinding lorong masuk.
c. KERTAS RESEP, surat keterangan dokter, amplop dan kuitansi dokter berisi nama, jenis spesialisasi dan nomor surat ijin
praktek, sepanjang sesuai dengan keperluan administratif sepatutnya.
d. menjadi maksimal satu kali PEMERAN IKLAN layanan masyarakat dalam rangka promosi kesehatan masyarakatsuatu
program resmi yang dibuat oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia yang
telah direkomendasikan MKEK Pusat.Seyogyanya pemeran iklan adalah dokter yang tidak berpraktek. Untuk media
elektronik dan internet harus terlebih dahulu disetujui oleh IDI dengan pertimbangan dari MKEK Pusat dan sesuai ketentuan
yang berlaku.
e. Pencantuman hanya nama dan jenis spesialisasi, TANPA FOTO DIRI, dalam iklan resmi yang dibuat oleh fasilitas pelayanan
Kesehatan yang direkomendasikan oleh asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan yang diakui pemerintah dan IDI, hanya di
MEDIA CETAK dan dalam rangka globalisasi. Untuk media elektronik dan internet harus terlebih dahulu disetujui oleh IDI
dengan pertimbangan dari MKEK Pusat. Untuk media internet harus dimuat di situs IDI sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
• Dokter diperbolehkan ditampilkan di MEDIA INTERNAL yang hanya terbatas di dalam Rumah Sakit/klinik dan di laman daring
atau akun MEDIA SOSIAL INTERNAL RUMAH SAKIT/KLINIK beserta informasi kompetensi dan pendidikannya, informasi hari
dan jam praktek TANPA visualisasi berlebihan sosok dokter, dan tanpa diberi keterangan superlatif yang sifatnya pamer atau
memuji diri. (Lamp. Fatwa MKEK No. 022/PB/K..MKEK/07/2020 angka 11)
Tidak Boleh • Setiap dokter dilarang melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi
sebagaimana dimaksud pada Pasal 3, antara lain: melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung dalam segala bentuk
kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan atau mengiklankan dirinya, barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud Pasal
3, cakupan pasal butir 1 dan 2 di atas guna kepentingan dan keuntungan pribadinya, sejawat/pihak lain kelompoknya. (KODEKI
Pasal 3 ayat (2) huruf c)
• Dalam kehadirannya pada temu ilmiah, setiap dokter dilarang MENGIKATKAN DIRI untuk mempromosikan/meresepkan
barang/produk dan jasa tertentu, apapun bentuk bantuan sponsorshipnya. (KODEKI Pasal 3 ayat (5)), TETAPI Dokter dapat
menerima bantuan dari pihak sponsor untuk keperluan keikutsertaan dalam temu ilmiah mencakup pendaftaran, akomodasi
dan transportasi SEWAJARNYA sesuai kode etik masing-masing. (KODEKI Pasal 3 ayat (6)) DAN Pemberian sponsor kepada
seorang dokter haruslah dibatasi pada kewajaran dan dinyatakan jelas tujuan, jenis, waktu dan tempat kegiatan ilmiah tersebut
serta kejelasan peruntukan pemberian dimaksud dan secara berkala dilaporkan kepada pimpinan organisasi profesi setempat
untuk diteruskan ke pimpinan nasional Ikatan Dokter Indonesia. (KODEKI Pasal 3 ayat (11))
• Dokter dilarang menyalahgunakan hubungan profesionalnya dengan/terhadap pasien dan/atau keluarganya demi keuntungan
pribadi dan dilarang melibatkan diri dalam kolusi, kong kalikong, berbagi imbalan/komisi/diskon, termasuk pola pemasaran
beragam jenjang (multi-level marketing) dan penarikan imbalan jasa secara paket yang dibayarkan di muka. (KODEKI Pasal 3
ayat (7))
• Dokter yang menyandang jabatan resmi kepemerintahan, Lembaga negara lainnya dan organisasi profesi dalam sosialisasi
program kemitraan bersama seyogyanya secara sendiri-sendiri tidak mengiklankan produk/barang/jasa tertentu serta dilarang
mengkaitkannya dengan identitas keahlian/spesialisasi profesi tertentu. KODEKI Pasal 3 ayat (9)
• Setiap dokter wajib mempertahankan profesionalisme dalam menginformasikan kualitas kompetensi dan kewenangan diri ke
sesama profesi kesehatan dan/atau publik, wajib menjamin bahwa informasi yang dimaksudkan sesungguhnya adalah faktual
dan wajib menghindari segala niat dan upaya untuk menunjukkan kehebatan diri melalui wahana/media publik seperti
pertemuan ke khalayak, media massa, media elektronik dan media komunikasi berteknologi canggih lainnya. (KODEKI Pasal 4
ayat (1))
• Perbuatan yang dilarang karena bersifat memuji diri sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 cakupan pasal (1) antara lain: (KODEKI
Pasal 4 ayat (2) huruf b dan c)
b. Mencantumkan gelar profesor atau gelar akademis atau sebutan keanggotaan profesi yang tidak berhubungan dengan
pelayanan medis pada papan praktik, kertas resep, atribut praktik lainnya dan wahana/media publik sebagaimana dimaksud
Pasal 4 dan cakupan pasal 1 di atas.
c. Mengiklankan diri, sejawat, almamater atau fasilitas pelayanan kesehatannya yang bertentangan dengan ketentuan
hukum/disiplin yang berlaku seperti : fakta tidak akurat, tidak adil, tidak berimbang, berpihak, beritikad buruk, palsu,
menipu, menghasut dan menyesatkan, mencampuradukkan fakta dan opini pribadi, menonjolkan unsur kekerasan,
mempertentangkan suku, agama, ras dan antar golongan, serta membuat berita bohong, tnah, sadis dan cabul.
• Mengiklankan kemampuan/kelebihan-kelebihan yang dimilikinya baik lisan maupun tulisan, dalam berbagai wahana/media
public dalam dan luar negeri yang mengandung pernyataan superlatif, menyiratkan pengertian“satu-satunya” atau maknanya
sama tentang keunggulan, keunikan atau kecanggihan pelayanan yang cenderung menyesatkan, pamer yang berselera
rendah/buruk yang menimbulkan kehinaan profesi, termasuk namun tidak terbatas melalui: (KODEKI Pasal 4 ayat (3))
a. Wawancara/siaran publik yang terencana/menulis karangan popular sendirian untuk mempromosikan/memperkenalkan
ciri dan cara dirinya sebagai satu-satunya pusat perhatian dalam mengobati suatu penyakit, tanpa persetujuan tertulis
MKEK Pusat IDI.
b. Tidak mencegah orang/pihak lain menyiarkan/menyebut-nyebut nama disertai foto diri dan hasil pengobatannya dalam
wahana/media publik, apalagi yang bersifat permanen.
c. Memberikan kesempatan langsung kepada orang awam menghadiri presentasi teknik baru pengobatan yang dilakukannya
secara berlebihan, komersial dan/atau ajakan untuk mengunjungi/menggunakan jasa/produknya.
d. Membagi-bagikan selebaran, kartu-nama dan identitas lain yang berkesan komersial.
e. Melakukan semua hal-hal yang tertera dalam larangan tatacara periklanan sebagaimana ketentuan yang berlaku.
• Dokter Indonesia dan organisasi profesi dokter Indonesia dilarang tampil dalam iklan yang terang-terangan mempromosikan
produk yang memiliki klaim penyembuhan penyakit, kesehatan, kecantikan, atau kebugaran dalam media apapun. (Lampiran
SK MKEK No. 022/PB/K.MKEK/VII/2020 angka 2)
Non BOLEH • Dokter Indonesia dapat tampil dalam iklan produk yang tidak memiliki klaim penyembuhan penyakit, kesehatan,
kesehatan kecantikan, atau kebugaran namun dengan MELEPASKAN SELURUH ATRIBUT PROFESI DOKTER, tidak menyebut
atau disebutkan sebagai dokter, serta harus melepaskan atribut dan logo organisasi profesi kedokteran. (Lampiran
SK MKEK No. 022/PB/K.MKEK/VII/2020 angka 9)
• Organisasi profesi kedokteran diperbolehkan bekerjasama dengan perusahaan pemasaran atau produsen suatu produk yang
tidak memiliki klaim penyembuhan penyakit, kesehatan, kecantikan, atau kebugaran sepanjang dokter dan perhimpunan
dokter dapat memelihara KEBEBASAN PROFESI dan tidak dipengaruhi oleh pemberian kemudahan dan perusahaan mitra.
Pemberian kemudahan dari perusahaan mitra berupa fasilitas khusus, diskon khusus, atau kemudahan lain harus bersifat
volunter/tidak memaksa anggota organisasi profesinya untuk mendapatkan/menggunakan produk tersebut. Sebaiknya logo
organisasi profesi tidak ditampilkan dalam media ikian produk. (Lampiran SK MKEK No. 022/PB/K.MKEK/VII/2020 angka 10)
Tidak Boleh • Seorang dokter dalam berbisnis / bekerjasama dengan perusahaan di luar bidang kedokteran wajib untuk Tidak
mempromosikan nama, jenis keahlian dan pelayanan praktek pribadinya. (KODEKI Pasal 3 ayat (19))

Kesehatan: kemampuan diri, obat, alat/produk kesehatan, anjuran/nasehat atau, tindakan kedokteran, prototipe/cara/perangkat/sistem manajemen klinis
pelayanan langsung pasien dan/atau penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan/kiat kedokteran yang belum berdasarkan bukti ilmiah
(evidence) dan/atau diakui di bidang kedokteran (KODEKI 2012 Pasal 3 cakupan pasal butir 1 dan 2), produk yang memiliki klaim penyembuhan penyakit,
kesehatan, kecantikan, atau kebugaran (Lamp. Fatwa MKEK No. 022/PB/K.MKEK/VII/2020 angka 2).

Non Kesehatan: diluar kategori Kesehatan di atas


KETENTUAN KEGIATAN IKLAN EDUKASI LAYANAN MASYARAKAT (Lamp. Fatwa MKEK No. 022/PB/K..MKEK/07/2020:

Dugaan Unsur
No Jenis Pelanggaran Keterangan
Ada Tidak
1. TUJUAN: Artikel edukasi layanan masyarakat dibuat dengan niat tujuan mendidik masyarakat
untuk hidup sehat, bukan untuk tujuan mempromosikan penjualan produk tertentu.
2. ISI: Karena menyandang nama “edukasi” maka iklan tersebut isinya harus berimbang, objektif,
bersifat mendidik, tidak menakut-nakuti, dan melanggar norma kepantasan/kesusilaan yang
berlaku bagi masyarakat Indonesia.
3. PENYUSUN: Artikel edukasi disusun oleh orang-orang yang kompeten, bebas dari konflik
kepentingan, dan harus objektif.
4. PEMERAN: KODEKI Pasal a ayat (4) huruf
1) maksimal satu kali pemeran iklan layanan masyarakat dalam rangka promosi kesehatan d
masyarakatsuatu program resmi yang dibuat oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia yang telah direkomendasikan MKEK Pusat;
2) Seyogyanya pemeran iklan adalah dokter yang tidak berpraktek.
5. BIAYA: Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya konflik kepentingan, biaya kerja untuk
penulisan artikel edukasi tidak boleh disampaikan oleh sponsor langsung ke penulis artikel,
tetapi hanya diperbolehkan melalui perhimpunan profesi.
6. SPONSOR: Apabila iklan edukasi layanan masyarakat ini mendapatkan sponsor, maka perlu
dipastikan bahwa sponsor sama sekali tidak boleh ikut campur dalam penyusunan tulisan
edukasi. Sponsor hanya diperbolehkan sebatas menampilkan logonya dengan keterangan
turut mendukung isi dari iklan edukasi layanan masyarakat tersebut.
7. KONSULTASI: Supaya memenuhi kaidah penilaian etik kedokteran yang baik dan akuntabel,
agar iklan edukasi layanan masyarakat yang mendapatkan sponsor dikonsultasikan kepada
MKEK IDI tingkat Pusat atau wilayah, atau Dewan Etik PDSp.
KETENTUAN KEGIATAN P2KB (Fatwa MKEK No. 022/PB/K.MKEK/07/2020):

Dugaan Unsur
No Jenis Pelanggaran Keterangan
Ada Tidak
1. PUBLIKASI
a. Boleh menampilkan foto diri dokter secara tidak berlebihan,
b. Pencantuman gelar hanya gelar yang diakui di pendidikan tinggi,
c. Dapat disandingkan dengan logo organisasi profesinya apabila diperlukan
2. NARASUMBER
a. Narasumber/moderator harus menghindarkan diri dari mengajak pemakaian obat atau
produk kesehatan lain, memberikan keterangan superlatif yang sifatnya pamer, memuji
diri, atau komparatif yang bersifat merendahkan dokter/fasyankes lain.
b. Informasi jadwal dan tarif layanan praktik dokter
1) diberikan hanya apabila ditanya dalam kegiatan P2KB;
2) diberikan hanya terbatas melalui media informasi internal di klinik/RS, laman daring
dan akun media sosial internal klinik/RS.
3. MATERI
a. Harus lebih ditonjolkan konten yang akan disajikan daripada citra dokter penyaji makalah.
b. Dalam melakukan sosialisasi temuan baru, dokter wajib hanya menggunakan forum dan
media ilmiah untuk sosialisasi temuan tersebut hingga masyarakat ilmiah profesi dan atau
lembaga yang berwenang telah mensahkan manfaat temuan tersebut melalui penelitian
yang valid.
DOKTER DAN MLM (Fatwa MKEK No. 022/PB/K.MKEK/07/2020)

Dugaan Unsur
No Jenis Pelanggaran Keterangan
Ada Tidak
1. Dokter tidak diperbolehkan MEMASARKAN AKTIF (termasuk meresepkan produk dan
menggunakan media sosial untuk aktivitas pemasaran produk)
2. Dokter tidak diperbolehkan menjadi ANGGOTA Multilevel Marketing (MLM) yang memiliki
produk dengan klaim penyembuhan penyakit, kesehatan, kecantikan, atau kebugaran
sebagaimana metode penjualan lainnya dengan cara selain MLM.
3. Dokter yang memakai pengaruhnya untuk MEMAKSA dokter dan atau tenaga kesehatan lain
serta pasien menjadi downline jaringan MLM-nya dapat dikategorikan melakukan
PELANGGARAN ETIK BERAT.

DISIPLIN (Perkonsil No. 4 Tahun 2011)

Dugaan Unsur
No Jenis Pelanggaran Keterangan
Ada Tidak
1. Perkonsil No. 4/2011 Pasal 3 ayat (2) huruf x: Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau
kelebihan kemampuan/ pelayanan yang dimiliki baik lisan ataupun tulisan yang TIDAK BENAR
atau menyesatkan.
Penjelasan: Melakukan penyuluhan kesehatan di media massa tidak termasuk pelanggaran
disiplin. Melakukan pengiklanan diri tentang kompetensi atau layanan yang
BENAR merupakan PELANGGARAN ETIK dan tidak termasuk dalam pelanggaran
Disiplin Profesional Dokter
PROMOSI ATAU IKLAN RUMAH SAKIT
DITINJAU DARI PEDOMAN ETIKA PROMOSI RUMAH SAKIT DAN PMK 1787/2010

Kode Etik Rumah Sakit Indonesia KODERSI 2015

Dugaan Unsur
No Jenis Pelanggaran Keterangan
Ada Tidak
1. Pasal 8 : Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan, dan berdasarkan Kode
Etik Rumah Sakit Indonesia.
Penjelasan Pasal 8: Promosi sebagai alat pemasaran rumah sakit dapat dilakukan dengan
pemberian informasi yang jujur, jelas, tidak berlebihan dan tidak membanding-
bandingkan dengan rumah sakit lain. Promosi dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek informatif, edukatif, preskriptif dan preparatif bagi khalayak ramai umumnya
dan pasien khususnya. Imformatif, Edukatif, Preskriptif, Preparatif.

Pedoman Etika Promosi Rumah Sakit 2011 (Hanya dibahas yang berkaitan dengan dokter)

Dugaan Unsur
No Jenis Pelanggaran Keterangan
Ada Tidak
1. Asas Umum, angka 5: Promosi yang dilakukan harus tetap memiliki tanggungjawab sosial: a)
Layanan yang ditawarkan harus profesional dan bermutu. Setiap rumah sakit dan
institusi pelaku layanan kesehatan harus selalu mengacu kepada etika profesi dan
etika numah sakit, serta bekerja sesuai pedoman dan standar layanan yang berlaku di
lndonesia
Asas Khusus, angka 2: Penampilan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan tidak boleh digunakan
untuk mengiklankan rumah sakit dan jasa pelayanan kesehatan, kecuali memakai
peran pengganti.
2. Rumah sakit dapat mencantumkan pendidikan dan pelatihan yang dijalani serta prestasi dari
tenaga profesional yang dimilikinya.
3. Dapat pula menyebutkan nama dan keahlian dokter serta jam praktek.
4. Siaran radio atau televisi, dapat mengumumkan kegiatan seminar atau melakukan talk show
dengan ketentuan dokter hanya menyampaikan masalah teknis medis, dan tidak boleh
mengesankan memberi kesaksian (testimony) atau anjuran baik langsung maupun tidak
langsung. Humas rumah sakit atau petugas yang ditunjuk dapat mempromosikan fasilitas dan
sarana rumah sakit.
5. Materi informasi yang tidak boleh disampaikan sebagai berikut:
a) Bila belum terbukti kebenarannya.
b) Membandingkan dengan institusi lain.
c) Pernyataan yang bersifat memuji diri sendiri secara berlebihan.
d) Mengiklankan pemberian diskon pelayanan kuratif
e) Menjanjikan hasil pelayanan / pengobatan.
f) Testimoni pasien untuk iklan.
g) Larangan periklanan yang sudah berlaku secara umum.
h) Melakukan promosi dengan cara tidak pantas seperti penyebaran brosur dari pintu ke pintu
atau di jalan raya .
i) Melakukan wawancara atau perbincangan di media massa yang didampingi oleh sponsor
perusahaan obat atau alat kesehatan.
PERMENKES No. 1787/2010 Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan

Dugaan Unsur
No Jenis Pelanggaran Keterangan
Ada Tidak
1. Penyelenggaraan iklan dan/atau publikasi HARUS SESUAI dengan etika iklan dan/atau Pasal 3 ayat (2) PMK
publikasi yang diatur dalam kode etik rumah sakit indonesia, kode etik masing-masing tenaga 1787/2010
kesehatan, kode etik pariwara, dan ketentuan peraturan perundangundangan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam menyelenggarakan iklan dan/atau publikasi harus Pasal 4 ayat (1) PMK
memenuhi syarat meliputi: 1787/2010
a. memuat informasi dengan data dan/atau fakta yang akurat;
b. berbasis bukti;
c. informatif;
d. edukatif; dan
e. bertanggung jawab.
3. Iklan dan/atau publikasi yang dilakukan melalui media cetak, media elektronik, dan media luar Pasal 4 ayat (2) PMK
ruang wajib mencantumkan nama dan alamat fasilitas pelayanan kesehatan serta tanggal 1787/2010
publikasi.
4. Iklan dan/atau publikasi pelayanan kesehatan tidak diperbolehkan apabila bersifat: Pasal 5 PMK 1787/2010
a. menyerang dan/atau pamer yang bercita rasa buruk seperti merendahkan kehormatan dan
derajat profesi tenaga kesehatan;
b. memberikan informasi atau pernyataan yang tidak benar, palsu, bersifat menipu dan
menyesatkan;
c. memuat informasi yang menyiratkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dapat
memperoleh keuntungan dari pelayanan kesehatan yang tidak dapat dilaksanakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya atau menciptakan pengharapan yang tidak tepat dari
pelayanan kesehatan yang diberikan;
d. membandingkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, atau mencela mutu pelayanan
kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
e. memuji diri secara berlebihan, termasuk pernyataan yang bersifat superlatif dan
menyiratkan kata “satu-satunya” atau yang bermakna sama mengenai keunggulan,
keunikan atau kecanggihan sehingga cenderung bersifat menyesatkan;
f. memublikasikan metode, obat, alat dan/atau teknologi pelayanan kesehatan baru atau
non-konvensional yang belum diterima oleh masyarakat kedokteran dan/atau kesehatan
karena manfaat dan keamanannya sesuai ketentuan masing-masing masih diragukan atau
belum terbukti;
g. mengiklankan pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang fasilitas pelayanan
kesehatannya tidak berlokasi di negara Indonesia;
h. mengiklankan pelayanan kesehatan yang dilakukan tenaga kesehatan dan/atau fasilitas
pelayanan kesehatan yang tidak memiliki izin;
i. mengiklankan obat, makanan suplemen, atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar
atau tidak memenuhi standar mutu dan keamanan;
j. mengiklankan susu formula dan zat adiktif;
k. mengiklankan obat keras, psikotropika dan narkotika kecuali dalam majalah atau forum
ilmiah kedokteran;
l. memberi informasi kepada masyarakat dengan cara yang bersifat mendorong penggunaan
jasa tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut;
m. mengiklankan promosi penjualan dalam bentuk apa pun termasuk pemberian potongan
harga (diskon), imbalan atas pelayanan kesehatan dan/atau menggunakan metode
penjualan multi-level marketing;
n. memberi testimoni dalam bentuk iklan atau publikasi di media massa;
o. menggunakan gelar akademis dan/atau sebutan profesi di bidang kesehatan.
5. Tenaga kesehatan dilarang mengiklankan atau menjadi model iklan obat, alat kesehatan, Pasal 8 ayat (1) & Pasal 9
perbekalan kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan kecuali dalam iklan layanan PMK 1787/2010
masyarakat. Iklan layanan masyarakat yang dimaksud disini adalah iklan promosi kesehatan
yang bertujuan untuk mengubah masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
atau mendukung program pemerintah dan tidak bersifat komersiil. Iklan layanan masyarakat
tidak boleh memperlihatkan merek dagang, alat kesehatan, perbekalan kesehatan, dan
fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Tenaga kesehatan dapat melakukan publikasi atas pelayanan kesehatan dan penelitian Pasal 8 ayat (2) PMK
kesehatan dalam majalah kesehatan atau forum ilmiah untuk lingkungan profesi. 1787/2010

Anda mungkin juga menyukai