Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

STRUKTUR BANGUNAN RUKO IBU WINA


BEKASI, JAWA BARAT

TAHUN 2022
RESUME

Berdasarkan analisa struktur bangunan yang dilakukan dengan program bantu


ETABS 18 didapatkan hasil dimensi dan penulangan pada masing-masing elemen
struktur sebagai berikut:
Tabel 1.1 Rekapitulasi Pelat Lantai
Tebal Tulangan Tulangan
Tipe Pelat Pelat Arah X Arah Y
(mm)
A 120 P10-200 P10-200

Tabel 1.2 Rekapitulasi Balok

Kode Dimensi Keterangan Tulangan Selimut (mm)


Tump. Atas 4D13+2D13
Tump. Bawah 4D13
Lap. Atas 4D13
B0 250/400 Lap. Bawah 4D13+2D13 30
Tengah -
Sengkang Tump P10-150
Sengkang Lap P10-200
Tump. Atas 3D13
Tump. Bawah 3D13
Lap. Atas 3D13
B1 200/400 Lap. Bawah 3D13 30
Tengah -
Sengkang Tump P8-150
Sengkang Lap P8-200
Tump. Atas 2D13
Tump. Bawah 2D13
Lap. Atas 2D13
B2 200/300 Lap. Bawah 2D13 30
Tengah -
Sengkang Tump P8-200
Sengkang Lap P8-200
Tump. Atas 3D13
Tump. Bawah 3D13
Lap. Atas 3D13
SL1 200/400 Lap. Bawah 3D13 30
Tengah 3D13
Sengkang Tump P8-200
Sengkang Lap P8-200
Tabel 1.3 Rekapitulasi Kolom

Kode Dimensi Keterangan Tulangan Selimut (mm)


Tulangan Utama 10D13
K1 250/400 Sengkang Tump P8-150 25
Sengkang Lap P8-200

Tabel 1.4 Rekapitulasi Pilecap


Selimut
Tipe Dimensi Tebal Tulangan Tulangan
Beton
Pilecap (mm) (mm) Arah X Arah Y
(mm)
PC1 800/800 300 D13-150 D13-150 40

Tabel 1.5 Rekapitulasi Strauss


Pada Isi Diameter Tulangan Tulangan Kedalaman
Pilecap Pile (mm) Utama Geser dari +0,00 (m)
PC1 1 300 5D13 Ø8-200 -7,00
*) Pondasi direncanakan dengan MENGASUMSIKAN TANAH KERAS PADA
KEDALAMAN -7,00 m dikarenakan data tanah sondir/borlog N-SPT tidak
disediakan
DAFTAR ISI

RESUME
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ANALISIS RENCANA PEMBEBANAN
BAB III PEMODELAN DAN PEMBEBANAN STRUKTUR
BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR ATAP
BAB V PERENCANAAN SAMBUNGAN
BAB VI PERENCANAAN BALOK BETON BERTULANG
BAB VII PERENCANAAN KOLOM BETON BERTULANG
BAB VIII PERENCANAAN BALOK SLOOF
BAB IX PERENCANAAN PONDASI PILECAP
BAB X PERENCANAAN PONDASI BOREPILE
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Acuan Perencanaan


Pembebanan yang dipakai dalam perencanaan struktur adalah sebagai berikut:
a. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983 (PPIUG
1983)
b. Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain
(SNI 1727:2020)
c. Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung dan penjelasan (SNI
2847:2019)
d. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung (SNI 1726:2019)
e. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2020)

1.2 Jenis Pembebanan


1. Beban Mati Struktur (Dead Load)
Beban ini terdiri dari berat sendiri suatu struktur bangunan
2. Beban Mati Elemen Tambahan (Super Dead Load)
Beban ini terdiri dari beban dinding, keramik, plesteran, plumbing, ME
(Mechanical Electrical, dll)
3. Beban Hidup (Live Load)
Beban yang bekerja pada plat lantai bangunan
4. Beban Hujan (Rain Load)
Beban yang bekerja pada struktur atap bangunan akibat hujan
5. Beban Angin (Wind Load)
Beban yang bekerja pada plat lantai bangunan
6. Beban Gempa (Earthquake Load)
Untuk menismulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang
terhadap struktur Gedung, maka arah utama beban gempa harus dianggap
efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh
pembebanan gempa arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tapi
dengan efektifitas hanya 30%. Pembebanan gempa dilakukan dengan
metode analisis Dinamik Response Spektrum yang disajikan dalam bentuk
grafik/plot antara periode getar struktur T, versus respon-respon maksimum
berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu. Ilustrasi metode respons
spektrum ditunjukkan pada Gambar 1.1 sebagai berikut.
Gambar 1.1 Spektrum Respon Desain
Sumber : SNI 1726:2019
1.3 Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan SNI 1727:2020, kombinasi pembebanan terfaktor yaitu sebagai
berikut:
1. Beban Gravitasi
a. 1,4D
b. 1,2D + 1,6L + 0,5R
c. 1,2D + 1,6R + 0,5L
2. Beban Gempa
a. 1.2D + L + Ex + 0.3Ey
b. 1.2D + L + 0.3Ex + Ey
c. 0.9D + Ex + 0.3Ey
d. 0.9D + 0.3Ex + Ey

Berdasarkan SNI 1726:2019, kombinasi pembebanan dasar untuk perencanaan


pondasi adalah sebagai berikut:
a. D + L
b. D + R
c. D + 0,75L + 0,75R
d. D + 0,75L + 0,525Ex + 0,3(0,525Ey)
e. D + 0,75L + 0,525Ey + 0,3(0,525Ex)
BAB II
ANALISIS RENCANA PEMBEBANAN
2.1 Data Perencanaan
1. Fungsi bangunan : Bangunan Ruko
2. Lokasi bangunan : Bekasi, Jawa Barat

2.2 Spesifikasi Material dan Bahan


a. Mutu beton, f’c : 18,675 MPa (K250)
b. Mutu tulangan ulir, BJTD : fy = 390 MPa
c. Mutu tulangan polos, BJTP : fy = 240 MPa

2.3 Metode Analisis Pembebanan


Metode perhitungan yang digunakan adalah metode kekuatan batas (ultimate
strength design) dengan tingkat daktalitas penuh (SNI 1726:2019)

2.4 Analisis Pembebanan


1. Beban Mati (Dead Load/Beban Gravitasi)
a. Beban Sendiri Struktur Bangunan
Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m³
Berat jenis baja = 7850 kg/m³
b. Beban Super Dead Load pada Pelat Lantai
Berat finishing setebal 2 cm, berat jenis 21 kg/m² = 42 kg/m²
Berat keramik setebal 1 cm, berat jenis 24 kg/m² = 24 kg/m²
Berat plafon dan penggantung = 18 kg/m²
Berat sanitasi, plumbing, dan ME = 40 kg/m² +
TOTAL = 124 kg/m²
= 1,24 kN/m²
c. Beban Super Dead Load pada Pelat Atap
Berat plafon dan penggantung = 18 kg/m²
Berat MEP = 40 kg/m² +
TOTAL = 58 kg/m²
= 0,58 kN/m²

2. Beban Hidup (Live Load)


Beban hidup yang bekerja pada struktur bangunan sebagai berikut:
a. Pada pelat ruko = 2,40 kN/m² (Tabel 4.3-1, SNI 1727:2020)
*) Dak lantai tidak didesain untuk pembebanan tandon
3. Beban Hujan (Rain Load)
Beban air hujan direncanakan berdasarkan pada SNI 1727:2020 pasal 8.3
sesuai dengan persamaan berikut:
𝑅 = 0,0098 × (𝑑𝑠 + 𝑑ℎ )

𝑑𝑠 = kedalaman air pada atap yang tidak melendut meningkat ke lubang


masuk sistem drainase sekunder apabila sistem drainase primer
tertutup (tinggi statis), dalam in. (mm)
𝑑ℎ = tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut di atas
lubang masuk sistem drainase sekunder pada aliran air rencana
(tinggi hidrolik), dalam in. (mm).

Direncanakan:
a. tinggi statis (ds) = 20 mm
b. tinggi hidrolis (dh) = 10 mm

Sehingga,
R = 0,0098 (ds+dh) = 0,294 kN/m2
4. Beban Gempa (Earthquake Load)
Peraturan pembebanan gempa Indonesia mengacu pada SNI 1726:2019.
Parameter-parameter yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Mengklasifikasi kategori risiko bangunan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Nongedung untuk Beban
Gempa
Sumber: SNI 1726:2019 Tabel 3
2. Menentukan faktor keutamaan gempa berdasarkan kategori risiko
bangunan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Faktor Keutamaan Gempa


Sumber: SNI 1726:2019 Tabel 4

Analisis beban gempa dilakukan dengan metode dinamik respons spektrum.


Dalam mendefisinikan beban gempa dapat mengacu pada SNI 1726:2019
a. Kategori Resiko :I (Tabel 3, SNI 1726:2019)
b. Faktor Keutamaan Gedung, I :1 (Tabel 4, SNI 1726:2019)
c. Faktor Reduksi Gempa, R :8 (Tabel 12, SNI 1726:2019)
d. Pada ETABS v18 pembebanan dilakukan dengan memasukkan grafik
response spektrum (SRSS) sebagai berikut :
I x g / R, dengan g : 9,81 m/s
U1 : 1 × 9,81/8 = 1,2262
e. Output Data Dari Puskim (Respons Spektrum Indonesia)
Beban gempa yang digunakan mengikuti Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung,
SNI 1726:2019. Parameter yang digunakan diambil dari Desain Spektra
Indonesia
Kelas Situs : Tanah Sedang (SD)
Kategori Desain Seismik : D (Tabel 8-9 SNI 1726-2019)
SDS = 0,65 > 0,5
SD1 = 0,50 > 0,2
Parameter Ss ( percepatan batuan dasar pada periode pendek) dan S1
(percepatan batuan dasar periode 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari
respon spectral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gempa dengan
kemungkinan 1% terlampaui dalam 50 tahun dan dinyatakan dalam bilangan
desimal terhadap percepatan gravitasi

Gambar 2.2 Grafik Respons Spektrum


BAB III
PEMODELAN DAN PEMBEBANAN STRUKTUR

3.1 Pemodelan Struktur


Pemodelan struktur dan input pembebanan rencana menggunakan program
ETABS v18 yang dapat dilihat pada Lampiran.
3.2 Pembebanan Struktur
a. Beban Gravitasi
Input beban-beban gravitasi meliputi beban mati tambahan, beban hidup, dan
beban hujan dapat dilihat pada BAB Lampiran

b. Beban Gempa
- Input grafik respon spektrum pada ETABS18

Gambar 3.1 Input Respon Spektrum pada ETABS18


- Input scale factor percepatan respon spektrum pada ETABS18

Gambar 3.2 Input Scale Factor Gempa Arah X pada ETABS18

- Input scale factor percepatan respon spektrum pada ETABS18

Gambar 3.3 Input Scale Factor Gempa Arah Y pada ETABS18


-

BAB IV
PERENCANAAN PELAT BETON BERTULANG

4.1. Perencanaan Pelat Lantai


A. Data Perencanaan:
Mutu beton: f'c 18.675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 240 MPa
Selimut beton: Cc 25 mm
Tebal pelat: h 120 mm
Diameter tulangan utama D 10 mm
Diameter tulangan susut Ds 10 mm
Panjang sisi terpendek: lx 3m
Panjang sisi terpanjang: ly 3m
ly
1 < 2.0 (Pelat Dua Arah)
lx

B. Perhitungan Pembebanan
kN
Berat jenis beton: γ 24
3
m
a. Beban Mati
kgf
- Beban sendiri qD γ h 293.6783
2
m
b. Beban Super Dead
kgf
- Beban plafon + penggantung: qSDL1 18
2
m
kgf
- Beban plumbing,sanitasi, ME: qSDL2 40
2
m
kgf
- Beban spesi 2 cm: qSDL3 42
2
m
kgf
- Beban keramik 1 cm: qSDL4 24
2
m
kgf
qSDL qSDL1 qSDL2 qSDL3 qSDL4 124
2
m
c. Beban Hidup
kN kgf
- Beban hidup ruko: qL 2.40 244.7319
2 2
m m
Beban Berfaktor:
kgf
qu1 1.4 qD qSDL 584.7496
2
m
kgf
qu2 1.2 qD qSDL 1.6 qL 892.7849
2
qu1 m
kgf
qu max 892.7849
qu2 2
m

-
-

ly
1
lx

Koefisien Momen:

Xtx 52
Xlx 21
Xty 52
Xly 21

Perhitungan Momen:
2
Mutx 0.001 Xtx qu lx m 4.0974 kN m
2
Mulx 0.001 Xlx qu lx m 1.6547 kN m
2
Muty 0.001 Xty qu lx m 4.0974 kN m
2
Muly 0.001 Xly qu lx m 1.6547 kN m

-
-

D. Perencanaan Penulangan
a. Tulangan Arah x
Spasi tulangan maksimum:
smax1 2 h 240 mm
smax2 450 mm

Spasi tulangan pakai: s 200 mm


Mutx
Mu max 4.0974 kN m
Mulx
Mu
Mn 4.5527 kN m
0.9
d h Cc 0.5 D 90 mm
fy
m 15.1193
0.85 f'c
Mn
Rn 0.5621 MPa
2
1m d
β 0.85
1 2 Rn m
ρperlu 1 1 0.0024
m fy

ρmin 0.0025

0.85 β f'c 600


ρbal 0.0402
fy fy
600
MPa
ρmax 0.75 ρbal 0.0301

Sehingga, ρ ρmin 0.0025


2
Asbutuh ρ 1m d 225 mm
1m 1 2 2
As π D 392.6991 mm
s 4

Cek terhadap momen:


As fy
a 5.9373 mm
0.85 f'c 1 m
a
ϕMn 0.9 As fy d 7.3823 kN m > Mu 4.0974 kN m
2
Mu
0.555 OK
ϕMn

Sehingga, untuk tulangan utama pelat arah x digunakan P10-200

-
-

b. Tulangan Arah y
Spasi tulangan maksimum:
smax1 2 h 240 mm
smax2 450 mm

Spasi tulangan pakai: s 200 mm


Muty
Mu max 4.0974 kN m
Muly
Mu
Mn 4.5527 kN m
0.9
d h Cc 0.5 D 90 mm
fy
m 15.1193
0.85 f'c
Mu
Rn 0.5059 MPa
2
1m d
β 0.85
1 2 Rn m
ρperlu 1 1 0.0021
m fy

ρmin 0.0025

0.85 β f'c 600


ρbal 0.0402
fy fy
600
MPa
ρmax 0.75 ρbal 0.0301

Sehingga, ρ ρperlu 0.0021


2
Asbutuh ρ 1m d 192.8196 mm

1m 1 2 2
As π D 392.6991 mm
s 4

Cek terhadap momen:


As fy
a 5.9373 mm
0.85 f'c 1 m
a
ϕMn 0.9 As fy d 7.3823 kN m > Mu 4.0974 kN m
2
Mu
0.555 OK
ϕMn

Sehingga, untuk tulangan utama pelat arah y digunakan P10-200

-
-

BAB V
PERENCANAAN BALOK BETON BERTULANG

5.1 Perencanaan Balok B0


A. Data Perencanaan
Mutu beton: f'c 18.675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 390 MPa
Mutu tulangan geser: fyv 240 MPa
Mutu tulangan torsi: fyt 240 MPa
Selimut beton: Cc 30 mm
Lebar balok: b 250 mm
Tinggi balok: h 400 mm
D tul lentur atas: Dtop 13 mm
D tul lentur bawah: Dbot 13 mm
D tul sengkang: Ds 10 mm
D tul torsi: Dt 0 mm
Analisa ETABS 18:
Momen tumpuan - : Mut1 76.01 kN m
Momen tumpuan +: Mut2 0 kN m
Momen lapangan: Mul 72.59 kN m
Gaya Geser Tumpuan Vu 87.57 kN
Gaya Geser Lapangan: Vu2 71.54 kN
Gaya Torsi : Tu 8.49 kN m

B. Rasio Tulangan Longitudinal


a. Rasio minimum tulangan lentur:
0.25 f'c MPa
ρmin1 0.0028
fy
1.4 MPa
ρmin2 0.0036
fy
ρmin1
ρmin max 0.0036
ρmin2

b. Rasio maksimum tulangan lentur:


β1 0.85
ρmax 0.025

-
-

C. Perhitungan Tulangan Lentur


Tinggi Efektif: d h Cc Ds 0.5 Dbot 353.5 mm
Perhitungan batas tulangan:
2
Asmin ρmin b d 317.2436 mm
2
Asmax ρmax b d 2209.375 mm

a. Tulangan Tumpuan Negatif


Gaya momen ultimate: Mu Mut1 76.01 kN m
Mu 2
Luas tulangan perlu: Astbutuh 680.6623 mm
0.9 fy 0.9 d
Direncanakan diameter D Dtop 13 mm dengan jumlah nt_top 6
2 2
Luas tulangan pakai: Ast nt_top 0.25 π D 796.3937 mm

Ast fy
a 78.266 mm
0.85 f'c b
a
ϕMnt 0.9 Ast fy d 87.8763 kN m > Mu 76.01 kN m OK
2
Cek ketentuan under-reinforced:
a
0.2214 < 0.375 β1 0.3188 OK
d
Sehingga, digunakan 6D13

b. Tulangan Tumpuan Positif


Mu1 Mut2 0 kN m
Mu2 0.5 ϕMnt 43.9382 kN m
Mu1
Gaya momen ultimate: Mu max 43.9382 kN m
Mu2
Mu 2
Luas tulangan perlu: Asbbutuh 393.4621 mm
0.9 fy 0.9 d
Direncanakan diameter D Dbot 13 mm dengan jumlah nt_bot 4
2 2
Luas tulangan pakai: Asb nt_bot 0.25 π D 530.9292 mm

Asb fy
a 52.1773 mm
0.85 f'c b
a
ϕMnb 0.9 Asb fy d 61.0151 kN m > Mu 43.9382 kN m OK
2
Cek ketentuan under-reinforced:
a
0.1476 < 0.375 β1 0.3188 OK
d
Sehingga, digunakan 4D13

-
-

c. Tulangan Lapangan Negatif


2
Luas tulangan perlu: As ρmin b d 317.2436 mm
min

Direncanakan diameter D Dbot 13 mm dengan jumlah nl_top 4


π 2 2 2
Luas tulangan pakai: As nl_top
4
D 530.9 mm > Asmin 317.2 mm OK

Sehingga, digunakan 4D13

d. Tulangan Lapangan Positif


Mu1 Mul 72.59 kN m
Mu2 0.25 ϕMnt 21.9691 kN m
Mu1
Gaya momen ultimate: Mu max
Mu2
72.59 kN m

Mu 2
Luas tulangan perlu: Aslbutuh 615.8241 mm
0.9 fy 0.95 d
Direncanakan diameter D Dbot 13 mm dengan jumlah nl_bot 6
2 2
Luas tulangan pakai: Asl nl_bot 0.25 π D 796.3937 mm

Asl fy
a 78.266 mm
0.85 f'c b
a
ϕMn 0.9 Asl fy d 87.8763 kN m > Mu 72.59 kN m OK
2
Cek ketentuan under-reinforced:
a
0.2214 < 0.375 β1 0.3188 OK
d
Sehingga, digunakan 6D13

-
-

D. Perhitungan Tulangan Geser


a. Pada daerah tumpuan
Vu 87.57 kN
Vc 0.17 f'c MPa b d 64.9245 kN
Vu
Vs Vc 51.8355 kN
0.75
Vs 2
mm
Avs 0.611
fyv d mm
2
mm
Avt_perlu Avs 0.611
mm
Direncanakan diameter sengkang Ds 10 mm dengan jumlah kaki n 2

Jarak antar sengkang rencana: st 150 mm


2 2
Avt n 0.25 π Ds 157.0796 mm
Avt 2 2
mm mm OK
1.0472 Avt_perlu 0.61
st mm > mm
Sehingga, digunakan tulangan geser P10-150

b. Pada daerah lapangan


Vu2 71.54 kN

Vc 0.17 f'c MPa b d 64.9245 kN


Vu2
Vs Vc 30.4622 kN
0.75
Vs 2
mm
Avs 0.3591
fyv d mm
2
mm
Avl_perlu Avs 0.3591
mm
Direncanakan diameter sengkang Ds 10 mm dengan jumlah kaki n 2

Jarak antar sengkang rencana: sl 200 mm


2 2
Avl n 0.25 π Ds 157.0796 mm
Avl 2 2
mm mm OK
0.7854 Avl_perlu 0.36
sl mm > mm
Sehingga, digunakan tulangan geser P10-200

-
-

E. Perhitungan Tulangan Torsi


a. Cek apakah perlu perhitungan torsi
2
Acp b h 100000 mm

Pcp 2 b h 1300 mm
2
Aoh b 2 Cc Ds h 2 Cc Ds 59400 mm

Ph 2 b 2 Cc Ds h 2 Cc Ds 1020 mm
2
Acp
Tcr 0.33 f'c MPa 10.9699 kN m
Pcp
ϕTcr 0.75 Tcr 8.2274 kN m
ϕTcr
Pengaruh torsi boleh diabaikan bila Tu < :
4
ϕTcr
Tu 8.5 kN m > 2.0568 kN m
4
Sehingga, ada pengaruh torsi

b. Cek kecukupan dimensi penampang


Tu diambil minimum untuk torsi kompatibilitas (Statis Tak Tentu):
Tu
Tu min 8.2274 kN m
ϕTcr

Dimensi penampang harus memenuhi A ≤ B:


2 2
Vu Tu Ph
A 1.7144 MPa
b d 2
1.7 Aoh
Vc
B 0.66 f'c MPa 3.5868 MPa
b d

A 1.71 MPa < B 3.59 MPa OK

c. Cek Penulangan Lentur Torsi


Tu
Tn 10.9699 kN m
0.75
Tn 2
mm
Atperlu 0.4526
2 Aoh 0.85 fyv cot 45 deg mm
2
0.175 b MPa mm
Atmin1 0.1122
fy mm
2
mm
Atmin2 0.00755
mm
Atmin1 2
mm
Atmin max 0.1122
Atmin2 mm

-
-

Tn 2
mm
Atperlu 0.4526
2 Aoh 0.85 fyv cot 45 deg mm
Atmin 2
mm
At max 0.4526
Atperlu mm
fyv 2 2
Al At Ph cot 45 deg 284.1195 mm
fy

0.42 f'c MPa Acp fyt 2


Almin At Ph 181.2683 mm
fy fy
Al 2
Al max Almin 284.1195 mm

Direncanakan tambahan tulangan tengah sebagai berikut:


Dt 0 mm
ntengah 2
2 2
Atengah ntengah 0.25 π Dt 0 mm

Cek desain lentur pada:

Tumpuan:
2
At_perlu Al Astbutuh 964.7818 mm
2
At_pakai Atengah Ast Asb 1327.3229 mm

2 2
At_pakai 1327.32 mm At_perlu 964.78 mm OK
>
Lapangan:
2
At_perlu Al Aslbutuh 899.9436 mm
2
At_pakai Atengah As Asl 1327.3229 mm

2 2
At_pakai 1327.32 mm At_perlu 899.94 mm OK
>

Sehingga, desain lentur memenuhi syarat terhadap torsi

Dengan cara yang sama, didapatkan rekap hasil perhitungan balok beton bertulang
pada BAB Resume dan BAB Lampiran

-
-

BAB VI
PERENCANAAN KOLOM BETON BERTULANG

6.1 Perencanaan Kolom K1


A. Data Perencanaan:
Mutu beton: f'c 18.675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 390 MPa
Mutu tulangan geser: fyv 240 MPa
Selimut beton: Cc 25 mm
Lebar kolom: b 250 mm
Tinggi kolom h 400 mm
Diameter tulangan utama D 13 mm
Diameter tulangan geser Ds 8 mm
Panjang bersih kolom ln 3.3 m 0.4 m 2.9 m

B. Perencanaan Tulangan Lentur


Perencanaan tulangan lentur kolom menggunakan program bantu SPColumn dengan
menginput semua output gaya-gaya kolom K1 dari ETABS 18

Berdasarkan analisa SPColumn, penampang kolom K1 mampu memikul beban


kombinasi aksial dan lentur
-
-

C. Perencanaan Tulangan Geser


Gaya geser ultimate: Vu 29.30 kN
Tinggi efektif: d b Cc Ds 0.5 D 210.5 mm
Kuat geser beton: Vc 0.17 f'c MPa h d 61.8574 kN

Cek syarat apakah diperlukan tulangan geser:


Vu
Vs 39.0667 kN > 0.5 Vc 30.9287 kN
0.75
Sehingga, dibutuhkan tulangan sengkang

Direncanakan diameter sengkang Ds 8 mm dengan jumlah kaki n 2


2 2
Av n 0.25 π Ds 100.531 mm
Vu
Vs_perlu Vc 22.7907 kN
0.75
h d
Vs_min MPa 28.0667 kN
3
Vs_perlu
Vs max 28.0667 kN
Vs_min

Av fyv d
Jarak antar sengkang perlu: s Vs
180.9557 mm

Sehingga, digunakan sengkang tumpuan P8-150


sengkang lapangan P8-200

Hasil analisa kuat aksial-lentur (PM-Ratio) kolom pada ETABS dapat dilihat pada
LAMPIRAN

-
-

BAB VII
PERENCANAAN BALOK SLOOF

7.1. Perencanaan Balok Sloof SL1


A. Data Perencanaan
Mutu beton: f'c 18.675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 390 MPa
Mutu tulangan geser: fyv 240 MPa
Selimut beton: Cc 30 mm
Lebar balok: b 200 mm
Tinggi balok: h 400 mm
D tul lentur atas: Dtop 13 mm
D tul lentur bawah: Dbot 13 mm
D tul sengkang: Ds 8 mm
Panjang bersih: ln 5m
Tinggi dinding l 3.3 m 0.3 m 3m
Analisa Pembebanan:
Gaya aksial kolom: Pukolom 333.68 kN

Beban 10% kolom: Pu 10 % Pukolom 33.368 kN

kN kN
Berat sendiri sloof: qD1 b h 24 1.92
3 m
m
kgf kgf
Berat dinding: qD2 250 l 750
2 m
m
kN
Beban Total: qD qD1 qD2 9.275
m
kN
Beban Kombinasi: qu 1.4 qD 12.985
m
1 2
Momen Berfaktor: Mu q l 27.052 kN m
12 u n

-
-

Berdasarkan analisa SPColumn, penampang sloof mampu memikul beban kombinasi


aksial dan lentur

D. Perhitungan Tulangan Geser


Gaya geser ultimate: Vu 0.5 qu ln 32.4625 kN
2
Ag b h
80000 mm
Dbot
d h Cc Ds 355.5 mm
2
Pu f'c
Vc 0.17 1 MPa b d 53.7896 kN
14 gA MPa

ϕVc 0.75 Vc 40.3422 kN

Cek apakah diperlukan tulangan geser:

0.5 ϕVc 20.1711 kN < Vu 32.4625 kN (Perlu tulangan geser)

Direncanakan diameter sengkang Ds 8 mm dengan jumlah kaki n 2


Vu
Vs_perlu Vc 10.5064 kN
0.75
b d
Vs_min MPa 23.7 kN
3
Vs_perlu
Vs max 23.7 kN
Vs_min

2 2
Av n 0.25 π Ds 100.531 mm
Av fyv d
Jarak sengkang perlu: s Vs
361.9115 mm

Sehingga, digunakan sengkang tumpuan P8-200


sengkang lapangan P8-200

-
-

BAB VIII
PERENCANAAN PONDASI PILECAP

8.1 Perencanaan Pondasi Poer PC1


A. Data Perencanaan:
Mutu beton: f'c 18.675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 390 MPa
Selimut beton: Cc 40 mm
Tebal pondasi: D 300 mm
Lebar pondasi: B 800 mm
Panjang pondasi: L 800 mm
Sisi panjang kolom: b 400 mm
Sisi pendek kolom: h 250 mm
Diameter tulangan utama Dl 13 mm
kN
Berat sendiri pondasi: Pu1 24 D B L 4.608 kN
3
m
Hasil analisa ETABS 18:
Pu2 333.68 kN
Mu 23.22 kN m
Vu 24.57 kN
Gaya aksial total: Pu Pu1 Pu2 338.288 kN

B. Perhitungan Kontrol Geser Pons


Beban aksial: Pu2 333.68 kN (Kombinasi DFBK)
Tebal pondasi: t D 300 mm

d D Cc 0.5 Dl 253.5 mm
bo d h 503.5 mm
do d b 653.5 mm

Keliling kritis: U 2 bo do 2314 mm


2
Luas kritis: A U t 694200 mm

-
-

Kuat geser pons:


b
βc 1.6
h
d t Cc Dl 247 mm
αs 20
2
Vc1 0.17 1 f'c MPa U d 944.7612 kN
βc
αs d
Vc2 0.083 2 f'c MPa U d 2421.4035 kN
bo

Vc3 0.33 f'c MPa U d 815.0881 kN


Vc1

Vc min Vc2 815.0881 kN


Vc3

ϕVc 0.75 Vc 611.3161 kN > Pu 338.288 kN OK

C. Perhitungan Penulangan Pondasi Poer


1.4 Pu
Mu m 47.3603 kN m
10
Mu
Mn 59.2004 kN m
0.8
fy
m 24.5689
0.85 f'c

0.85 f'c
ρb 0.85
fy

d D Cc 0.5 Dl 253.5 mm
fy
m 24.5689
0.85 f'c
Mn
Rn 1.1515 MPa
2
L d

β 0.85
1 2 Rn m
ρperlu 1 1 0.0031
m fy

ρmin 0.0025

0.85 β f'c 600


ρbal 0.021
fy fy
600
MPa

-
-
ρmax 0.75 ρbal 0.0157

Sehingga, ρ ρperlu 0.0031

Direncanakan tulangan diameter


Dl 13 mm dengan jarak s 150 mm
2
Asbutuh ρ L d 622.2547 mm
L 1 2 2 2
As π Dl 707.9055 mm Asbutuh 622.2547 mm OK
s 4 >

Sehingga, untuk tulangan pondasi pilecap digunakan D13-150

-
BAB IX
PERENCANAAN PONDASI STRAUSS

9.1 Perencanaan Pondasi


a. Data Pondasi Strauss
Mutu beton K225 = 18.675 MPa
Dimensi Strauss, D1 = 30 cm
Luas Pondasi, Ap1 = 0.785 x D1² = 706.5 cm²
Keliling Dasar Pondasi, Kp1 = 3.14 x D1 = 94.24778 cm
Daya Dukung Ujung Tiang (Konus) =
Q1 =
Daya Dukung Friction (JHP) = Q2 =
Daya Dukung Ijin, QL = Q1 + Q2

b. Data Tanah
DIASUMSIKAN kedalaman pondasi Strauss direncanakan mencapai
kedalaman 7 m dengan data sondir asumsi sebagai berikut:
Tekanan Konus Qc = 250 kg/cm²
JHP (Friction) JHP1 = 443.3 kg/cm

QL = Ap. Qc Kp. JHP


x = 41293.6 kg
5 7
41293.6
A Denah Pondasi Pile Cap
a Denah Pondasi
B Output Beban Joint Pada ETABS 18
Joint OutputCase CaseType StepType F1 F2 F3 M1 M2 M3
Text Text Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m
5 Env-DKI Combination Max 1.139 0.942 27.065 0.980 1.222 0.028
14 Env-DKI Combination Max 0.295 0.757 26.610 0.000 0.000 0.000
3 Env-DKI Combination Max 1.297 1.082 22.781 0.950 1.256 0.026
5 Env-DKI Combination Min -1.658 -1.062 22.764 0.942 1.280 0.028
15 Env-DKI Combination Max 0.157 0.853 22.587 0.000 0.000 0.000
14 Env-DKI Combination Min 0.176 -0.825 22.327 0.000 0.000 0.000
16 Env-DKI Combination Max 0.115 0.341 18.739 0.000 0.000 0.000
1 Env-DKI Combination Max 1.354 0.564 18.663 0.832 1.275 0.031
3 Env-DKI Combination Min -1.532 -0.980 18.653 0.984 1.275 0.030
15 Env-DKI Combination Min 0.042 -0.786 18.467 0.000 0.000 0.000
7 Env-DKI Combination Max 1.241 0.496 18.055 0.878 1.220 0.034
9 Env-DKI Combination Max 0.176 0.312 17.701 0.000 0.000 0.000
7 Env-DKI Combination Min -1.513 -0.533 14.469 0.819 1.245 0.029
16 Env-DKI Combination Min 0.032 -0.340 14.366 0.000 0.000 0.000
1 Env-DKI Combination Min -1.519 -0.522 14.278 0.874 1.294 0.031
9 Env-DKI Combination Min 0.094 -0.299 14.096 0.000 0.000 0.000

C Berat Pondasi Pile Cap, PC1


b1 = 0.8 m
h1 = 0.8 m
t1 = 0.3 m
bj = 2.4 t/m³
Wp1 = b1 x h1 x t x bj beton
= 0.4608 Ton

D Asumsi Jumlah Pondasi Strauss/ Titik


Joint OutputCase F3 WP PU QL n
Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf
5 Env-DKI 27.065 0.461 27.53 41.29 1
14 Env-DKI 26.610 0.461 27.07 41.29 1
3 Env-DKI 22.781 0.461 23.24 41.29 1
5 Env-DKI 22.764 0.461 23.23 41.29 1
15 Env-DKI 22.587 0.461 23.05 41.29 1
14 Env-DKI 22.327 0.461 22.79 41.29 1
16 Env-DKI 18.739 0.461 19.20 41.29 1
1 Env-DKI 18.663 0.461 19.12 41.29 1
3 Env-DKI 18.653 0.461 19.11 41.29 1
15 Env-DKI 18.467 0.461 18.93 41.29 1
7 Env-DKI 18.055 0.461 18.52 41.29 1
9 Env-DKI 17.701 0.461 18.16 41.29 1
7 Env-DKI 14.469 0.461 14.93 41.29 1
16 Env-DKI 14.366 0.461 14.83 41.29 1
1 Env-DKI 14.278 0.461 14.74 41.29 1
9 Env-DKI 14.096 0.461 14.56 41.29 1
E Kontrol Efisiensi Tiang Kelompok, Contoh Efisiensi PC1
m= 1
n= 1
S= 0

Eff =

= 1

F Kontrol Efisiensi Tiang Kelompok


Pmax = (Pu/n) + ((Mx*Ymax)/ΣY2) + ((My*Xmax)/ΣX2)

Joint PU QL n M2 Xmax Ymax Sigma Sigma Pmax EFEFF.QU


Ratio Ket
Text Tonf Tonf Tonf-m m m X^2 Y^2 Tonf Tonf
5 27.526 41.294 1 1.222 0.000 0.000 0.000 0.000 27.526 41.294 0.667 OK!
14 27.071 41.294 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 27.071 41.294 0.656 OK!
3 23.242 41.294 1 1.256 0.000 0.000 0.000 0.000 23.242 30.970 0.750 OK!
5 23.225 41.294 1 1.280 0.000 0.000 0.000 0.000 23.225 30.970 0.750 OK!
15 23.047 41.294 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 23.047 30.970 0.744 OK!
14 22.788 41.294 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 22.788 30.970 0.736 OK!
16 19.200 41.294 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 19.200 30.970 0.620 OK!
1 19.124 41.294 1 1.275 0.000 0.000 0.000 0.000 19.124 30.970 0.617 OK!
3 19.114 41.294 1 1.275 0.000 0.000 0.000 0.000 19.114 30.970 0.617 OK!
15 18.928 41.294 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 18.928 30.970 0.611 OK!
7 18.516 41.294 1 1.220 0.000 0.000 0.000 0.000 18.516 30.970 0.598 OK!
9 18.161 41.294 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 18.161 30.970 0.586 OK!
7 14.930 41.294 1 1.245 0.000 0.000 0.000 0.000 14.930 30.970 0.482 OK!
16 14.827 41.294 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 14.827 30.970 0.479 OK!
1 14.739 41.294 1 1.294 0.000 0.000 0.000 0.000 14.739 30.970 0.476 OK!
9 14.557 41.294 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 14.557 30.970 0.470 OK!
G Kontrol Penulangan Pondasi Dalam
a. Kontrol Penulangan Lentur
Perhitungan momen maksimum yang digunakan mengacu pada
buku "Daya Dukung Tiang Pancang (Prof. Herman Wahyudi)"

Mmax = H(e + 1.5d + 0.5f)


Korelasi Nilai Cu:

2
Cu = 50 kN/m
H 1 tiang = H (LRFD) = 29.3 = 29.3 kN
n 1
f= H
9 Cu x d
= 0.217037
e= 0 (Jarak antara gaya lateral dengan muka tanah)
d= 30 cm
Mu1 = H(e + 1.5d + 0.5f)
= 16.36 kNm
Mu2 = Mu
n
= 12.69 kNm

Sehingga, data yang digunakan adalah sebagai berikut:

Pu = 270.03 kN
Mu = 16.36 kNm
Berdasarkan analisa SPColumn, digunakan tulangan lentur 5D13

b. Kontrol Penulangan Geser


b= 300 mm (Diameter bor)
fyv = 240 MPa (Mutu tulangan sengkang)
Dl = 13 mm (Diameter lentur)
Ds = 8 mm (Diameter sengkang rencana)
Cc = 40 mm (Tebal selimut cor)
dc = d - Cc - Ds - 0.5Dl
= 245.5 mm

Vc = 53045.9 N

Vu1 = 0.5 Vc = 26522.9 N


Vu2 = H = 29.3 N
Vu = 26522.9 N
Vs = (Vu/0.75) - Vc
= -17681.966 N
Vs min = 0.33 b dc
= 24550 N
Vs pakai = 24550 N

n= 2 kaki
Av = 100.5 mm2

Jarak antar sengkang perlu:


s = Av fyv dc = 241.152 mm
Vs pakai
Sehingga, digunakan tulangan sengkang bor P8-200
012345
+268ÿ748,ÿ-ÿ$8.8ÿ78186  9 #ÿ%
4 0ÿ$ ÿ000 19
9441 12ÿ018,46!2ÿ%
4,6ÿ(2 %- 23 4' 61

/46 /8ÿ5 489


ÿ/8ÿ 489
ÿ 7156298ÿ 258ÿ715629268ÿ715629 715629ÿ 862
6 5 06 4,,68954 1,6864ÿ%2ÿ<8,,=58629
4641 
85 
85 
85 
85 
85 9
'  ' ' '
'0  *  ' :') *'
' 0 * : '4 :') ') 4 9
ÿ64
ÿ8ÿ08,1ÿ48,
':  00 * ':) ' '):
'* : 0 * ':) ' ')
' ) 0: ; ')4 4*' '
'0 00  * ':) )') '
' 0 0 * ':) *4' 0')*
': 04 :  ';0 ' ':) 4 9
ÿ64
ÿ8ÿ08,1ÿ48,
'* 0 0; ; ')4 *' ')4
0'    '* 4' 0')*
0'0 ) 4 * ':) *' '*
0' 0) : ; ')4 :' 0')*
0': 00  * ':) ):') ' 4 9
ÿ64
ÿ8ÿ08,1ÿ48,
0'* * 04 ) '4* **' '0
' 00  * ':) 0') '
'0 0:  * ':) 04' 0'4:
'    '* 0') 0')*
': 0   ';0 04' 0'*: 4 9
ÿ64
ÿ8ÿ08,1ÿ48,
'* 0: :  '* 0::') '0
'  ) ) '4* 0)*' ';
'0  0 * ':) 0;') ';:
' 0; ) * ':) 4' 0'
': 0) : ; ')4 0' 0')* 4 9
ÿ8 ÿ8ÿ4 9
ÿ4189
'* 4  * ':) ' ';
4' ) 4 * ':) :') '*
4'0  40 0 ' ::') 0'4
4' ) 4 ) '4* )*' '0 4 9
ÿ,89
86ÿ8 ÿ8ÿ898
4': 4 4* * ':) ;') ' 414 9
ÿ8ÿ898 ÿ418,1
4'* 4 : ; ')4 :') ';
:' 0 0 0 ' 0:') '*
:'0 ; 0  '* ' '
:' 04 04  ' ' ' 08,1ÿ886ÿ8ÿ08,1ÿ41898 ÿ,89

:': 886ÿ8ÿ08,1ÿ+1ÿ886
:'*
)'
)'0
)'
)':
)'*
*'
*'0
*'
*':
*'*
;'
;'0
;'
ÿÿ
ÿ ÿ !  ÿ  
"
5#9$4 0 5&636&6ÿ638&7ÿ(6&4ÿ8ÿ%&64&ÿ%5,ÿ917ÿ8:ÿ&,6ÿ;-<&
ÿ;6456
%5$&456 0 24,ÿ/9
96&=9ÿ;>96392ÿ;"ÿ8ÿ+5,ÿ?ÿ@ÿAÿB9$,ÿ(&8<36ÿ/94&4&6ÿB54&ÿ59-&)ÿ0ÿ2&C&ÿ5&
&4
'&49 0 17ÿ234ÿ1711
(9)4ÿ+5, 0 /01 D&E&$4. 0 123 456
6699
0 -5ÿ"
&)94.5ÿ/(, FG% 0 327 8949

\]ÿX^_`]Ya[ UbÌHÿX^_`]Y[ cdÿXe[


H H

I I

J J

K K

L L
RSTUVÿXYSUSZ[

RSTUVÿXYSUSZ[

M M

N N

O O

P P

Q Q

IH IH
H MH IHH IMH JHH JMH H J L N P IH IJ IL IN
LAMPIRAN
PEMODELAN STRUKTUR PADA ETABS18
ETABS 18.1.1 10/6/2022

B2 (20
) /30)
0/40
B1 (2 B2 (20
/30)
0)
B2 ( B1 (20/4

K1 (25/40)
20/3
0 )
0)
0/4

)
K1 (25/40
B2 ( 1 (2
20/3 B
0 )
K1 (25/4

B1

5/40)
(2 0/40
)
5 / 40 )
0 (2 B B1

K1 (2
B 2(
20/ (20
K1
K1(25/

/40)
0)

30)
0)
B1 5/4
(2540)

(20 0 ( 2 B B1
K1 (25/40)

/ 40 B 2( (20
/40)

) 20/ /40)
30) )
/40
K1 (25

K1 (25/40)
5
)
B1 (2
K1 (25/40
B1
(20 (20 B0 B2
/ 40
40) /40) ) (20
/40)

5 / / 30)
K1 (25/40)

(2
B0
K1 (25/4

B2 B1 )
/40

5/40)
(20 (2 0
/3 0 /40 5
) B1 ) (2
) /40 B0
K1 (25/40)

B1 25 (20

K1 (2
(2 0 ( / 40 B1
BS2
0)

0/ B L1(2 ) (20
K1 (25/40)

40
K1 (25

K1 (25/40)

) (200
//34 0 /40
0) )
K1 (25/40)

)
/40 0))
1 (20
B1 2 5/ 4
( SL
/40)

SL
(2 B0 1B
K1 (25/40)

0/ (22 0/4(
K1 (25/4

40 02)0
) 0/40)
5/40)

SL / 30
K1 (25/40)

(2 ) )
K1 (25/4

1 1 SL 40
(2 SL 15/
K1 (25/40)

K1 (2
0)

0/
40 B1 (2 (20/4
0)

) 0
(2 /40) B 0 )
K1 (25/40)

0/ 0
SL (240)
K1 (25/40

1 L1
5/40)

(2 S
0/
K1 (2
)

40
)
)
40
0/
K1 (25/40)

SL
K1 (25/40)

(2

1
1

(2
SL

0/
40
)
K1 (25/40)

STR_RukoIbuWina.EDB 3-D View


ETABS 18.1.1 10/6/2022

A 1.275 (m) B0.9 (m)0.6


C (m)
D 2.225 (m)
E

SL1 (20/40)
5d
1.7 (m)

SL1 (20/40)

SL1 (20/40)
5c
1.3 (m)

SL1 (20/40)
5b
SL1 (20/40)

SL1 (20/40)
2.6 (m)

SL1 (20/40)
5a
SL1 (20/40)

SL1 (20/40)
2.725 (m)

SL1 (20/40)
4a

STR_RukoIbuWina.EDB Plan View - Z1 - Z = 0 (m)


ETABS 18.1.1 10/6/2022

A 1.275 (m) B0.9 (m)0.6


C (m)
D 2.225 (m)
E

B0 (25/40)
5d
1.7 (m)

B1 (20/40)

B2 (20/30)

B1 (20/40)
5c
1.3 (m)

B0 (25/40)
5b
B1 (20/40)

B2 (20/30)

B1 (20/40)
2.6 (m)

B0 (25/40)
5a
B1 (20/40)

B2 (20/30)

B1 (20/40)
2.725 (m)

B0 (25/40)
4a

STR_RukoIbuWina.EDB Plan View - Z2 - Z = 3.3 (m)


ETABS 18.1.1 10/6/2022

A 1.275 (m) B0.9 (m)0.6


C (m)
D 2.225 (m)
E

B0 (25/40)
5d
1.7 (m)

B1 (20/40)

B2 (20/30)

B1 (20/40)
5c
1.3 (m)

B0 (25/40)
5b
B1 (20/40)

B2 (20/30)

B1 (20/40)
2.6 (m)

B0 (25/40)
5a
B1 (20/40)

B2 (20/30)

B1 (20/40)
2.725 (m)

B0 (25/40)
4a

STR_RukoIbuWina.EDB Plan View - Z3 - Z = 6.6 (m)


ETABS 18.1.1 10/6/2022

A 1.275 (m) B0.9 (m)0.6


C (m)
D 2.225 (m)
E

5d
1.7 (m)

5c
1.3 (m)

B1 (20/40)
5b
B2 (20/30)

B2 (20/30)
2.6 (m)

B1 (20/40)
5a
B2 (20/30)

B2 (20/30)
2.725 (m)

B1 (20/40)
4a

STR_RukoIbuWina.EDB Plan View - Z4 - Z = 9.9 (m)


ETABS 18.1.1 10/6/2022

4
1.2

1 .2 4 1.2
4

4 4
1 .2 1.2
4
1.2
4
4
1.2
1.2 1.2
4

4
1.2 24
1.

24
1.

STR_RukoIbuWina.EDB 3-D View Uniform Loads Gravity (SuperDead)


ETABS 18.1.1 10/6/2022

2.4

2 .4 2.4

2.4 2.4
2 .4

2.4
2.4 2.4

2.4 2.
4

4
2.

STR_RukoIbuWina.EDB 3-D View Uniform Loads Gravity (Live)


ETABS 18.1.1 10/6/2022

3
3
3
3
3
3
3
7.5
7.5
7.5 7.5
7.5
7.5 7.5

7.5
7.5
7.5 7.5
7.5 7.5 7.5
7.5
7.5
7.5

7.5

7.5
7.5

STR_RukoIbuWina.EDB 3-D View Frame Span Loads (SuperDead)


ETABS 18.1.1 10/6/2022

0.388

0.303
0.394

0.278
0.68
0.3105

0.710
0.686

0.278

0.556
0.505
0.714

0.548
0.584
0.305
0.555
0.505

0.528
0.375
0.592

0.509
0.308

0.542

0.344
0.525
0.378

0.315
0.346

0.504
0.316

0.00 0.50 0.70 0.90 1.00


STR_RukoIbuWina.EDB3-D View Column P-M-M Interaction Ratios (ACI 318-14)

Anda mungkin juga menyukai