Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

PERTOKOAN BAPAK AHMAD


CILINCING – JAKARTA UTARA

TAHUN 2023
RESUME

Berdasarkan analisa struktur bangunan yang dilakukan dengan program bantu


ETABS 18 didapatkan hasil dimensi dan penulangan pada masing-masing elemen
struktur sebagai berikut:

Tabel 1.1 Rekapitulasi Pelat Lantai


Tebal Tulangan Tulangan
Tipe Pelat Pelat Arah X Arah Y
(mm)
A 130 P10-150 P10-150

Tabel 1.2 Rekapitulasi Balok


Selimut
Kode Dimensi Keterangan Tulangan
(mm)
Tump. Atas 5D13
Tump. Bawah 3D13
Lap. Atas 3D13
B1 200/400 Lap. Bawah 5D13 25
Tengah -
Sengkang Tump P10-100
Sengkang Lap P10-100
Tump. Atas 2D13
Tump. Bawah 2D13
Lap. Atas 2D13
SL1 150/250 Lap. Bawah 2D13 25
Tengah -
Sengkang Tump P8-150
Sengkang Lap P8-150

Tabel 1.3 Rekapitulasi Kolom


Selimut
Kode Dimensi Keterangan Tulangan
(mm)
Tulangan Utama 8D13
K1 200/400 Sengkang Tump P10-150 20
Sengkang Lap P10-150
Tulangan Utama 4D13
K2 150/200 Sengkang Tump P10-150 20
Sengkang Lap P10-150
Tabel 1.4 Rekapitulasi Pilecap
Selimut
Tipe Dimensi Tebal Tulangan Tulangan
Beton
Pilecap (mm) (mm) Arah X Arah Y
(mm)
PC1 1500/1500 300 D13-150 D13-150 40
*) Pondasi direncanakan dengan ASUMSI TANAH DI LAPANGAN PADAT
dikarenakan data tanah sondir/borlog N-SPT tidak disediakan.
DAFTAR ISI

RESUME
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ANALISIS RENCANA PEMBEBANAN
BAB III PEMODELAN DAN PEMBEBANAN STRUKTUR
BAB IV PERENCANAAN PELAT BETON BERTULANG
BAB V PERENCANAAN BALOK BETON BERTULANG
BAB VI PERENCANAAN KOLOM BETON BERTULANG
BAB VII PERENCANAAN BALOK SLOOF
BAB VIII PERENCANAAN PONDASI PILECAP
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Acuan Perencanaan


Pembebanan yang dipakai dalam perencanaan struktur adalah sebagai berikut:
a. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983 (PPIUG
1983)
b. Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain
(SNI 1727:2020)
c. Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung dan penjelasan (SNI
2847:2019)
d. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung (SNI 1726:2019)
e. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2020)

1.2 Jenis Pembebanan


1. Beban Mati Struktur (Dead Load)
Beban ini terdiri dari berat sendiri suatu struktur bangunan
2. Beban Mati Elemen Tambahan (Super Dead Load)
Beban ini terdiri dari beban dinding, keramik, plesteran, plumbing, ME
(Mechanical Electrical, dll)
3. Beban Hidup (Live Load)
Beban yang bekerja pada plat lantai bangunan
4. Beban Hujan (Rain Load)
Beban yang bekerja pada struktur atap bangunan akibat hujan
5. Beban Angin (Wind Load)
Beban yang bekerja pada plat lantai bangunan
6. Beban Gempa (Earthquake Load)
Untuk menismulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang
terhadap struktur Gedung, maka arah utama beban gempa harus dianggap
efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh
pembebanan gempa arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tapi
dengan efektifitas hanya 30%. Pembebanan gempa dilakukan dengan
metode analisis Dinamik Response Spektrum yang disajikan dalam bentuk
grafik/plot antara periode getar struktur T, versus respon-respon maksimum
berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu. Ilustrasi metode respons
spektrum ditunjukkan pada Gambar 1.1 sebagai berikut.
Gambar 1.1 Spektrum Respon Desain
Sumber : SNI 1726:2019
1.3 Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan SNI 1727:2020, kombinasi pembebanan terfaktor yaitu sebagai
berikut:
1. Beban Gravitasi
a. 1,4D
b. 1,2D + 1,6L + 0,5R
c. 1,2D + 1,6R + 0,5L
2. Beban Gempa
a. 1.2D + L + Ex + 0.3Ey
b. 1.2D + L + 0.3Ex + Ey
c. 0.9D + Ex + 0.3Ey
d. 0.9D + 0.3Ex + Ey

Berdasarkan SNI 1726:2019, kombinasi pembebanan dasar untuk perencanaan


pondasi adalah sebagai berikut:
a. D + L
b. D + R
c. D + 0,75L + 0,75R
d. D + 0,75L + 0,525Ex + 0,3(0,525Ey)
e. D + 0,75L + 0,525Ey + 0,3(0,525Ex)
BAB II
ANALISIS RENCANA PEMBEBANAN
2.1 Data Perencanaan
1. Fungsi bangunan : Rumah Toko
2. Lokasi bangunan : Cilincing, Jakarta Utara

2.2 Spesifikasi Material dan Bahan


a. Mutu beton, f’c : 18,675 MPa (K225)
b. Mutu tulangan ulir, BJTD : fy = 390 MPa
c. Mutu tulangan polos, BJTP : fy = 240 MPa

2.3 Metode Analisis Pembebanan


Metode perhitungan yang digunakan adalah metode kekuatan batas (ultimate
strength design) dengan tingkat daktalitas penuh (SNI 1726:2019)

2.4 Analisis Pembebanan


1. Beban Mati (Dead Load/Beban Gravitasi)
a. Beban Sendiri Struktur Bangunan
Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m³
Berat jenis baja = 7850 kg/m³
b. Beban Super Dead Load pada Pelat Lantai
Berat finishing setebal 2 cm, berat jenis 21 kg/m² = 42 kg/m²
Berat keramik setebal 1 cm, berat jenis 24 kg/m² = 24 kg/m²
Berat plafon dan penggantung = 18 kg/m²
Berat sanitasi, plumbing, dan ME = 20 kg/m² +
TOTAL = 104 kg/m²
= 1,04 kN/m²
c. Beban Super Dead Load pada Pelat Atap
Berat plafon dan penggantung = 18 kg/m²
Berat MEP = 20 kg/m² +
TOTAL = 38 kg/m²
= 0,38 kN/m²
d. Beban Super Dead Load pasangan Setengah Bata Merah
Beban pasangan setengah bata merah sebesar 2,5 kN/m2 dikalikan dengan
ketinggian tiap lantai.

2. Beban Hidup (Live Load)


Beban hidup yang bekerja pada struktur bangunan sebagai berikut:
a. Pada pelat hunian = 1,92 kN/m² (Tabel 4.3-1, SNI 1727:2020)
b. Pada dak atap = 0,96 kN/m² (Tabel 4.3-1, SNI 1727:2020)
c. Pada pelat toren = 12 kN/m² (Kapasitas Toren 1200lt)
3. Beban Hujan (Rain Load)
Beban air hujan direncanakan berdasarkan pada SNI 1727:2020 pasal 8.3
sesuai dengan persamaan berikut:
𝑅 = 0,0098 × (𝑑𝑠 + 𝑑ℎ )

𝑑𝑠 = kedalaman air pada atap yang tidak melendut meningkat ke lubang


masuk sistem drainase sekunder apabila sistem drainase primer
tertutup (tinggi statis), dalam in. (mm)
𝑑ℎ = tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut di atas
lubang masuk sistem drainase sekunder pada aliran air rencana
(tinggi hidrolik), dalam in. (mm).

Direncanakan:
a. tinggi statis (ds) = 20 mm
b. tinggi hidrolis (dh) = 10 mm

Sehingga,
R = 0,0098 (ds+dh) = 0,294 kN/m2
4. Beban Gempa (Earthquake Load)
Peraturan pembebanan gempa Indonesia mengacu pada SNI 1726:2019.
Parameter-parameter yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Mengklasifikasi kategori risiko bangunan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Nongedung untuk Beban
Gempa
Sumber: SNI 1726:2019 Tabel 3
2. Menentukan faktor keutamaan gempa berdasarkan kategori risiko
bangunan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Faktor Keutamaan Gempa


Sumber: SNI 1726:2019 Tabel 4

Analisis beban gempa dilakukan dengan metode dinamik respons spektrum.


Dalam mendefisinikan beban gempa dapat mengacu pada SNI 1726:2019
a. Kategori Resiko : II (Tabel 3, SNI 1726:2019)
b. Faktor Keutamaan Gedung, I :1 (Tabel 4, SNI 1726:2019)
c. Faktor Reduksi Gempa, R :8 (Tabel 12, SNI 1726:2019)
d. Pada ETABS v18 pembebanan dilakukan dengan memasukkan grafik
response spektrum (SRSS) sebagai berikut :
I x g / R, dengan g : 9,81 m/s
U1 : 1 × 9,81/8 = 1,2262
e. Output Data Dari Puskim (Respons Spektrum Indonesia)
Beban gempa yang digunakan mengikuti Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung,
SNI 1726:2019. Parameter yang digunakan diambil dari Desain Spektra
Indonesia
Kelas Situs : Tanah Sedang (SD)
Kategori Desain Seismik : D (Tabel 8-9 SNI 1726-2019)
SDS = 0,62 > 0,5
SD1 = 0,49 > 0,2
Gambar 2.1 Peta Zonasi Gempa (PGA, 𝐌𝐂𝐞𝐆 )

Gambar 2.2 Peta Zonasi Gempa (𝐂𝐑 𝐬 )

Gambar 2.3 Peta Zonasi Gempa (𝐂𝐑 𝟏 )


Gambar 2.4 Peta Zonasi Gempa (𝐌𝐂𝐄𝐑 , 𝐒𝟏 )

Gambar 2.5 Peta Zonasi Gempa (𝐌𝐂𝐄𝐑 , 𝐒𝐒 )


Parameter Ss ( percepatan batuan dasar pada periode pendek) dan S1
(percepatan batuan dasar periode 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari
respon spectral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gempa dengan
kemungkinan 1% terlampaui dalam 50 tahun dan dinyatakan dalam bilangan
desimal terhadap percepatan gravitasi

Gambar 2.6 Grafik Respons Spektrum Jakarta


Sumber: rsa.ciptakarya.pu.go.id
BAB III
PEMODELAN DAN PEMBEBANAN STRUKTUR

3.1 Pemodelan Struktur


Pemodelan struktur dan input pembebanan rencana menggunakan program
ETABS v18 yang dapat dilihat pada Lampiran.
3.2 Pembebanan Struktur
a. Beban Gravitasi
Input beban-beban gravitasi meliputi beban mati tambahan, beban hidup, dan
beban hujan dapat dilihat pada BAB Lampiran

b. Beban Gempa
- Input grafik respon spektrum pada ETABS18

Gambar 3.1 Input Respon Spektrum pada ETABS18


- Input scale factor percepatan respon spektrum pada ETABS18

Gambar 3.2 Input Scale Factor Gempa Arah X pada ETABS18

- Input scale factor percepatan respon spektrum pada ETABS18

Gambar 3.3 Input Scale Factor Gempa Arah Y pada ETABS18


-

BAB IV
PERENCANAAN PELAT BETON BERTULANG

4.1. Perencanaan Pelat Lantai


A. Data Perencanaan:
Mutu beton: f'c 18,675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 240 MPa
Selimut beton: Cc 25 mm
Tebal pelat: h 130 mm
Diameter tulangan utama D 10 mm
Diameter tulangan susut Ds 10 mm
Panjang sisi terpendek: lx 3m
Panjang sisi terpanjang: ly 2m
ly
0,6667 < 2,0 (Pelat Dua Arah)
lx

B. Perhitungan Pembebanan
kN
Berat jenis beton: γ 24
3
m
a. Beban Mati
kgf
- Beban sendiri qD γ h 318,1515
2
m
b. Beban Super Dead
kgf
- Beban plafon + penggantung: qSDL1 18
2
m
kgf
- Beban plumbing,sanitasi, ME: qSDL2 20
2
m
kgf
- Beban spesi 2 cm: qSDL3 42
2
m
kgf
- Beban keramik 1 cm: qSDL4 24
2
m
kgf
qSDL qSDL1 qSDL2 qSDL3 qSDL4 104
2
m
c. Beban Hidup
kN kgf
- Beban hidup hunian: qL 1,92 195,7855
2 2
m m
Beban Berfaktor:
kgf
qu1 1,4 qD qSDL 591,012
2
m
kgf
qu2 1,2 qD qSDL 1,6 qL 819,8386
2
qu1 m
kgf
qu max 819,8386
qu2 2
m

-
-

ly
0,6667
lx

Koefisien Momen:

Xtx 52
Xlx 21
Xty 52
Xly 21

Perhitungan Momen:
2
Mutx 0,001 Xtx qu lx m 3,7627 kN m
2
Mulx 0,001 Xlx qu lx m 1,5195 kN m
2
Muty 0,001 Xty qu lx m 3,7627 kN m
2
Muly 0,001 Xly qu lx m 1,5195 kN m

-
-

D. Perencanaan Penulangan
a. Tulangan Arah x
Spasi tulangan maksimum:
smax1 2 h 260 mm
smax2 450 mm

Spasi tulangan pakai: s 150 mm


Mutx
Mu max 3,7627 kN m
Mulx
Mu
Mn 4,1807 kN m
0,9
d h Cc 0,5 D 100 mm
fy
m 15,1193
0,85 f'c
Mn
Rn 0,4181 MPa
2
1m d
β 0,85
1 2 Rn m
ρperlu 1 1 0,0018
m fy

ρmin 0,0025

0,85 β f'c 600


ρbal 0,0402
fy fy
600
MPa
ρmax 0,75 ρbal 0,0301

Sehingga, ρ ρmin 0,0025


2
Asbutuh ρ 1m d 250 mm
1m 1 2 2
As π D 523,5988 mm
s 4

Cek terhadap momen:


As fy
a 7,9164 mm
0,85 f'c 1 m
a Mu
ϕMn 0,9 As fy d 10,8621 kN m > 3,7627 kN m
2
Mu
0,3464 OK
ϕMn

Sehingga, untuk tulangan utama pelat arah x digunakan P10-150

-
-

b. Tulangan Arah y
Spasi tulangan maksimum:
smax1 2 h 260 mm
smax2 450 mm

Spasi tulangan pakai: s 150 mm


Muty
Mu max 3,7627 kN m
Muly
Mu
Mn 4,1807 kN m
0,9
d h Cc 0,5 D 100 mm
fy
m 15,1193
0,85 f'c
Mu
Rn 0,3763 MPa
2
1m d
β 0,85
1 2 Rn m
ρperlu 1 1 0,0016
m fy

ρmin 0,0025

0,85 β f'c 600


ρbal 0,0402
fy fy
600
MPa
ρmax 0,75 ρbal 0,0301

Sehingga, ρ ρmin 0,0025


2
Asbutuh ρ 1m d 250 mm

1m 1 2 2
As π D 523,5988 mm
s 4

Cek terhadap momen:


As fy
a 7,9164 mm
0,85 f'c 1 m
a Mu
ϕMn 0,9 As fy d 10,8621 kN m > 3,7627 kN m
2
Mu
0,3464 OK
ϕMn

Sehingga, untuk tulangan utama pelat arah y digunakan P10-150

-
-

4.2. Perencanaan Pelat Atap


A. Data Perencanaan:
Mutu beton: f'c 18,675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 240 MPa
Selimut beton: Cc 25 mm
Tebal pelat: h 130 mm
Diameter tulangan utama D 10 mm
Diameter tulangan susut Ds 10 mm
Panjang sisi terpendek: lx 2m
Panjang sisi terpanjang: ly 3m
ly
1,5 < 2,0 (Pelat Dua Arah)
lx

B. Perhitungan Pembebanan
kN
Berat jenis beton: γ 24
3
m
a. Beban Mati
kgf
- Beban sendiri qD γ h 318,1515
2
m
b. Beban Super Dead
kgf
- Beban plafon + penggantung: qSDL1 18
2
m
kgf
- Beban plumbing,sanitasi, ME: qSDL2 20
2
m
kgf
- Beban spesi 2 cm: qSDL3 20
2
m
kgf
qSDL qSDL1 qSDL2 qSDL3 58
2
m
c. Beban Hidup
kN kgf
- Beban hidup atap: qL 0,96 97,8928
2 2
m m
Beban Berfaktor:
kgf
qu1 1,4 qD qSDL 526,612
2
m
kgf
qu2 1,2 qD qSDL 1,6 qL 608,0102
2
qu1 m
kgf
qu max 608,0102
qu2 2
m

-
-

ly
1,5
lx

Koefisien Momen:

Xtx 76
Xlx 36
Xty 57
Xly 17

Perhitungan Momen:
2
Mutx 0,001 Xtx qu lx m 1,8126 kN m
2
Mulx 0,001 Xlx qu lx m 0,8586 kN m
2
Muty 0,001 Xty qu lx m 1,3595 kN m
2
Muly 0,001 Xly qu lx m 0,4055 kN m

-
-

D. Perencanaan Penulangan
a. Tulangan Arah x
Spasi tulangan maksimum:
smax1 2 h 260 mm
smax2 450 mm

Spasi tulangan pakai: s 150 mm


Mutx
Mu max 1,8126 kN m
Mulx
Mu
Mn 2,014 kN m
0,9
d h Cc 0,5 D 100 mm
fy
m 15,1193
0,85 f'c
Mn
Rn 0,2014 MPa
2
1m d
β 0,85
1 2 Rn m
ρperlu 1 1 0,0008
m fy

ρmin 0,0025

0,85 β f'c 600


ρbal 0,0402
fy fy
600
MPa
ρmax 0,75 ρbal 0,0301

Sehingga, ρ ρmin 0,0025


2
Asbutuh ρ 1m d 250 mm
1m 1 2 2
As π D 523,5988 mm
s 4

Cek terhadap momen:


As fy
a 7,9164 mm
0,85 f'c 1 m
a Mu
ϕMn 0,9 As fy d 10,8621 kN m > 1,8126 kN m
2
Mu
0,1669 OK
ϕMn

Sehingga, untuk tulangan utama pelat arah x digunakan P10-150

-
-

b. Tulangan Arah y
Spasi tulangan maksimum:
smax1 2 h 260 mm
smax2 450 mm

Spasi tulangan pakai: s 150 mm


Muty
Mu max 1,3595 kN m
Muly
Mu
Mn 1,5105 kN m
0,9
d h Cc 0,5 D 100 mm
fy
m 15,1193
0,85 f'c
Mu
Rn 0,1359 MPa
2
1m d
β 0,85
1 2 Rn m
ρperlu 1 1 0,0006
m fy

ρmin 0,0025

0,85 β f'c 600


ρbal 0,0402
fy fy
600
MPa
ρmax 0,75 ρbal 0,0301

Sehingga, ρ ρmin 0,0025


2
Asbutuh ρ 1m d 250 mm

1m 1 2 2
As π D 523,5988 mm
s 4

Cek terhadap momen:


As fy
a 7,9164 mm
0,85 f'c 1 m
a Mu
ϕMn 0,9 As fy d 10,8621 kN m > 1,3595 kN m
2
Mu
0,1252 OK
ϕMn

Sehingga, untuk tulangan utama pelat arah y digunakan P10-150

-
-

BAB V
PERENCANAAN BALOK BETON BERTULANG

5.1 Perencanaan Balok B1


A. Data Perencanaan
Mutu beton: f'c 18,675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 390 MPa
Mutu tulangan geser: fyv 240 MPa
Mutu tulangan torsi: fyt 240 MPa
Selimut beton: Cc 25 mm
Lebar balok: b 200 mm
Tinggi balok: h 400 mm
D tul lentur atas: Dtop 13 mm
D tul lentur bawah: Dbot 13 mm
D tul sengkang: Ds 10 mm
D tul torsi: Dt 10 mm
Analisa ETABS 18:
Momen tumpuan - : Mut1 27,06 kN m
Momen tumpuan +: Mut2 0 kN m
Momen lapangan: Mul 24,25 kN m
Gaya Geser Tumpuan Vu 40,06 kN
Gaya Geser Lapangan: Vu2 37,64 kN
Gaya Torsi : Tu 9,62 kN m

B. Rasio Tulangan Longitudinal


a. Rasio minimum tulangan lentur:
0,25 f'c MPa
ρmin1 0,0028
fy
1,4 MPa
ρmin2 0,0036
fy
ρmin1
ρmin max 0,0036
ρmin2

b. Rasio maksimum tulangan lentur:


β1 0,85
ρmax 0,025

-
-

C. Perhitungan Tulangan Lentur


Tinggi Efektif: d h Cc Ds 0,5 Dbot 358,5 mm
Perhitungan batas tulangan:
2
Asmin ρmin b d 257,3846 mm
2
Asmax ρmax b d 1792,5 mm

a. Tulangan Tumpuan Negatif


Gaya momen ultimate: Mu Mut1 27,06 kN m
Mu 2
Luas tulangan perlu: Astbutuh 238,9401 mm
0,9 fy 0,9 d
Direncanakan diameter D Dtop 13 mm dengan jumlah nt_top 5
2 2
Luas tulangan pakai: Ast nt_top 0,25 π D 663,6614 mm

Ast fy
a 81,527 mm
0,85 f'c b
a Mu
ϕMnt 0,9 Ast fy d 74,0152 kN m > 27,06 kN m OK
2
Cek ketentuan under-reinforced:
a
0,2274 < 0,375 β1 0,3188 OK
d
Sehingga, digunakan 5D13

b. Tulangan Tumpuan Positif


Mu1 Mut2 0 kN m
Mu2 0,5 ϕMnt 37,0076 kN m
Mu1
Gaya momen ultimate: Mu max
Mu2
37,0076 kN m

Mu 2
Luas tulangan perlu: Asbbutuh 326,7774 mm
0,9 fy 0,9 d
Direncanakan diameter D Dbot 13 mm dengan jumlah nt_bot 3
2 2
Luas tulangan pakai: Asb nt_bot 0,25 π D 398,1969 mm

Asb fy
a 48,9162 mm
0,85 f'c b
a Mu
ϕMnb 0,9 Asb fy d 46,6881 kN m > 37,0076 kN m OK
2
Cek ketentuan under-reinforced:
a
0,1364 < 0,375 β1 0,3188 OK
d
Sehingga, digunakan 3D13

-
-

c. Tulangan Lapangan Negatif


2
Luas tulangan perlu: As ρmin b d 257,3846 mm
min

Direncanakan diameter D Dbot 13 mm dengan jumlah nl_top 3


π 2 2 2
Luas tulangan pakai: As nl_top
4
D 398,2 mm > Asmin 257,4 mm OK

Sehingga, digunakan 3D13

d. Tulangan Lapangan Positif


Mu1 Mul 24,25 kN m
Mu2 0,25 ϕMnt 18,5038 kN m
Mu1
Gaya momen ultimate: Mu max
Mu2
24,25 kN m

Mu 2
Luas tulangan perlu: Aslbutuh 214,1278 mm
0,9 fy 0,9 d
Direncanakan diameter D Dbot 13 mm dengan jumlah nl_bot 5
2 2
Luas tulangan pakai: Asl nl_bot 0,25 π D 663,6614 mm

Asl fy
a 81,527 mm
0,85 f'c b
a Mu
ϕMn 0,9 Asl fy d 74,0152 kN m > 24,25 kN m OK
2
Cek ketentuan under-reinforced:
a
0,2274 < 0,375 β1 0,3188 OK
d
Sehingga, digunakan 5D13

-
-

D. Perhitungan Tulangan Geser


a. Pada daerah tumpuan
Vu 40,06 kN
Vc 0,17 f'c MPa b d 52,6743 kN
Vu
Vs Vc 0,7391 kN
0,75
Vs 2
mm
Avs 0,0086
fyv d mm
2
mm
Avt_perlu Avs 0,0086
mm
Direncanakan diameter sengkang Ds 10 mm dengan jumlah kaki n 2

Jarak antar sengkang rencana: st 100 mm


2 2
Avt n 0,25 π Ds 157,0796 mm
Avt 2 2
mm mm OK
1,5708 Avt_perlu 0,01
st mm > mm
Sehingga, digunakan tulangan geser P10-100

b. Pada daerah lapangan


Vu2 37,64 kN

Vc 0,17 f'c MPa b d 52,6743 kN


Vu2
Vs Vc 2,4876 kN
0,75
Vs 2
mm
Avs 0,0289
fyv d mm
2
mm
Avl_perlu Avs 0,0289
mm
Direncanakan diameter sengkang Ds 10 mm dengan jumlah kaki n 2

Jarak antar sengkang rencana: sl 100 mm


2 2
Avl n 0,25 π Ds 157,0796 mm
Avl 2 2
mm mm OK
1,5708 Avl_perlu 0,03
sl mm > mm
Sehingga, digunakan tulangan geser P10-100

-
-

E. Perhitungan Tulangan Torsi


a. Cek apakah perlu perhitungan torsi
2
Acp b h 80000 mm

Pcp 2 b h 1200 mm
2
Aoh b 2 Cc Ds h 2 Cc Ds 47600 mm

Ph 2 b 2 Cc Ds h 2 Cc Ds 960 mm
2
Acp
Tcr 0,33 f'c MPa 7,6058 kN m
Pcp
ϕTcr 0,75 Tcr 5,7043 kN m
ϕTcr
Pengaruh torsi boleh diabaikan bila Tu < :
4
ϕTcr
Tu 9,6 kN m > 1,4261 kN m
4
Sehingga, ada pengaruh torsi

b. Cek kecukupan dimensi penampang


Tu diambil minimum untuk torsi kompatibilitas (Statis Tak Tentu):
Tu
Tu min 5,7043 kN m
ϕTcr

Dimensi penampang harus memenuhi A ≤ B:


2 2
Vu Tu Ph
A 1,5276 MPa
b d 2
1,7 Aoh
Vc
B 0,66 f'c MPa 3,5868 MPa
b d

A 1,53 MPa < B 3,59 MPa OK

c. Cek Penulangan Lentur Torsi


Tu
Tn 7,6058 kN m
0,75
Tn 2
mm
Atperlu 0,3916
2 Aoh 0,85 fyv cot 45 deg mm
2
0,175 b MPa mm
Atmin1 0,0897
fy mm
2
mm
Atmin2 0,00755
mm
Atmin1 2
mm
Atmin max 0,0897
Atmin2 mm

-
-

Tn 2
mm
Atperlu 0,3916
2 Aoh 0,85 fyv cot 45 deg mm
Atmin 2
mm
At max 0,3916
Atperlu mm
fyv 2 2
Al At Ph cot 45 deg 231,3629 mm
fy

0,42 f'c MPa Acp fyt 2


Almin At Ph 140,9473 mm
fy fy
Al 2
Al max Almin 231,3629 mm

Direncanakan tambahan tulangan tengah sebagai berikut:


Dt 10 mm
ntengah 0
2 2
Atengah ntengah 0,25 π Dt 0 mm

Cek desain lentur pada:

Tumpuan:
2
At_perlu Al Astbutuh 470,303 mm
2
At_pakai Atengah Ast Asb 1061,8583 mm

2 2
At_pakai 1061,86 mm At_perlu 470,3 mm OK
>
Lapangan:
2
At_perlu Al Aslbutuh 445,4907 mm
2
At_pakai Atengah As Asl 1061,8583 mm

2 2
At_pakai 1061,86 mm At_perlu 445,49 mm OK
>

Sehingga, desain lentur memenuhi syarat terhadap torsi

Dengan cara yang sama, didapatkan rekap hasil perhitungan balok beton bertulang
pada BAB Resume

-
-

BAB VI
PERENCANAAN KOLOM BETON BERTULANG

6.1 Perencanaan Kolom K1


A. Data Perencanaan:
Mutu beton: f'c 18,675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 390 MPa
Mutu tulangan geser: fyv 240 MPa
Selimut beton: Cc 20 mm
Lebar kolom: b 200 mm
Tinggi kolom h 400 mm
Diameter tulangan utama D 13 mm
Diameter tulangan geser Ds 10 mm
Panjang bersih kolom ln 3,6 m 0,4 m 3,2 m

B. Perencanaan Tulangan Lentur


Perencanaan tulangan lentur kolom menggunakan program bantu SPColumn dengan
menginput semua output gaya-gaya kolom K1 dari ETABS 18

Berdasarkan analisa SPColumn, penampang kolom K1 mampu memikul beban


kombinasi aksial dan lentur
-
-

C. Perencanaan Tulangan Geser


Gaya geser ultimate: Vu 12,58 kN
Tinggi efektif: d b Cc Ds 0,5 D 163,5 mm
Kuat geser beton: Vc 0,17 f'c MPa h d 48,046 kN

Cek syarat apakah diperlukan tulangan geser:


Vu
Vs 16,7733 kN < 0,5 Vc 24,023 kN
0,75

Direncanakan diameter sengkang Ds 10 mm dengan jumlah kaki n 2


2 2
Av n 0,25 π Ds 157,0796 mm
Vu
Vs_perlu Vc 31,2726 kN
0,75
h d
Vs_min MPa 21,8 kN
3
Vs_perlu
Vs max 21,8 kN
Vs_min
Av fyv d
Jarak antar sengkang perlu: s Vs
282,7433 mm

Sehingga, digunakan sengkang tumpuan P10-150


sengkang lapangan P10-150

Dengan cara yang sama, didapatkan rekap hasil perhitungan kolom pada BAB Resume.

Hasil analisa kuat aksial-lentur (PM-Ratio) kolom pada ETABS dapat dilihat pada
LAMPIRAN

-
-

BAB VII
PERENCANAAN BALOK SLOOF

7.1. Perencanaan Balok Sloof SL1


A. Data Perencanaan
Mutu beton: f'c 18,675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 390 MPa
Mutu tulangan geser: fyv 240 MPa
Selimut beton: Cc 25 mm
Lebar balok: b 150 mm
Tinggi balok: h 250 mm
D tul lentur atas: Dtop 13 mm
D tul lentur bawah: Dbot 13 mm
D tul sengkang: Ds 8 mm
Panjang bersih: ln 3m
Tinggi dinding l 3,6 m 0,4 m 3,2 m
Analisa Pembebanan:
Gaya aksial kolom: Pukolom 179,29 kN

Beban 10% kolom: Pu 10 % Pukolom 17,929 kN

kN kN
Berat sendiri sloof: qD1 b h 24 0,9
3 m
m
kgf kgf
Berat dinding: qD2 250 l 800
2 m
m
kN
Beban Total: qD qD1 qD2 8,7453
m
kN
Beban Kombinasi: qu 1,4 qD 12,2434
m
1 2
Momen Berfaktor: Mu q l 9,1826 kN m
12 u n

-
-

Berdasarkan analisa SPColumn, penampang sloof mampu memikul beban kombinasi


aksial dan lentur

D. Perhitungan Tulangan Geser


Gaya geser ultimate: Vu 0,5 qu ln 18,3652 kN
2
Ag b h
37500 mm
Dbot
d h Cc Ds 210,5 mm
2
Pu f'c
Vc 0,17 1 MPa b d 23,9887 kN
14 gA MPa

ϕVc 0,75 Vc 17,9915 kN

Cek apakah diperlukan tulangan geser:

0,5 ϕVc 8,9958 kN < Vu 18,3652 kN (Perlu tulangan geser)

Direncanakan diameter sengkang Ds 8 mm dengan jumlah kaki n 2


Vu
Vs_perlu Vc 0,4982 kN
0,75
b d
Vs_min MPa 10,525 kN
3
Vs_perlu
Vs max 10,525 kN
Vs_min

2 2
Av n 0,25 π Ds 100,531 mm
Av fyv d
Jarak sengkang perlu: s Vs
482,5486 mm

Sehingga, digunakan sengkang tumpuan P8-150


sengkang lapangan P8-150
Dengan cara yang sama, didapatkan rekap hasil perhitungan sloof pada BAB Resume.

-
-

BAB VIII
PERENCANAAN PONDASI PILECAP

8.1 Perencanaan Pondasi Pilecap PC1


A. Denah Pondasi Pilecap PC1

B. Data Perencanaan:
Mutu beton: f'c 18,675 MPa K225
Mutu tulangan lentur: fy 390 MPa
Selimut beton: Cc 40 mm
Tebal pondasi: D 300 mm
Lebar pondasi: B 1500 mm
Panjang pondasi: L 1500 mm
Sisi panjang kolom: b 300 mm
Sisi pendek kolom: h 130 mm
Diameter tulangan utama Dl 13 mm
kgf
Tekanan conus: qc 30 (DIASUMSIKAN MEDIUM)
2
cm
kN
Berat sendiri pondasi: Pu1 24 D B L 16,2 kN
3
m
Hasil analisa ETABS 18:
Pu2 142,54 kN

Gaya aksial total: Pu Pu1 Pu2 158,74 kN

-
-

C. Perhitungan Stabilitas Pondasi


a. Bearing Capacity
Tegangan ultimate yang terjadi:
Pu
qu 70,5511 kPa
B L
Daya dukung ultimate tanah:
qult qc 2941,995 kPa

Safety Factor: SF 20
Cek daya dukung izin terhadap tegangan pondasi:
qult
qizin 147,1 kPa > qu 70,55 kPa (OK)
SF

b. Kontrol Geser Pons


Beban aksial: Pu 178,29 kN (Kombinasi DFBK)
Tebal pondasi: t D 300 mm

d D Cc 0,5 Dl 253,5 mm
bo d h 383,5 mm
do d b 553,5 mm

Keliling kritis: U 2 bo do 1874 mm


2
Luas kritis: A U t 562200 mm

Kuat geser pons:


b
βc 2,3077
h
d t Cc Dl 247 mm
αs 20
2
Vc1 0,17 1 f'c MPa U d 634,7644 kN
βc
αs d
Vc2 0,083 2 f'c MPa U d 2470,6854 kN
bo

Vc3 0,33 f'c MPa U d 660,1016 kN

-
-

Vc1

Vc min Vc2 634,7644 kN


Vc3

ϕVc 0,75 Vc 476,0733 kN > Pu 178,29 kN OK

D. Perhitungan Penulangan Pondasi Dangkal


1,4 Pu
Mu m 24,9606 kN m
10
Mu
Mn 27,734 kN m
0,9
fy
m 24,5689
0,85 f'c

0,85 f'c
ρb 0,85
fy

d D Cc 0,5 Dl 253,5 mm
fy
m 24,5689
0,85 f'c
Mn
Rn 0,2877 MPa
2
L d

β 0,85
1 2 Rn m
ρperlu 1 1 0,0007
m fy

ρmin 0,0025

0,85 β f'c 600


ρbal 0,021
fy fy
600
MPa
ρmax 0,75 ρbal 0,0157

Sehingga, ρ ρmin 0,0025

Direncanakan tulangan diameter Dl 13 mm dengan jarak s 150 mm


2
Asbutuh ρ L d 950,625 mm
L 1 2 2 2
As π Dl 1327,3229 mm Asbutuh 950,625 mm OK
s 4 >

Sehingga, untuk tulangan pondasi pilecap digunakan D13-150

Dengan cara yang sama, didapatkan rekap hasil perhitungan pondasi telapak pada BAB
Resume.

-
LAMPIRAN
PEMODELAN STRUKTUR PADA ETABS18
ETABS 18.1.1 16/10/2023

0/40) B1 (20/40
B 1 (2 /40) B )1
( 20/ 40) B1 (2
0 B 1 (20 B1 (2(20/40B)1 (2
B1 B1 (2 /40) 0/40 0/4 0)
B1 0/4(20/40) ) B1 (20/40)
B1 0) K1 (20/40)
K1 (20/40)

(20 )
/4 0 B1 0/40
1 (2

K1 (20/40)
B) 1 (2 B
(20 0/4

K2 (15/20)
K1 (20/40

/40 0) )
B)1 0/40 (2
K1 (20/40)

(20
/40B1
K 1 (2

)
0) B1 (/4
K1 (20/40)

(20 20/
4
B1
)

40) 0B) 1 (2
K1 (20
0/40)

) B 2 0 /
/40 1( ( 0/4
B1 0) 0B1) (20/
K1 (20/40)

(20 20
K1 (20/40)

1 / / 4
K1 (20/4

B 40B) 1 0
) 2 0) 40)
/4

0 (
B1 (20/(420/4
B
0/4 (20 1
K1 (20/40)

B1
0)

K21(1(250/2/400)

( 2 /40B
K

B1 B1 )
0
K2 (15/20)

(2 )
0/4 0)5) 1 (20/4
0B) / 4
(B205/2 SL1 ) 0)
0)

K1 (20/40)

1(
B1L1 (11(20/ 20/40(15/2)
K1 (20/40)

20
K 1 (2

/13)
K1 (20/40)

/40 S 4(0 5 S5
B1 ) (15/2 )L1 (1
)

K1 (20/40)

B)15) S
2
KP (13

/ (2 1 L 1 5/S2)
(15 0/40) (15 SL
K1 (20/40)

5 L51)(
0/40)

K1 (20/4
K1 (20

1 /2
SL SL1 )/2S5)L 15 15
K2 (15/20)

( /25

3)
/2 5 1 1 )S
(15 (15 L L1
13/1
K1 (20/40)

SL (1 S (15
5
0)

/ 215
K1 (20/4
/40)

1 L /
) 25) /25
K1 (2

(1 S ) 5
/13)

)
KP (
5/ /2
3)
K2 (15/20

5
K1 (20/40)

2S
5)L ( 1 SL
0/40)

KP (13

(13/1

1 1 1(
SL
K1 (20

(1 15
/25
0) K1

5/ )
)

2S5L
35)
SL KP

13//12
/40)

1)
KP ((15
SL KP (13/13)

(
) K2 (15/2

15
KP (13/13)

/2
5)
1
(20/40)

SL
1)3)

1
13/ 5

(1
KP ( 5/2

5/
25
(1
)
0)

)
1
KP (13/13

3/1)3)
KP (13/13)

SL
KP (1/25

1
5

(1
(1

5/
25
1
SL

)
KP (13/13)

STR_Pertokoan.EDB 3-D View Uniform Loads Gravity (Live)


ETABS 18.1.1 16/10/2023

SL1 (15/25) SL1 (15/25)


SL1 (15/25)

SL1 (15/25)

SL1 (15/25)

SL1 (15/25)
SL1 (15/25) SL1 (15/25)
SL1 (15/25) SL1 (15/25)

SL1 (15/25)

SL1 (15/25) SL1 (15/25)


SL1 (15/25) SL1 (15/25)
SL1 (15/25)

SL1 (15/25)
SL1 (15/25)
SL1 (15/25)

SL1 (15/25) SL1 (15/25) SL1 (15/25)

STR_Pertokoan.EDB Plan View - Z1 - Z = 0 (m)


ETABS 18.1.1 16/10/2023

B1 (20/40) B1 (20/40)
B1 (20/40)

B1 (20/40)

B1 (20/40)
B1 (20/40) B1 (20/40)
B1 (20/40)

B1 (20/40)

B1 (20/40)
B1 (20/40)

B1 (20/40)

B1 (20/40)

B1 (20/40)

B1 (20/40)
B1 (20/40) B1 (20/40)

B1 (20/40) B1 (20/40)

STR_Pertokoan.EDB Plan View - Z2 - Z = 3,6 (m)


ETABS 18.1.1 16/10/2023

B1 (20/40) B1 (20/40)
B1 (20/40)

B1 (20/40)

B1 (20/40)

B1 (20/40)
B1 (20/40) B1 (20/40)
B1 (20/40)

B1 (20/40)
B1 (20/40)

B1 (20/40)
B1 (20/40)

B1 (20/40) B1 (20/40) B1 (20/40)


B1 (20/40)

STR_Pertokoan.EDB Plan View - Z3 - Z = 7,15 (m)


ETABS 18.1.1 16/10/2023

2 2 22

, 875 7,8757,877 5,87575,8


75
7
7,87 87
7,877,5
75,877
5,875 7,875

8 8
8
88
8 8 8
8
8 8
8

STR_Pertokoan.EDB 3-D View Frame Span Loads (SuperDead)


ETABS 18.1.1 16/10/2023

0,38
0,38 0,38
0,38
0,38

1,04
1,04
1,04
1,04
1,04

STR_Pertokoan.EDB 3-D View Uniform Loads Gravity (SuperDead)


ETABS 18.1.1 16/10/2023

0,96
12 0,96
12
0,96

1,92
1,92
1,92
1,92
1,92

STR_Pertokoan.EDB 3-D View Uniform Loads Gravity (Live)


16/10/2023

3-D View Column P-M-M Interaction Ratios (ACI 318-14)


0,239
O/S O/S
0,174 0,304 0,308
0,165 0,291 0,207
0,152 0,262 0,242 0,286
0,035 0,348
0,312 0,325
0,160
0,233 0,248
0,135 O/S
O/S
0,271 0,309
0,296
0,171
0,332
0,295
0,192 0,284

STR_Pertokoan.EDB
0,270
0,170
ETABS 18.1.1

Anda mungkin juga menyukai