Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI

TEKNOLOGIBANGUNAN

TEKNOLOGI BANGUNAN

BAMBANG PERKASA ALAM, ST., MM


UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
Sistem Transportasi dalam Gedung (lanjutan)

Perhitungan kebutuhan Lift dengan cara lain by Nikisae Elevator

Berikut ini adalah langkah-langkah sederhana menghitung kebutuhan lift:


A. Jumlah kepadatan orang di setiap bangunan, dibandingkan dengan luas bangunan.
Rumusnya adalah :
(Jumlah Kepadatan Orang) / (Luas Bangunan)
a. Untuk bangunan KANTOR , rata-rata 1 orang = 11 M2 x luas netto bangunan
b. Untuk bangunan HOTEL, rata-rata 1 orang = 15 M2 x luas nettobangunan
c. Untuk bangunan APARTEMEN, rata-rata 1 orang = 15 M2 x luasnetto bangunan
d. Untuk bangunan SHOPPING CENTRE, rata-rata 1 orang = 11 M2 xluas netto
bangunan

B. Standar rata-rata jumlah orang yang bisa diangkut dalam 1


menit adalah 13% dari Jumlah penghuni maka,
Rumusnya adalah 13% x Jumlah penghuni.
MISALNYA: 1000 orang, 1 lantai, 1 menit ——> bisa diangkut
13% x 1000 = 130 orang
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
C. Kapasitas lift dalam 1 menit
Rumusnya adalah H=300xP/RT
H = Kapasitas lift (orang)
P = Jumlah orang yang di angkut 1 kali jalan
RT = Waktu perjalanan (detik)

D. Cara menentukan jumlah pemakai bangunan, yaitu:


(Jumlah Lantai x Luas tiap Lantai) / (Jumlah Kepadatan orang tiap lantai)

E. Jumlah lift yang dibutuhkan ditentukan dengan cara:


(Jumlah orang yang diangkut) / (Kapasitas Lift)

Perhatikan contoh soal menghitung jumlah lift yang dibutuhkan pada sebuah gedung
dibawah ini:
DIKETAHUI LUAS TOTAL LANTAI UNTUK BANGUNAN KANTOR 8 LANTAI,
TIAP LANTAI LUASNYA 1500 M2. (Luas keseluruhan bangunan 1.500 x 8 = 12.000 m2)
– Perhitungan kapasitas x luas netto = 11 m2
– Kecepatan lift 0,5 m/detik. Tinggi bangunan 32 meter
– Jumlah penumpang dalam 1 lift = 6 orang
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
Pertanyaan:
HITUNG JUMLAH LIFT ?
Jawaban:
a.Jarak satu siklus lift = 2 x jumlah tinggi bangunan = 2 x 32 meter = 64
meter.
Waktu perjalanan satu siklus (RT) = (Jarak Siklus)/(Kecepatan Lift) = (64 meter)/(0,5
meter/detik) = 128 detik
b. Jumlah pemakai bangunan = (Luas keseluruhan bangunan)/(Standar kepadatan orang
(kantor)) 12.000m²/11m² = 1.091 orang
c. Jumlah orang yang diangkut = 13% x 1.091 orang = 141,83 orang
Kapasitas Lift dalam 1 menit (h) = (300 x P)/RT = (300 X 6)/128 = 14,06 orang
d. JUMLAH LIFT YANG DIBUTUHKAN = (Jumlah orang yang diangkut)/(Kapasitas Lift)
(141,83 org)/(14,06 org) = 10,07 Lift, jadi yang dibutuhkan 10 Lift
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
Sistem Penghawaan
Sistem Penghawaan merupakan bagian dari kenyaman termal. Kenyaman Termal secara
fisik dapat dilihat dari suhu udara, suhu radiasi rata-rata, kelembaban udara serta
pergerakan udara (angin). (Nur Laela Latifah dkk, Kenyamanan termal pada bangunan
students centre Itenas Bandung) Kenyaman termal merupakan kondisi pikir seseorang yang
mengekspresikan kepuasan dirinya terhadapa lingkungan termalnya (Szokolay, 1973,
Manual of tropical housing and building). Kenyamanan termal adalah suatu kepuasan
pikiran yang dialami manusia terhadap kondisi temperatur di lingkungan sekitarnya.

Tolok ukur kenyamanan termal mencakup keseimbangan antara suhu udara dan suhu 


tubuh manusia. Kenyamanan termal dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan psikologi. Faktor-
faktor yang utama antara lain mekanisme fisiologi, kegiatan fisik manusia, dan
jenis pakaian yang digunakan serta interaksi antarmanusia. Selain itu, terdapat
faktor iklim yang meliputi suhu udara, kelembapan relatif, kecepatan aliran udara,
dan perpindahan panas. Kondisi kenyamanan termal yang seimbang atau netral
memperhitungkan faktor makanan, kerja, jenis pakaian, dan perpindahan panas (Kindangen
, Jefrey, 2017, Pendinginan pasif untuk arsitektur tropis lembab)

Sistem Penghawaan; Yang dimaksud dari penghawaan adalah suatu usaha pem baharuan
udara dalam ruang melalui penghawaan buatan maupun penghawaan alami dengan
pengaturan sebaik-baiknya dengan harapan untuk mencapai tujuan kesehatan dan
kenyamanan dalam ruang.
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN

Penghawaan pada ruang, terbagi atas penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami
membutuhkan pengaturan bukaan agar dapat menangkap udara, selain itu juga agar dapat
menyebarkan secara merata dalam ruangan. Terkadang pengaturan penghawaan dalam ruang
melakukan kombinasi dari penghawaan alami dan buatan, misal membuka jendela sekaligus
memasang kipas anginpada posisi tertentu, ini dimaksudkan agar udara yang masuk lebih cepat
meyebar ke seluruh ruang. Kegunaan dari penghawaan ini adalah untuk menciptakan kondisi
suhu ruang yang nyaman untuk ditempati. Biasanya kodisi yang dianggap nyaman untuk
beraktivitas berkisar pada 22’C – 26’C, sedangkan suhu yang nyaman untuk tidur berkisar antara
19’C – 22’C. alat pengukur yang digunakan untuk mengukur suhu menggunakan Thermometer
ruang, sedangkan alat untuk mengukur kecepatan angin menggunakan Anemometer.

Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di dalam bangunan
melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka.

Pada sistem penghawaan, arah bangunan dan bukaan pada ruang juga mempengaruhi
penghawaan, selain untuk pencahayaan, bukaan disini meliputi jendela, pintu dan ventilasi.
Penempatan pintu, jendela dan ventilasi mempengaruhi pergerakan udara dalam ruang sehingga
secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kenyaman ruang. Arah bangunan
mempengaruhi angin yang masuk dan panas sinar matahari.


UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
Menurut Anisa Budiani Arifah dkk,(Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal
Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya) :

1. Perletakan dan orientasi bukaan inlet tidak hanya mempengaruhi kecepatan udara,
tetapi juga pola aliran udara dalam ruangan, sedangkan lokasi outlet hanya memiliki
pengaruh kecil dalam kecepatan dan pola aliran udara.
Posisi inlet dan outlet bukaan terdiri menjadi 3 yaitu berhadapan, bersebelahan dan pada
sisi yang sama.

2. Lokasi Bukaan
Salah satu syarat untuk bukaan yang baik yaitu harus terjadi cross ventilation, dengan
memberikan bukaan pada kedua sisi ruangan maka akan memberi peluang supaya
udara dapat mengalir masuk dan keluar. Untuk memperoleh kenyamanan termal, posisi
inlet dan outlet hendaknya tidak saling berhadapan tetapi berada pada elevasi yang
berbeda sehingga terbentuk cross ventilation dengan arah gerak udara yang lebih
merata.
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
3. Dimensi Bukaan Berdasarkan standar yang telah ditetapkan SNI Departemen Umum,
sebuah ruang pada rumah tinggal harus memiliki ventilasi tidak kurang dari 5% dari luas
lantai ruangan dan jendela 10% dari luas lantai ruangan.

Bukaan bangunan sangat berpengaruh terhadap upaya pemanfaatan angin dalam


pengkondisian ruangan.Ukuran bukaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan aliran
angin.Kecepatan angin yang memasuki ruangan dipengaruhi oleh perbandingan luas inlet
dan outlet. Ketika inlet lebih besar dari pada outlet, maka kecepatan udara di dalam
ruangan akan lebih rendah dari pada di luar. Ketika inlet lebih kecil dari outlet, maka
kecepatan udara di dalam ruangan akan lebih tinggi dari pada di luar.

Penghawaan buatan, Penghawaan buatan di sini memiliki pengertian bahwa udara dalam
ruang dikondisikan berdasarkan beban kalor yang terjadi pada ruangan tersebut.
Penghawaan buatan atau ventilasi buatan adalah penghawaan yang melibatkan peralatan
mekanik. Penghawaan buatan sering juga disebut pengondisian udara (air conditioning)
yaitu proses perlakuan terhadap udara di dalam babgunan yang meliputi suhu,
kelembapan, kecepatan dan arah angin, kebersihan, bau, serta distribusinya untuk
emnciptakan kenyamanan bagi penghuninya. (belajarfisikabangunan.wordpress.com)
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
Teknologi Penghawaan Buatan
Sejak zaman dahulu orang romawi dan persia sudah menggunakan teknik pendinginan
ruangan untuk menetralkan suhu udara ruangan dengan cara menampung air yang
mengalir ke dalam dinding sehingga bisa mendinginkan ruangan, tetapi hal ini
membutuhkan biaya yang tidak murah.

Seiring dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan pada abad ke 18, Michael
Faraday penemu listrik mulai mempelajari cara mendinginkan suhu udara dengan media
gas amonia. Pada tahun 1842, ilmuwan dari Amerika Serikat bernama John Gorrie
melakukan penelitian mengenai AC. John Gorrie adalah seorang dokter dan juga ilmuwan
cerdas. Bermula dari banyaknya pasien yang menderita malaria dan gejala demam tinggi.
Suhu ruangan panas malah membuat penyakit pasiennya semakin parah. Selain itu ada
sebuah teori menjelaskan jika kondisi sirkulasi udara yang buruk bisa menyebabkan
penyakit, kemudian ia mendinginkan ruangan dengan cara manaruh bongkahan es di
dalam wadah. Lalu digantung di langit-langit ruangan lalu disebar dengan kipas angin
sehingga hawa dari es yang ada dalam bongkahan wadah bisa menyebar dan bisa
mendinginkan ruangan.

Di tahun 1845, John Gorrie berhenti menjadi orang medis dan mulai berkonsentrasi dalam
proyek pembuatan alat pendingin ruangan. Enam tahun lamanya ia berusaha merancang
dan membuat mesin pendingin udara dan ruangan.Di tahun 1851, John Gorrie akhirnya
berhasil membuat mesin pembuat es pertama yang kemudian menjadi cikal bakal mesin
AC atau Air Condtioner. Mesin buatan John Gorrie akhirnya dipatenkan.
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
Jenis Mesin Tata Udara
Terdapat banyak ragam dan jenis mesin tata udara, namun pada dasarnya terdapat dua
sistem tata udara yaitu (Mc. Guenness, W.J & Stein, B. 1971) :

1.Sistem tata udara langsung (Direct Cooling), pada sistem jenis ini udara diturunkan
suhunya oleh refrigrant Freon dan disalurkan ke dalam ruangan tanpa saluran udara
(ducting). Jenis umum digunakan adalah AC Window dengan kapasitas 0,5 – 2 pk., AC
Split Unit dengan kapsitas 0,5 – 3 pk.dan AC Package Unit dengan kapasitas sampai 10
pk.

2. Sistem tata udara tidak langsung (Indirect Cooling), refrigrant yang digunakan bukan
Freon tetapi air es (chilled water dengan suhu sekitar 5o C. Air es dihasilkan dalam chiller
(mesin pembuat es yang menggunakan refrigrant sebagai zat pendingin) Sistem ini dikenal
dengan sistem tata udara terpusat (Central Air Conditioning System). Komponen utama
dari sistem tata udara ini terdiri dari :
a. Unit Penghantar Udara (Air Handling Unit – AHU), disini udara ditiupkan diantara
kumparan yang berisi air es (coil). Dalam unit ini dilengkapi juga dengan blower dan
saringan udara. Fungsi utama AHU adalah sebagai pengolah udara denagn tahapan
proses : Mencampur udara balik dari ruangan (return) dengan udara luar (in take fresh),
mendinginkan udara tersebut sesui dengan suhu yang diinginkan, menyaring udara hingga
bersih daari partikel debu dan menyalurkan udara dingin kedalam ruangan yang
membutuhkan melalui saluran udara (ducting)
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
b. Mesin Pembuat Es (Chiller) dengan bantuan compresor, condensor dan pendingin
(cooler) dihasilakan sejumlah air dingin yang kemudian dipompakan dan dialirkan melalui
pompa ke AHU. Jenis umumyang digunakan adalah : Air Cooled Chiller dan Water
Cooled Chiller.
c. Kondensor (Condensor), berfungsi untuk melepasa kalor erfrigran ke medium
sekelilingnya (air atau udara) agar refrigran dapat dikondensasikan dan diuapkan
kembali ke evaporator. Terdapat tiga jens yang umum digunakan : Air Cooled
Condensor, Water Cooled Condensor dan Evaporative Condensor.
d. Menara Pendingin (Cooling Tower), berfungsi sbagai alat penukar kalori dan massa
diantara air dengan udara, sehingga air pendingin kondensor dengan suhu tinggi dapat
diturunkan, dan unuk selanjutnya air dapat digunakan kembali untuk kebutuhan
pendingin kondensor.

Jenis AC
1. Jenis AC Split Wall, AC split wall merupakan salah satu jenis yang paling sering orang
gunakan dan terapkan di beberapa rumah serta kantor dengan aktivitas produktif kecil.
Tipe ac ini hadir dengan dua komponen di mana pihak instansi akan memasang satu
komponen di dalam ruangan dan satunya lagi di luar.
Keduannya dapat orang gunakan untuk keperluan ruangan yang tidak besar. Sistem
kerja ac split wall adalah dengan memanfaatkan pemompaan freon ke koil pendingin
lewat jaringan yang sudah terkoneksi ke pipa, sehingga dapat menghubungkan unit
indoor dan outdoor.
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
2. AC Floor Standing, AC Floor standing biasanya orang pakai untuk bangunan dan rumah
standard juga. Akan tetapi unit yang perlu dipasang hanya satu yaitu indoor. Jika tipe AC
split wall memasangkan dua komponen, AC floor standing lebih simpel dan ringkas, karena
hanya perlu satu komponen pemasangan saja.
AC jenis ini memiliki sistem kerja yang memanfaatkan air untuk menghasilkan udara
dingin. Bila Anda sedang mencari perangkat pendingin ruangan yang ringkas dan simpel,
menggunakan jenis AC floor standing bisa jadi opsi terbaik.

3. AC Cassette, Ac Cassette memiliki bentuk yang berbeda dari tipe AC lainnya. Biasanya
alat pendingan ini akan muncul di sebuah ruangan dan terpasang di sebuah plafon.
Bentuknya juga sangat unik yaitu berbentuk kotak. Kemampuannya dalam menghasilkan
dingin sangat baik. Karena cara pemasangannya yang berada di plafon atau langit langit
sebuah ruangan membuat tipe ini sangat unik. Akan tetapi karena posisinya yang berada
di atas ini terkadang proses pemasangannya lebih rumit dari tipe lainnya.

4. AC Split Duct, Saat memasuki ruangan di tempat seperti mall maupun department
store, rasa sejuk dan dingin langsung terasa. Ini merupakan efek dari penggunaan tipe AC
Split Duct. Jenis satu ini memiliki sistem kerja dengan memanfaatkan ducting sehingga
distribusi udara lebih luas. Kemampuannya memberikan rasa sejuk dan dingin bisa
mencangkup satu gedung. Pemasangan tipe AC satu ini sama seperti cassette dimana
sering muncul di langit langit sebuah bangunan. Akan tetapi keberadaannya lebih
tersembunyi dan umumnya orang tutup menggunakan alat tambahan.
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
5. AC Inverter, Selanjutnya ada tipe AC inverter yang punya ciri serta kapasitas
pendingan sama dengan split wall. Penggunaannya juga untuk kebutuhan di ruangan
standar seperti rumah dan kantor kecil. Perbedaan terletak pada cara kerja nya. AC
Inverter mengeluarkan udara dingin dengan sistem inverter. Ini merupakan teknologi yang
dapat mengontroll kecepatan komposer udara sehingga mampu mendorong aliran freon
ke dalam AC menjadi lebih ringkas. Kondisi ini membuat tipe AC ini mampu menghasilkan
udara dingin optimal.

Perhitungan kebutuhan AC
(L x W x H x I x E) / 60 = Kebutuhan BTU
Dimana :
L = Panjang Ruang (dalam feet)
W = Lebar Ruang (dalam feet)
I = Nilai 10, jika ruang berinsulasi (berada di lantai bawah, atau berhimpit dengan ruang
lain).
Nilai 18, jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).
H = Tinggi Ruang (dalam feet) 1 Meter = 3,28 Feet
E = Nilai 16, jika dinding terpanjang menghadap utara;
Nilai 17, jika menghadap timur; Nilai 18, jika menghadap selatan;
Nilai 20, jika menghadap barat.
UNIVERSITAS INDRAPARASTA PGRI
TEKNOLOGI BANGUNAN
Kapasitas AC berdasarkan PK:
AC ½ PK = ± 5.000 BTU/h
AC ¾ PK = ± 7.000 BTU/h
AC 1 PK = ± 9.000 BTU/h
AC 1½ PK = ±12.000 BTU/h
AC 2 PK = ±18.000 BTU/h

Anda mungkin juga menyukai