b. Nateglinida
- Mekanisme Kerja
Nateglinida merupakan derivat D-fenilalanin. Mekanisme kerjanya sama
dengan repaglinida yaitu menstimulasi pelepasan insulin yang sangat cepat dan
sementara dari sel-sel beta pankreas dengan menutup kanal K+ ATP.
- Farmakokinetika
Nateglinida diserap 20 menit setelah pemberian oral dengan waktu
mencapai kadar puncak kurang dari 1 jam. Bioavailabilitas nateglinida sebesar 73
%. Nateglinida sangat kuat diikat oleh protein plasma, terutama oleh albumin
tetapi juga dengan α1-acid glycoprotein. Obat ini dimetabolisme di hati oleh
CYP2C9 (70%) dan CYP3A4 (30%) dengan waktu paruh eliminasi sekitar 1 jam.
Obat diekskresikan melalui urin (75 %) dan feses (10 %). Durasi kerja nateglinida
sekitar 4 jam. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal yang parah tidak diperlukan
penyesuaian dosis.
- Penggunaan
Penggunaannya sebagai terapi tunggal, repaglinida secara signifikan
menurunkan kadar glukosa post-prandial dan menurunkan kadar HbA1c. Dosis
nateglinida 60-120 mg/hari, dibagi dalam 3 dosis dan diberikan 0-30 menit
sebelum makan. Pada pasien yang mendekati kadar HbA 1c yang diharapkan,
diberikan 60 mg tiga kali sehari.
- Efek Samping
Sama seperti nateglinida, hipoglikemia ringan dapat terjadi, khususnya
jika pasien terlambat atau lupa makan setelah mengonsumsi obat. Akan tetapi
resiko hipoglikemia nateglinida lebih rendah dibandingkan sulfonylurea karena
pelepasan insulin yang sensitive glukosa. Apabila glukosa normal makan
pelepasan insulin juga kurang. Peningkatan berat badan < 1 kg dapat terjadi.
- Kontraindikasi dan Perhatian
Mekanisme kerjanya membutuhkan fungsi pankreas sehingga nateglinida
tidak boleh digunakan pada pasien diabetes mellitus tipe 1. Nateglinida
dikontraindikasikan pada ketoasidosis diabetic. Penggunaannya harus
diperhatikan pada pasien disfungsi hati. Nateglinida aman digunakan pada pasien
dengan insufisiensi ginjal yang parah tanpa perlu dilakukan penyesuaian dosis.
- Interaksi Obat
Interaksi obat secara klinis terjadi pada pemberian bersama obat penurun
glukosa lainnya atau obat yang diketahui dapat memicu atau menghambat
metabolisme repaglinida. Pemberian bersama dengan sulfonilurea akan
menyebabkan peningkatan efek hipoglikemik sulfonilurea. Inhibitor monoamine
oksidase (MAO inhibitor), β-bloker non selektif, AINS dan salisilat dapat
menyebabkan potensiasi efek hipoglikemik dari nateglinida. Kortikosteroid,
simpatomimetik, diuretic thiazid dan produk tiroid dapat mengurangi efek
hipoglikemik dari nateglinida. Penggunaan bersama dengan rifampin dapat
menurunkan efikasi nateglinida.
- Bentuk Sediaan
Nateglinida tersedia dalam bentuk tablet oral 60 mg dan 120 mg.
2. Penghambat Glukoneogenesis
a. Metformin
- Mekanisme kerja
Metformin termasuk kelas biguanida dalam obat antidiabetik. Mekanisme kerja
metformin sampai saat ini belum bisa dijelaskan secara jelas dan masih perlu
elusidasi dan diteliti. Efeknya dalam menurunkan kadar glukosa darah melalui
penurunan produksi glukosa hepatic dengan aktivasi enzim AMPK (AMP-activated
protein kinase).
- Interaksi Obat
a. Alkohol : Efek potensiasi metabolisme laktat.
b. Simetidin : Meningkatkan kadar puncak plasma metformin sekitar 60 %. Gunakan
H2RA lain atau turunkan dosis metformin ketika digunakan bersamaan
c. Pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan menggunakan bahan kontras iodin
yang diberikan parenteral, pemberian metformin harus dihentikan sementara,
sampai 48 jam setelah prosedur.
- Bentuk sediaan
a. Tablet pelepasan segera (Generik; Glucophage) 500 mg ; 850 mg ; 1000 mg
b. Larutan oral (Riomet) 500 mg/5 ml
c. Tablet extended release (Glucophage XR, Fortamet ™, Glumetza ™ 500 mg,
750 mg, 1000 mg
3. Penambah Sensitivitas terhadap Insulin
A. Tiazolidindion
- Mekanisme Kerja
Tiazolidindion sering disebut sebagai insulin sensitizers. Obat ini berikatan dan
mengaktivasi reseptor inti (peroxisome proliferator-activated receptor-γ [PPAR-γ])
dimana reseptor ini banyak diekspresikan pada jaringan-jaringan yang sensitive
terhadap insulin termasuk jaringan adipose, otot rangka dan hati. PPAR-γ mengatur
transkripsi gen yang mempengaruhi metabolisme glukosa dan lipid. Sebagai contoh,
stimulasi PPAR-γ meningkatkan transkripsi GLUT-4, transporter glukosa yang
menstimulasi pengambilan (uptake) glukosa. Pengurangan ekspresi GLUT-4 dapat
berperan dalam perkembangan resistensi insulin.
Gambar 3. Mekanisme Kerja Tiazolidindion
- Farmakokinetika
Baik pioglitazone dan rosiglitazone diserap baik dengan atau tanpa makanan.
Rosiglitazone diserap sempurna dengan kadar puncak plasma dicapai sekitar 1 jam.
Pioglitazone memiliki bioavailabilitas 83 %, dengan waktu mencapai kadar puncak
plasma sekitar 2 jam. Keduanya terikat kuat (> 99%) pada albumin. Pioglitazone
terutama dimetabolisme oleh CYP2C8 dan kurang dimetabolisme oleh CYP3A4 (17
%). Pioglitazone diekrekresi sebagian besar melalui feses dan hanya 15-30 % yang
diekskresikan melalui urin sebagai metabolit aktif (M-III dan M-IV). Rosiglitazone
dimetabolisme sebagian besar oleh CYP2C8 dan sebagian kecil oleh CYP2C9, dan
juga melal ui N-demetilasi dan hidroksilasi. Sebanyak dua per tiga ditemukan di urin
dan sepertiganya di feses.
Waktu paruh pioglitazone adalah 3-7 jam sedangkan rosiglitazone, 3-4 jam.
Metabolit aktif pioglitazone memiliki waktu paruh yang lebih panjang yaitu 16-24
jam. Pioglitazone tidak membutuhkan penyesuaian dosis pada penyakit ginjal sedang
sampai parah. Baik pioglitazone dan rosiglitazone memiliki durasi antihiperglikemik
lebih dari 24 jam.
- Penggunaan
Dosis awal pioglitazone yang direkomendasikan adalah 15-30 mg, satu kali sehari
dan untuk rosiglitazone, 2-4 mg, satu kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan perlahan
berdasarkan target terapi dan memperhatikan efek samping. Dosis maksimum
pioglitazone adalah 45 mg/hari, dan rosiglitazone 8 mg./hari. Golongan tiazolidindion
biasanya diberikan pada pasien yang tidak bisa menggunakan atau gagal dalam terapi
dengan terapi tunggal metformin atau sulfonylurea atau pasien yang tidak memberi
respon pada terapi kombinasi dengan obat antidiabetik lainnya.
Efek penurunan glukosa lebih besar terjadi ketika rosiglitazone diberikan dalam
dua dosis terbagi dibandingkan dengan dosis tunggal. Sebagai terapi tunggal, dosis
umumnya 4 mg satu kali sehari atau 2 mg dua kali sehari dengan atau tanpa makanan.
Jika respon belum mencapai target, dosis dapat ditingkatkan menjadi 8 m satu kali
sehari atau 4 mg, dua kali sehari. Untuk kombinasi dengan sulfonylurea, metformin
atau insulin, rosiglitazone dapat diberikan 4 mg sekali sehari dan dititrasi sampai
dosis maksimum 8 mg/hari.
Pioglitazone, sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan sulfonylurea,
metformin atau insulin, dosis awalnya adalah 15-30 mg sekali sehari dengan atau
tanpa makanan. Dosis dapat dititrasi sampai maksimal 45 mg/hari.
Efek Tiazolidindion terhadap HbA1c dan FPG termasuk menengah dibandingkan
dengan akarbose dan sulfonylurea atau metformin. Ketika dikombinasikan dengan
obat antidiabetik lain pada pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol, terjadi
penambahan pada penurunan HbA1c . Penggunaannya pada pasien DM tipe 2 yang
menggunakan insulin, rosiglitazone dan pioglitazone dapat meningkatkan kontrol
glikemik dan mengurangi kebutuhan insulin. Golongan obat ini efeknya minim pada
pasien yang tidak obesitas dan memiliki kadar insulin endogen yang rendah.
Manfaat lainnya dari golongan tiazolidindion adalah efeknya pada lipid.
Pioglitazone dan rosiglitazone dapat menurunkan kadar trigliserida, meningkatkan
kadar HDL sampai 10 %. Rosiglitazone dapat meningkatkan LDL sekitar 8-16 %,
namun pioglitazone tidak mempengaruhi kadar LDL.
Penggunaan rosiglitazone sekarang ini sudah dibatasi di Amerika Serikat, karena
resiko kejadian iskemik. Pasien dan dokter penulis resep harus mendaftar di situs
internet rosiglitazone untuk menerima obat dari central mail-order pharmacy, karena
apotek (pharmacy) lokal tidak boleh menjual rosiglitazone. Pasien dan dokter penulis
resep harus menyetujui keberlanjutan terapi dan rasio resiko dan manfaat harus
diketahui baik pasien dan dokter atau itu merupakan resep yang baru dan pasien telah
diinformasikan dengan lengkap resiko penggunaan rosiglitazone dan ketersediaan
alternatif obat lain, termasuk pioglitazone.
- Adverse Effects
Pioglitazone dan rosiglitazone bisa menyebabkan gagal hati namun sangat jarang
terjadi. Monitoring fungsi hati direkomendasikan pada penggunaan kedua obat ini.
Penurunan hemoglobin dan hematokrit dapat terjadi, namun anemia tidak sering
terjadi pada penggunaan kedua obat ini. Penurunan sementara jumlah neutrofil dapat
terjadi pada 4-8 minggu pertama terapi. Penggunaan pioglitazone dan rosiglitazone
menunjukkan peningkatan berat badan yang berkaitan dengan dosis (peningkatan 2-3
kg setiap 1 % penurunan HbA 1c). Peningkatan berat badan disebabkan karena retensi
cairan dan/atau akumulasi lemak, juga peningkatan jaringan adiposa perifer sekaligus
pengurangan visceral adiposity.
Peningkatan volume plasma dan edema perifer terjadi karena meningkatnya
permeabilitas sel endothelial. Kejadian edema perifer meningkat cukup besar ketika
kelompok obat ini dikombinasikan dengan insulin. Penggunaan golongan obat ini
juga dapat meningkatkan resiko infark miokard dan kematian akibat penyakit
kardiovaskular.
Reaksi hipersensitivitas seperti rash, pruritus, urtikaria, angioedema dan reaksi
anafilaktik juga sindrom Stevens-Johnson jarang terjadi dengan rosiglitazone,
demikian juga macular edema. Peningkatan resiko fraktur tulang dapat terjadi
umumnya pada wanita. Potensi fraktur pada wanita yang lebih tua harus
dipertimbangkan sebelum menggunakan kelompok obat tiazolidindion.
- Interaksi Obat
Gemfibrozil dan rifampin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat aktif secara
signifikan. Interaksi obat dengan golongan statin memicu metabolisme statin karena
obat golongan ini merupakan inducer CYP3A4 dan hal ini dapat menyebabkan efek
statin menurun. Penggunaan bersama dengan insulin menyebabkan potensiasi efek
retensi cairan dan efek peningkatan berat badan dari insulin. Peningkatan retensi
dapat memicu gagal jantung dan penggunaan bersama kedua obat ini beresiko
hipoglikemia sehingga diperlukan penyesuaian dosis.
- Bentuk Sediaan
a. Pioglitazone : Tablet oral 15 mg, 30 mg, 45 mg (Actos)
b. Rosiglitazone : Tablet oral 2 mg, 4 mg, 8 mg (Avandia)
DAFTAR PUSTAKA :
Bailey, C. 2005. Overview of new and developing pharmacological treatments.
European Heart Journal Supplements. European Society of Cardiology.
Baxter, K. 2010. Stockley’s Drug Interaction 9th edition. Pharmaceutical Press.
London
Dipiro, J. et al. 2014. Pharmacotherapy : A Patophysiology Approach 9th edition. Mc-
Graw Hill
Katzung, B. 2012. Basic and Clinical Pharmacology 12th edition. Mc-Graw Hill
Koda-Kimble, M et al. 2009. Applied Therapeutics :The Clinical Use of Drugs 9th
edition. Lippincott William and Wilkins.
Yunir, Em. 2008. Perkembangan Terkini Metformin sebagai Obat Antidiabetik Oral.
Dexa-Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi Volume 21 No.1 Januari-Maret 2008