Anda di halaman 1dari 95

Pelatihan Inspeksi Beton

Pengetahuan Standar
dan Perkembangan Teknologi Beton

Adhi Yudha Mulia, ST., MDM.

Gresik, 29 September 2022


about me

Adhi Yudha Mulia, ST., MDM.


Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung,
Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan,
Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

https://youtu.be/3NQXFVqLtHo

For further information and discussion:


https://linktr.ee/pupr_adhiym / (+62) 81334830570 /
adhi.y@pu.go.id

2
OUTLINE

Pendahuluan

 Beton untuk konstruksi


 Standar perencanaan untuk konstruksi beton

Karakteristik Bahan Penyusun Beton dan Beton

 Karakteristik bahan penyusun beton


 Standar spesifikasi bahan penyusun beton
 Karakteristik beton segar dan beton mengeras

Pengujian Beton

 Standar pengujian untuk beton segar


 Standar pengujian untuk beton mengeras
 Standar pengujian beton terpasang
Pendahuluan

https://linktr.ee/pupr_adhiym / (+62) 81334830570 / adhi.y@pu.go.id


Photo by Beatriz Novaes on Unsplash
mengapa beton?

 Mutu dapat direncanakan


 Mudah dibentuk
 Tahan terhadap lingkungan agresif dan suhu tinggi
 Dapat diproduksi secara pabrikasi dan insitu
 Bahan baku mudah didapat dan ekonomis
 Dapat digabung dengan tulangan baja, sehingga dapat menahan lentur dan tarik
 Penggunaan prategang dapat mengurangi dimensi dan berat sendiri

 Rawan retak akibat muai susut


 Lemah terhadap beban tarik
 Berat sendiri yang tinggi dapat memperbesar gaya gempa
 Beban berkelanjutan dapat menyebabkan rangkak
 Berkontribusi terhadap emisi CO2 (gas rumah kaca)
karakteristik beton untuk konstruksi

KUAT AWET LECAK RAMAH


LINGKUNGAN

01 Memenuhi
karakteristik
02 Memenuhi
persyaratan
03 Memenuhi
persyaratan
04 keberlanjutan
Mendukung

mekanik (kuat keawetan workability /


tekan, kuat (durabilitas) mudah
lentur) dikerjakan
History of Concrete

128 AD ….. 1824 1849 1903

Kuil Pantheon, Roma Dark Ages Semen portland Reinforced Ingalls Building
Bangsa Romawi ditemukan oleh Joseph Concrete Gedung RC 16 lantai (64 m)
membangun dengan Aspdin Konsep RC oleh Joseph
campuran kapur yang Monier
dibakar, pozzolan, dan
batu apung
History of Concrete

1910 1920 – 1930an 1960 – 1970an 1980 – 1990an 1995

NV NIPCM Beton prategang Beton fiber SCC (self Self Cleaning Concrete
Pabrik semen dikembangkan oleh mulai compacting dikembangkan di Italia
pertama di Hindia Eugen Freyssinet dikembangkan concrete)
Belanda
dikembangkan di
Jepang
History of Concrete

2000 - 2010 2006 2016 now

Pembangunan infrastruktur ter- Self Healing Bangunan beton what next?


- Three Gorges Dam – terbesar di Concrete dicetak 3D (3D
dunia dikembangkan di Delft printing)
- Burj Khalifa – tertinggi di dunia University, Belanda dibangun di Tiongkok
- Jembatan Suramadu – terpanjang di
Indonesia
Siklus beton konstruksi

Perencanaan Pelaksanaan Operasional dan Pembongkaran


dan Konstruksi Pemeliharaan
Perancangan

 Penentuan fc’  Pencampuran,


 Uji bahan baku pengiriman dan  Perawatan,
 Pembongkaran
 Mix design dan pengecoran pemeliharaan
dan daur ulang
trial mix  Perawatan/ dan perbaikan

04
01

02

03
curing

 Beton didesain untuk digunakan selama usia layan.


 Usia layan tergantung jenis konstruksi
Standar Konstruksi Beton untuk Bangunan Gedung

STANDAR PERENCANAAN/
STANDAR PRODUK/ MATERIAL STANDAR PENGUJIAN
PERANCANGAN
Standar/ acuan teknis yang digunakan Standar mengenai spesifikasi bahan Standar/ acuan teknis untuk menguji
untuk proses perencanaan/ perancangan atau produk konstruksi bahan dan produk konstruksi
konstruksi beton
KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
S PES I F IK A SI SE Dirjen Bina Marga No. 02/SE/Db/2018 Spesifikasi
B ETON U NTUK Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan
Jembatan
K O NS TRUK S I
KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
PP No. 16/2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

 SNI 2847:2019 Persyaratan beton struktural untuk


bangunan gedung dan penjelasan
 SNI 8140:2016 Persyaratan beton struktural untuk rumah
tinggal
SNI Beton untuk Bangunan Gedung
SNI 2847:2019

SNI 2847:2013

ISTILAH K RSNI 03-2847-2002


Benda uji kubus
SK SNI T-15-1991-03/
SNI 03-2847-1992

PBI 1955/ PBI 1966/


PBI 1971

ISTILAH fc’
Benda uji silinder
Kekuatan tekan yang disyaratkan, fc’

 Kekuatan tekan beton yang digunakan dalam desain dan dievaluasi sesuai dengan SNI
2847:2019, dinyatakan dalam megapascal (MPa)
 Batasan nilai fc’ (Tabel 19.2.1.1. hal. 433)
fc’ (MPa)
Kegunaan Jenis beton
minimum maksimum
Umum Berat normal dan berat ringan 17 Tidak ada

Sistem rangka pemikul momen khusus dan Berat normal 21 Tidak ada
dinding struktural khusus Berat ringan 21 35

 fc’ harus digunakan untuk menentukan proporsi campuran beton dan untuk pengujian dan
penerimaan beton.

14
Kekuatan tekan yang disyaratkan, fc’

benda uji silinder dia. 150 mm atau dia. 100 mm

2 silinder dia. 150 mm atau 3 silinder dia. 100 mm  1 data uji

ditetapkan dan dirancang berdasarkan SNI 6880:2016

dibuat dan dirawat berdasarkan SNI 2493:2011 atau SNI 4810:2018

diuji pada umur 28 hari menggunakan SNI 1974:2011

15
Kuat Tekan Beton

kuat tekan karakteristik K ≠ fc’ kuat tekan yang disyaratkan

Syarat penerimaan mutu beton = hasil pengujian kuat tekan umur 28 hari
(tidak boleh menggunakan konversi umur beton)

fcr > fc’ > fcin-situ


Persyaratan durabilitas

Material sementisius - tipe Material campuran


Kelas w/cm fc’ min
tambahan kalsium
Paparan maks. (MPa)
Semen Portland Semen Hidrolik Camp. Semen Hidrolik klorida

S0 T/A 17 Tanpa batasan tipe Tanpa batasan tipe Tanpa batasan tipe Tanpa batasan
S1 0,50 28 II Tipe IP(MS), IS(MS) atau IT(MS) MS Tanpa Batasan
S2 0,45 31 V IP(HS), IS(HS) atau IT(HS) HS Tidak diizinkan
S3 0,45 31 V + pozzolan atau slag IP(HS), IS(HS) atau IT(HS) dan HS + pozzolan atau slag Tidak diizinkan
plus pozzolan atau slag

W0 T/A 17 Tidak ada


W1 0,50 28 Tidak ada
Kandungan ion klorida terlarut maksimum (Cl-) pada
beton dalam persen berat semen
Persyaratan lainnya
Beton nonprategang Beton prategang

C0 T/A 17 0,06 Tidak ada


C1 T/A 17 0,30 0,06
C2 0,40 35 0,15 0,06 Selimut beton

SNI 2847:2019 Tabel 19.3.2.1. hal. 442


Persyaratan durabilitas
Kategori Kelas Kondisi
Sulfat (SO42-) larut dalam air di tanah (dalam
Sulfat (SO42-) larut dalam air (dalam ppm)
persen massa)
S0 SO42- < 0,10 SO42- < 150
Sulfat (S) S1 0,10 ≤ SO42- < 0,20 150 ≤ SO42- < 1500 atau air laut
S2 0,20 ≤ SO42- < 2,00 1500 ≤ SO42- < 10.000
S3 SO42- ≥ 2,00 SO42- ≥ 10.000

W0 Beton kering kondisi layan (beton kontak dengan air dan permeabilitas rendah tidak disyaratkan)
Kontak dengan air (W)
W1 Beton kontak dengan air dan permeabilitas rendah disyaratkan

C0 Beton kering atau terlindung dari kelembapan

Proteksi korosi tulangan (C) C1 Beton terpapar terhadap kelembapan tetapi tidak terhadap sumber klorida luar

Beton terpapar terhadap kelembapan dan sumber klorida eksternal dari bahan kimia, garam, air asin, air
C2
payau, atau percikan dari sumber-sumber ini

SNI 2847:2019 Tabel 19.3.1.1. hal. 437


Persyaratan durabilitas
Kategori Kelas Kondisi
beton yang berkontak langsung dengan tanah atau air yang mengandung sejumlah ion sulfat
larut dalam air yang merusak.
konsentrasi sulfat terlarut yang berkontak dengan beton tergolong rendah dan serangan sulfat yang dapat merusak
S0 tidak dipertimbangkan.
Sulfat (S)
S1 komponen beton struktur berkontak langsung dengan sulfat terlarut dalam tanah atau air. Keparahan
paparan meningkat dari kelas paparan S1 ke S3 berdasarkan konsentrasi sulfat terlarut terukur yang
S2
paling kritis di dalam tanah atau konsentrasi sulfat larut dalam air. Paparan air laut termasuk dalam kelas
S3 paparan S1.
komponen beton struktur kering pada kondisi layan atau terkontak dengan air, namun tidak ada persyaratan spesifik
W0 untuk permeabilitas rendah.
Kontak dengan air (W)
beton dengan tingkat permeabilitas air yang rendah dan penetrasi air ke dalam beton dapat mengurangi durabilitas
W1 komponen tersebut. Contohnya adalah dinding fondasi di bawah muka air.

C0 kondisi paparan tidak mensyaratkan perlindungan tambahan terhadap munculnya korosi tulangan.

Proteksi korosi tulangan (C) C1 beton terpapar terhadap kelembapan tetapi tidak terhadap sumber klorida luar

beton terpapar terhadap kelembapan dan sumber klorida eksternal dari bahan kimia, garam, air asin, air
C2 payau, atau percikan dari sumber-sumber ini
SNI 2847:2019 Tabel 19.3.1.1. hal. 437
KARAKTERISTIK BAHAN PENYUSUN BETON
DAN BETON (SEGAR DAN MENGERAS)

https://linktr.ee/pupr_adhiym / (+62) 81334830570 / adhi.y@pu.go.id


Bahan Penyusun Beton

AGREGAT AGREGAT SEMEN/ AIR BAHAN


KASAR HALUS MATERIAL PENCAMPUR TAMBAH
SEMENTISIUS

kerikil alam, pasir alam, abu Semen portland potable water


kerikil buatan, terbang (fly (OPC, PPC,
slag, agregat ash), tailing, PCC), semen
daur ulang agregat daur slag, fly ash,
ulang silica fume
AGREGAT KASAR

 Fungsi:
- Bahan pengisi
SNI 8321:2016 Spesifikasi - Memberikan stabilitas volume dan keawetan
agregat beton (ASTM
- Memberikan kekuatan
C33/C33M - 13, IDT)
- Mengurangi biaya beton
 Berupa kerikil, batu pecah (crushed gravel, crushed stone),
terak tanur bakar (air-cooled blast furnace slag), beton
pecah, agregat daur ulang, atau kombinasi diantaranya
 Ukuran butiran : 4,75 mm s/d 100 mm, dengan permukaan
siku, tajam dan tidak bulat (berbentuk kubikal)
 Memenuhi persyaratan gradasi
 Dapat mengisi celah-celah pada penulangan
 Kadar lumpur maksimum 1%
bentuk AGREGAT KASAR

agregat agregat agregat


bulat angular/ pipih
kubikal
 less workable
 more workable
 significantly less
 less strength
strength
BAHAN PENYUSUN
PENGUJIAN
BETON – AGREGAT
KASAR
Kadar air SNI 1971:2011
SNI 8321:2016 Spesifikasi agregat beton
(ASTM C33/C33M - 13, IDT)
Berat isi dan rongga udara SNI 03-4804-1998
• Berupa kerikil, batu pecah (crushed
gravel, crushed stone), terak tanur
Berat jenis dan penyerapan SNI 1969:2016
bakar (air-cooled blast furnace slag),
beton pecah, agregat daur ulang, atau
kombinasi diantaranya Analisis saringan SNI ASTM C136:2012
• Ukuran butiran : 4,75 mm s/d 100
mm, dengan permukaan siku, tajam
Keausan SNI 2417:2008
dan tidak bulat (berbentuk kubikal)
• Memenuhi persyaratan gradasi
• Dapat mengisi celah-celah pada Kekekalan SNI 3407:2008
penulangan
• Kadar lumpur maksimum 1%
AGREGAT HALUS
 Fungsi:
- Memberikan sifat kelecakan (workability) dan
keseragaman campuran
- Membantu semen dalam merekatkan agregar kasar
SNI 8321:2016 Spesifikasi - Mencegah terjadinya segregasi pasta semen dengan
agregat beton (ASTM agregat kasar
C33/C33M - 13, IDT) - Mengurangi penyusutan beton
- Mencegah retak susut dan termal
 Berupa pasir alam, pasir buatan, agregat daur ulang, atau
kombinasi di antaranya
 Ukuran butiran 0,30 mm s/d 4,75 mm
 Memenuhi persyaratan gradasi, dengan modulus kehalusan
antara 2,3 s/d 3,1
 Kadar lumpur maksimum 3,0 %
 Tidak memiliki kandungan organik
 Nilai kekekalan agregat maksimum 10 % (apabila
menggunakan Na2SO4) atau 15% (apabila menggunakan Mg2SO4)
BAHAN PENYUSUN
PENGUJIAN
BETON – AGREGAT
HALUS
Kadar air SNI 1971:2011
SNI 8321:2016 Spesifikasi agregat beton
(ASTM C33/C33M - 13, IDT)
Berat isi dan rongga udara SNI 03-4804-1998
• Berupa pasir alam, pasir buatan,
agregat daur ulang, atau kombinasi di
Berat jenis dan penyerapan SNI 1969:2016
antaranya
• Ukuran butiran 0,30 mm s/d 4,75 mm
• Memenuhi persyaratan gradasi, Analisis saringan SNI ASTM C136:2012
dengan modulus kehalusan antara 2,3
s/d 3,1
Kadar lumpur SNI ASTM C117:2012
• Kadar lumpur maksimum 3,0 %
• Tidak memiliki kandungan organik
• Nilai kekekalan agregat maksimum 10 Kekekalan SNI 3407:2008
% (apabila menggunakan Na2SO4) atau
15% (apabila menggunakan Mg2SO4)
Kandungan organik SNI 2816:2014
BAHAN PENYUSUN
BETON – PENGAMBILAN Perkiraan kebutuhan minimum contoh uji
DAN PENYIAPAN Prakiraan massa Prakiraan volume
SAMPEL Ukuran Agregat minimum contoh uji minimum contoh uji
dari lapangan (kg) dari lapangan (liter)

Agregat halus

No. 8 (2,36 mm) 10 8


ACUAN:
No. 4 (4,75 mm) 10 8
 SNI 6889:2014 Tata cara pengambilan
contoh uji agregat (ASTM D75/D75M-09, Agregat kasar
IDT) 3/8” (9,50 mm) 10 8
 SNI 13-6717-2002 Tata cara penyiapan
½” (12,50 mm) 15 12
benda uji dari contoh agregat
¾” (19,0 mm) 25 20

1” (25,0 mm) 50 40

1 ½” (37,5 mm) 75 60
2” (50,0 mm) 100 80

2 ½” (63,0 mm) 125 100


3” (75,0 mm) 150 120

3 ½” (90,0 mm) 175 140


BAHAN PENYUSUN Ketentuan pengambilan contoh uji dari timbunan/ unit
BETON – PENGAMBILAN pengangkut:
DAN PENYIAPAN 1) Pengambilan minimal pada 3 (tiga) bagian dari timbunan,
SAMPEL yaitu bagian atas, tengah, dan bawah
2) Bagian luar timbunan dikupas terlebih dahulu
3) Pengambilan pada masing-masing bagian dilakukan pada 5
(lima) titik yang berbeda
ACUAN:
 SNI 6889:2014 Tata cara pengambilan
contoh uji agregat (ASTM D75/D75M-09,
IDT)
 SNI 13-6717-2002 Tata cara penyiapan
benda uji dari contoh agregat ⅓ bagian

⅓ bagian

⅓ bagian
PASIR LAUT untuk agregat

 Memiliki gradasi yang baik


 Memiliki kandungan klorida yang tinggi

Solusi
 Dicuci
 Deposit di alam (± 1 tahun)
 Penggunaan admikstur corrosion inhibitor
 Penggunaan tulangan non ferrous
TAILING untuk agregat

 Memiliki butiran yang cenderung halus


 Memiliki kandungan pyrite (FeS2)
 Densitas lebih tinggi dari agregat alam

Solusi
 Deposit di alam
 Uji TCLP
 Penggunaan untuk beton berat
AIR PENCAMPUR

• Meliputi air untuk pengadukan (air yang ditimbang atau


SNI 7974:2013 Spesifikasi air
diukur di batching plant), es, air yang ditambahkan oleh
pencampur yang digunakan
dalam produksi beton semen operator truk, air bebas pada agregat-agregat, dan air yang
hidraulis (ASTM C1602-06, IDT) masuk dalam bentuk bahan-bahan tambahan, apabila air ini
dapat meningkatkan rasio air semen lebih dari 0,01
• Air minum (potable water): dapat langsung digunakan tanpa
melihat ketentuan SNI ini
• Air yang tidak dapat diminum (nonpotable water): harus
memenuhi persyaratan densitas, konsentrasi maksimum
untuk klorida (Cl- ), sulfat (SO4), alkali (Na2O + 0,658 K2O),
dan massa bahan padat total
AIR dari lahan gambut

 pH ≤ 5
 Berbau dan berwarna (dapat mempengaruhi
warna beton)

Solusi
 Penggunaan kapur padam atau soda ash untuk
menetralkan pH
 Penggunaan karbon aktif dan cangkang sawit
untuk memperbaiki warna
SEMEN/ MATERIAL SEMENTISIUS
SNI 2847:2019 Pasal 26.4.1.1

Material Sementisius Spesifikasi

Semen portland ASTM C150M atau SNI 2049-1:2020

Semen hidrolik campuran ASTM C595M, tidak termasuk Tipe IS (≥ 70) dan Tipe IT (S ≥ 70) atau SNI 7064:2014 atau SNI
0302:2014 atau SNI 8363:2017

Semen hidrolik ekspansif ASTM C845M

Semen hidrolik ASTM C1157M atau SNI 8912:2020

Abu terbang (fly ash) dan material


ASTM C618 atau SNI 2460:2014
pozzolan alami

Semen slag (slag) ASTM C989M atau SNI 6385:2016

Abu silika (silica fume) ASTM C1240


ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC)
Kemasan curah/ jumbo bag (1.000 kg)

Kadar total bahan anorganik ≤ 6%


Specific gravity = 3,15

30%

PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) /


PORTLAND POZZOLAN CEMENT (PPC)
Kemasan sak (40 kg/ 50 kg)

Kadar total bahan anorganik 6% - 35 %


(untuk PPC, kadar pozzolan maks. 40%)
Specific gravity = 2,9 – 2,95

70%
KOMPOSISI BAHAN PENYUSUN BETON*

* angka perkiraan, untuk rasio air-


semen (w/c) 0,5
ADMIKSTUR/ bahan tambahan untuk beton
Tipe Tujuan

A mengurangi jumlah air campuran

SNI 03-2495-1991 Spesifikasi B memperlambat waktu pengikatan beton


bahan tambahan untuk beton
C mempercepat waktu pengikatan dan menambah kekuatan awal beton
Update acuan:
D mengurangi campuran dan untuk memperlambat waktu pengikatan beton
ASTM C494-19
mengurangi jumlah air campuran, mempercepat waktu pengikatan, serta
E
menambah kekuatan awal beton

F untuk mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih

mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih, dan juga untuk
G
memperlambat waktu pengikatan beton

S untuk performa khusus (proses update SNI 03-2195-1991)


FASE BETON
0 hr

 Beton dalam kondisi plastis

CONCRETE
Beton mudah dikerjakan (workable)  nilai slump > 0

FRESH

FASE BETON  Reaksi hidrasi belum terjadi
 Pengambilan sampel uji

2 – 2,5 hr Initial setting time

TRANSITION
 Beton sudah tidak bersifat plastis (nilai slump = 0);
dapat dilakukan finishing
 Reaksi hidrasi mulai terjadi
berdasarkan plastisitas beton
4 hr Final setting time

 Beton sudah tidak bersifat plastis (nilai slump = 0);


HARDENED
CONCRETE

dapat dilakukan finishing


 Reaksi hidrasi mulai terjadi
BETON SEGAR

PENGARUH Tidak diperkenankan menambahkan air selain yang


PENAMBAHAN AIR sudah ditentukan dalam mix design

Apabila air lebih dari yang direncanakan:


a. Kuat tekan beton turun drastis.
b. Kekedapan dan keawetan (durability) menurun.
c. Performance dari permukaan beton tidak merata.
d. Resiko terhadap drying-shrinkage cracking dan
differential-thermal cracking meningkat.
BETON SEGAR

Tidak diperkenankan menambahkan air selain yang


PENGARUH sudah ditentukan dalam mix design
PENAMBAHAN AIR
Untuk setiap penambahan 4 liter air pada 1 m3 beton:
1. Slump akan meningkat 25 mm
2. f’c akan berkurang 1,5 – 2,0 MPa
3. Potensi penyusutan meningkat 10%
4. 10 – 12,5 kg semen menjadi terbuang

Apabila campuran terlalu kental, perlu ditambahkan


admikstur HRWRA/ super plasticizer (SP)
BETON SEGAR

KETENTUAN
PENGECORAN

(Tumilar, Steffie; 2022)


BETON SEGAR

KETENTUAN
PENGECORAN

(Tumilar, Steffie; 2022)


BETON SEGAR

KETENTUAN
PENGECORAN

BENAR BENAR BENAR SALAH


(Tumilar, Steffie; 2022)
BETON SEGAR

Dapat menggunakan vibrator internal, vibrator bekisting, vibrator


screed, dan meja getar
KETENTUAN
PEMADATAN Apabila menggunakan vibrator internal:
 Arah penusukan tegak lurus dengan bidang beton, dengan
durasi pemadatan 5 – 15 detik
 Untuk pengecoran berlapis: batang vibrator harus masuk
pada lapisan sebelumnya untuk memastikan campuran
monolith
 Vibrator tidak boleh digunakan untuk mendorong beton
secara horisontal
 Batang vibrator boleh mengenai tulangan beton. Penulangan
harus terpasang kokoh, dan beton masih dalam kondisi
plastis
BETON MENGERAS

Digunakan untuk komponen bangunan gedung hasil pengecoran


KETENTUAN
PERAWATAN/ CURING Metode perawatan:
 Ditutup dengan bahan lembaran
 Menggunakan air
 Menggunakan curing compound

Durasi perawatan:
 Minimal 7 (tujuh) hari
 Apabila menggunakan kombinasi beberapa metode
perawatan, maka minimal untuk tiap metode adalah 1 (satu)
hari
BETON MENGERAS

 Memastikan pembongkaran bekisting dan penopang


KETENTUAN PEMBONGKARAN sesuai ketentuan
BEKISTING
Waktu minimum untuk
pembongkaran bekisting  Memastikan beton sudah mencapai kekuatan
tekan minimum yang diperlukan, berdasarkan
Acuan: ACI 347R-14 hasil uji kuat tekan beton yang dirawat di lapangan

 Mengamati dan mendokumentasikan kondisi


Catatan:
* Apabila bekisting juga mendukung bekisting permukaan beton, untuk selanjutnya dilakukan
elemen lain (balok atau pelat), maka
pembongkaran mengikuti elemen yang didukung
tindakan perbaikan (apabila diperlukan)
BETON MENGERAS

Beban hidup struktural ≤ Beban hidup struktural >


Elemen struktur
beban mati struktural beban mati struktural
Dinding* 12 jam 12 jam
Kolom* 12 jam 12 jam
KETENTUAN PEMBONGKARAN
BEKISTING Sisi samping balok dan girder*
Pan joist
Waktu minimum untuk
pembongkaran bekisting Lebar kurang dari 760 mm 3 hari 3 hari
Lebar lebih dari 760 mm 4 hari 4 hari
Arch centers 14 hari 7 hari
Joist, soffit balok atau girder
Acuan: ACI 347R-14
Bentang bersih < 3 m 7 hari 4 hari
Bentang bersih 3 s/d 6 m 14 hari 7 hari
Bentang bersih > 6 m 21 hari 14 hari
Catatan: Slab lantai satu arah
* Apabila bekisting juga mendukung bekisting
elemen lain (balok atau pelat), maka Bentang bersih < 3 m 4 hari 3 hari
pembongkaran mengikuti elemen yang didukung
Bentang bersih 3 s/d 6 m 7 hari 4 hari
Bentang bersih > 6 m 10 hari 7 hari
Pengujian Beton

https://linktr.ee/pupr_adhiym / (+62) 81334830570 / adhi.y@pu.go.id


B E T O N S E GBeton
Pengujian AR Segar
No. Pengujian Kegunaan SNI Keterangan
1 Pengambilan sampel uji Persyaratan dan prosedur SNI 2458:2018 -
pengambilan sampel uji beton
segar

2 Slump Menentukan nilai slump dari SNI 1972:2008 Digunakan untuk beton dengan
beton semen hidrolis plastis ukuran agregat maksimum 37,5 mm

3 Kandungan udara Menentukan nilai kandungan SNI 3418:2011 -


udara pada campuran beton

4 Temperatur Temperatur beton segar SNI 4807:2015 -

5 Bobot isi Bobot isi (densitas), volume SNI 1973:2016 -


produksi campuran

6 Bliding Tingkat homogenitas, prediksi SNI 4156:2008 2 cara, dimiringkan dan digetarkan
porositas

7 Pembuatan dan Perawatan Prosedur pembuatan dan SNI 2493:2011 Untuk benda uji silinder, balok dan
Benda Uji di Laboratorium perawatan benda uji di silinder untuk uji rangkak
laboratorium

8 Pembuatan dan Perawatan Prosedur pembuatan dan SNI 4810:2013 Untuk benda uji silinder, dan balok
Benda Uji di Lapangan perawatan benda uji di
lapangan
BETON SEGAR –  Contoh uji adalah komposit (dari beberapa kali
PENGAMBILAN SAMPEL pengambilan), dengan interval waktu bagian pertama
dan terakhir adalah 15 menit
 Untuk uji slump, temperatur dan kadar udara,
SNI 2458:2018 Tata cara pengambilan dilakukan tidak lebih dari 5 menit setelah pengambilan
sampel campuran beton segar bagian terakhir
 Untuk uji lain dan pencetakan benda uji, dilakukan
tidak lebih dari 15 menit setelah pengambilan bagian
terakhir
 Volume minimum untuk pencetakan benda uji adalah
28 liter
 Pada setiap batch, contoh uji diambil saat penuangan
telah mencapai 10% dan sebelum mencapai 90%

10% 90%

15 menit
BETON SEGAR –
UJI SLUMP
Nilai slump yang dianjurkan untuk berbagai pekerjaan konstruksi
(untuk keperluan mix design di laboratorium)
SNI 1972:2008 Cara uji slump beton

SNI 7656:2012 Tabel 1


BETON SEGAR – Prosedur:

UJI SLUMP - Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembap, tidak
menyerap air dan kaku
- Isi cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis sekira sepertiga dari volume
cetakan (keketebalan 67 mm dan 155 mm)
- Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan batang pemadat
SNI 1972:2008 Cara uji slump beton - Padatkan lapisan kedua dan lapisan atas seluruhnya hingga kedalamannya,
sehingga penusukan menembus batas lapisan di bawahnya
- Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di
atas cetakan sebelum pemadatan dimulai. Tambahkan adukan beton untuk
tetap menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan.
- Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada
bagian atas cetakan
- Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat dalam arah
vertikal secara-hati-hati. Angkat cetakan dengan jarak 300 mm dalam waktu
5 ± 2 detik tanpa gerakan lateral atau torsional.
- Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian (dari awal pengisian hingga
pelepasan cetakan) dalam waktu tidak lebih dari 2 ½ menit.
- Ukur segera slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian
atas cetakan dan bagian pusat permukaan atas beton. Bila terjadi
keruntuhan atau keruntuhan geser beton pada satu sisi atau sebagian
massa beton, abaikan pengujian tersebut dan buat pengujian baru dengan
porsi lain dari contoh
BETON SEGAR – Yang harus diperhatikan:
PEMBUATAN BENDA  Sampel uji dilakukan uji slump terlebih dulu sebelum
UJI BETON SILINDER dicetak menjadi benda uji. Sampel uji slump dapat diaduk
kembali dan digunakan untuk benda uji
SNI 4810:2018 Tata cara pembuatan dan  Benda uji dituang ke dalam cetakan secara bertahap (tiap
perawatan spesimen uji beton di lapangan lapis 50 mm) dan dipadatkan
(ASTM C31-17, IDT)  Benda uji dipadatkan dengan ditusuk atau digetarkan.
Overlap penusukan/ penggetaran = 25 mm
Peralatan :
 Apabila ditusuk: 25x tusukan untuk tiap lapis
 Cetakan silinder (harus kedap, kokoh, dan
tidak berubah bentuk saat dicor)  Apabila digetarkan: ≤ 5 detik untuk slump ≥ 75 mm; serta
 Batang pemadat < 10 detik untuk slump < 75 mm
 Penggetar  Setiap lapis penusukan atau penggetaran, dipukul
 Palu kepala karet
 Wadah sampel dengan palu karet 10 – 15x
 Alat bantu lain (sekop/ sendok beton, roskam/  Finishing permukaan seminimal mungkin. Apabila perlu,
trowel) dapat menggunakan pasta kental semen yang tipis
Volume sampel minimum : 28 liter untuk 3  Tandai sampel tanpa merusak permukaan benda uji
benda uji
BETON SEGAR –
PERAWATAN BENDA
UJI BETON SILINDER
BETON SEGAR – Yang harus diperhatikan:
1) segera rendam spesimen di dalam larutan
PERAWATAN BENDA  Tempat penyimpanan harus rata. Kemiringan
kapur hidroksida jenuh, lantai
UJI STANDAR < 20 mm per m 2) simpan dalam kotak kayu yang kuat dan
rapat,
 Segera setelah pencetakan
3) ditimbundan finishing,
dengan spesimen
pasir lembap,
4) tutup dengan lembaran plastik,
harus disimpan maksimum 48 jam
5) masukkan (16-27
ke dalam °C) dan
kantong,
pada lingkungan yang6) mencegah
tutup dengan lembaran
kehilanganplastik atau bahan
SNI 4810:2018 Tata cara pembuatan dan yang tidak menyerap air
perawatan spesimen uji beton di lapangan kelembapan pada spesimen.
(ASTM C31-17, IDT)  Prosedur selama periode perawatan awal bertujuan
untuk menjaga kondisi kelembapan dan temperatur
PERAWATAN AWAL
yang disyaratkan
 Lindungi semua spesimen dari cahaya matahari
langsung
 Temperatur ruang penyimpanan benda uji harus
dikendalikan dengan1)menggunakan
gunakan ventilasi peralatan
pemanas dan/ atau 2) gunakan es
pendingin
3) gunakan pengkondisian temperatur
 Catat temperatur maksimum-minimum
yang dilengkapi thermostat, atau
4) gunakan metoda pemanasan dengan
menggunakan lampu
BETON SEGAR – Yang harus diperhatikan:
PERAWATAN BENDA  30 menit setelah cetakan dilepas, rawat spesimen
UJI STANDAR dengan permukaan basah pada temperature (23 ± 2) °C
dengan menggunakan tangki air atau ruang basah
 Bila dikaping dengan mortar belerang, ujung atas dan
bawah silinder (permukaan silinder) harus kering untuk
SNI 4810:2018 Tata cara pembuatan dan mencegah terbentuknya uap di bawah atau di dalam
perawatan spesimen uji beton di lapangan
kaping yang lebih besar dari 6 mm.
(ASTM C31-17, IDT)
 Untuk periode kurang dari 3 jam sebelum pengujian,
temperatur perawatan standar tidak diperlukan asalkan
silinder dijaga tetap lembap dan temperatur lingkungan
dipertahankan 20 – 30 °C
PERAWATAN AKHIR
BETON SEGAR – Yang harus diperhatikan:
PERAWATAN BENDA  Simpan silinder di dalam atau di atas struktur sedekat
UJI LAPANGAN mungkin dengan lokasi beton yang dicor.
 Lindungi semua permukaan silinder dengan cara sama
seperti struktur yang dicor.
SNI 4810:2018 Tata cara pembuatan dan
 Siapkan silinder dengan temperatur dan kondisi
perawatan spesimen uji beton di lapangan
(ASTM C31-17, IDT) kelembapan yang sama seperti struktur yang dicor.
 Uji spesimen dalam kondisi kelembapan yang dihasilkan
dari perlakuan perawatan yang disyaratkan
Pengujian Beton Mengeras di Laboratorium
No. Pengujian Kegunaan SNI Keterangan
1 Kaping silinder beton Pembuatan bidang tekan SNI 6369:2008 Untuk benda uji beton baru dan beton
untuk uji tekan beton inti.
2 Uji kuat tekan Memperoleh kuat tekan SNI 1974:2011 - Untuk beton dengan densitas > 800
beton (MPa) kg/m3
3 Uji kuat tarik belah Memperoleh T (MPa) SNI 2491:2014 T = 2P / (p .l. D)
4 Uji kuat lentur dengan Memperoleh Modulus SNI 4154:2014 R = 3 PL/ (2 . b . d2)
beban terpusat Runtuh (R) (MPa)
5 Uji kuat lentur dengan 2 Memperoleh Modulus SNI 4431:2011 Untuk memperoleh luat lentur murni
(dua) titik pembebanan Runtuh (R) (MPa) (tanpa pengaruh geser)
6 Uji Modulus Elastisitas Memperoleh E dan μ SNI 03-4169-1996 Menggunakan kompresometer
Statis (MOE) dan rasio Mengukur tegangan dan regangan
Poisson pada:
- 40% beban maksimum
- Regangan 0,000050

7 Uji rangkak Memperoleh ε SNI 4811:2016


BETON MENGERAS –
UJI KUAT TEKAN Waktu Pengujian
BETON SILINDER
Umur uji Waktu yang diijinkan
12 jam ± 15 menit atau 2,1 %
SNI 1974:2011 Cara uji kuat tekan beton
dengan benda uji silinder 24 jam ± 30 menit atau 2,1 %
3 hari ± 2 jam atau 2,8 %
7 hari ± 6 jam atau 3,6 %
28 hari ± 20 jam atau 3,0 %
90 hari ± 2 hari atau 2,2 %

Ketentuan Alat Uji


1) Alat uji tekan yang memiliki landasan kaku pada
bagian bawah dan landasan yang dapat berputar
pada bagian atas. Ukuran landasan minimum 3%
lebih besar dari penampang benda uji.
2) Landasan bawah memiliki tebal minimum 25 mm.
BETON MENGERAS –
Ketentuan Benda Uji:
UJI KUAT TEKAN 1) Berpenampang bundar. Perbedaan diameter pada bagian
BETON SILINDER yang sama dari benda uji adalah ≤ 2%.
2) Permukaan rata dan dan tegak lurus sumbu (≤ 0,5%).
Ketidakrataan ujung benda uji < 0,050 mm.
SNI 1974:2011 Cara uji kuat tekan beton
dengan benda uji silinder 3) Benda uji standar memiliki rasio panjang terhadap
diameter (L/D) antara 1,8 – 2,2. Apabila L/D < 1,8, maka
dikalikan dengan faktor koreksi.

D1
D2

≤ 0,5%
L
BETON MENGERAS – Pelaksanaan Pengujian:
UJI KUAT TEKAN 1. Lakukan pembebanan secara terus menerus dan tanpa
BETON SILINDER kejutan. Kecepatan pembebanan adalah 1,3 mm/menit
(untuk mesin tipe ulir) atau 0,15 – 0,35 MPa/detik.
Kecepatan pembebanan adalah minimum untuk
SNI 1974:2011 Cara uji kuat tekan beton setengah terakhir dari fase pembebanan.
dengan benda uji silinder
2. Jangan membuat perubahan pada kecepatan gerak dari
dasar mendatar kapanpun saat benda uji kehilangan
kekakuan secara cepat sesaat sebelum hancur.
3. Catat beban maksimum yang diterima benda uji selama
pembebanan (saat benda uji hancur).
4. Catat tipe kehancuran dan kondisi visual benda uji beton.
BENDA UJI

Dapat berupa:
 Silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm, 2 (dua) spesimen;
atau
BENDA UJI SILINDER  Silinder diameter 100 mm, tinggi 200 mm, 3 (tiga) spesimen.
UNTUK UJI KUAT TEKAN
Untuk penentuan nilai kuat tekan beton yang disyaratkan, f’c :
 Dibuat di laboratorium (SNI 2493:2011) atau di lapangan
(SNI 4810:2018)
 Dirawat di laboratorium (kondisi laboratorium) atau di
lapangan (kondisi standar)
 Diuji pada umur 28 hari (SNI 1974:2011)

Frekuensi pengambilan benda uji:


 Setidaknya sekali sehari.
 Setidaknya sekali untuk setiap 110 m3 beton.
 Setidaknya sekali untuk setiap 460 m2 luas permukaan pelat
atau dinding.
BETON MENGERAS

1. Setiap rata-rata 3 (tiga) spesimen pengujian kekuatan


SYARAT PENERIMAAN tekan yang dilakukan secara berurutan, kekuatan tekan ≥
KUAT TEKAN BETON SILINDER fc’
2. Kekuatan tekan tidak boleh lebih rendah dari 3,5 MPa
untuk fc’ ≤35 MPa, atau lebih dari 0,10 fc’ untuk fc’ > 35
MPa.
Contoh:

SNI 2847:2019 pasal 26.12.3.1.b


P E R B A N D I N G A N H A S I L P EN G U J I A N *)

Kuat lentur Kuat lentur


Kuat tarik Kuat tarik belah dengan 2 titik dengan 1 titik Kuat tekan
pembebanan pembebanan

~10% > 10 – 15% ~ 15% ~ 15 – 20% 100%

belum ada acuan


standar metode uji

*) Berdasarkan nilai perkiraan, untuk beton dengan agregat normal


Pengujian Beton Mengeras – Beton Terpasang

No. Pengujian Kegunaan Acuan


1 Uji Palu Pantul (Rebound Mengetahui keseragaman beton in-situ dan SNI ASTM C805:2012
Non Destructive Test

Hammer) menggambarkan variasi mutu beton pada struktur,


berdasarkan nilai kekerasan pada permukaan

2 Uji Cepat Rambat Mengetahui homogenitas beton, serta SNI ASTM C597:2012
Gelombang Ultra (UPV memperkirakan kedalaman retak berdasarkan
Test) cepat rambat gelombang ultrasonik

3 Uji Potensi Korosi Baja Mengetahui aktivitas korosi tulangan dalam SNI 03-6444-2000
Tulangan beton berdasarkan beda potensial antara titik
acuan dengan titik yang diukur

4 Pengambilan dan Untuk mengetahui properti mekanik dan fisik dari SNI 2492:2018
Pengujian Sampel Beton beton terpasang (in-place strength)
Inti
Destructive Test
Jenis Pemeriksaan Nondestruktif

Ultrasounds through transmission Electrical resistivity

Ultrasonic echo/ pulse echo Infrared thermography

Surface waves Radiography

Impact echo Rebound hammer

Impulse response Pull-out testing

Ground penetrating radar Pull-off testing

Source:
 Non-Destructive Assessment of Concrete Structures: Reliability and Limits of
Penetration resistance Single and Combined Techniques (Springer, 2012)
 ACI 228.1R-19
Pengujian Palu Pantul / Rebound Hammer Test

Acuan: SNI ASTM C805: 2012 Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C 805-02, IDT)
 Catatan: edisi terbaru ASTM C805/C805M-18
Ketentuan pengujian palu pantul:
 mengukur angka pantul alat (R) yang merepresentasikan kekerasan permukaan beton
 dapat digunakan untuk menilai keseragaman beton di lapangan, menggambarkan bagian dari struktur yang
mempunyai kualitas jelek atau beton yang mengalami kerusakan, serta memperkirakan perkembangan
kekuatan beton di lapangan.
 dapat juga digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton  dibutuhkan korelasi antara kekuatan beton dan
angka pantul
 dipengaruhi oleh beberapa faktor: kelembapan pada permukaan bidang uji, metode yang digunakan untuk
memperoleh permukaan bidang uji (tipe bahan cetakan dan tipe penyelesaian akhir/finishing), dan kedalaman
karbonasi
 Palu pantul yang berbeda dengan desain nominal beton rencana yang sama dapat memberikan angka pantul
yang berbeda antara 1 satuan sampai dengan 3 satuan
 tidak dapat digunakan sebagai dasar penerimaan atau penolakan beton
BETON MENGERAS

Ketentuan pengujian palu pantul:


 mengukur angka pantul alat (R) yang merepresentasikan kekerasan
PENGUJIAN PALU BETON permukaan beton
 dapat digunakan untuk menilai keseragaman beton di lapangan,
menggambarkan bagian dari struktur yang mempunyai kualitas jelek atau
SNI ASTM C805:2012 beton yang mengalami kerusakan, serta memperkirakan perkembangan
kekuatan beton di lapangan.
untuk mengukur angka pantul alat yang  dapat juga digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton 
merepresentasikan kekerasan
dibutuhkan korelasi antara kekuatan beton dan angka pantul
permukaan beton
 dipengaruhi oleh beberapa faktor: kelembapan pada permukaan bidang
uji, metode yang digunakan untuk memperoleh permukaan bidang uji (tipe
bahan cetakan dan tipe penyelesaian akhir/finishing), dan kedalaman
karbonasi
 Palu pantul yang berbeda dengan desain nominal beton rencana yang
sama dapat memberikan angka pantul yang berbeda antara 1 satuan
sampai dengan 3 satuan
 tidak dapat digunakan sebagai dasar penerimaan atau
penolakan beton
BETON MENGERAS

Pelaksanaan:
1. Diameter area pengujian min. 150 mm
PENGUJIAN PALU BETON 2. Kupas/chipping plesteran/acian hingga permukaan beton
3. Permukaan dengan tekstur yang kasar, lunak atau terkelupas mortarnya
harus diratakan dengan batu penggosok.
SNI ASTM C805:2012 4. Bagi dan tandai areal pengujian untuk minimal 10 titik dengan jarak antar
titik minimal 25 mm.
untuk mengukur angka pantul alat yang 5. Elemen beton yang akan diuji harus memiliki tebal minimum 100 mm dan
merepresentasikan kekerasan
menyatu dengan struktur.
permukaan beton
6. Hindari pengujian pada daerah yang menunjukkan adanya keropos,
permukaan beralur (scaling), permukaan kasar atau daerah dengan
porositas yang tinggi
7. Pengujian tidak diijinkan selimut beton < 20 mm.
8. Perhatikan arah pengambilan data (horizontal, vertikal) dan koreksi datanya
9. Buang data dengan nilai bacaan yang berselisih > 6 unit dari nilai rata-rata
dan bila > 2 bacaan yang dibuang maka uji ulang.
BETON MENGERAS

Pasal 9

PENGUJIAN PALU BETON Hasil pembacaan yang berbeda lebih dari 6 satuan dari rata-rata 10 titik
bacaan diabaikan dan tentukan nilai rata-rata dihitung dari pembacaan data
yang memenuhi syarat.
Bila lebih dari 2 titik bacaan memiliki perbedaan lebih dari 6 satuan dari
SNI ASTM C805:2012 nilai rata-rata, maka seluruh rangkaian pembacaan harus dibatalkan dan
tentukan angka pantul pada 10 titik bacaan baru pada daerah pengujian.

Contoh:
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)

Acuan: SNI ASTM C597:2012 Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton (ASTM C 597 - 02, IDT)
Catatan: edisi terbaru ASTM C597-16
Prinsip Kerja:
Metode ini mengukur cepat rambat gelombang longitudinal (yang dipancarkan dari transduser alat)
melalui beton yang merepresentasikan keseragaman dan mutu relatif beton.
Kegunaan:
a. menilai atau mengetahui keseragaman dan mutu relatif beton
b. mendeteksi adanya rongga dan retak
c. memperkirakan tingkat kerusakan atau retakan pada beton
d. mengevaluasi efektivitas perbaikan retak
e. mengetahui adanya perubahan sifat-sifat beton

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode uji ini tidak boleh dianggap sebagai pengukur kekuatan beton ataupun pengujian
yang memadai untuk menentukan kesesuaian modulus elastisitas beton di lapangan dengan yang diasumsikan dalam perancangan.
The results obtained by the use of this test method are not to be considered as a means of measuring strength nor as an adequate test for establishing compliance of the
modulus of elasticity of field concrete with that assumed in the design.
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)

Metode pengujian:
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)

Prinsip kerja untuk pemeriksaan retak atau kerusakan pada beton:

Hubungan antara cepat rambat gelombang (𝑣) vs


kuat tekan beton (𝑓𝑐) memiliki sifat nonlinear yang
sangat tinggi (ACI 228.1R-19 Ch 3.6)

Ket : gambar di atas hanya ilustratif, kuantifikasi 𝑓𝑐


berdasarkan 𝑣 tetap harus melalui hubungan korelasi
yang dibuat spesifik
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)

Faktor yang mempengaruhi hasil pengujian:


 The coupling conditions highly change the amplitude of the wave, they can disturb the attenuation evaluation and
sometimes the velocity estimation.
 The lateral boundaries of the tested structure can generate a new type of waves that modifi es the velocity of the
apparent P-wave analyzed (reflected or Lamb waves).
 The presence of reinforcing steel bars can accelerate the wave if they are in the same direction as the waves.
They can also scatter the waves and decrease their velocity when they are perpendicular.
 The moisture, the porosity and the temperature of the concrete modify the velocity up to 20 %.
 The choice of the transducers (mainly frequency and size) can modify the velocity by 15 or 20 %.
 The concrete nature (aggregate size, cement nature, porosity rate and density) modify the velocity from 5 to 20 %
Ketentuan Pengujian Nondestruktif

 ACI 301-99 pada sec.1.6.6.1, bahwa hasil in-place tests “hanya akan valid jika pengujian telah dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang sudah dikalibrasi”.
 ACI 301-99 pada sec.1.6.7.2, "Uji NDT tidak boleh digunakan sebagai dasar untuk menerima atau menolak beton,"
tetapi dapat digunakan untuk "mengevaluasi" beton saat kekuatan standard-cured cylinder gagal memenuhi kriteria
kekuatan yang ditentukan
 ACI 562M-19.Sec.6.4.3.2.p-43 NDT untuk mengevaluasi in-place strength (kekuatan ditempat) dapat diizinkan jika
korelasi yang valid dibuat berdasarkan hasil uji kuat tekan sampel core dan hasil uji NDT. Kuantifikasi dengan NDT
saja tidak diperbolehkan digunakan sebagai pengganti pengambilan dan pengujian sampel core
 Dalam ACI 301-20, sec.1.7.4.2 Penggunaan rebound hammer (palu pantul) atau pulse-velocity dapat ditentukan
oleh Engineer untuk mengevaluasi keseragaman beton in-place (di tempat) atau untuk memilih area yang akan di
core. Metode ini tidak boleh digunakan untuk mengevaluasi in-place strength (kekuatan di tempat).
 SNI 2847:2019 pasal 26.12.4, metode NDT di tempat seperti uji penetrasi (ASTM C803M), hammer rebound (ASTM
C805M), atau uji cabut (ASTM C900) dapat digunakan untuk memprediksi nilai kuat tekan di tempat (terpasang)
jika dibuat suatu korelasi yang valid antara hasil pengukuran non-destruktif terhadap nilai kuat tekan beton
Jenis Pemeriksaan Destruktif

Pengambilan dan Pengujian Beton Inti

Uji Beban (Loading Test)


BETON MENGERAS

Tujuan:
PENGUJIAN BETON INTI untuk mengetahui mutu beton terpasang, fc’is (in-place strength)

Dilakukan apabila:
SNI 2847:2019 pasal 26.12.4.
1. Penyelidikan lanjutan atas temuan mutu beton yang dirawat di
lab, tidak memenuhi persyaratan, fc’.
2. Menentukan apakah beban konstruksi dapat diterapkan
3. Evaluasi struktur eksisting
BETON MENGERAS

Why and How?


1. Dilakukan jika kekuatan tekan beton standard cured < fc’
PENGUJIAN BETON INTI 2. Mengukur mutu beton terpasang pada bangunan eksisting
3. Pengujian yang bersifat semi destruktif (sedapat mungkin
jumlah sampel dibatasi)
4. Metoda pengambilan sampel : SNI 2492-2018/ASTM C42M
tentang metode pengambilan benda uji beton inti di lapangan
5. Metode pengujian : SNI 1974-2011 tentang Cara Uji Kuat
Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder

Kriteria Penerimaan (SNI 2847:2019 Ps.26.12.4.1.d):


Beton dalam zona yang diuji beton inti dianggap cukup apabila:
1. Rata-rata tiga beton inti sama dengan atau sekurangnya 85%
nilai fc ’ dan
2. Tidak ada satupun hasil beton inti yang kurang dari 75% fc’.
BETON MENGERAS

Ketentuan pengambilan beton inti:


1. Diameter core sebaiknya 2 s.d 3 agregat maksimum, atau > 94 mm,
PENGUJIAN BETON INTI
maka disarankan menggunakan mata core 100 - 150 mm
2. Rasio L’/D antara 1,0 s.d 2,0
3. Core drill menggunakan mata berlian (diamond-bit), diangkur kuat
pada struktur yang diambil agar tidak goyang dan menyebabkan
variasi diameter benda uji
4. Beton harus sudah cukup keras dan lekatan antar mortar dan
agregat cukup kuat (sebaiknya umur benda uji > 14 hari)
5. Beton inti yang mengandung tulangan tidak boleh digunakan untuk
menentukan kekuatan beton *)
6. Beton inti (core) yang diambil, harus dijaga kelembapannya dalam
kontainer atau tempat yang kedap air, diantarkan ke tempat
pengujian, dan diuji sesuai SNI 1974:2011
7. Beton inti harus diuji dalam waktu antara 48 jam dan 7 hari setelah
coring
*) Syarat dan ketentuan berlaku
Panduan Penyelesaian Masalah
pada Campuran Beton

https://linktr.ee/pupr_adhiym / (+62) 81334830570 / adhi.y@pu.go.id


Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton

ACI 211.8R-15 Guide to Troubleshooting


Concrete Mixture Issues as Influenced by
Constitutive Materials, Jobsite Conditions, or
Testing Practices
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Segar
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
1. Air content: Mixture A. Improper amount of admixture a) Increase or decrease amount.
high/low b) Ensure proper functioning of admixture dispenser.
B. Admixture interaction a) Change dosage or type.
b) Follow manufacturers’ recommendations.
c) Change admixture dosage sequence.
C. Insufficient slump Adjust slump; refer to Issue 2, Slump: high/low.
D. High-carbon fly ash. An increase in the loss on ignition (LOI) Change fly ash or admixture dosage/type.
generally indicates an increase in carbon content. Carbon has
a tendency to absorb air-entraining admixture. The high
surface area of fly ash may also decrease air content at a
fixed dose.

E. Concrete temperature a) Correct temperature; refer to Issue 4, Temperature: high/low.


b) Adjust dosage for temperatures of admixtures (set-accelerating and
retarding, air-entraining, etc.)
F. Cement or other cementitious materials. Slag cement fineness a) Change source of cementitious material.
may change the air content of the mixture. Silica fume has a b) Change air entrainment type.
very high surface area. The high surface area may decrease c) Change air-entraining agent dosage.
the air content of the mixture. Metakaolin, like silica fume,
has a high surface area and may decrease the air content of
the mixture. An increase in soluble alkalis in the cement may
increase air content.

G. Varied air contents due to improper mixing Clean mixer, use different charging sequence, or correct
mixing time/speed.
H. Decrease in air content due to increased fines a) Adjust air entraining dosage.
b) Decrease the amount of material on the No. 200 (75 μm)
sieve.
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Segar
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
1. Air content: Mixture I. Varied air contents of a concrete mixture due to aggregate Adjust aggregate grading and adjust air-entraining agent
high/low grading or blending dose accordingly.
J. Unintentionally entrained air from fibers a) Use alternate secondary reinforcement.
b) Adjust air-entraining agent dosage.
Testing Faulty air meter/test a) Rerun ASTM C231/C231M test.
b) Verify accuracy of air meter.
c) Run ASTM C138/C138M unit weight test to confirm the air meter results.

2. Slump: Mixture A. Improper amount of water a) Adjust water content.


high/low b) All sources of water must be confirmed, including ensuring that no water
is present in drum before batching, as well as any other non measured
water sources after batching.
c) Some admixtures may include enough water to affect slump at higher
dosage rates.
d) Check aggregate moistures.

B. Aggregate gradation. A change in the coarse or fine a) Adjust grading.


aggregate gradation or aggregate blending may cause a b) Change source of aggregate.
change in slump because of increased or decreased water c) Monitor and adjust aggregate gradations when possible.
demand. Gap-graded coarse aggregates may increase water d) Use of water reducer or high-range water reducer to help increase slump
demand to maintain slump. If the fine aggregate gradation without adding water to the mixture.
becomes finer or the particles more angular, the water e) Increase of cement content will need to occur if water is added to
demand will increase. maintain maximum w/cm and slump.
f) Adjust the fine-to-coarse aggregate ratio to reduce some water demand.

C. Fly ash. Spherical particles typically make concrete mixtures a) A reduction in water content may be required to reduce
more workable than those with angular particles, this will b) slump. An increase in air-entraining agent dose may be
increase the slump. c) required to maintain air content and slump
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Segar
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
2. Slump: Mixture D. Slag cement may alter the water demand to achieve slump. Adjust water content as needed to adjust slump. An increase
high/low in air-entraining agent dose may be required to maintain air
content and slump.
E. Silica fume in the mixture will decrease the slump. Generally, Use appropriate dosage of high-range water-reducing
1 gal. of water is required for each 10 lb of silica fume added admixture.
to maintain slump.
F. High temperatures may increase slump loss over time; cold a) Reduce concrete temperature.
temperatures may slow loss b) Adjust admixture dosage.
G. Improper amount of admixture or admixture-dispensing a) Check batching operations, calibrations, adjust amount.
problems b) Check admixture-dispensing system
Testing Sampling and testing issue Resample and rerun test. Check result with different testing equipment or
verify procedure
3. Density: Mixture A. Batching error Check scales and batch weights. Check the charging of materials into the
high/low load.
B. Aggregate relative density (specific gravity) change Check density and adjust mass if needed
C. Air content deviation Adjust air content; refer to Issue 1, Air content: high/low
D. Water content deviation Check water demand.
Testing Testing issue Rerun test and check equipment
4. Mixture Aggregate, cement, cementitious material, and water Adjust temperature by using adequate cooling or heating
Temperature: temperature techniques.
high/low
Testing Improper test Check procedure and calibrate thermometer
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Segar
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
5. Yield: high/ Mixture A. Changes in material relative density will affect the yield of the Check the relative density of the materials and adjust the quantity of the
low concrete mixture. If the relative density increases, the coarse or fine aggregate to compensate for the volume difference.
mixture will under-yield; if the relative density decreases, the
mixture will over-yield.
B. Batching errors, either in the production or mixture entry a) Correct scale issues. Correct batch weight input. Ensure that proper
issues moisture determinations and adjustments are performed.
b) Ensure that all equipment is operating properly and that the charging
sequence is correct.
C. Adjusting mixtures for other reasons may alter the overall When adjusting a concrete mixture, ensure that the final
yield of the mixture. yield is still correct.
Testing Incorrect determination of yield ASTM C138/C138M is the accepted method to determine
fresh density, which is used to determine yield as specified in
ASTM C94/C94M.
6, Segregation Mixture A. Improper amount of water B. a) Confirm that all sources of water are measured, including ensuring that
no water is present in drum before batching, as well as any other
nonmeasured water sources.
b) Adjust water content.

B. Excessive high-range water-reducing admixture Reduce high-range water-reducing admixture dosage.


Jobsite A. Excessive drop B. a) Reduce free drop to less than 6 ft.
b) Adjust pump configuration, pressure, or both.
B. Over-vibration Use short bursts of vibration in compliance with ACI 309R.
7, Rapid set Jobsite and High concrete or ambient placement or curing temperatures a) Cool water, aggregates, or both.
mixture b) Increase retarder dosage.
c) Decrease cement content.
8, Slow set Jobsite and Low concrete or ambient placement or curing temperatures a) Heat water, aggregates, or both.
mixture b) Adjust admixture dosage.
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Finishing
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
1. Sticky Mixture A. Fine aggregate gradation is too fine. Excess fines in one or a) The addition of an aggregate or changing proportions or source of
mixtures more of the aggregates. Contamination of one or more of the aggregates to improve overall gradation.
(refer to ACI aggregates. b) If contamination is occurring in the material storage, separate and ensure
302.1R) that no material flows into another.
c) Ensure there are no holes or leaks between batch storage bins.

B. High air content Reduce air content of the mixture. Refer to Table 3.3a, Issue 1, Air content:
high/low.
C. High concrete temperatures a) Reduce component materials’ temperature.
b) Do not exceed maximum placement time. Refer to Table 3.3a, Issue 4,
Temperature: high/low.
D. Increasing the amount of cementitious materials can increase a) The use of high-range water reducers can decrease the stickiness of the
stickiness. Using very fine cementitious materials such as mixture. Placing the concrete at a higher slump may also help to reduce
silica fume or metakaolin will increase stickiness. the stickiness.
b) The reduction of fine aggregate in a concrete mixture with high
cementitious content may reduce stickiness.
c) Reducing the cementitious content will help reduce the stickiness.

E. Proportioning Reduce mortar volume by increasing coarse aggregate factor or a decrease


in sand, cementitious material, water, plastic air content, or all of the
aforementioned.
2. Bleed rate Mixture A. Gap-graded aggregates can increase the rate and amount of Change the source or proportions of aggregate to improve
too fast/too bleed water from a concrete mixture. the overall gradation.
slow
(refer to ACI B. Low air content normally causes increased rate and amount Increase air-entraining agent dose as long as final air content is within
302.1R) of bleed water removed from a concrete mixture. specification.
C. Lack of fines normally causes an increased rate and amount a) Change the source or proportions of aggregate to improve the overall
of bleeding removed from a concrete mixture. gradation
b) Increase fines in the fine aggregate.
c) Increase the cementitious material content.
d) Use admixtures such as high-range water reducers to reduce the overall
water content of the mixture.
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Finishing
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
2. Bleed rate Mixture D. High air content can slow the amount and rate of bleeding. Reduce air-entraining agent dose as long as the final air content is within
too fast/too specification.
slow
(refer to ACI E. High volume of fines can slow the amount and rate of Change the source or proportions of aggregate to improve the overall
302.1R) bleeding. gradation.
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Mengeras
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
1. Surface Mixture A. Sticky mixtures (refer to Table 3.3b, Issue 1, Sticky mixtures) a) Reduce the amount of mortar by reducing fines in the mixture by
air voids reducing the fine aggregate volume, blending with or changing to a
(bugholes) coarser sand, reducing cement or supplemental cementitious materials
where allowed and feasible to meet requirements.
b) Reducing concrete temperatures may reduce stickiness (refer to Table
3.3a, Issue 4, Temperature: high/low.
c) Reducing entrained air within specified limits may reduce stickiness (refer
to Table 3.3a, Issue 1, Air content: high/low).

B. Segregation of the mixture a) Ensure proper admixture dosage and water content of the mixture.
Ensure proper cohesiveness of the mixture.
b) Check mixture grading, especially below No. 50 (300 μm) sieve, including
cementitious materials, and adjust if necessary.

Jobsite A. Consolidation a) Improper consolidation can cause air and water to collect at the surface
of the form. Adjust the consolidation of the concrete to eliminate
localized migration of air and water.
b) Use form vibrators to supplement immersion vibrators where practical.

B. Form release agent The use of too much or the wrong type of form release can trap air and
water at the form surface, causing voids.
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Mengeras
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
3. Chemical Mixture A. High permeability a) Reduce water, use a cementitious material that reduces permeability, or
resistance both.
(refer to ACI b) Increase cementitious materials, improve homogeneity of mixing, and
201.2) check workability of concrete proportions.
A. Cracking Use low-heat cement or consider using supplementary cementitious
materials to reduce temperature differential of concrete proportions.
Jobsite Cracking. a) Avoid and protect from rapid surface drying.
b) Cure properly and completely
4. Abrasion Mixture A. Nonresistant aggregates Change to more resistant materials. Additional mineral fines from quality
resistance rock can improve the abrasion resistance.
(refer to ACI
201.2R) B. Segregation or settlement of aggregates a) Check specific gravities and gradations of aggregates, water content, and
admixture dosage.
b) Do not over-vibrate the concrete.
C. Excessive bleed water a) Reduce water, increase cement. Consider using pozzolans.
b) Increase fines in fine aggregate.
Jobsite Premature finishing Be sure the surface is not finished until the bleed water evaporates.
5. Alkali Mixture alkali silica Material selection a) Check reactivity maps (Mielenz 1978) and lists (ACI 201.2R, Table 5.1).
aggregate reactivity (refer to b) Reactive materials should be avoided if at all possible.
reactivity ACI 201.2R, ACI c) Many aggregates should be considered to be reactive unless proven
221.1R, and ACI otherwise.
212.3R) d) If reactivity of the aggregates is in doubt, it should be checked.
e) If reactive aggregates must be used, reduce the alkali content of the
cementitious materials.
f) Use cement with lower alkali content.
g) Use pozzolans and or other cementitious materials to reduce the alkali
content and potential for alkali-aggregate reactivity.
h) Consider using admixtures containing soluble salts of lithium and barium
(ACI 212.3R).
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Mengeras
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
6. Plastic Jobsite Plastic shrinkage cracks occur due to the top surface of the a) Ensure that the upper portion of the concrete does not dry or set prior to
shrinkage concrete drying while the underlying concrete is still in its the entire volume of the slab by using wind shields, water sprays, or
cracking plastic state. This typically happens on low-humidity, highwind other methods.
days. Most corrective measures, such as water sprays and wind b) Increase bleeding.
screens, are in construction practices and not in mixture design c) Reapply finishing float or trowel to close surface.
adjustments. d) Ensure proper air content as well as type and dosage of other admixtures.
e) Consider adding fiber reinforcement.
f) Spray evaporative retarding solution on the surface. Apply curing
compound as early as possible and then reapply later to ensure coverage.

7. Drying Jobsite Drying shrinkage cracks occur due to the moisture loss of the a) Apply proper curing as soon as possible.
shrinkage concrete over time. As the moisture leaves the concrete, the b) Wet cure for 7 days or as long as possible.
cracks (refer to concrete shrinks and, if it is restrained, it will crack. Most c) Use properly spaced and designed joints.
ACI 224R) corrective actions are in design or construction practices and d) Properly using shrinkage-reducing admixtures or shrinkage-
not in mixture design adjustments. compensating cements can lessen shrinkage.
e) Use a properly proportioned mixture with the largest coarse aggregate
size and volume available.
f) Reduce the overall water content using admixtures.
g) Use aggregates, which induce less shrinkage.

8. Crazing and Jobsite Crazing occurs due to higher-than-normal w/cm at the surface a) Do not work bleed water into the surface of the concrete.
map cracking of the concrete. Most corrective actions are in the finishing b) Do not sprinkle portland cement on the surface of bleeding concrete to
process and not in mixture design adjustments. dry the surface.
9. Settlement Jobsite Settlement cracking occurs along rigid elements, typically a) Reduce slump.
cracking horizontal reinforcement, when the concrete is in its plastic b) Reduce bleeding.
state. c) Consider late vibration to close settlement cracks.
d) Consider low-slump concrete.
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Mengeras
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
10. Thermal Mixture Thermal cracks occur when concrete cools and contracts and a) Use mass concrete practices as stated in ACI 207.1R.
cracking the concrete is restrained. Restraint can be caused by external b) Reduce content of cementitious materials when strength allows.
forces such as friction between a slab-on-ground, or by internal c) Use cement with low heat properties.
forces such as differential between the concrete and ambient d) Use pozzolans with low heat properties.
temperatures on the exterior of the concrete. e) Precool concrete to reduce peak temperature.

Jobsite A thermal concrete plan needs to be developed for the particular Incorporate a heat-dissipation system, such as tubes circulating cooling
project (refer to ACI 207.1R). fluid, through the interior of the concrete. Insulate exposed surfaces and
allow gradual cooling. Postpone removal of formwork while interior concrete
temperature remains elevated.
11. Surface Mixture Blistering and surface delaminating typically occur due to a) Reduce air content to the minimum possible if applying a hard steel
problems finishing practices; however, some concrete mixture trowel surface.
blistering/ proportioning can affect the possibility of blistering or b) Reduce bleed water (refer to Table 3.3b, Item 2, Bleed rate too fast/too
delaminating delaminating taking place. slow).
c) If using fibers, ensure that unintentional air has not been entrained.

Jobsite Blistering and surface delaminating typically occur due to a) Lengthen period of time prior to first finishing procedure.
finishing practices. b) Do not work bleed water into the surface of concrete.
12. Mixture Variations in mixture proportioning a) Ensure homogeneity of mixing and as constant a w/cm as possible.
Discoloration b) Avoid using calcium chloride admixtures.
c) Use the same source and type of cementitious materials.
Jobsite Discoloration typically occurs due to finishing practices rather a) Avoid premature or excessive finishing operations.
than mixture design issues. b) Uniformly cure with the same curing medium.
c) Change forms, release agents, or both, to reduce the effects/reaction
with the form face.
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Mengeras
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
13. Mixture Low degree of workability; aggregate size and shape; mortar a) Reduce coarse aggregate size.
Honeycombing content or paste content. b) Use more rounded aggregate.
(refer to ACI c) Avoid lower slump sticky mixtures; refer to Table 3.3b, Issue 1, Sticky
302.1R) mixtures.
d) Check water-reducing admixture dosage.
e) Insufficient paste content can compromise compaction/ consolidation and
result in honeycombing.

Jobsite A. Contamination by a foreign substance in the field or a) Make sure that the mixer and placing equipment have been properly
materials left in the mixer cleaned.
B. Improper consolidation b) Improve consolidation methods.
c) Increase vibration techniques to improve consolidation.

14. Dusting Jobsite Improper finishing and curing techniques a) Avoid finishing operation while bleed water is on the surface or before
concrete has stopped bleeding to prevent working bleed water into the
surface
b) Provide sufficient curing to avoid dehydration of surface moisture
c) Avoid excessive exposure to carbon dioxide from heaters causing
carbonation

15. Scaling Mixture Improper proportioning a) Use adequate entrained air to protect against freezing-andthawing damage
as specified in ACI 301.
b) Mixtures should maintain w/cm below 0.45
c) Alternate cementitious contents should not exceed the limits in ACI 301.

Jobsite Excess finishing Avoid excessive finishing properties; avoid finishing water into the surface of
concrete
16. Curling Jobsite Curing a) Protect concrete surface to prevent differential shrinkage through the
concrete section caused most commonly by drying the top surface relative
to the bottom.
b) Protect concrete surface to prevent differential thermal stress through the
concrete section caused, most commonly, by cooling of the surface relative
to the mass.
c) Avoid over-finishing that may produce a dense, cement rich surface relative
to the mass.
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Mengeras
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
17. Mixture A. Changes in cementitious or other raw material a) New trial batches may be needed to confirm the impact on the strength and
Low-strength production workability of the mixture.
concrete b) A temporary increase in cementitious materials may be required to maintain
satisfactory results.
B. Seasonal changes a) Verify proper field sampling and curing conditions.
b) Hotter weather can reduce later-age concrete strength. If possible, use higher
volumes of alternate cementitious materials.
c) Significant changes in air or concrete temperatures can affect admixture
characteristics, requiring adjustment to maintain performance.

Jobsite C. Addition of water beyond that originally specified a) Do not add water beyond the amount originally specified.
b) If workability of the mixture needs to be higher, refer to Table 3.3a, Issue 2,
Slump: high/low.
c) Check the moisture content and absorption of the aggregates.

Testing D. Improper sampling, molding, curing, and testing a) Ensure that all tests comply with the referenced specifications for the job,
procedures such as ASTM C172/C172M, C31/C31M, C39/C39M, C143/C143M,
C231/C231M, and C78/C78M.
b) Ensure that all technicians are certified by ACI or an equivalent agency for the
tests they are performing.

18. Slow Mixture A. Fly ash or slag used as a replacement for part of the Follow curing procedures outlined in ACI 308R. Additional curing/insulation or
strength gain cement may result in lower early-age compressive artificial heat may be required at lower temperatures. An accelerating admixture
strength, extended time of set, or both. This may be can also be added to the mixture to increase early-age strength and reduce the
more apparent in cooler temperatures. Refer to ACI 233R time of set. It may also be necessary to reduce the amount of fly ash or slag in
and ACI 232.1R. the mixture.

B. Mixtures proportioned for use in warmer weather may Adjust the admixture dosages to reflect changes in weather conditions.
have increased dosages of chemical admixtures that
could slow strength development
Panduan Penyelesaian Masalah pada Campuran Beton
Fase Beton Mengeras
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
18. Slow Mixture C. An increase in the amount of material passing the No. 200 Change the aggregate source or wash the aggregate to remove the the
strength gain (75 μm) sieve may cause a reduction in the aggregate-to excess of No. 200 (75 μm) materials.
paste bond. This could affect the strength gain, especially in
high-strength concrete.
Jobsite A. Addition of excessive water Do not exceed the design w/cm.
B. Improper curing of concrete Ensure proper curing and add wind breaks, shade, foggers,
or all of the aforementioned, to increase humidity near the
surface.
Testing Improper fabricating or curing of compressive strength cylinders Follow the procedures of testing and curing cylinders in ASTM C31/C31M.
Penutup

 Lakukan pekerjaan dengan benar sesuai standar/ aturan/ code yang


berlaku, mulai dari awal hingga akhir
 Selalu gunakan standar/ acuan/ code yang terbaru
 Sedapat mungkin gunakan acuan Standar Nasional Indonesia (SNI)
terima kasih

https://linktr.ee/pupr_adhiym / (+62) 81334830570 / adhi.y@pu.go.id

Anda mungkin juga menyukai