Anda di halaman 1dari 17

METODE PEKERJAAN RIGID PAVEMENT 11.

Grooving
(BENDUNGAN TAMBLANG) 12. Cutting
13. Joint sealant
A. Konstruksi Rigid Pavement
Konstruksi perkerasan kaku (rigid Adapun fasilitas jalan terbagi dua yaitu
pavement) merupakan perkerasan yang jalan masuk yaitu akses jalan masuk mulai
menggunakan sement (Portland cement) dari pos s/d menuju main dam sta.0+000 s/d
sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton sta. 0+730 dan jalan inspeksi yaitu sta. 0+500
dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas jalan masuk atau sta. 0+000 s/d sta. 0+777.3.
tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi Adapun dimensi konstruksinya:
bawah. a. Badan jalan : 7m (lebar kiri 3.5 m dan
lebar kanan 3.5 meter) dan panjang
segmentasi/deletasii 4 m, dengan
ketebalan 20 cm
b. Lebar bahu kiri 2m dan kanan 2m
dengan ketebalan 10 cm.
c. Badan jalan kemiringan 2% dan bahu
4%

1. Beton K225 dan kelengkapan kerjanya


Adapun penggunaan slump 5-10cm untuk
Gambar a1. Doc. Pek.beton jalan masuk workability beton dan suhu beton <30
derajat (spekteknik).

Gambar a2. Doc. Pek.beton jalan inspeksi Gambar a3. Pengecekan suhu beton <30 derajat

Adapun spesifikasi teknis atau material


atau bahan yang digunakan pada rigid
pavement:
1. Beton K-225
2. Bekisting plat t20cm
3. Wiremesh M6-150 (2100x5400)
4. Bendrat
5. Dowel Bar Ø32 dan Pipa pvc / Cat
Besi
Gambar a4. Penangambilan sampel 9 bh per
6. Tie Bar D16 pengecoran
7. Chair dowel dan tie bar (D10)
8. Beton decking (K-225) atau kaki ayam
Ø10
9. Plastik/lantai kerja (K-225) (LC)
10. Kayu cracking 3cm
Gambar a5. Pengecekan slump Gambar a5. Penggunaan jidar catrol dengan mesin
penggetar di tengah

Gambar a5. Penggunaan jidar manual setelah jidar


catrol

Gambar a5. Penggunaan vibrator beton


diesel/listrik

Gambar a5. Penggunaan seng plat untuk dudukan


jidar catrol

Gambar a5. Penggunaan pipa hollow untuk


tahanan dan pelurusan grooving
3. Wiremesh M6-150
Wiremesh berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan beton dan
mencegah terjadinya susut selama proses
setting beton, overlap wiremesh 30cm.
selimut 3 cm dari face beton.

Gambar a5. Finishing dan perataan permukaan


beton sebanyak 2-3 kali, sebelum memasuki tahap
grooving, penggunaan balok kayu atau rangka
hollow untuk dudukan finishing.

2. Bekisting plat t20cm

Gambar a7. Pems. Wiremesh dengan over lap


30cm.
4. Bendrat
Bendrat berfungsi mengikat satua
kesatuan struktur besi didalam rigid
pavement.

5. Dowel Bar Ø32 dan Pipa pvc / Cat Besi


Dowel berfungsi sebagai penyalur
beban pada sambungan yang dipasang
dengan separuh panjang terikat dan
separuh panjang dilumasi cat/pipa 1.5”
untuk memberikan kebebasan bergeser,
panjang dowel 60cm, jarak dowel 30cm .

Gambar a6. Pems. bekisting


Gambar a9. Pems.tie bar

7. Chair
Berfungsi untuk dudukan dowel dan tie bar

Gambar a8. Pems. Dowel dan cat, pipa dowel


Gambar a9. Pems. Chair bar
6. Tie Bar D16
Tie bar dirancang untuk memegang 8. Beton decking atau kaki ayam
pelat sehingga teguh dan dirancang untuk Berfungsi untuk selimut beton atau
menahan gaya-gaya tarik maksimum, dudukan wiremesh
Panjang tie bar 60cm, jarak tie bar 50cm.
Gambar a10. Pems. Kaki ayam Gambar a13. Melapisi dasar beton dengan lantai
kerja K100-K125.

10. Kayu cracking


Berfungsi untuk memisahkan /
memutus deletasi rigid, t3cm.

Gambar a11. Pems. Beton decking

9. Plastik atau lantai kerja


Berfungsi sebagai pengalas agar air
sement beton tidak hilang.

Gambar a14. Pems.kayu kracking

11. Grooving
Berfungsi untuk mencegah terjadihnya
haus/pengikisan pada permukaan beton,
akibat trafik lalu lintas ban mobil dan
motor, jarak antara grooving 1-2 cm dan
lebar grooving 3-5mm. Jika cuara terik
grooving dapat dilakukan 30 menit setelah
beton tertuang tanpa penggunaan zat
adiktif, tapi jika pek dilakukan sore hari
grooving dilakukan 1-1.5 jam stelah bton
tertuang. Salah satu fungsi grooving
mencegah terjadinya retak rambut apalagi
Gambar a12. Melapisi dasar beton dengan plastik jika beton tipis <10 cm dan pek
dilaksanaka di terik matahari seperti bahu
jalan, harus segera di grooving.
Gambar a16. Cutting beton

13. Joint sealant


Berfungsi untuk menutupi cutting pada
rigid agar material atau tidak masuk celah
cutting,menggunakan aspal cair.

Gambar a15. Pek.grooving

12. Cutting Gambar a17. Penyemprotan menggunakan


Berfungsi untuk memisahkan atau compressor pada cutting sebelum di isi sealant
memutus deletasi rigid, dengan
kedalaman cutting 1/3H dari tebal rigid,
cutting dilakukan 1x24 jam setelah
pengecoran selesai.
Gambar a17. Pek. Joint sealant

Catatan: Stop cor dan sambungan as jalan


atau tepi jalan ke bahu di cek kelurusan,
apabila tidak lurus agar di cutting, mengikuti
marking kelurusan survey. Khusus stop cor
agar di cutting penuh sesuai tebal beton.
B. Bahu Jalan

Untuk bahu jalan kiri dan kanan dengan


lebar masing masing 2m. Menggunakan mutu
beton K225, beton tanpa tulangan dengan
ketebalan 10cm.

Gambar b3. Pemasangan plastic cor dan kayu


cracking

Gambar b4. Pengambilan sample cylinder 9 buah


tiap pengecoran

Gambar b1. Pemadatan menggunakan tandem


roller 3 ton

Gambar b2. Sandcone >95%


Gambar b4. Pengecoran

Gambar b5. Penggunaan vibrator beton


diesel/listrik

Gambar b6. Grooving


C. Perawatan Beton

Adapun perawatan beton yang


dilakukan menggunakan geotextile dan
menyiramnya 3x sehari selama kurung
waktu 7 hari.

Gambar c1. Curring (Perawatan beton)

Gambar c2. Pembahasan permukaan beton yang


baru dituang untuk menjaga permukaan beton
tetap lembap
D. Subgrade

Subgrade adalah lapisan tanah yang


paling bawah dan paling dominan menahan
beban konstrusi. Lapisan ini dapat berupa
tanah asli, tanah galian atau tanah urugan
tergantung jenis tanah dan kebutuhan
konstruksinya.

Ada dua pengujian yang dapat dilakukan:


1. Pengujian CBR lapangan (California Gambar d1. Tes DCP
Bearing Ratio) adalah suatu perbandingan
antara beban percobaan (test load) Sementara itu untuk pengujian kepadatan
dengan beban standar (standar load) dan tanah untuk timbunan tanah menggunakan
dinyatakan dalam persentase. Niali CBR test sandcone, dengan derajat kepadatan
dikembangkan untuk mengukur kapasitas >95% (spekteknik). Adapun material
daya dukung, beban tanah dan beban menggunakan random tanah/tanah biasa
perkerasan jalan. (max. size 30cm, kroscek di spekteknik)
2. Pengujian DCP (Dynamic Cone dengan ketebalan hamparan max. 30cm dan
Penetrometer) adalah untuk mendapatkan jumlah pemadatan 4 passing.
nilai kekuatan tanah dasar, dengan hasil
akhir nilai CBR. Untuk mendapatkan nilai Pengambilan sampel tanah pada area
tersebut di korelasikan dengan suatu jalan yang di gali dan material timbunan untuk
rumusan korelasi nilai DCP-CBR. mengetahui nilai kepadatan kering lab (Ɣd)
Untuk proyek bendungan Tamblang dan kadar air maksimum (f). Untuk
pengujian daya dukung menggunakan DCP, dikorelasikan dengan kepadatan kering lap.
nilai CBR >6% (spekteknik). Selain itu
pengujian DCP hanya dapat dilakukan pada
tanah asli untuk mengetahui daya dukung
tanah pada lokasi di kedalam 1m, tidak
dilakukan pada timbunan tanah atau Lapis
pondasi/perkerasan jalan.

Gambar d2. Pengangkutan material timbunan ke


lokasi menggunakan dump truk
menyebabkan permukaan yang dipadatkan
dapat terurai kembali.

Gambar d3. Penghamparan dan perataan


timbunan random tanah menggunakan alat
excavator di areal sempit.

Gambar d4. Penghamparan dengan dozer Gambar d6. Penyiraman permukaan timbunan

Gambar d5. Pemadatan menggunakan vibro roller Gambar d7. Pembentukan permukaan subgrade
20 ton 2% badan jalan dan 4% bahu menggunakan
motorgrader
Penyiraman permukaan timbunan, karena
penurunana kadar air di cuaca terik matahari,
tanpa dilakukan penyiraman dapat
Gambar d8. Pemadatan permukaan subgrade

Gambar d9. Tes sandcone


E. Lapis Pondasi Bawah (LPB) dilakukan untuk mengikat bahan perekat
tanah dan material gradasi lainnya.
Pada proyek bendungan Tamblang LPB
yang digunakan tidak cukup memiliki
kandungan perekat yang tinggi pada
materialnya, seperti material abu batu.
sehingga pada penerapannya di lapangan
dilakukan pencampuran material tanah,
sebagai perekat atau pengikat. Hal tersebut di
sesuaikan dengan ketersedian material dan
mahalnya pemakain abu batu pada material
LPB sehingga solusinya penggunaan tanah
sebagai material perekat.

Gambar e1. Segregasi material LPB

Gambar e2. Dump material

Gambar e3. Penghamparan material


menggunakan motorgrader

Penyiraman dan pemadatan secara


bersamaan dilakukan pada material perlu
Gambar e5. Pengujian sandcone

Gambar e4. Penyiraman material dan pemadatan


secara bersamaan

Ketebalan LPB 37 cm, dengan tebal


hamparan 15 cm (berdasarkan hasil trial),
menggunkan vibrating roller 20 ton dengan
jumlah pemadatan 4 passing. Adapun derajat
kepadatan yang dicapai >95% (spekteknik).
F. Joint Survey

Dalam setiap pekerjaan akan di awali


dengan survey topografi dan plot
perencanaan/desain untuk jalan pada daerah
tersebut. Mulai dari pembukaan lahan dan plot
desain perencanaan jalan akan menikuti
marking dan stackout posisi dari survey.

Adapun pada perencanaan jalan data top


sub grade, ketebalan layer timbunan tanah,
ketebaan layer LPB, Top LPB, dan ketebalan Gambar f1. Penyiapan lahan subgrade dan join
rigid akan di joint survey untuk mengetahui survey top subgrade
dengan pasti bahwa gambar kerja sudah
sesuai diterapkan di lapangan kerja.

Gambar f2. Penyiapan lahan LPB dan join survey


top LPB, untuk mendapatkan ketebalan rigid yang
diinginkan
Gambar f3. Pengecekan elevasi top LPB untuk
ketebalan beton bahu jalan

Anda mungkin juga menyukai