Anda di halaman 1dari 3

Peran Sekolah Dalam Menyediakan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Yang Aman

Berdasarkan data Badan pengawas obat dan makanan (BPOM) RI Tahun 2012 bahwa
penggunaan formalin yang ditemui pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) mencapai
9%,sedangkan penggunaan bahan tambahan pangan seperti pemanis buatan mencapai 20%
sampai dengan 24%.Untuk kantin sekolah SMA Negeri 3 Gorontalo Utara beroprasi sejak
berdirinya sekolah dari tahun 1998 dilihat dari sarana prasarana yang ada serta pemenuhan gizi
jajanan anak sekolah bahkan sanitasi belum memenuhi syarat.Hal ini yang memotivasi kami
untuk membenahi dan menerapkan prinsip-prinsip kantin sehat dan jajanan yang sehat.

Pada tanggal 16 Juni tahun 2022 Badan pengawas obat dan makanan Provinsi Gorontalo
menyelenggarakan bimtek keamanan pangan untuk kader keamanan pangan disekolah yang
diikuti oleh Kepala sekolah,guru dan petugas kantin

Sekolah harus menyadari bahwa salah satu aspek penting dalam komponen sekolah adalah
tersedianya kantin sekolah yang sehat. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki
prasarana yang meliputi ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang kantin,tempat berolahraga, tempat
beribadah,dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.

Pada anak sekolah sarapan tetap menjadi prioritas dalam asupan gizi anak sekolah. Jika anak
sekolah belum tercukupi kebutuhan gizi dari sarapan, maka Pangan Jajanan Anak Sekolah
(PJAS) menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut. PJAS umumnya
merupakan pangan jajanan yang ditemukan di lingkungan sekolah dan menjadi konsumsi harian
anak sekolah, seperti es sirup aneka warna, cilok dan sosis goreng, dan jajanan lain yang biasa
kita lihat menjadi santapan anak-anak ketika jam istirahat dan pulang sekolah. Namun
sayangnya, keamanan PJAS ini masih rendah dan masih menjadi permasalahan penting.
Berdasarkan data BPOM di tahun 2012 tentang PJAS, masih ada 24 persen jajanan yang tidak
memenuhi syarat. Sementara persyaratan keamanan pangan harus diutamakan sebelum
persyaratan lainnya, karena jika pangan tidak aman untuk dikonsumsi, kandungan gizi dan mutu
tinggi menjadi tidak bernilai.

Kegemaran anak-anak akan hal yang manis, gurih, asam dan sebagainya, kadang dimanfaatkan
oleh produsen makanan untuk menarik konsumen terutama anak-anak. Kadangkala produk yang
ditawarkan bukan menyehatkan malah berbahaya bagi kesehatan, misalnya terlalu tingginya
kadar lemak, kadar garam, kadar gula, kadar asam atau berbagai bahan makanan tambahan
sintetis seperti bahan pewarna, bahan penyedap (natrium glutamat, misalnya), bahan pengawet,
bahan pemanis sintetis dan sebagainya. Hal yang lebih buruk lagi dalam produk makanan yang
ditawarkan tidak mengandung gizi yang cukup, terutama bagi anak-anak. Jika iklan-iklan di
televisi, radio, mass media atau plakat-plakat tidak diseleksi, terutama oleh orang tua dan para
pendidik, akan mudah sekali membentuk kebiasaan makan yang tidak menyehatkan.
Lingkungan sekolah dapat membentuk kebiasaan makan bagi anak-anak. Untuk anak Taman
Kanak-Kanak, biasanya mereka membawa bekal dari rumah kemudian makan bersama di kelas.
Dalam hal ini kebiasaan dari rumah yang di bawanya. Akan tetapi jika pulang sekolah, biasanya
di luar sudah menunggu para penjual makanan yang menawarkan jajanannya. Bagi anak sekolah
dasar lebih sukar lagi, karena mereka sudah tidak diawasi lagi oleh orang tua, oleh karenanya
peranan guru dan kebijakan sekolah sangat berarti.

Peran guru tidak terlepas dari kebijakan kepala sekolah. Kepala sekolah harus memiliki
komitmen yang tinggi untuk melaksanakan manajemen pemenuhan gizi seimbang anak sekolah.
Kepala sekolah perlu membentuk Tim Keamanan Pangan (TKP) Sekolah untuk memastikan
kantin sekolah dalam penyediaan PJAS. Tim tersebut melibatkan Pengawas sekolah, Kepala
sekolah, komite sekolah, guru, orang tua, siswa, pengelola kantin dan/atau penjaja.

Peran TKP diantaranya : 1) Melakukan pendataan penjaja PJAS mengenai nama pedagang,
pemberian nomor; 2) Menyeleksi PJAS yang dijual harus memenuhi persyaratan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM); 3) Mensosialisasikan Keamanan Pangan bagi komunitas
sekolah; 4) Memastikan pengelola kantin menggunakan peralatan pengolah atau penyajian
pangan yang baik dan bersih, dan 5) Memantau penerapan cara penanganan, pengolahan dan
penyajian pangan yang baik di kantin sekolah. Dalam menjalankan perannya, TKP tersebut harus
saling berkomunikasi, berkoordinasi, bekerja sama, dan berkomitmen dalam merencanakan serta
mengimplementasikan pengawasan dan penjaminan keamanan pangan di sekolah karena
keamanan pangan jajanan anak sekolah adalah tanggung jawab bersama.

Dengan demikian, peran sekolah melalui TKP untuk menjaga keamanan pangan khususnya di
lingkungan sekolah, yang bertujuan agar terbentuk perubahan perilaku siswa, orang tua siswa,
guru, pedagang pangan, dan pengelola kantin khususnya dan konsumen pada umumnya menjadi
lebih baik terhadap keamanan pangan. Sehingga dapat tercipta kemandirian komunitas sekolah
dalam penyediaan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi, yang pada akhirnya anak-anak kita
dapat tumbuh kembang dengan baik, bisa belajar dengan baik dan terjaga kesehatannya.

(DM1, Gorontalo): SAAT ini tidak sedikit Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang
mengandung bahan kimia berbahaya, seperti formalin, boraks, dan rhodamin. Dan mengacu pada
data BPOM RI 2012, penggunaan formalin yang ditemui pada PJAS mencapai 9%. Sedangkan
penggunaan bahan tambahan pangan, seperti pemanis buatan mencapai 20%-24%.
Para produsen juga belum memperhatikan kebersihan dan sanitasi saat pembuatan makanan. Dan
makanan seperti itu berisiko mengandung bakteri Escerichia coli.

Dan berdasarkan pantauan BPOM, jajanan sekolah yang tidak sehat paling banyak dijual oleh
pedagang keliling yang berjualan di luar area atau pagar sekolah, serta sebagian lainnya dari
kantin.

Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya pada jajanan anak tersebut tentu saja dapat berakibat
buruk, dan bahkan fatal terhadap kesehatan anak.

Para dokter spesial anak pun sering kali mengingatkan, bahwa efeknya memang tidak terlihat
dalam jangka pendek, tapi akan muncul dalam jangka panjang. Misalnya, kerusakan pada ginjal
dan gangguan dalam tumbuh kembang anak.

Olehnya itu, dalam upaya menjaga kesehatan dan keamanan Pangan Jajan Anak Sekolah, Balai
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Gorontalo bersama pihak Pemkot Gorontalo
menggelar penyuluhan PJAS, di SD Negeri 30 Kota Selatan, Kota Gorontalo, Sabtu (24
September 2016).

“Harus ada langkah dari pemerintah untuk peduli dan menjaga serta mengawasi jajanan anak
sekolah. Jangan lagi menunggu sampai ada yang sakit atau bahkan keracunan karena jajanan di
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai