Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN SOSIALISASI

PENGGUNAAN RHODAMIN B, BORAKS DAN FORMALIN PADA


JAJANAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. SARAL DWI MIFTIYATI : G1C015037


2. SUSILA WATI : G1C015038
3. TARITSU HAZAL FARADIS : G1C015039
4. UCI RAMADAN : G1C015040
5. WARDIAN ANTONI : G1C015041
6. WINDA HARNIATI : G1C015043
7. YAYUK WIRAYANI : G1C015044
8. ZOHRUL ISKANDAR : G1C015045
9. DWI ARIANI : G1C015008
10. DIAN LESTARI : G1C015046

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha


Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan Sosialisasi Penggunaan
Rhodamin B, Boraks dan Formalin pada Jajanan Masyarakat. Adapun laporan
kunjungan ini disusun sebagai syarat untuk melengkapi nilai pada mata kuliah
Kimia Bahan Makanan. Tersusunnya laporan ini, tak terlepas dari bantuan pihak
yang terkait. Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Kimia Bahan Makanan dan pihak BPOM yang
telah memberikan izin untuk wawancara di lingkungan BPOM Mataram, NTB.

Laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, diharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan kunjungan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Mataram, 14 Januari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
BAB III METODE SOSIALISASI................................................................
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................
BAB V PENUTUP..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung
pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar.
Banyaknya asupan makanan pada anak sekolah menjadi hal yang utama yang
patut diperhatikan. Terkadang timbulnya masalah pada anak salah satunya
disebabkan oleh asupan makanan pada jajanan yang mereka beli tidaklah
higienis. Jajanan sekolah saat ini sedang menjadi perbincangan karena diduga
danya kandungan bahan berbahaya.
Banyak penelitian medis membuktikan kekhawatiran itu, sehingga
perlu diwaspadai. Kebanyakan jajanan yang bermasalah itu mengandung
boraks, formalin, zat pengawet, zat pewarna, zat pemanis, dan garam yang
digunakan tidak beryodium. Penyalahgunaan pemakaian zat kimia yang
terkandung dalam jajanan yang dimasukkan berlebihan sangatlah berbahaya.
Tentunya masuknya zat berbahaya tersebut kedalam tubuh dalam jangka
waktu yang lama tentunya akan berpengaruh terhadap kesehatan anak. Oleh
karena itu, untuk menjaga generasi muda bangsa Indonesia agar terhindar dari
penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh bahan-bahan kimia tersebut, maka
dalam hal ini pemerintah sangat konsen dan memfokuskan kerja mereka untuk
menindaklanjuti jajanan-jajanan yang berada di sekitar sekolah.
Temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam lima
tahun terakhir (20062010) menunjukkan, sebanyak 48 persen jajanan anak di
sekolah tidak memenuhi syarat keamanan pangan karena mengandung bahan
kimia yang berbahaya. Bahan tambahan pangan(BTP) dalam jajan sekolah
telah melebihi batas aman serta cemaran mikrobiologi. Sedangberdasarkan
pengambilan sampel pangan jajanan anak sekolah yang dilakukan di 6 ibu
kotaprovinsi (DKI Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan
Surabaya), ditemukan 72,08persen positif mengandung zat berbahaya.
Temuan lain yang lebih mencengangkan lagi, berdasarkan data kejadian luar
biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun oleh Direktora Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan- BPOM RI dari Balai Besar/Balai POM di
seluruhIndonesia pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 17,26-25,15
persen kasus terjadi di lingkungan sekolah dengan kelompok tertinggi siswa
sekolah dasar (SD).
Salah satu indikasi zat berbahaya dalam jajanan di sekitar sekolah
adalah bahan tambahan pangan yang dimasukkan dalam jajanan sekolah.
Salah satu contohnya, menurut Kepala Seksi Farmasi, Makanan, Minuman,
dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Hardiyah
Djuliani, sebanyak 37 dari 200 SD di Yogyakarta yang diuji sampel jajanan
sekolahnya menunjukkan adanya bahan tambahan pangan berbahaya. Jajanan
sekolah itu juga mengandung zat berbahaya yang bisa memicu kasus
merebaknya penyakit, seperti hepatitis A yang terjadi di Sleman beberapa
waktu lalu.
Lebih dari 85 persen jajanan sekolah yang diuji tidak lolos uji sanitasi
kesehatan Dinas Kesehatan DIY maupun Badan Pengawasan Obat dan
Makanan. Penggunaan pewarna dan bahan berbahaya lain yang
membahayakan kesehatan anak-anak masih dijumpai pada mayoritas produk
jajanan sekolah yang dijual.
Jajanan tidak sehat itu mengandung setidaknya satu atau lebih dari zat-
zat yang berbahaya, yakni formalin, boraks, rhodamin, dan metanil yellow.
Keempatnya bersifat karsinogenik atau memicu kanker. Boraks dan formalin
biasa digunakan sebagai pengawet, sedangkan rhodamin dan metanil yellow
digunakan sebagai pewarna. Pengambilan sampel yangdilakukan BPOM tahun
2011, menemukan setidaknya ada empat jenis bahan berbahaya tersebut
dilarang digunakan untuk pangan, seperti formalin, boraks , rhodamin B , dan
metanil yellow, terkandung di berbagai makanan yang dijajakan di lingkungan
sekolah.
Umumnya jajanan dikonsumsi oleh para siswa ketika mereka sedang
berada pada waktu istirahat. Mereka mengkonsumsi jajanan sebagai makanan
pengganti waktu makan siang. Ketika waktu istirahat telah tiba, para pedagang
di sekitar sekolah akan aktif menjajakan barang dagangan mereka dan
berharap para siswa yang sedang beristirahat akan membeli jajanan mereka,
daripada makanan seperti nasi dan sebagainya.
Menurut Bosar Pardede dari Direktorat Surveilans dan Penyuluhan
Keamanan Pangan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Sekitar
44 persen jajanan sekolah di Indonesia tidak sehat. Persoalan jajanan sekolah
itu merupakan masalah klasik yang membutuhkan peran berbagai pihak untuk
terus menurunkan persentasenya. jajanan anak yang tidak sehat, antara lain,
karena menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti formalin, boraks, dan
rhodamin A maupun rhodamin B.
Temuan zat berbahaya pada berbagai jajanan yang dijajakan di
lingkungan sekolah plus hasil investigasi media atas penggunaan bahan
makanan atau jajanan yang tidak higienis hendaknya menjadi perhatian
bersama. Seluruh pemangku kepentingan harus simultan memberikan edukasi
kepada orang tua, sekolah (guru, murid, pengelola kantin dan atau penjaja
jajanan) dan masyarakat.
Pemerintah dalam peringatan Hari Ulang Tahun Ke-10 BPOM 31
Januari 2012, mencanangkan "Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah
(PJAS) yang Aman, Bermutu, dan Bergizi". Aksi Nasional Gerakan ini
meliputi promosi keamanan pangan melalui komunikasi, penyebaran
informasi, dan edukasi bagi komunitas sekolah, termasuk guru, murid, orang
tua murid, pengelola kantin sekolah, dan penjaja PJAS. Langkah lain yang
perlu terus distimulasi adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dalam pengolahan dan penyajian PJAS yang benar, peningkatan pengawasan
keamanan pangan yang dilaksanakan secara mandiri oleh komunitas sekolah,
dan pemberdayaan masyarakat, termasuk penerapan sanksi social (social
enforcement).
Maka dari itu, untuk mendukung program pemerintah tersebut,
diperlukan dukungan dan beragam upaya yang dimaksudkan untuk
memberikan edukasi dan pembelajaran kepada para siswa tersebut yang biasa
mengkonsumsi jajanan agar dapat lebih hati – hati ketika akan membeli dan
mengkonsumsi jajanan yang dijual oleh para pedagang, di lingkungan sekolah
mereka.
Salah satu upaya tersebut adalah kegiatan sosialisasi zat berbahaya
dalam makanan. Program Studi Bioteknologi Universitas Al Azhar Indonesia
telah melakukan sebuah penelitian tentang kandungan bahan-bahan pada
jajanan yang ada di sekolah, seperti kandungan bakteri ecoli dalam es batu,
bahaya zat pewarna, pemanis, dan pengawet dalam makanan. Program Studi
Bioteknologi kemudian bekeja sama dengan Program Ilmu Komunikasi,
khususnya dengan mahasiswa peminatan Public Relations untuk
mengomunikasikan hasil penelitian mereka dengan tujuan agar pesan yang
disampaikan kepada siswa sekolah sebagai konsumen langsung jajanan
sekolah di lingkungan mereka dapat menjadikan hasil penelitian sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih jajanan sehat.
Sekolah yang menjadi sasaran sosialisasi yaitu di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Bekasi (MAN 1 Bekasi). Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bekasi
merupakan SLTA yang berciri-khas Islami. Penunjukan sekolah ini
didasarkan oleh kesamaan ciri khas Islami dengan Universitas Al Azhar
Indonesia, sehingga kegiatan ini juga sekaligus sebagai kegiatan pengabdian
pada sesama umat Islam dan kondisi status sosial MAN 1 Bekasi yang
terbilang menengah ke bawah. Kondisi itu dapat dilihat dari lokasi dan
fasilitas kantin yang terbilang kurang memadai. Tak sedikit siswa MAN 1
Bekasi yang kemudian memutuskan untuk membeli jajanan di luar kantin
sekolah yang murah. Kegiatan ini tentu saja di luar pengawasan pihak sekolah
karena sudah berada di luar teritori sekolah. Oleh karenanya, MAN 1 Bekasi
dirasa tepat sebagai salah satu sekolah yang menjadi sasaran sosialisasi ini.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah peran BPOM dalam bidang pengawasan obat dan makanan ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pengabdian masyarakat “Sosialisasi” diantaranya adalah :
1. Memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat mengenai kandung
berbahaya yang terdapat dalam jajanan.
2. Menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat agar memperhatikan
konsumsi jajanan di lingkungan sekitar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Mengenai Makanan


1. Pengertian Makanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
329/Men.Kes/Per/XII/76 Tentang Produksi dan Peredaran Makanan,
disebutkan bahwa makanan adalah barang yang digunakan sebagai makanan
atau minuman manusia, termasuk permen karet dan sejenisnya akan tetapi
bukan obat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoenesia nomor
180/Men.Kes/Per/IV/85 Tentang Makanan daluasa, dijelaskan mengenai
pengertian makanan yaitu barang yang diwadahi dan diberikan label dan
yang digunakan sebagai makanan atau minuman manusia akan tetapi bukan
obat. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 382/Men.Kes/Per/IV/89 tentang Pendaftaran Makanan, pengertian
makanan juga disebutkan bahwa makanan adalah barang yang dimaksudkan
untuk dimakan atau diminum oleh manusia serta semua bahan yang
digunakan pada produksi makanan dan minuman.
a. Makanan Jajanan
Makanan adalah pangan yang sudah diolah dan siap untuk
dimakan, sedangkan bahan-bahan yang dapat dimakan sehari-har untuk
memenuhi kebutuhan tubuh dan terdapat dalam bentuk padat atau cair
adalah yang dimaksud dengan pangan. Adapun menurut Adriani dan
Wirjatmad makanan adalah bahan makanan selain obat yang mengandung
gizi dan atau unsur atau ikatan senyawa kimia yang dapat diubah menjadi
zat gizi oleh tubuh. Zat gizi tersebut bila dimasukkan ke dalam tubuh,
maka akan berguna bagi tubuh.
Makanan jajanan menurut Food and Agricultural Organization
(FAO) didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan
dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan ditempat-tempat
keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa
pengolahan atau persiapan lebih lanjut.
Makanan jajanan yang dijual dapat berbentuk makanan olahan
rumah tangga atau makanan instan hasil olahan pabrik. Dalam proses
produksinya, makanan jajanan membutuhkan bahan baku. Produksi
makanan kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa dari bahan-bahan
atau sumber-sumber faktor produksi dengan tujuan untuk dijual lagi.
Kegiatan produksi juga dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menambah
manfaat atau nilai guna suatu barang.
b. Pangan Jajanan Anak Sekolah
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) merupakan pangan olahan
dari industri pangan atau pangan siap saji yaitu makanan dan atau
minuman dari hasil proses dengan cara atau metode tertentu, untuk
langsung disajikan dan dijual untuk langsung dikonsumsi tanpa proses
pengolahan lebih lanjut.
Beragam jajanan anak sekolah dijual dengan bebas di lingkungan
sekolah. Jajanan yang sering dijumpai oleh anak-anak sekolah antara lain
bakso, es (es loli, es lilin, es serut). Jeli/agar, makanan ringan kerupuk,
keripik), aneka kedupan (pempek, bakwan, kue-kue basah), serta
minuman berwarna, Makanan ringan adalah kelompok makanan yang
paling banyak ditemukan yaitu sebbesar 54%,diikuti minuman sebesar
26% dan makanan utama sebesar 20%. Pangan jajanan tersebut
didapatkan oleh siswa di kantin dalam sekolah dan penjaja di sekitar
sekolah.
c. Pengertian Bahan Tambahan Pangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 33 tahun 2012, bahan tambahan pangan adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pagan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan. Bahan tambahan pangan yang digunakan dalam pangan
hendaknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan.
2) Dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja
ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis pada
pemnuatan, pengolahan, perlakuan, pengepekan, pengemasan,
penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan
atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi
sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau pengangkuan pangan
untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen
atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau
tidak langsung.
3) Tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi.

Beberapa bahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut


Permenkes RI Nomor 33/MENKES/PER/VI/2012, sebagai berikut :
1) Asam borat dan senyawanya (Boric acid)
2) Formalin (Formaldehyde)
3) Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
4) Kloramfenikol (Chloramphenicol)
5) Kalium klorat (Potassium chlorate)
6) Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)
7) Nitrofurazon (Nitrofurazone)
8) Dulkamara (Dulcamara)
9) Asam salsilat dan garamnya (Salicylic acid and is salt)
10) Dulsin (Dulcin)
11) Kalium bromat (Potassium bromate)
12) Kokain (Cocaine)
13) Nitrobenzen (Nitrobenzene)
14) Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate)
15) Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)
16) Biji tonka (Tonka bean)
17) Minyak kalamus (Calamus oil)
18) Minyak Tansi (Tansy oil)S
19) Minyak sassafras (Sasafras oil).
2.2 Jenis-Jenis Zat Bebahaya pada Makanan
a. Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri
tekstil dan kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan
dan dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar, tidak
berbau,Rhodamin B umumnya digunakan sebagai pewarna kertas dan
tekstil. Zat itu sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai
mata dan tertelan.
b. Boraks
1) Definisi Boraks
Boraks merupakan senyawa yang mempunyai nama lain asam
borat. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di Jawa Tengah
dan Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer” dan sering digunakan untuk
mengawetkan nasi untuk dibuat makanan yang sering disebut dengan
legendar atau gendar. Digunakan/ditambahkan kedalam pangan/bahan
pangan sebagai pengenyal ataupun sebagai pengawet. Boraks sering
disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie
basah, pisang molen, lemper, siomay, lontong, ketupat dan pangsit.Selain
bertujuan untuk mengawetkan juga dapat membuat makanan lebih kenyal
teksturnya dan memperbaiki penampakan. Akan tetapiboraks telah
dinyatakan sebagai bahan yang dilarang digunakan dalam makanan sesuai
Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 karena sangat berbahaya bagi
kesehatan. Boraks bersifat sebagai antiseptik dan pembunuh kuman, oleh
karena itu banyak digunakan sebagai anti jamur, bahan pengawet kayu, dan untuk
bahan antiseptik pada kosmetik.
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaikitekstur makanan
sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Bakso
yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari
kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung
boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang
mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya
bagus dan renyah. Boraks juga didapati pada lontong agar teksturnya menjadi
bagus.
2) Fungsi boraks yang sebenarnya
Boraks yang disebut juga asam borat, natrium tetra borax atau
sodium borat sebenarnya merupakan pembersih, fungisida, herbisida, dan
insektisida yang bersifat toksik atau meracun untuk manusia. Boraks juga
berfungsi untuk menghaluskan gelas dan juga sebagai pengontrol kecoa.
Dalam kondisi toksik yang kronis (karena mengalami kontak dalam
jumlah sedikit demi sedikit namun dalam jangka waktu yang panjang)
akan mengakibatkan tanda-tanda merah pada kulit, seizure, dan gagal
ginjal. Boraks juga dapat mengakibatkan iritasi pada kulit, mata dan
saluran respirasi, mengganggu kesuburan dan janin. Dosis letal(dosis yang
dapaat mengakibatkan kematian)pada dewasa 20 gram, sedangkan pada
anak-anak dan binatang kesayangan kurang dari 5 gram.
Dari sumber yang lain dikatakan bahwa asam boratmerupakan
bakterisida lemah sehingga dapat digunakan sebagai pengawet pangan. Walaupun
demikian, pemakaian berulang dapat mengakibatkan keracunan, yang ditandai
dengan mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah, sakit kepala, dan
mungkin saja dapat menimbulkan shock. Orang dewasa dapat meninggal dunia
apabila mengkonsumsi asam borat sebanyak 15-25 gram, sedangkan anak-anak
5-6 gram. Asam borat juga dapat berefek teratogenik pada anak ayam. Melihat
kenyataan tentang efeknya yang merugikan, asam borat atau yang sering disebut
boraks dilarang digunakan di Indonesia. Kita pun hendaknya berhati-hati dan
berupaya mengenali makanan yang ditambahkan pengawet ini. Sedapat mungkin
kita menghindarinya demi kesehatan.
3) Penyalahgunaan Boraks
Dalam membuat bakso perlu ditambahkan tepungtapioka dan
bumbu seperti bawang merah dan bawang putih sertagaram. Selain itu,
sering pula ditambahkan pengenyal. pengenyalyang aman dan
diperbolehkan adalah Sodium Tripoli Fosfat (STF).Selain sebagai
pengenyal, Sodium Tripoli Fosfat juga berfungsi sebagai pengemulsi
sehingga adonan dapat tercampur dengan lebihrata. Namun demikian,
kebanyakan bakso yang berharga murahtidak menggunakan STF sebagai
pengenyal, melainkan lebihmemilih menggunakan obat bakso, yang
sebenarnya merupakanpengawet mayat. Ciri-ciri bakso yang mengandung
boraks sebagai pengenyal dan pengawet adalah lebih kenyal jika
dibandingkan dengan bakso yang menggunakan STF sebagai pengenyal.
Itu sebabnya bakso yang mengandung boraks bila digigit akan kembali
kebentuk semula. Warna lebih putih, akn menjadi abu-abu jika
ditambahkan obat boraks berlebihan.
c. Formalin
1) Definisi Formalin
Formalin adalah larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari
formaldehid. Peggunaan formalin yang sebenarnya bukan untuk makanan,
melainkan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet non makanan.
Formalin mempunyai banyak nama kimia yang biasa kita denger di
masyarakat,, di antaranya formol, methylene aldehyde, paraforin, morbicid,
oxomethane, polyoxymetylene glycols,methanal, formoform, superlysoform,
formic aldehyde, formalith, tetraoxymethylene, methyl oxide, karsan,
trioxane, oxymethylene dan methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa
ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan
formaldehid 10-40 persen.
2) Fungsi Formalin yang sebenarnya.
Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan
manfaatnya, misalnya sebagai anti bakteri atau pembunuh kuman dalam
berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang,
dan pakaian, pembasmi lalat, maupun berbagai serngga lainnya. Dalam
dunia fotografi biasa digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan
kertas. Formalin juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk
urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika,
pengeras kuku, dan bahan insulasi busa.Formalin boleh juga dipakai
sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu,
formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis
(plywood).Dalam konsentrasi yang sangat kecil (< dari 1 persen)
digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti
perbersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu,
shampoo mobil, lilin, dan karpet. Di dalam industri perikanan, formalin
digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik
ikan.Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan
penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir.
Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang
batas amannya sangat rendah sehingga terkadang yang diobati malah mati
akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan
dalam pengawetan sampel ikan untuk keperluan penelitian dan
identifikasi. Di dunia kedokteran formalin digunakan dalam pengawetan
mayat yang akan dipelajari dalam pendidikan mahasiswa kedokteran
maupun kedokteran hewan. Untuk pengawetan, biasanya digunakan
formalin dengan konsentrasi 10 persen.
3) Penyalahgunaan formalin
Besarnya manfaat di bidang industri tersebut ternyata
disalahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan.
Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan karena mereka
tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat.
Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mie
basah, tahu, bakso, ikan asin, dan beberapa makanan lainnya.Sangat
dimengerti mengapa formalin sering disalahgunakan. Selain harganya
yang sangat murah dan mudah didapatkan, produsen seringkali tidak tahu
kalau penggunaan formalin sebagai pengawet makanan tidaklah tepat
karena bias menimbulkan berbagai ganguan kesehatan bagi konsumen
yang memakannya. Formalin juga tidak dapat hilang dengan pemanasan.
Oleh karena bahayanya bagi manusia, maka penggunaan formalin dalam
makanan tidak dapat ditoleransi dalam jumlah sekecil apapun.

2.3 Dampak Kesehatan Zat Berbahaya Pada Makanan Dalam Tubuh


Manusia
Adapun dampak yang bisa timbul akibat mengkonsumsi makanan dan
minuman yang mengandung zat berbahaya adalah sebagai berikut:
a. Formalin
Jika makanan yang kita makan mengandung zat formalin akan
mengakibatkan efek yang buruk bagi tubuh kita baik dalam jangka pendek
ataupun jangka panjang. Jangka pendeknya jika mengkonsumsi makanan
mengandung formalin dalam jumlah banyak, yaitu: pusing, mual, muntah,
rasa terbakar, sakit perut, pusing bersin, radang tansil, radang tenggorokan
sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, diare. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi dapat mengakibatkan kematian. Efek pada
kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama
dan berulang, biasanya jika mengkonsumsi formalin dalm jumlah kecilndan
terakumulasi dalam jaringan yaitu: mata berair, gangguan pada
pencernanaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, mentruasi dan pada
hewan percobaan dapat menyebabkan kanker, sedangkan pada manusia
diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker).
Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang
keluar bersama cairan tubuh. Dengan demikian, keberadaan formalin dalam darah
sulit terdeteksi. Kekebalan tubuh sangat berperan pada berdampak atau tidaknya
formalin didalam tubauh. Jika kekebalan tubuh rendah, sangat mungkin formalin
berkadar rendah sekalipun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Anak-anak,
khususnya bayi dab balita, adalah salah satu kelompok usia yang rentan mengalami
gangguan ini. Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik
(gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing ke dalam tubuh. Namun
demikian, pada usia anak-anak, usus imatur (belum sempurna) atau sistem
pertahanan tubuah tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan
bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh dan sulit dikeluarkan. Hal ini juga akan
lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada
penderita autisme, penderita alergi dan sebagainya.
b. Boraks
Boraks bila dikonsumsi dalam jangka waktu lama atau berulang-ulang
akan memiliki efek toksik. Pengaruh kesehatan secara akut adalah muntah
dan diare. Dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, nafsu makan menurun, anemia, rambut rontok, dan kanker.
c. Rhodamin B
Zat itu sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata
dan tertelan.Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran
pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan
bahaya kanker hati.
Apabila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan
dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Penyebarannya dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati. Penyalahgunaan
rhodamin B untuk pewarna makanan telah ditemukan untuk beberapa jenis
pangan, seperti kerupuk, terasi, dan jajanan yang berwarna merah terang.
Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna rhodamin B antara lain
makanan berwarna merah mencolok dan cenderung berpendar serta banyak
memberikan titik-titik warna karena tidak homogen. Segera hindari makanan
dengan ciri tersebut.
2.4 Bahan Tambahan Makanan Yang Diperbolehkan Ada Pada Makanan
Bahan tambahan alami untuk pengawet adalah sebagai berikut :
1) Chitosan
Chitosan merupakan produk samping (limbah) perikanan,
khususnya udang, dan rajungan. Chitosan baik digunakan untuk
mengawetkan ikan. Chitosan dilarutkan dalam asam asetat kemudian ikan
asin yang akan diawetkan dicelupkan dalam larutan tersebut. Bisa
bertahan hingga 2 bulan.
2) Kapur Sirih
Kapur sirih aman digunakan untuk bahan pengawet bakso dan
lonton maupun pengeras kerupuk serta berbagai jenis masakan yang lain.
3) Karagenan
Karagenan merupakan bahan pengenyal yang terbuat dari rumput
laut. Bahan ini dapat digunakan untuk mengenyalkan bakso, ikan asin,
maupun mie.
4) Asam Sitrat
Dapat digunakan untuk mengawetkan ikan basah maupun kering
atau ikan asin. Untuk mengawetkan tahu, dapat digunakan asa sitrat
0,05% selama 8 jam sehingga akan tetap segar selama 2 hari pada suhu
kamar.
5) Buah Kluwak
Buah ini dapat mengawetkan ikan segar selama 6 hari tanpa
mengurangi mutunya.
6) Pengawet Sintetis
Pengawet yang diizinkan untuk digunakan di Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Pengawet Organik
Berikut ini beberapa daftar bahan pengawet organik yang
diizinkan pemakaiannya dengan dosis maksimum yang diperkenankan
oleh Dirjen POM (lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
722/Menkes/Per/IX/88).
No Nama BTP Jenis Bahan Makanan Batas Maksimum
. Penggunaan
1. Asam Benzoat Kecap 600 mg/kg.
Minuman ringan 600 mg/kg.
Acar ketimun botol 1 g/kg, tunggal
atau campuran
dengan kalium
dan natrium
benzoat atau
dengan kalium
bat.
Margarin 1 g/kg tunggal
atau campuran
dengan garamnya
atau dengan asam
sorbat dan
garamnya.
Pekatan sari nanas 1 g/kg, tunggal
atau campuran
dengan garamnya
atau dengan asam
sorbat dan
garamnya
Saus tomat 1 g/kg
Pangan lain 1 g/kg
2. Asam propionate Sediaan keju olahan 3 g/kg, tunggal
atau campuran
dengan asam
sorbat dan
garamnya.
Roti 2 g/kg
3. Asam sorbet Sediaan keju olahan 3 g/kg, tunggal
atau campuran
dengan garamnya
atau dengan asam
pionat dan
garamnya.
4. Kalium Benzoat Sirup, saus tomat 1 g/kg
Jelli 1 g/kg, tunggal
atau campuran
dengan kalium
sorbat atau
dengan garam
benzoat.
Aprikot yang 500 mg/kg,
dikeringkan tunggal atau
campuran dengan
garamnya
5. Kalium Sediaan keju olahan 3 g/kg, tunggal atau
Propionate campuran
dengan asam
propionate atau
dengan asam
sorbat dan
garamnya
6. Nissin Sediaan keju olahan 12,5 mg/kg
7. Metil p hidroksi Ekstrak kopi cair 450 mg/kg
benzoate Pasta tomat, sari buah 1 g/kg

b. Pengawet Anorganik
Berikut adalah beberapa daftar pengawet anorganik yang
diizinkan pemakaiannya dengan dosis maksimum yang diperkenankan
oleh Dirjen POM (lampiran Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor
722/Menkes/per/88).
No Nama BTP Jenis Bahan Pangan Batas Maksimum
. Penggunaan
1. Belerag dioksida Gula Pasir 70 mg/kg
Sirup 70 g/kg
Sosis 450 mg/kg
Anggur 200 mg/kg
Gelatin 1 g/mg
2. Kalium bisulfat Porongan kentang 50 mg/kg,
goring beku tunggal atau
campuran dengan
senyawa sulfit
lainnya
Udang 100 mg/kg bahan
mentah,
30 mg/kg produk
yang telah
dimasak, tunggal
atau campuran
dengan senyawa
sulfit lainnya
3. Kalium nitrat Daging olahan, daging 500 g/kg tunggal
awetan atau campuran
dengan nanitrat
dihitung sebagai
na nitrat
4. Kalium sulfit Potongan kentang 50 mg/kg tunggal
goring beku atau campuran
dengan senyawa
sulfit lainnya

BAB III
METODE SOSIALISASI
Sosialisasi mengenai “Penggunaan Rhodamin B, Boraks dan Formalin
pada Jajanan Masyarakat” ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Bahan Makanan. Sosialisasi ini
kami melakukan parallel dengan kelompok lain yaitu kelompok dengan tema yang
sama. Kami mengadakan sosialisasi ini khususnya mahasiswa semua jurusan yang
berada di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kegiatan ini dihadiri
oleh peserta sejumlah. Sosialisasi ini dilaksanakan pada waktu dan tempat sebagai
berikut :
Hari, Tanggal : Senin 14 Januari 2019
Waktu : 09:00-10:00 WITA
Tempat : Sekretariat Ormawa Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
.

BAB IV
PEMBAHASAN
Sosialisasi “Penggunaan Rhodamin B, Boraks dan Formalin pada Jajanan
Masyarakat yang ada
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari semua paparan diatas dapat disimpulkan bahwa BPOM sangat
berperan dalam pengawasan makanan dan obat yang beredar dalam wilayah
NTB khususnya karena banyak melakukan pengujian, pengawasan terhadap
makan dan obat yang beredar dalam wilayah NTB dan juga memberikan
informasi yang penting tentang makanan dan obat.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan disini adalah bahwa
dibutuhkan banyak dukungan masyarakat terhadap semua kegiatan BPOM
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pom.go.id/new/index.php/view/latarbelakang
https://www.scribd.com/doc/165470261/Makalah-Bidang-Pengawasan-Obat-Dan-
Makanan#download

http://www.pom.go.id/new/index.php/view/tugas

http://www.pom.go.id/new/index.php/view/fungsi

http://www.pom.go.id/new/index.php/view/wenang

http://www.pom.go.id/new/index.php/view/organisasibpom

http://reginafadjriandira.blogspot.com/2015/06/badan-pengawas-obat-dan-
makanan.html
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online

LAMPIRAN

Bukti Kunjungan Ke BPOM Mataram

Anda mungkin juga menyukai