Anda di halaman 1dari 13

POTENSI TANAMAN SAGU SEBAGAI PRODUK PANGAN LOKAL

DI PROVINSI RIAU
Hardison1, Angga Pramana2*
1
Fungsional Perencanaan, Bappedalitbang Provinsi Riau, Jl. Gajah Mada No.200,
Simpang Empat, Kec. Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru, Riau 28156
2
Teknologi Industri Pertanian, Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang
Baru Pekanbaru 28293.
Hard_ison@yahoo.com dan pramana.angga@lecturer.unri.ac.id

ABSTRACT

Diversifikasi pangan non beras merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
produktifitas pertanian di tingkat lokal serta mempercepat pertumbuhan ekonomi
pedesaan. Berbagai kajian menunjukkan bahwa permasalahan terkait dengan jumlah
produksi tidak lagi menjadi permasalahan utama, yang menjadi fokusnya adalah
bagaimana jumlah produksi yang dihasilkan bisa diserap oleh pasar (konsumen).
Kemampuan dalam memasarkan produk menjadi kunci keberhasilan dalam menjalankan
suatu kegiatan produksi. Untuk itu strategi pemasaran harus dipahami oleh masyarakat
dan para pelaku usaha mikro yang bergerak disektor pengolahan sagu. Penelitian ini
dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan November hingga Februari tahun 2020.
Lokasi Penelitian meliputi seluruh Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Riau dan
memiliki tanaman sagu serta produk turunannya. Hal ini juga menjadi wadah yang efektif
untuk membuka peluang bagai masyarakat dan pihak lainnya untuk terlibat secara aktif
dalam pengembangan diversifikasi pangan sagu di Provinsi Riau.

Keywords: diversifiaksi, sagu, konsumen.

ABSTRAK

Non-rice food diversification is an effort to increase agricultural productivity at the


local level and accelerate rural economic growth. Various studies show that issues related
to the amount of production are no longer the main problem, the focus is on how the
amount of production can be absorbed by the market (consumers).The ability to markets
is the key to carrying out a production activity. For this reason, the marketing strategy
must be understood by the public and micro businesses engaged in the sago processing
sector. This research was conducted for 4 months starting from November to February
2020. The research location covers all regencies and cities in Riau Province has sago
plants and their derivative products. Marketing strategies for product used internet
facilities when that calls cyberspace. It also becomes an effective forum to open

95
opportunities for the public and other parties to be actively involved in development sago
food diversification in Riau Province.
Kata Kunci : Diversified, sago; market

PENDAHULUAN areal sagu lebih dari empat juta hektar dan


itu pula yang menjadikan Indonesia sebagai
Pangan merupakan salah satu kebutuhan penghasil sagu terbesar di dunia. Tren
pokok masyarakat di Indonesia dan bahkan ekspor sagu terus mengalami peningkatan,
dunia, dimana ketersediaan pangan menjadi dari hanya 4.9150 ton pada tahun 2010,
hal penting dalam kelangusngan hidup sudah menjadi 10.832 ton pada tahun 2016.
manusia. Di Indoensia secara keseluruhan,
dan Provinsi Riau khususnya pangan pokok Dari data Dinas Tanaman Pangan,
penduduk umunya adalah beras. Kebutuhan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
akan beras setiap tahun meningkat, seiring tahun 2019, Provinsi Riau merupakan salah
dengan pertumbuhan penduduk dan satu produsen utama sagu di Indonesia,
semakin mebaiknya pendapatan masyarakat dimana terdapat seluas 82.713 ha, yang
juga ikut meniakikan konsumsi beras. terdiri dari 20.200 ha milik perusahaan dan
60.513 ha milik masyarakat, dengan
Disisi lain, produksi beras nasional terutama produksi tepung pada tahun 2017 tercatat
di Provinsi Riau justru cendrung menurun, sebesar 326.725 ton.
sebagai akibat dari tingginya alih fungsi
lahan pertanian (lahan tanaman pangan) ke Tahun 2016 Provinsi Riau mencanangkan
lahan non pangan (perkebunan, perumahan sagu sebagai salah satu produk unggulan
dan sebagainya). Untuk itu perlu adanya daerah, dengan pencanagan “Sagu
suatu solusi guna mengahadapi persoalan Menyapa Dunia”, dimana pada saat yang
ini, antara lian dengan melakukan sama telah mendapat penghargaan dari
diversifikasi pangan, supaya tidak hanya MURI, dengan tercatatnya sebanyak 369
bertumpu pada beras saja. jenis produk olahan berbahan baku sagu.

Upaya diversifikasi pangan terus dilakukan Rumusan Masalah


pemerintah. Utnutk menggantikan fungsi 1. Perkembangan indikator makro
pembangunan provinsi riau?
beras di Indonesia terdapat setidaknya 77
komoditi yang dapat dijadikan sebagai 2. Bagaimana Potensi Sagu di Riau?
sumber pangan alternatif , yang memiliki 3. Bagaimana tentang cost dan
potensi besar untuk dikembangkan adalah manfaat sagu?
sagu. Kementerian Pertanian (2018),
4. Bagaimana Peran Pemerintah
menyebutkan bahwa Indonesia memiliki luas Provinsi Riau?
96
Teknis pengumpulan data penelitian adalah,
setiap responden diwawancarai untuk satu
Tujuan penelitian
produk pangan olahan lokal. Data sekunder
Adapun tujuan penelitian ini adalah : dikumpulkan dari laporan kegiatan ilmiah,
1. Untuk mengetahui perkembangan dokumen-dokumen yang terkait dengan
indicator makro pembangunan pangan olahan lokal di Provinsi Riau,
Provinsi Riau sumber ini dapat diperoleh dari dinas,
2. Untuk mengetahui Potensi Sagu di instansi atau institusi yang terkait yang
Riau menjalankan berbagai bentuk
3. Untuk mengetahui cots dan manfaat kegiatan/program ketahanan pangan
sagu berkelanjutan, penanggulangan masalah
4. Untuk mengetahui kebijakan gizi, pemberdayaan masyarakat untuk
Pemerintah Provinsi Riau kemandirian pangan, peningkatan nilai
tambah produk dan pengembangan produk
METODE PENELITIAN
turunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Tempat dan Waktu Penelitian Menurut (Kadariah, 1999) tentang biaya
(cost) dan manfaat (benefit) :
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua
1. Biaya (cost)
belas) bulan yaitu mulai dari bulan
Biaya dalam proyek dapat dibedakan
Desember 2019 sampai dengan Februari
menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
2020 dengan mengambil data yang ada dan
a. Biaya Persiapan, yaitu biaya yang
sumber lainnya
dikeluarkan sebelum proyek yang

Metode Penentuan Sampel bersangkutan benar-benar dilaksanakan,


misalnya biaya studi kelayakan pada lahan
Metode lakukan dengan metode survey, yang digunakan untuk proyek termasuk di
wawancara, observasi dan dokumentasi dalamnya studi kelayakan pada daerah dan
obyek-obyek penelitian (Singarimbun, 1983). masyarakat sekitarnya dan biaya untuk
Data primer yang dikumpulkan dalam mempersiapkan lahan yang digunakan.
penelitian meliputi, data umum responden, b. Biaya Investasi atau Modal, yaitu biaya
informasi produk (bahan baku dan cara yang biasanya didapat dari pinjaman suatu
pengolahan), serta tingkat higienitas badan atau lembaga keuangan baik dari
pengolahan (penerapan tata cara proses dalam negeri maupun luar negeri. Yang
produksi makanan yang baik), serta termasuk dalam biaya investasi adalah biaya
pengembangan produk (Inovasi produk tanah, biaya pembangunan termasuk
olahan pangan). instalasi, biaya perabotan, biaya peralatan
(modal kerja).
96
c. Biaya Operasional, yaitu biaya untuk Manfaat terkait yaitu keuntungan-
gaji karyawan, biaya listrik, air dan keuntungan yang timbul sebagai dampak
komunikasi, biaya habis pakai, biaya dari kegiatan proyek dan tidak selalu
kebersihan, dan sebagainya. berkaitan dengan keuntungan materi saja,
d. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan, namun bisa dirasakan manfaat lainnya oleh
yaitu biaya yang muncul setelah proyek masyarakat misalnya keamanan dan
memasuki usia tertentu akibat dari adanya kenyaman sekitar proyek.
kerusakan-kerusakan yang memerlukan
perbaikan, sehingga jenis biaya ini sering Penelitian ini menggunakan metode analisis
dijadikan datu dengan biaya operasioal. biaya dan manfaat pada suatu kegiatan
Selain yang diatas, masih ada biaya yang dengan menganalisis dua aliran kas, yaitu
mencerminkan true values tetapi sulit untuk aliran kas keluar (cash outflow) dan aliran
dihitung dengan uang, seperti pencemaran kas masuk (cash inflow) dan metode analisis
udara, air, suara, rusak/tidak produktifnya perbandingan pendapatan perkapita dengan
lagi lahan, dan sebagainya. pengeluaran perkapita. Untuk aliran kas
2. Manfaat (Benefit) masuk sering dihubungkan dengan proses,
Manfaat yang dapat diperoleh sebagai akibat yaitu keuntungan bersih sesudah pajak
dari adanya kegiatan proyek, dapat dibagi ditambah dengan depresiasi. Adapun
dalam tiga manfaat yaitu : metodenya terdiri dari :
a. Manfaat Langsung 1. Payback Period (PP)
Manfaat langsung dapat berupa peningkatan Payback Period adalah suatu periode
output secara kualitatif dan kuantitatif, penutupan kembali pengeluaran biaya /nilai
penggunaan alat produksi, penggunaan investasi dengan menggunakan aliran kas.
teknologi dan berbagai keterampilan Perhitungannya :
menghasilkan produk dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas.
Kriteria penilaian :
b. Manfaat Tidak Langsung
a. Jika payback period lebih pendek
Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang
waktunya dibanding dengan maximum
muncul diluar dari tujuan kegiatan proyek,
payback period maka usulan investasi dapat
berbagai kegiatan dalam proyek dapat
diterima atau dilanjutkan.
menghasilkan manfaat yang lain seiring
b. Jika payback period lebih panjang
dengan dilaksanakannya suatu kegiatan
waktunya daripada maximum payback
proyek, manfaat ini dapat berupa
period maka usulan investasi tidak dapat
meningkatnya pendapatan masyarakat
diterima atau tidak perlu dilanjtkan.
disekitar lokasi proyek (sulit diukur).
c. Manfaat Terkait
97
2. Net Present Value (NPV) Kriteria penilaiannya :
Metode ini menghitung selisih antara nilai a. Jika IRR ≥ i, maka nilai NPV = 0,
sekarang (present value) dari investasi artinya proyek dapat dilaksanakan dan
sekarang dengan penerimaan kas bersih di dilanjutkan.
masa yang akan datang. Dalam perhitungan b. Jika IRR < i, maka proyek tersebut
ini memerlukan tingkat bunga yang relevan. tidak dapat dilaksanakan.
NPV merupakan net benefit yang telah 4. Revenue-Cost (R/C ratio)
didiskon dengan social opportunity cost of Revenue-Cost atau R/C adalah jumlah rasio
capital sebagai diskon faktor. yang dipakai untuk memprediksi keuntungan
Perhitungannya : relatif yang diperoleh pada sebuah proyek
atau sebuah kegiatan usaha. Maksudnya
adalah kegiatan usaha atau sebuah proyek
dikatakan layak jika nilai R/C yang diperoleh
tersebut dinyatakan lebih besar dari 1.
Dimana : Maksudnya adalah jika nilai R/C semakin

Bt : Benefit Social Bruto proyek pada tinggi, maka tingkat keuntungan yang
tahun t diperoleh juga menjadi lebih tinggi.
Ct : Cost Social Bruto proyek pada tahun
t Penggunaan R/C ratio ini bertujuan untuk
t : Tahun mengetahui sejauh mana hasil yang
n : Umur ekonomis proyek
i : Social Opportunity Cost of Capital diperoleh dari usaha yang menguntungkan
yang digunakan sebagai social pada periode tertentu.
discount rate.

Kriteria penilaian : Perhitungannya :

a. Jika NPV ≥ 0, maka usulan proyek Kriteria penilaiannya :

diterima. a. Jika R/C > 1, maka proyek/usaha akan

b. Jika NPV < 0, maka usulan proyek dinyatakan untung

ditolak. a. Jika R/C < 1, maka proyek/usaha akan

3. Internal Rate of Return (IRR) dinyatakan merugi

Metode ini mencari tingkat bunga yang


menyamakan nilai sekarang dari arus kas HASIL DAN PEMBAHASAN

yang diharapkan di masa datang, atau A. PERKEMBANGAN INDIKATOR

penerimaan kas, dengan pengeluaran MAKRO PEMBANGUNAN PROVINSI

investasi awal. RIAU

Perhitungannya : Perkembangan indikator makro


pembangunan Riau, dirasa sangat perlu
disampaikan/diinformasikan kepada
98
mahasiswa, supaya mereka memahami 5 (lima) tahun terakhir ini berada dibawah
perkembangan hasil-hasil pembangunan rata-rata Sumatera dan rata-rata Nasional.
saat ini di Provinsi Riau. Apalagi mahasiswa Sumber pertumbuhan ekonomi Riau tahun
fakultas Pertanian, sangat jarang 2018 adalah sektor pertanian, kehutanan,
memperoleh informasi tentang indicator perikanan dan industri pengolahan.
makro pembangunan ini. Terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi
Beberapa Indikator Makro yang dalam beberapa tahun terakhir ini,
dijadikan indikator keberhasilan disebabkan; (1) adanya kebijakan Amerika
pembangunan suatu daerah, yaitu menurunkan defisit perdagangan,
Pertumbuhan ekonomi, Perkembangan berdampak melemahnya perdagangan
PDRB, Tingkat Kemiskinan, Indek dunia, (2) penurunan produksi dan
Pembangunan Manusia (IPM), Indek Gini melemahnya harga minyak bumi pada
(Gini Ratio), dan Tingkat Penggangguran triwulan IV 2018, (3) penurunan harga
Terbuka (TPT). komoditas utama Riau (kelapa sawit dan
Capaian masing-masing indikator selama 5 karet), (4) penurunan produksi kayu, akibat
(lima) tahun terakhir, dapat disampaikan HTI tidak boleh menanam kembali di lahan
sebagai berikut : gambut.
1. Pertumbuhan Ekonomi Kaitan dengan hal itu, maka pengembangan
Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran kawasan industri menjadi suatu hal yang
keberhasilan pembangunan suatu daerah mutlak dan harus dilakukan di Riau, jika
dalam priode waktu tertentu. Dari data yang tidak maka jangan diharap pertumbuhan
ada dalam kurun 2015 – 2018, adalah situasi ekonomi Riau akan baik dimasa yang akan
dimana ekonomi Riau berada dalam kondisi datang. Karena jika Riau hanya
terparah., dengan pertumbuhan ekonomi menghasilkan Minyak Sawit (CPO) atau
yang rendah. Karet kering, nilai tambah bagi masyarakat
Tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Riau dan daerah hanya kecil dan tidak berarti.
hanya 0,22%,secara berangsur naik menjadi 2. Perkembangan PDRB
2,23 % pada Tahun 2016, dan 2,68 % pada PDRB Provinsi Riau atas dasar harga
Tahun 2017 dan kembali turun menjadi 2,34 berlaku Tahun 2018, menduduki peringkat
% pada Tahun 2018. Sementara kalau ke-5 secara nasional, dan terbesar di Luar
dibandingkan dengan nasional, Pulau Jawa, yaitu sebesar 755,27 Triliyun
pertumbuhan ekonominya pertumbuhan rupiah
diatas 5 %, pertumbuhan ekonomi Kontribusi terbesar dari PDRB Riau adalah
Sumatera juga terus meningkat, dari 3,54 % bersumber dari sektor (1) pertambangan dan
tahun 2015 menjadi 4,72% tahun 2018, penggalian (Migas), (2) Sektor pertanian dan
sehingga pertumbuhan ekonomi Riau dalam
99
Kehutanan, serta (3) Sektor Industri IPM memiliki tiga dimensi yang digunakan
pengolahan. sebagai dasar perhitungannya, yaitu 1) umur
3. Tingkat kemiskinan panjang dan hidup sehat, yang diukur
Indikator pembangunan lainya, yaitu dengan angka harapan hidup saat kelahiran,
kemiskinan, dimana angka kemiskinan di 2) pengetahuan, yang dihitung dari angka
Provinsi Riau sejak 5 (lima) tahun terakhir harapan lama sekolah dan angka rata-rata
yaitu 2015-2018 menujukkan trend lama sekolah, dan 3) standar hidup yang
penurunan, dimana pada tahun 2015 layak, yang dihitung dari PDB atau
tercatat sebesar 8,82% menurun menjadi keseimbangan kemampuan berbelanja per-
7,21% pada tahun 2018. kapita atau pengeluaran per-kapita.
Tentunya ini merupakan suatu keberhasilan IPM Provinsi Riau sejak 4 (empat) tahun
dari suatu pembangunan pada suatu terakhir terus mengalami peningkatan dari
wilayah. Apalagi jika dibandingkan dengan 70,33 pada tahun 2014, meningkat menjadi
rata-rata Sumatera dan Nasional, maka 71,79 pada tahun 2017. IPM Provinsi Riau
persentase penduduk miskin di Provinsi Riau juga berada diatas rata-rata IPM nasional,
jauh lebih baik. Pada tahun 2015 rata-rata dimana tahun 2014 rata-rata IPM nasional
sumatera sebesar 10,76 sedangkan nasional hanya 68,90 dan tahun 2017 sebesar 70,99.
11,13%, sementara pada tahun 2018 rata- Secara keseluruhan IPM Provinsi Riau
rata Sumatera sebesar 10,15% dan rata-rata merupakan IPM tertinggi ke-6 Se Indonesia
nasional sebesar 9,82%. dan berada diatas rata-rata nasional.
Dari sisi jumlah penduduk miskin juga terjadi 5. Indek Gini atau Gini Ratio
penurunan, dimana pada tahun 2017 Indek Gini merupakan alat mengukur derajat
sebesar 514.620 jiwa menurun menjadi ketidakmerataan distribusi pendapatan
494.260 Jiwa tahun 2018. penduduk, yang angka berkisar antara nol
4. Indek Pembangunan Manusia (pemerataan sempurna) dan 1 (Satu)
(IPM) (ketimpangan yang sempurna)
Indek Pembangunan Manusia (IPM) atau Pencapaian Indek Gini Provinsi Riau Tahun
Human Development Index (HDI),adalah 2018 sebesar 0,325, dimana ini termasuk
pengukuran perbadingan dari harapan kategori relatife merata.
hidup, melek huruf, pendidikan dan standar Dibandingkan dengan Indek Gini nasional
hidup untuk semua negara di dunia. IPM (0,39), Indek Gini Provinsi Riau lebih baik.
digunakan untuk mengklasifikasi apakah 6. Tingkat Pengangguran Terbuka
suatu Negara adalah negara maju, negara (TPT)
berkembang atau negara terbelakang dan Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka
juga untuk mengukur pengaruh dari (TPT) juga menunjukan hasil yang baik,
kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup. dimana selama kurun 4 (empat) tahun
100
terakhir persentase TPT di Provinsi Riau No Kabupaten
Luas Pertanaman
PRODUKSI
TBM TM TTR TOTAL
(ton)
terus menurun, tahun 2015 TPT sebesar
1 Pelalawan 30 343 405 779 917
7,83% berada diatas nasional yang sebesar
2 Bengkalis 1.53 1.557 50 3.137 2.164
6,18%. 3 Siak 471 254 8 733 344
Indragiri
4 4.592 9.772 3.6 17.964 13.488
Kondisi terus menurun menjadi 6,20% pada Hilir
5 Kep. Meranti 13.39 26.254 - 39.644 239.086
tahun 2018 dan kondisi TPT ini masih Milik Rakyat 20.01 38.18 4.063 62.26 255.999
Milik PBS - 11.9 - 11.9 108.234
berada diatas nasional sebesar 5,34%. TOTAL 20.01 50.08 4.063 74.16 364.233

Tingkat partisipasi angkatan kerja Tahun Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau,
2018 sebesar 68,23%, dengan jumlah Tahun 2020
penggangguran sebesar 192.800 jiwa. Keterangan : TBM : Tanaman Belum
Pengembangan kawasan industri ini adalah Menghasilkan
bagian dari upaya Pemerintah Provinsi Riau TM : Tanaman Menghasilkan
untuk memperluas lapangan kerja bagi TTR : Tanaman Tua Rusak
masyarakat Riau. Dari tabel 1 diatas terlihat bahwa dari 12
Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau,
B. KONDISI SAGU DI PROVINSI RIAU pertanaman sagu hanya terdapat pada 5
Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi (lima) kabupaten, yaitu Pelalawan,
penghasil utama sagu di Indonesia, dimana Bengkalis, Siak, Indragiri Hilir dan
di provinsi Riau terdapat pertanaman Sagu Kepulauan Meranti, dimana kelima
seluas 74. 157 Ha, yang terdiri dari milik kabupaten ini merupakan kabupaten yang
masyarakat seluas 62.257 ha, denbgan terletak di wilayah pesisir, yang identik
rincian Tanaman Belum Menghasilkan dengan daerah rawa dan bergambut,
(TBM) seluas 20.014 Ha, Tanaman dimana merupakan ekologi yang sangat
Menghasilkan seluas 38.180 Ha, dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman sagu.
Tanaman Tua Rusak (TTR) seluas 4.063 Dari 5 (lima) kabupaten tersebut pertanaman
Ha, serta terdapat seluas 11.900 Ha sagu terluas terdapat di Kabupaten
tanaman milik Perusahaan Besar Swasta. Kepulauan Meranti. Sehingga kabupaten ini
Total Produksi tahun 2018 tercatat sebanyak merupakan sentra produksi sagu di Riau
364.233 ton, dengan rata-rata produksi bahkan Indonesia. Sagu sudah menjadi
sebesar 7.273 ton/Ha/tahun, utnutk jelasnya sumber perekonomian penduduk di
sebagaimana tertera pada Tabel 1 dibawah Kepulauan Meranti, dimana juga terdapat
ini. bbanyak pabrik pengolahan sagu menjadi
tepung sagu.

101
C. ANALISIS COST DAN MANFAAT Keterangan Satuan Rp.
Pemerintah dan ketersediaan perkebunan Harga Per Tual 40
sagu yang ada, maka dalam penelitian ini 120 Batang
juga melihat nilai manfaat secara ekonomi Produksi
per Jalur x 8
960
Tual (per
yang didapat oleh petani sagu. Pohon sagu Ha)
yang dimiliki petani bernilai ekonomis yang
Penerimaan 38.400.000
tinggi. Satu batang pohon sagu bisa dibagi
menjadi 7 - 8 potongan yang biasa di sebut Biaya 11.520.000

sebagai tual. Tual memiliki ukuran lebih Upah Tebang


Per Tual Rp.
kurang 110 cm. Dalam satu hektar, dan Angkut ke
12.000
11.520.000
Kilang
masyarakat secara tradisional membaginya
menjadi 3 jalur dimana dalam satu jalur
Pendapatan
terdapat lebih kurang 40 batang pohon sagu, 26.880.000
Bersih
sehingga dalam satu hektar rata rata
tardapat 120 batang sagu. Sumber : Diolah dari survei lapangan, 2018
Dengan asumsi setiap batang menghasilkan
8 tual, maka dalam satu hektar dapat Tabel Hasil Analisis Kelayakan Usaha
menghasilkan 960 tual. Pada saat penelitian Perkebunan Sagu
ini dilakukan, harga jual untuk satu tual sagu No Uraian Hasil
adalah Rp40.000, maka dalam satu tahun 1 Payback Period 12 Tahun
2 R/C 2,56
petani sagu akan memperoleh pendapatan
3 NPV 0,73
kotor sebesar Rp38.400.000. Hasil 4 IRR 18,26%
penjualan ini masih harus dikurangi dengan Sumber : Diolah dari survei lapangan, 2018
biaya variabel berupa upah tebang dan upah Payback Period perkebunan sagu
angkut menuju kilang sagu. Untuk upah adalah 12 tahun, hal ini sangat wajar karena
tebang dan biaya angkut menghabiskan mengingkat sagu merupakan tanaman yang
dana sebesar Rp12.000 per tual. Dengan butuh waktu untuk tumbuh menjadi pohon
demikian total biaya variabel per hektar yang menghasilkan sagu dan perhitungan
adalah sebesar Rp.11.520.000 sehingga nilai ekonominya bersifat time series.
pendapatan bersih petani setelah biaya Nilai R/C kebun sagu adalah 2,56, dimana
variabel adalah sebesar Rp26.880.000 per nilai tersebut lebih dari 1. Hal ini
tahun. menunjukkan bahwa yang dengan memiliki
Tabel Pendapatan Masyarakat Usaha kebun sagu, masyarakat mendapatkan
Perkebunan keuntungan.
Dengan memperhitungkan tingkat
bunga pinjaman/kredit (i) saat penelitian
102
berlangsung, yaitu 14%, maka selisih antara Adapun arah dan kebijakan pembangunan
nilai sekarang (present value) dari investasi Provinsi Riau Tahun 2020 - 2024, adalah
sekarang dengan penerimaan kas bersih di sebagaimana tertera pada gambar dibawah
masa yang akan datang (NPV) adalah 0,73. ini.
Angka ini menunjukkan bahwa kegiatan
perkebunan sagu masih dapat terus dapat
dilakukan karena mendatangkan manfaat
secara ekonomi kepada masyarakat.
Nilai IRR pada penelitian ini adalah 18,26 %,
lebih besar dari tingkat bunga (i) yaitu 14%.
Oleh sebab itu kegiatan perkebunan masih
dapat dilanjutkan karena
penerimaan/revenue dimasa datang akan
Gambar 1 : Arah kebijakan Pembangunan
lebih besar.
Provinsi Riau tahun 2020 – 2024
D. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SAGU
Dari gambar diatas terlihat bahwa untuk 5
DI RIAU.
(lima) Tahun RPJMD Provinsi Riau telah
Visi, Misi dan Arah Kebijakan
ditetapkan arah dan kebijakan
Sejalan dengan Visi Gubernur Riau yang
pembangunan.
sudah ditetapkan “ Terwujudnya Riau yang
Pada Tahun Pertama (2020); arah
Berdaya Saing, Sejahtera, Bermartabat dan
pembangunan Riau lebih menitikberatkan
Unggul di Indonesia ( RIAU BERSATU)”.
pada pembangunan sumberdaya manusia,
dan Misinya, adalah :
infrastruktur wilayah, pengembangan
1. Newujudkan sumberdaya manusia
industri, pertanian dan pariwisata berbasis
yang beriman, berkualitas dan berdaya saing
budaya melayu.
melalui pembangunan manusia seutuhnya
Pada Tahun Kedua (2021); menitikberatkan
2. Mewujudkan pembangunan
pada pengembangan industri, pertanian,
infratsruktur daerah yang merata dan
pariwisata yang mendorong perdagangan
berwawasan lingkungan
dan jasa untuk meningkatkan daya saing
3. Mewujudkan pembangunan ekonomi
ekonomi
yang inklusif, mandiri dan berdaya saing
Pada Tahun ketiga (2022); Meningkatkan
4. Mewujudkan budaya melayu sebagai
kemandirian ekonomi berbasis industri,
payung negeri dan mengembangkan
pertanian dan pariwisata dengan tata kelola
pariwisata yang berdaya saing
pemerintahan dan pelayanan publik yang
5. Mewujudkan tatakelola pemerintahan
prima.
yang baik dan pelayanan publik yang prima
berbasis teknologi informasi.
103
Pada tahun Keempat (2023); Memantapkan
kesejahteraan masyarakat , pelayanan
publik dan daya saing daerah yang
kompetitif.
Pada Tahun Kelima (2024); Mewujudkan
Riau yang berdaya saing, sejahtera,
bermartabat dan unggul di Indonesia.
Sejalan dengan Visi dan Misi serta arah
kebijakan selama lima tahun kedepan, maka Gambar 2. Model Pengembangan Kluster

salah satu komoditas yang kan Inovasi Produk Unggulkan Daerah Sagu di

dikembangkan dalam rangka menopang Provinsi Riau

perekonomian di Riau kedepan adalah Dalam model ini, dapat dijelaskan bahwa

pengembangan komoditas sagu. Berbagai ada 4 (empat) pihak yang terkait dengan
upaya yang telah dan akan terus dilakukan pengembangan produk unggulan daerah
dalam rangka pengembangan komoditas “sagu” ini, yaitu :
sagu di Provinsi Riau adalah : 1. Government; dalam hal ini adalah

1. Membangun sinergitas (pusat- Pemerintah Provinsi Riau, yaitu beberapa

provinsi-kabupaten) dengan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Riau

dukungan dana APBN dan APBD daN Lembaga lainnya sesuai dengan tugas

Provinsi serta APBD Kabupaten pokok dan wewenangnya masing-masing,

2. Sudah memiliki benih unggul yang terkait dalam hal ini adalah Badan

bersertifikat Litbang Provinsi Riau, LIPI, Bappeda


3. Setiap tahun dilakukan penambahan provinsi Riau, Dinas yang membidangi
areal tanam Pertanian dan Perkebunan, Perindustrian
4. Mengembangkan tehnologi pangan dan Perdagangan, Perindustrian dan

local Perdagangan, Pekerjaan Umum, Koperasi

5. Sosialisasi dan promosi “Riau dan UKM, serta instansi terkait lainnya baik

Provinsi sagu, dan Sagu Menyapa di Provinsi maupun di kabupaten.

Dunia” 2. Acedemic; yaitu perguruan tinggi

6. Gerakan Cinta Sagu yang ada di Riau dan diluar Riau,


Pola Pengembangan diharapkan sinberginya dlam hal pengkajian,
Untuk kedepan akan dikembangkan suatu penelitian, yang termasuk adalah Universitas
MODEL dalam rangka pengembangan Riau, Universitas Islam Riau, Politeknis
kluster Inovasi Prpoduk Unggulan Daerah, Caltex Riau, Institut Pertanian Bogor (IPB),

sebagaimana digambarkan dibawah ini. dan Universitas Gajahmada.

104
3. Bussiness; yang terkait dengan ini local, Sosialisasi dan promosi “Riau Provinsi
adalah semua lembaga yang akan bergerak sagu, dan Sagu Menyapa Dunia”, dan
dibidang bussines dalam arti luas, terutama Gerakan Cinta Sagu sehingga wadah yang
pemasaran dan pengembangan produk, efektif untuk membuka peluang bagai
yaitu KADIN, lembaga perbankan, dan masyarakat dan pihak lainnya untuk terlibat
perusahaan yang selama ijni sudah bergerak secara aktif dalam pengembangan
di bidang sagu. diversifikasi pangan sagu di Provinsi Riau.
4. Community; yaitu para petani sagu,
DAFTAR PUSTAKA
pengusaha kilang sagu, pengarjin
Adimihardja, Abdurrachman. 2006. Strategi
agroindustry sagu, mies sagu, gula sagu,
Mempertahankan Multifungsi
dan kelompok masyarakat lainnya. Pertanian di Indonesia. Balai
penelitian tanah. Jurnal. penelitian
dan pengembangan pertanian
KESIMPULAN Volume 25 nomor 5.

Akselerasi diversifikasi pangan sagu dalam Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Produksi
peningkatan kesejahteraan petani sagu di dan Operasi. Edisi Revisi Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi
Provinsi Riau perlu dilakukan secara Universitas Indonesia. Jakarta.
berkelanjutan tidak hanya oleh pemerintah
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Bengkalis
namun juga dapat bekerjasama dengan Dalam Angka, 2019.
masyarakat dan pihak lainnya. Potensi yang
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Indragiri
sangat besar dalam pengembangan sagu Hilir Dalam Angka, 2019
hendaknya menjadi focus pengembangan Badan Pusat Statistik, Kabupaten Kepulauan
Meranti Dalam Angka, 2019.
pangan di Provinsi Riau. Berbagai strategi https://merantikab.bps.go.id/publicat
untuk pengembangan diversifikasi pangan ion/.

sagu dapat dilakukan dengan memanfaatkan Badan Pusat Statistik, Riau Dalam Angka,
bahan baku sagu untuk mengembangkan 2019

berbagai produk hilir yang dapat David, F. R. 2004. Manajemen Strategis :


menstimulus berkembangnya berbagai Konsep. Edisi Ketujuh.
Prenhallindo. Jakarta.
variasi produk yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Selain itu sejalan kebijakan Fathoni, M.I. 2016. Analisis Usaha Industri
Jenang Krasikan di Kabupaten
Pemerintah Provinsi Riau sejalan Sukoharjo. Skripsi. Program Studi
Membangun sinergitas (pusat-provinsi- Agribisnis. Universitas Sebelas
Maret Surakarta
kabupaten) dengan dukungan dana APBN
dan APBD Provinsi serta APBD Kabupaten Ferrel,O.C and D, Harline. 2005. Marketing
Strategy. Thomson Corporation.
Sudah memiliki benih unggul bersertifikat, South Western.
Setiap tahun dilakukan penambahan areal
tanam, Mengembangkan tehnologi pangan
105
Kadariah, 1999. Evaluasi Proyek Analisis
Ekonomi. Lembaga Penelitian
Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

Machfoedz Mahmud, 2005. Pengantar


Pemasaran Modern. Edisi Pertama,
Cetakan Pertama. UPP AMP
YKPN. Yogyakarta.

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono. 2002.


Manajemen Perbankan. Ghalia
Indonesia. Jakarta.

Mulyadi, 1999. Konsep, Manfaat dan


Rekayasa. Salemba Empat. Jakarta

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi


Riau Tahun 2020

106

Anda mungkin juga menyukai