DEPOK
2019
2
1. DESKRIPSI PROYEK
A. Latar Belakang
Kekayaan alam di Indonesia sangat beraneka ragam. Dari hasil tanam
mampu menghasilkan banyak bahan makanan yang bisa digunakan untuk
membuat aneka jenis makanan. Salah satunya ialah perkebunan singkong.
Dari singkog tersebut dapat diola menjadi tepung tapioca yang diasilkan dari
sari pati singkong. Tepung tapioka ini dapat dimanfaatkan untuk membuat
aneka jenis makanan sebagai bentuk ketahanan pangan. Permintaan pasar akan
tepung tapioca pun cukup tinggi hal tersebut dapat menjadi perhatian
kelompok kami untuk menjadikan tepung tapioka sebagai peluang bisnis
dalam ketahanan pangan. Tepung tapioka yang asalnya terbuat dari olahan ubi
kayu atau singkong termasuk jenis olahan yang mudah didapatkan krn proses
pembuatannya sangatlah mudah. Ubi kayu atau singkong merupakan salah
satu bahan pangan yang cukup penting peranannya dalam menopang
ketahanan pangan suatu wilayah. Ubi kayu memiliki nilai gizi yang cukup
baik untuk menjaga kesehatan tubuh karna kandungannya yang penuh
karbohidrat. Ubi kayu sendiri memiliki kandungan sumber energy yang lebih
tinggi dibandingkan padi,jagung, ubi jalar ataupun sorgum (Widiananta, Dewi
2008)
Dalam pemenuhan kebutuhan karbohidrat, ubi kayu merupakan komoditas
tanaman pangan ke tiga setelah padi dan jagung. Ubi kayu umumnya
dikembangkan di daerah kering dan menjadi andalan petani di daerah tersebut.
Ubi kayu sebagai bahan pangan masih sering dianggap sebagai usaha
sampingan sehingga pengembangannya masih belum dilakukan secara
insentif.
Melalui ubi kayu, kami akan mengolah bahan pangan tersebut untuk
menjadi tepung tapioka sebagai bentuk ketahanan pangan di Indonesia.
Tepung tapioka, tepung singkong, tepung kanji, atau aci adalah tepung yang
diperoleh dari umbi akar ketela pohon atau dalam bahasa indonesia disebut
singkong. Tapioka memiliki sifat- sifat yang serupa dengan sagu, sehingga
kegunaan keduanya dapat dipertukarkan. Tepung ini sering digunakan untuk
3
B. Tujuan
1. ASPEK PASAR
A. Analisis permintaan selama 5 tahun
No Tahun Permintaan
1 2013 2.831.000 ton
2 2014 2.153.000 ton
3 2015 4.000.000 ton
4 2016* 4.000.000 ton
5 2017** 2.343.000 ton
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Data yang didapat dari Kementrian Pertanian, permintaan akan
tepung tapioka sempat mengalami penurunan dari tahun 2013 ke
2014, sebesar 678.000 ton. Kemudian mengalami kenaikan
kembali pada tahun 2015 sebesar 1.847.000 ton. Untuk di tahun
2016 dan 2017 belum bisa dijadikan acuan, karena angka yang
tertera masih angka sementara.
B. Analisis Pesaing
Berikut merupakan pesaing industri tapioka pada tahun 2018
Komoditi: Tapioka
C. Analisis Eksternal
Strength (S)
Weakneses (W)
Opportunities (O)
Threats (T)
6
1. Strategi S-O
2. Strategi S-T
3. Strategi W-O
4. Strategi W-T
Strategi ini didapatkan melalui usaha meminimalisasi kelemahan
yang dimiliki perusahaan, kelompok tani, dan pemasok singkong
untuk mengantisipasi ancaman atau untuk menghadapi
kemungkinan ancaman yang ada dari lingkungan eksternal.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa strategi berikut:
Meningkatkan SDM untuk dapat berkompetisi dengan produk skala
besar dan meningkatkan promosi untuk jangkuan pemasaran yang
lebih luas.
2. ASPEK PEMASARAN
Analisis Segmenting, Targeting, Positioning
A. Segmenting
Analisis segmentasi adalah kegiatan dalam membagi suatu
kelompok pelanggan sesuai dengan kebutuhan, kebiasaan, atau sikap
yang serupa yang dapat diatasi melalui pemasaran. Variabel
segmentasi pasar dibagi menjadi 4, yaitu segmentasi perilaku dan
sikap, segmentasi demografi, segmentasi geografi, dan segmentasi
psikografi.
1) Segmentasi Perilaku
Segmentasi ini mengelompokkan pembeli berdasarkan pada
pengetahuan, penggunaan atau reaksi terhadap suatu produk. Produk
Tepung Tapioka ini dapat disegmentasikan menjadi pengguna produk
kelas ringan (untuk konsumsi pribadi), menegah (untuk konsumsi
pribadi atau umkm), dan kelas berat (untuk unit usaha dalam skala
besar).
2) Segmentasi Demografi
Segmentasi demografi adalah segmentasi yang menyangkut usia,
jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan, agama, ras, kewarganegaraan,
8
B. Targeting
Analisis targeting atau analisis target pasar adalah dimana
perusahaan memilih segmen pasar untuk dimasuki dan kemudian
perusahaan dapat menentukan lebih spesifik pasar yang akan dituju.Target
pemasaran produk Tepung Tapioka adalah untuk seluruh wilayah
Indonesia dengan daerah distribusi tersebar di Pulau Jawa, Madura, Bali,
Lombok, Sumatera, Batam, Bangka, Kalimantan dan Sulawesi. Tepung
Tapioka lebih memfokuskan pemasaran dengan spesialisasi produk.
Memilih kelompok konsumen yang akan dilayani dalam penjualan sebagai
sasaran dalam mengevaluasi daya tarik tiap segmen pasar.
Target secara geografi sebagai permulaan adalah masyarakat di
pusat kota-kota besar dan sekitarnya. Target geografi ini selanjutnya
9
Analisis 4P
1. Product
Bahan baku pembuatan tapioka adalah ubi kayu. Ubi kayu yang
bermutu baik mempunyai ciri keras, masa panen setelah 10 bulan dan
apabila dipatahkan akan terasa apakah ubi kayu tersebut banyak
mengandung butiran pati. Penggunaan ubi kayu yang bermutu baik
berpengaruh nyata terhadap mutu tapioka. Apabila ubi kayu yang
digunakan baik maka akan lebih banyak tapioka yang dihasilkan
Umumnya tapioka yang dihasilkan merupakan kualitas B dan C, hal ini
disebabkan oleh iklim dan cuaca serta bahan bakunya sendiri. Apabila
10
cuaca cerah dan bahan baku bagus, maka tapioka yang dihasilkan
dapat berkualitas B bahkan A, namun jika musim hujan maka
kualitasnya berada pada kualitas C dan D. Proses penjemuran tapioka
yang terganggu oleh hujan menurunkan kualitas produk. Akan tetapi
perusahaan berusaha menanggulangi hal ini dengan merendam tapioka
sebelum dilakukan proses penjemuran kembali. Deskripsi mengenai
kualitas tapioka dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No Kualitas Deskripsi
1 A Berwarna putih bersih, kering, tidak lembab,
halus (butiran sangat kecil), kering 1 hari
2 B Berwarna putih pucat, kering, agak lembab dan
agak kasar (butiran kecil), kering 2 hari
3 C Berwarna kekuningan, agak kering, lembab dan
kasar, kering lebih dari 2 hari
4 D Berwarna kuning kecoklatan, agak basah,
lembab sekali dan kasar sekali, kering lebih
dari 2 hari
2. Price
Kita sebagai pengusaha selalu melakukan komunikasi dengan
petani ubi kayu. Jika harga tapioka diperkirakan akan turun, maka kita
berusaha meminta penurunan harga jual ubi kayu dari pihak petani.
Penurunan harga ini dilakukan secara bertahap, sehingga pada saat
terjadi penurunan harga jual tapioka, petani tidak terlalu mengalami
kerugian dan masih mampu beroperasi. Pengrajin tapioka biasanya
menjual produk sesuai dengan harga yang berlaku di pasaran pada
umumnya.
No Jenis Harga
1 Tapioka A 10.000
2 Tapioka B 9.500
3 Tapioka C 8.500
11
3. Place
Penjualan dilakukan secara online ataupun offline. Secara online
kita menjual produk tepung tapioka melalui website ataupun media
sosial, sedangkan secara offline kita berusaha untuk menyalurkan
produk tepung tapioka ke pasar tradisional ataupun swalayan. Untuk
lokasi produksi dipilih berdasarkan atas kemudahan untuk
mendapatkan bahan baku dan ketersediaan tenaga kerja. Tempat usaha
berlokasi di sekitar pemukiman penduduk dan sekitar aliran sungai.
Perekrutan tenaga kerja akan lebih mudah sehubungan dengan
dekatnya lokasi usaha dengan pemukiman penduduk. Selain itu,
pasokan air dan pembuangan limbah akan lebih lancar, karena lokasi
usaha yang berdekatan dengan sungai.
4. Promotion
Promosi produk tepung tapioka ini akan di lakukan dengan
memanfaatkan berbagai media elektronik ataupun media sosial yang
ada pada saat ini.
3. ASPEK PRODUKSI
1. Strategi Produksi 5 tahun
Agar perusahan terus berkembang maka diperlukan strategi
produksi yang baik. Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam
rangka perbaikan usaha bagi adalah perlu dilakukannya
penganekaragaman usaha serta penggunaan teknologi pengolahan
dalam rangka peningkatan nilai tambah dengan menghasilkan produk
yang beragam, berkualitas dan bersaing. Strategi yang dapat dilakukan
adalah melakukan variasi produk akhir, melakukan usaha sampingan,
pemanfaatan produk dan peningkatan penggunaan teknologi serta
efisiensi biaya produksi. Untuk menentukan sasaran strategi
pengembangan industri tepung tapioka berdasarkan hasil analisa
terhadap kondisi dan potensi pengembangan 5 tahun kedepan.
2. Bahan baku
Singkong atau ketela pohon (manthot utilissima) sebagai bahan
baku utama industri tapioka, memiliki kandungan karbohidrat yang
cukup tinggi yaitu sebesar 32,4 gr dan kalori sebesar 567 gr dalam 100
gr ketela pohon tanpa kulit. Bahan baku yang digunakan ubi kayu atau
singkong jenis ubi kasesa karena hal ini sejalan dengan pemerintah
Indonesia yang mulai dan terus menggalakkan penanaman ubi kasesa
ini sejak tahun 2014, 2015, 2016 dan sampai sekarang dengan
dilaksanakan Program Kebun Singkong Rakyat (KSR) yang menjadi
salah satu program unggulan Pemerintah di bidang pertanian dan
perkebunan. Pengadaan bahan baku singkong jenis ubi casesa yang
diperoleh melalui pemasok berada di Kabupaten Bangka. Singkong
yang dipanen setelah berumur 7 sampai 10 bulan akan menghasilkan
tapioka berkualitas baik.
13
1. Peeling (pengupasan)
2. Washing (pencucian)
3. Penggilingan/Pemarutan
Ubi kayu yang sudah dikupas dan dicuci kemudian diparut menjadi
potongan-potongan kasar. Alat parut yang digunakan adalah parut semi
mekanis, digerakkan dengan generator. Tujuan pemarutan umbi adalah
untuk memecahkan dinding sel agar butir pati yang ada di dalam
terlepas.
15
4. Pemerasan/Ekstraksi
5. Pengendapan
Pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan selama 4 –
5 jam. Setelah pati terpisah dari airnya, maka air di bagian atas
endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan endapan diambil dan
dikeringkan. Pengendapan pati bertujuan untuk memisahkan pati murni
dari benda-benda bukan pati, seperti protein dan karbohidrat lainnya.
Jika kontak antara air dan pati terlalu lama akan menyebabkan
penurunan kualitas pati yang dihasilkan.
6. Drying (pengeringan)
Proses pengeringan adalah proses terjadinya penguapan air karena
perbedaan kandungan uap air antara udara dan pati yang dikeringkan.
Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air pada bahan sampai
batas dimana perkembangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
pembusukan dan perubahan akibat kegiatan enzim dihambat atau
dihentikan, sehingga tapioka dapat disimpan cukup lama. Pengeringan
dilakukan dengan menggunakan sinar matahari. Keuntungan
penjemuran dengan cara ini adalah dapat dilakukan dengan mudah dan
16
7. Packaging
Setelah tapioka selesai dikeringkan kemudian tapioka tersebut
harus langsung dimasukan ke dalam wadah yang lembab udara.
SumberB
Sumber: BI 2010
No Kualitas Deskripsi
1 A Berwarna putih bersih, kering, tidak
lembab,halus (butiran sangat kecil), kering 1 hari
2 B Berwarna putih,kering, agak lembab dan agak
kasar (butiran kecil),kering 2 hari
3 C Berwarna kekuningan, agak kering, lembab dan
kasar, kering lebih dari 2 hari
4 D Berwarna kuning kecoklatan,agak basah, lembab
sekali dan kasar sekali. Kering lebih dari 2 hari
Tempat
pengupasan
bahan baku
Bak pengendapan
Daftar Referensi
https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/
ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201808/7fcc791f07_9680073680.pdf
https://www.goriau.com/berita/baca/pabrik-tapioka-di-kandis-sudah-mulai-
produksi-150-ton-perhari.html
https://bangka.tribunnews.com/2016/08/19/pt-sbp-pabrik-tapioka-terbesar-di-
indonesia-kapasitas-produksi-hingga-700-ton-per-hari
NOVIYANTI,(2008) ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENGUSAHAAN
TAPIOKA(Studi Kasus Pengrajin Tapioka Uhan di Desa Cipambuan, Kecamatan
Babakan Madang, Kabupaten Bogor).Skripsi INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ALTRI HARWANTO,(2014).ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN
TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN BOGOR. Skripsi INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
Bank Indonesia,(2010). USAHA PENGOLAHAN TAPIOKA. Tim Penelitian dan
Pengembangan Perkreditan dan UMKM (TP3KU),