Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mendaki gunung merupakan suatu olahraga ekstrem yang penuh

petualangan dan kegiatan ini membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan,

dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan seakan hendak mengungguli

untuk menaklukan trek merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya

bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk

bisa mencintai alam. Kegiatan pendakian gunung bukanlah seperti wisata pada

umumnya, kegiatan pendakian gunung diperlukan fisik yang kuat untuk

membawa segala perbekalan dan peralatan selama pendakian, tentu tidak

sembarangan orang mampu untuk melakukannya akan tetapi bagi mereka yang

mampu melakukannya, hal tersebut merupakan sebuah lambang kegagahan dan

kemenangan yang sesungguhnya.

Kegiatan mendaki gunung adalah suatu kegiatan yang sering dilakukan

oleh pecinta alam baik itu dalam lingkup individu, organisasi maupun universitas.

Mendaki gunung membutuhkan banyak persiapan yang melibatkan persiapan

fisik, logistik, perencanaan perjalanan dan manajemen team.

Peminat penggiat alam bebas atau pecinta alam pada tahun ini sangat

meningkat dan tak dapat dibendung lagi, tren di dunia pendakian semakin

meningkat, gunung-gunung ramai dikunjungi wisatawan yang ingin melihat

keindahan dari atas ketinggian dan melihat samudera diatas awan. Bahkan sampai

1
2

mereka rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli peralatan-

peralatan gunung yang harganya semakin mahal, serta biaya perjalanan naik

gunung yang mahal. Dengan jumlah para pendaki yang semakin meningkat maka

mereka membentuk sebuah Kelompok-kelompok kecil, komunitas dan paguyuban

sesama pendaki untuk berbagi informasi seputar dunia pendakian gunung,

merencanakan perjalanan pendakian berikutnya, dan sekedar menjalin silaturahmi

melalui media sosial.

Para pendaki gunung belum bisa disebut sebagai pecinta alam, karena

mendaki gunung hanyalah salah satu kegiatan dari pecinta alam. Definisi pecinta

alam sesungguhnya adalah seseorang yang peduli terhadap lingkungannya dan

turut menjaga kelestarian lingkungan disekitarnya. Para pecinta alam lebih

menyukai kegiatan di alam bebas (outdoor) seperti pendakian gunung, arung

jeram, panjat tebing, susur goa, menjelajah hutan dan sebagainya.

Dalam pertemuan yang sering dilakukan dan komunikasi antara para

anggota pendaki gunung. Mereka sering berbagi cerita dan pesan-pesan yang di

dramatisir dengan ciri khas dan gaya khas penyampaian masing-masing. Sehingga

pesan yang disampaikan lebih menarik dan menjadikan tema fantasi antara para

anggota kelompok. Dari tema fantasi akan berlangsung komunikasi yang

menyenangkan dan efektif sehingga mampu menciptakan kesolidaritasan

kelompok sesama pendaki gunung. Biasa mereka berbagi tema fantasi mengenai

pengalaman dan seputar gunung-gunung yang mereka telah daki maupun yang

akan mereka daki (planing).

Menurut Suryadi Tema fantasi yang muncul merupakan bagian yang


dianalisis pada penelitian ini, fantasi dimaknai bukan suatu yang fiktif dan
3

keinginan erotis, namun fantasi diartikan sebagai cerita atau lelucon yang
mengandung atau mengungkapkan emosi. Fantasi juga termasuk
mengungkapkan peristiwa dari seorang anggota kelompok di masa lalu
atau peristiwa yang mungkin terjadi di masa datang1.

Keputusan para pendaki gunung pada saat peneliti melakukan penelitian

ini memang sudah dibuat, namun melalui pencarian informasi dan konvergensi

simbolik yang menggunakan metode analisis tema fantasi bisa dilihat bagaimana

proses tersebut terjadi. Cerita-cerita yang diutarakan oleh para anggota pendaki

gunung antara satu sama lain di dalam anggota kelompok akan dikembangkan

menjadi tema-tema fantasi yang kemudian dianalisis guna menjawab pertanyaan

dalam rumusan penelitian ini. Tema-tema fantasi yang diasumsikan menjadi salah

satu faktor komunikasi para pendaki gunung dalam melakukan pendakian gunung

beserta hal yang memotivasi mereka.

Kegiatan pendakian gunung masih dianggap oleh sebagian masyarakat

adalah sebagai sebuah olahraga yang ‘kurang kerjaan’. Karena untuk apa

menghabiskan waktu, tenaga hingga keselamatan hanya untuk mendaki gunung

dan menyusuri hutan, jika hanya menyebabkan keselamatan kita terancam. Hal

inilah yang harus dibangun mengenai citra pendaki gunung, agar citra pendaki

gunung tidak buruk di masyarakat.

Dalam organisasi atau komunitas pendaki gunung memang tidak

disebutkan public relations (PR) akan tetapi aktivitas dan peran PR yaitu untuk

membentuk citra sebuah individu dan komunitas di lingkungan eksternal

organisasi masih dilakukan. Seperti bagaimana seorang pendaki membuat citra

atau personal branding dirinya. Sebagai seseorang yang humble, rapi dan peduli
1
Israwati Suryadi. 2010. Teori Konvergensi Simbolik. Jurnal Academia Fisip Unpad Vol.2 No.02
Oktober 2010 ISSN 1411-3341. Hal 426.
4

lingkungan. Dengan mengadakan beberapa kegiatan baksos merupakan bagian

dari kegiatan peduli komunitas terhadap lingkungan eksternal. Seperti melakukan

kegiatan OPSI (Operasi bersih-bersih Gunung dari sampah). Serta membagikan

beberapa fantasi atau cerita mengenai diri mereka sendiri sehingga dapat

membentuk citra positif dan personal branding yang baik.

Komunitas Pendaki Gunung Indonesia Raya Jakarta Raya (Selanjutnya

akan ditulis KPGIR Jakarta Raya) adalah sebuah komunitas pecinta alam

khususnya di pendakian gunung yang sudah berdiri sejak 2 tahun lalu. KPGIR

Jakarta Raya memiliki sekretariat di daerah tanah sereal Jakarta Barat. KPGIR

sendiri adalah singkatan dari Komunitas Pendaki Gunung Indonesia Raya. Saat ini

KPGIR Jakarta Raya sudah mengalami pergantian kepengurusan yang kedua,

masa jabatan ketua umum berlangsung selama 2 tahun.

Pada awalnya KPGIR Jakarta Raya terbentuk pada November 2018 hingga

saat ini memiliki anggota 70 orang. Dengan banyaknya jumlah anggota

diharapkan dapat mewakili dari representasi para pendaki gunung di Jakarta Barat

mengenai penelitian tema fantasi yang dilakukan oleh peneliti. Tema fantasi atau

cerita-cerita sering dibagikan diantara para anggota ketia sedang berkumpul,

jangka waktu yang tidak sebentar namun masih banyak anggota lama yang

bertahan dan ditambah anggota baru yang bergabung menjadikan kesolidan di

dalam kelompok dari tema fantasi yang ada.

Komunitas pendakian gunung di Jakarta Barat tersebar luas hampir di

setiap sudut kota, beberapa diantaranya adalah KPGIR Jakarta Raya, PI Jakarta

Raya, Pendaki Jakarta dan Pedal Adventure. Alasan peneliti memilih KPGIR
5

Jakarta Raya karena komunitas pendakian gunung yang satu ini telah memiliki

sekretariat resmi, dimana tempat berkumpul para anggota komunitas untuk

berkomunikasi tatap muka secara langsung. Dan mendiskusikan berbagai hal

seputar komunitas dan pendakian gunung.

Para anggota suatu perkumpulan atau organisasi biasanya suka berkumpul

dan bercerita sebelum mereka memulai pertemuan atau rapat. Mereka berkumpul,

mungkin dalam beberapa kelompok, dan saling berbagi pengalaman atau cerita

mereka (tema fantasi) yang membuat mereka menyatu dan akrab. Sebagian dari

kisah mereka adalah cerita yang diulang-ulang. Menceritakan cerita yang

berulang-ulang akan menciptakan dan mempertahankan kesatuan dan kesolidan

dalam kelompok. Sering kali penceritaan ulang ini berhubungan dengan

pencapaian pribadi, kelompok atau komunitas seperti keberhasilan mencapai

puncak tertinggi, pengalaman ketika dalam pendakian gunung-gunung, cara

memilih dan menggunakan peralatan dengan baik dan benar, atau keberhasilan

mendaki seluruh puncak gunung di Indonesia dan lain-lain.

Fantasi yang dibagikan oleh para pendaki ketika mereka berkumpul atau

melakukan pendakian cukup beragam, seperti dengan “trek bonus”, dan juga “ayo

puncak tinggal sedikit lagi”, “ayo tinggal 2 belokan lagi”, “mendaki gunung yang

aman”, “ayo mendaki”, “mendaki bikin ketagihan”, “puncak abadi para dewa”,

juga beberapa penanda simbol (symblic cue) dan isyarat yang dipahami secara

bersama seperti “summit attack”, “segaris kuning di cakrawala”, “tanjakan setan”,

“bonus”, “ranjau di trek”, “tek-tok club”, “ranger gunung”. mendaki gunung juga
6

dapat menciptakan rasa syukur yang lebih kepada tuhan dengan melihat

ciptaannya secara langsung.

Menurut Stephen W Littlejohn, ada tiga susunan mendalam yang utama


sebagian besar pandangan retorika dijelaskan oleh salah satu dari tiga
sumber tersebut meliputi kesalehan (righteous), yang menjadikan
kepekaan moral sebagai dasar bagi bagaimana pandangan retorika bekerja,
sosial (social), yang sangat bergantung pada interaksi sosial untuk
keberhasilan pandangan retorika, dan pragmatis (pragmatic), yang
memiliki dasar praktis bagi sumber yang mendukung pandangan tersebut2.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi yang

dilakukan dengan cara menceritakan kisah-kisah sukses dan memotivasi orang

lain dilakukan berulang-ulang pada suatu kelompok yang memiliki pemahaman

yang sama dapat menjalin keakraban dan kesolidan yang lebih tinggi. Memiliki

tema fantasi yang sama dapat menyatukan seluruh para anggota kelompok

menjadi lebih melebur dan akrab.

Alasan peneliti memilih judul dikarenakan saat ini hobi dari para penggiat

alam terbuka yang kian makin melejit serta banyaknya terbentuk komunitas

pecinta alam yang mengeksplor alam nusantara seperti memberikan dampak yang

mampu memberikan keinginan dari anggota masyarakat biasa untuk mau

bergabung dengan komunitas ataupun melakukan kegiatan pendakian dengan

pesan komunikasi yang di dramatisir dan kisah kesuksesan yang diceritakan

berulang-ulang sehingga semakin terjalin keakraban diantara para anggota.

Selain dari sisi meningkatnya motivasi seseorang untuk melakukan

pendakian gunung hingga berulang kali, dari sudut pandang lain ternyata kegiatan

pendakian gunung juga memberikan dampak perekonomian yang baik bagi warga

2
Stephen W Little John dan Karen A Foss. Theories Of Human Communication. Jakarta: Salemba
Humanika. 2011. Hal 238.
7

sekitar lereng gunung. Seperti yang dikutip dari portal berita online bahwa pada

tahun 2018 gunung semeru yang berda di Malang-Jawa Timur meraup pendapatan

sebanyak 27 Milliar Rupiah.3 Hal ini memicu para pengelola gunung-gunung

lainnya untuk memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana untuk mengundang

pendaki datang. Seperti yang dilakukan beberapa gunung di Jawa Tengah dan

Jawa Timur yang memperbaiki akses menuju lokasi basecamp gunung,

membangun tangga untuk memudahkan pendaki mencapai puncak gunung dan

tempat penginapan basecamp untuk para pendaki. Maka dengan ini peneliti

tertarik untuk mengambil judul mengenai “Tema Fantasi Pendaki Gunung

pada Komunitas Pendaki Gunung Indonesia Raya (KPGIR) Jakarta Raya”

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti memfokuskan

penelitian kali ini adalah : Bagaimana analisis tema fantasi pendaki gunung di

KPGIR Jakarta Raya. Yang meliputi :

1. Tema fantasi

2. Rantai fantasi

3. Tipe fantasi dan

4. Visi retoris.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang diuraikan dalam

penelitian, maka terdapat beberapa identifikasi masalah, yaitu :

3
http://jatim.tribunnews.com/2019/01/02/sepanjang-tahun-2018-balai-besar-tnbts-raup-
pendapatan-rp-27-miliar-dari-kunjungan-wisatawan . Diakses oleh Rachmat Sugandi, tanggal 02
April 2019, Jam 20.00 WIB.
8

1. Bagaimana tema fantasi yang tercipta di antara para anggota kelompok

KPGIR Jakarta Raya (Tema Fantasi)?

2. Apa saja cerita-cerita fantasi di KPGIR Jakarta Raya yang memicu emosi

dan fantasi bersama (Rantai Fantasi)?

3. Bagaimana para anggota memahami simbol dan pesan-pesan yang ada

dalam cerita-cerita fantasi (Tipe Fantasi)?

4. Apa saja cerita-cerita yang diulang-ulang di lingkungan sekitar kelompok

KPGIR Jakarta Raya mengenai pengalaman anggota kelompok (Visi

Retoris)?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian maka

tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk mengetahui tema fantasi pendaki

gunung pada KPGIR Jakarta Raya, yaitu :

1. Untuk megetahui tema fantasi yang terbentuk pada KPGIR Jakarta Raya.

2. Untuk mengetahui cerita yang dapat menimbulkan emosi dan fantasi

bersama.

3. Untuk mengetahui pemahaman bersama mengenai symbolic cue yang

dibagikan dalam ceirta fantasi.

4. Untuk mengetahui cerita yang diulang berkaitan dengan pengalaman

sekitar kelompok KPGIR Jakarta Raya.


9

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Akademis.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan pengetahuan pada

perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya program studi Public Relation

mengenai komunikasi dan tema-tema fantasi antara para pendaki gunung di

KPGIR Jakarta Raya dan seluruh komunitas yang ada. Bahwa teori dari tema

fantasi tersebut masih bisa dapat dikembangkan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberi pengetahuan tentang cara

berkomunikasi dengan para anggota pendaki gunung khususnya di KPGIR Jakarta

Raya. Selain itu penelitian ini juga dapat bermanfaat dan menginspirasi

masyarakat khususnya para penggiat alam bebas atau pecinta alam untuk lebih

menjalin komunikasi efektif dan menciptakan tema fantasi dalam rangka

mengurangi ketegangan dalam berkomunikasi kelompok dan menambah

kesolidan serta keakraban di dalam kelompok.

Anda mungkin juga menyukai