Anda di halaman 1dari 3

PERSEPSI ADAPUN MENDAKI GUNUNG HANYA SEKADAR BURU SUNRISE

sumber foto: wowkeren.com

Kegiatan mendaki gunung memang sudah ada sejak lama, bahkan jika kita mengulik lebih
dalam lagi perihal asal usul adanya pendakian gunung baik didunia maupun di negara kita
tercinta yakni Indonesia, pasti sangat complicated. Mendaki gunung pada dasarnya
merupakan kegiatan olahraga yang menuntut fisik maupun mental. Olahraga yang dimaksud
disini bukanlah olahraga yang biasa kita lakukan setiap harinya, namun kegiatan tersebut
dikenal sangat memacu adrenalin dan cukup berbahaya bagi sebagian orang. Bahkan tidak
hanya sekedar itu. pengetahuan dasar akan alam pun mencakup cara bertahan di dalam
hutan menjadi salah satu syarat wajib dalam mendaki gunung.

Di abad ke-21 ini tentu sangat familiar di telinga kita, bahwa kegiatan mendaki gunung yang
dilakukan oleh pendaki maupun para pencinta alam merupakan trend masa kini atau
menjadi gaya hidup bagi manusia modern era sekarang. Apalagi didukung adanya berbagai
media massa sebagai faktor penunjang untuk mengabadikan momen pendakian. Lewat
adanya social media seperti instagram, twitter, blogger dan masih banyak lainnya manusia
modern cenderung mati-matian untuk take a picture dengan gawai nya sebagai kebutuhan
artifisial di media sosial. Maka perlu diketahui bahwa keadaan saat ini relate dengan filosofi
“I’m busy therefore I am (saya sibuk maka saya ada)”, nah maka mereka akan selalu
berupaya untuk tidak tertinggal akan keviralan maupun trend.
Jika mendaki gunung menjadi trend masa kini, lantaran banyak ditemui adanya berbagai
nama-nama organisasi pecinta alam yang sudah aktif mengaktualisasi diri, mengabadikan
atau membagikan pengalaman mereka. lalu adanya anggapan mendaki gunung hanya
sebatas ingin membagikan hasil dokumentasi yang akan dipamerkan di media sosial, seperti
ingin melihat matahari terbit, terbenam dan lautan awan dari puncak tertinggi, serta untuk
mendapatkan hasil foto pemandangan yang bagus. Kegiatan ini dilakukan semata-mata
hanya untuk hura-hura atau lifestyle yang harus dilakukan.

Tetapi jika kita berfikir secara terbalik. Banyak perihal atau alasan menarik dari dilakukannya
mendaki gunung sebagai salah satu kegiatan yang cukup familiar di kalangan para anak
muda. Pendakian diyakini dapat membentuk karakter jati diri yang tertanam pada jiwa
manusia itu sendiri. Banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran dalam hidup yang didapat
selama melakukan pendakian, antara lain pengalaman perencanaan, mengatur logistik,
mengatur tim, dan masih banyak lagi. Disamping itu menilai banyak hal positif dari maraknya
kegiatan pendakian di Indonesia. Maka dipercaya banyak masyarakat yang dapat terbiasa
hidup sehat secara fisik, mental, intelegensi, dan sikap sigap akan penyambutan banyaknya
pendaki yang bergerombol ingin menikmati keindahan gunung. Jika melihat dari sisi sehat
fisik dan mental masyarakat sekitar wisata gunung, yakni ditujukan bagi masyarakat yang
berpencaharian sebagai guide ataupun penjual warung yang berada mendekati puncak
gunung lawu yakni warung mbok Yem. Mereka dikatakan sehat fisik karena terbiasa muncak
ke gunung sehingga dapat menyegarkan tubuh, sedangkan sehat mental mungkin bisa
dikatakan adanya para pendakian yang sangat ramai singgah di gunung sehingga mereka
senang maka menimbulkan mood mental yang bagus, dan perasaan sabar untuk menuju ke
puncak gunung pun sangat memungkinkan untuk meningkatkan mental jiwa yang positive
vibes.

Masyarakat sekitar gunung dan para pendaki gunung pun telah sadar bahwa gunung-
gunung tempat mereka mendaki itu perlu dijaga kebersihannya, keasriannya, bahkan
kelestariannya. Jadi mereka tidak semata-mata naik gunung hanya ingin mencapai
kebutuhan standar hidup atau ajang pamer belaka. Bahkan ada persepsi dari salah satu
pendaki yakni penyanyi yang cukup terkenal dikalangan remaja, Fiersa Besari. Menurutnya
“alam ini sangat Indah, dan setiap hari atau lambat laun kedepan alam akan berubah. Bisa
dibuktikan dengan adanya berbagai bencana alam yang memungkinkan akan membuat
keindahan alam menjadi berkurang,” nah dari kutipan tersebut bisa memicu timbulnya
alasan jika para pendaki ingin naik gunung untuk dapat berkesempatan menikmati indahnya
ciptaan kebesaran Allah SWT. Mereka yang mendaki gunung akan berusaha selalu
bersyukur dan menyerahkan segala urusan hajat atau keinginan untuk menikmati apapun itu
yang ada di gunung semacam indahnya padang sabana, bukit, puncak dan lain sebagainya
dengan lapang dada.

Dari studi pengetahuan, pengalaman, dan spiritual pun termasuk alasan yang ingin
didapatkan dari mendki gunung. Suatu contoh ketika, pendaki A berasal dari Batam. Dia
sedang ingin mendaki gunung Papandayan yang ada di Jawa Barat. Nah secara tidak
langsung pendaki A akan culture shock, karena latar belakang budaya ataupun bahasa pasti
sangat berbeda. Jadi keuntungan secara tidak langsung bagi pendaki yang melakukan
pendakian di daerah yang berbeda dari budayanya, akan mendapatkan pengetahuan
budaya endemik dari masyarakat sekitar gunung-gunung yang akan didakinya. Selain itu
mereka pasti memperoleh pengalaman berjumpa dengan berbagai orang asing dengan latar
belakang budaya masing-masing. Kegiatan mendaki gunung yang ramai tersebut biasanya
akan kita jumpai pada hari menjelang tujuh belasan atau hari kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan dari sisi spiritual, ada salah satu gunung yang dipercaya terdapat sebuah situs
peninggalan. Di gunung Lawu Jawa Tengah, terdapat peninggalan agama hindu yaitu candi
Ceto dan candi Kethek. Di puncaknya yaitu Hargo Dalem juga terdapat petilasan yang
diyakini menjadi tempat moksanya Raja terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya V. Maka di hari-
hari tertentu disana akan ditemukan peziarah yang berkunjung kesana untuk sekedar
menghormati ataupun mendoakan.

Dalam setiap kegiatan pasti ada alasan atau maksud latar belakang masing-masing. Jadi
jipa persepsi bahwa naik gunung hanya sekedar trend gaya-gaya an foto di gunung, saya
rasa tidak sekadar itu belaka. Banyak hal yang bisa kita petik atau ambil hikmahnya dari
mendaki gunung. Dan sekali lagi jika kita berpikir positive pasti Allah akan selalu bersama
kita, ‘Believe, Allah always with you’.

Anda mungkin juga menyukai