Anda di halaman 1dari 23

DAYA TARIK GUA MARIA KEREP AMBARAWA SEBAGAI WISATA PILGRIM

Oleh:

Bonaventura Marsev Paskallis

K4419027

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontrubusi dengan memberikan sumbangan
baik berupa materi maupun pikirannya.

Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman. Saya yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 13 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………..... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………….... 4
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………….. 4

BAB II Pembahasan
A. Sejarah Pembangunan Gua Maria Kerep Ambarawa.……………………….……….. 5
B. Daya Tarik Wisata di Gua Maria Kerep Ambarawa……......…………………..……. 6
C. Akses Menuju Gua Maria Kerep Ambarawa………………………………………… 8
D. Fasilitas yang Mendukung di Gua Maria Kerep Ambarawa………………………..... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………………….……… 10

B. Saran………………………………………………………………………………… 11

DAFTAR PUSATAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini perkembangan pariwisata semakin beragam, sehingga para
wisatawan pun dapat secara bebas memilih wisata yang akan dipilihnya. Kebutuhan akan
wisata merupakan kebutuhan sekunder yang dapat dipenuhi setelah kebutuhan primer
tercukupi. Pariwisata yang ada sekarang pun semaking berkembang, setiap potensi
pariwisata semakin digalakan dan dibenahi menuju arah yang lebih maju sehinggga
pembangunan pariwisata semakin mendapat prioritas bagi semua lingkup pelaku
pariwisata, termasuk wisatawan.

Secara historis, motivasi dan tujuan kunjungan wisatawan ke suatu tempat wisata
pada hakekatnya adalah untuk memnuhi kebutuhan sekundernya dan tentu saja
kunjungan wisata ini dilakukan setelah kebutuhan primernya sudah terpenuhi. Beberapa
kebutuhan sekunder manusia yang dapat dipenuhi dengan jalan melakukan perjalanan
wisata tadi diantaranya adalah untuk: mengisi waktu liburan, rekreasi dan bersenang-
senang, berlibur, untuk tujuan kesehatan, studi, keperluan sosial budaya dan keagamaan
seperti ziarah, olahraga, bisnis, urusan keluarga, maupun untuk berbagai tujuan yang
bersifat khusus seperti menghadiri suatu pertemuan, rapat, konvensi, pameran maupun
untuk tujuan-tujuan khusus yang lain yang biasanya berkaitan dengan hobi atau
kegemaran seseorang. (Sunaryo, 2013)

Pada masa saat ini kegiatan wisata mulai diminati Kembali oleh masyarakat
Indonesia. Pasalnya setelah 2 tahun diadakannya pembatasan akibat pandemic, orang-
orang jadi tidak bisa berpergian apalagi melakukan kegiatan pariwisata. Dari banyaknya
minat masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata, masyarakat juga tertarik untuk
melakukan ziarah yang juga termasuk bentuk wisata rohani atau juga wisata pilgrim.
Keterkaitan antara pariwisata degan ziarah ke tempat-tempat suci agama menunjukkan
bahwa pariwisata merupakan suatu bentuk variasi dari ziarah. Hal itu dipertegas lagi dari
Pitana dan Gayatri, bahwa atraksi wisata yang dinikmati wisatawan adalah simbol-
simbol keagamaan pada masyarakat primitif. (Pitana & Gayatri, 2005)

Dalam melakukan banyaknya kegiatan, manusia pasti memiliki rasa penat akibat
lelah dari bekerja. Dalam keadaan seperti itu mereka berusaha mencari ketenangan batin
dengan melakukan aktivitas wisata dan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan

1
pemenuhan kebutuhan spiritual. Salah satu aktivitas yang merupakan kebutuhan ini yaitu
aktivitas wisata rohani.Selain karena motivasi keagamaan dan pemenuhan spiritual,
wisata rohani dihubungkan dengan keinginan wisatawan untuk memperoleh kekuatan
batin, keteguhan iman, dan untuk memperoleh berkah kekayaan yang melimpah.

Pada nuansa wisata pilgrim dapat meningkatkan nilai-nilai spiritualitas pada


manusia yaitu misalnya wisata mengunjungi tempat-tempat peribadatan seperti masjid,
wisata ziarah pada wali, sunan atau kyai, dan juga Gua Maria. Bagi masyarakat yang
sangat kental akan nuansa religinya, maka wisata yang menjadi tujuan adalah wisata
religi bagi individu-individu tersebut. Wisata religi banyak macamnya seperti
mendatangi bangunan masjid, makam-makam, dan adanya tindakan yang dilakukan
berupa ziarah. Tindakan ziarah tersebut tentunya mempunyai makna tersendiri bagi
pelaku dalam melakukan tindakannya, begitu sangat memiliki kekuatan tersendiri karena
mampu menarik perhatian dari kalangan masyarakat lokal setempat ataupun berasal dari
luar daerah.

Perjalanan ziarah ke suatu tempat bisa dilihat dalam berbagai perspektif dan tujuan.
Selain perjalanan ziarah untuk keperluan spiritual dan ritual, ziarah juga dapat berupa
perjalanan wisata, atau mungkin perpaduan antara keduanya. Selain itu, perjalanan ziarah
dapat dikaji dari berbagai aspek seperti sosial, kelas, ekonomi dan sebagainya. Sebagai
suatu fenomena sosial, ziarah melibatkan manusia dan kelompok tertentu dan dari hal ini,
praktik ziarah tidak bisa lepas dari aspek-aspek yang melekat pada kehidupan manusia.
Dalam tulisannya, Murphy (1994), membahas hubungan pilgrimage dengan sistem
sosial. Lebih spesifik ia mendemonstrasikan bahwa dalam pilgrimage, pemberian simbol,
gestur, atau elemen ritual dapat digunakan sebagai intepretasi untuk melihat hirarki atau
eksklusi oleh satu konstituensi pilgrimage dan perbedaan sosial. Pada studi kasusnya di
Andalusia, ia menemukan bahwa komentar spiritual dalam sebuah kultus terbentuk dari
kontestasi atas klaim ideologi berbeda, anggota komunitas berbeda dan kelas sosial yang
berbeda. Ia menemukan bahwa pakaian yang digunakan para peziarah di Andalusia
merupakan simbol atas kelas-kelas tertentu. Kostum yang dipakai tidak dapat terlepas
dari identitas komunitas dan ideologi yang mereka bawa. Lewat atribut simbol yang
digunakan dalam pakaian peziarah, muncul komentar atas penilaian terhadap simbol-
simbol tersebut yang dimaknai sebagai nilai-nilai spiritual.

2
Contoh lain keterkaitan pilgrimage dengan aspek-aspek tertentu pada kehidupan
manusia adalah Notermans (2007), yang membahas pilgrimage dan kaitannya dengan
penyembuhan secara spiritual pada masyarakat sekular di Belanda yang melakukan
perjalanan ziarah menuju Lourdes di Perancis. Para peziarah yang mayoritas adalah
orang tua, melakukan perjalanan menuju Lourdes untuk penyembuhan atas sakit yang
mereka derita, sakit disini lebih merujuk pada gangguan emosional. Dengan melakukan
perjalanan ziarah, mereka merasa menemukan tempat untuk mengkomunikasikan
kegelisahan mereka atas kebutuhan bergama yang pada kasusnya tidak terakomodasi di
negara asal mereka Belanda karena merupakan negara sekular. Mereka mencari
penyembuhan emosial atas trauma dan asa sakit yang tidak dapat terselesaikan dengan
hanya datang ke gereja. Mereka menganggap Lourdes sebagai tempat yang lebih suci
dari gereja biasa dimana sebagai tempat ritual dan simbol, Lourdes lebih dapat
membantu dalam memberi makna dan merenima rasa sakit mereka.

Wisata ziarah banyak dikaitkan dengan ibadah suatu agama tertentu. Seringkali
pula berkenaaan dengan sejarah dan adat istiadat. Tempat wisata yang dituju adalah
tempat-tempat suci atau yang diskakralkan seperti makam Nabi, pemimpin besar, tokoh
masyarakat, wali, dan tempat-tempat keramat dan juga termasuk Gua Maria. Wisatawan
yang datang bermaksud untuk mengunjungi dan mendoakan makam yang dikunjungi,
dapat juga dijadikan tempat berdoa untuk penganut agama tertentu atau hanya senang
mengunjungi tempat peninggalan sejarah keagamaan untuk menambah pengetahuan
(Witantra, 2011). Wisata pilgrim yang ada di Desa Kerep, Ambarawa ini memiliki daya
tarik tersendiri, di Gua Maria Kerep Ambarawa ini sama sekali tidak dipungut biaya
apapun. Wisatawan dapat dikategorikan dalam individual atau pun secara kolektif atau
rombongan dalam melakukan sebuah perziarahan. Mereka melakukan wisata ziarah
untuk berdoa kepada Bunda Maria, selain itu juga mencari ketenangan jiwa karena
tempat ini sangatlah nyaman, tenang sehingga membuat para wisatawan mengunjungi
tempat ini. Gua Maria Kerep Ambarawa sendiri juga terdapat patung Bunda Maria
diangkat ke Surga dengan tinggi bangunan 42 meter, patung ini merupakan patung Maria
tertinggi di Asia. Dengan hal inilah saya tertarik untuk mengulik lebih dalam tentang
Gua Maria Kerep Ambarawa, maka dari itu saya menuliskan artikel ini dengan judul
DAYA TARIK GUA MARIA KEREP AMBARAWA SEBAGAI WISATA
PILGRIM DI JAWA TENGAH.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pembangunan Gua Maria Kerep Ambarawa?
2. Bagaimana daya Tarik wisata Gua Maria Kerep Ambarawa?
3. Bagaimana aksees menuju ke Gua Maria Kerep Ambarawa?
4. Apa saja fasilitas yang mendukung di Gua Maria Kerep Ambarawa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah pembangunan Gua Maria Kerep Ambarawa.
2. Untuk mengetahui daya Tarik wisata Gua Maria Kerep Ambarawa.
3. Untuk mengetahui aksees menuju ke Gua Maria Kerep Ambarawa.
4. Untuk mengetahui fasilitas yang mendukung di Gua Maria Kerep Ambarawa.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PEMBANGUNAN GUA MARIA KEREP AMBARAWA

Gua Maria Kerep Ambarawa termasuk pendahulu bagi munculnya gua-gua Maria
di Indonesia setelah Gua Maria Sendangsono di Kabupaten Kulonprogo (DIY) dan Gua
Maria Sriningsih di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Gua yang didirikan tahun 1954 ini
lahir dengan sejarah yang sangat sederhana dan juga tidak berdasarkan suatu
penampakan. Kelahiran Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) tak bisa lepas dari
seorang berwarganegara Belanda yang bertugas sebagai pengelola perkebunan di sekitar
Ambarawa yang telah mempersembahkan tanah dan rumahnya kepada Gereja. Oleh
Gereja tanah dan rumah ini diberikan kepada Kongregasi Bruder Para Rasul atau Bruder
Apostolik. Kongregasi ini didirikan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata dan
beranggotakan orangorang pribumi serta berstatus sebagai kognregasi keuskupan.
Sayang kongregasi ini tidak dapat bertahan lama karena tak ada lagi peminatnya hingga
akhirnya dibubarkan. Di tanah biara inilah Gua Maria Kerep Ambarawa didirikan.

Pembangunan GMKA dimulai oleh Romo Bernardinus Soemarno, SJ dan Romo


Reijnders (mantan Direktur Kongregasi Bruder Apostolik). Pembangunan mulai
direalisasikan tahun 1954. Siswa-siswi sekolah guru yang tinggal di Asrama Bruderan
dan Susteran Ambarawa dikerahkan untuk mengumpulkan batu dari sungai Panjang dan
dikumpulkan di kebun Bruderan Apostolik Kerep. Di samping dikerjakan secara gotong-
royong, juga didukung oleh panitia resmi pada waktu itu yang terdiri dari Romo L.
Koersen, SJ dan Romo Haeken, SJ sebagai arsitek, Bruder B. Tjiptosutedjo sebagai tata
batu, serta dua tukang batu asal Desa Panjang dan Pojok bernama Wirosembodo dan
Setro Sentono.

Gua Maria Kerep Ambarawa dibangun selama lebih kurang satu tahun. Selama
pembuatan melibatkan banyak murid asrama Sekolah Guru Kolese Santo Yusuf dan
Sekolah Guru Putri Santa Maria Ambarawa, anak-anak asrama Bruderan dan Susteran.
Pembangunan awal selesai kira-kira pada tanggal 25 Juli 1954. Tepat pada hari Minggu
tanggal 15 Agustus 1954 Gua Maria Kerep Ambawara diberkati dan diresmikan oleh
Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. A Soegijapranata, SJ. Patung Bunda Maria
diberkati dengan air suci dari Lourdes. Nampak sekali bahwa Gua Maria Kerep

5
Ambarawa sejak semula diusahakan agar bisa meniru kesakralan Gua Maria di Lourdes,
hal ini tampak pada kemiripan patung Perawan Maria di Lourdes.

Proses pembangunan tidak berhenti di sana. Pada tahap pembangunan selanjutnya,


dibentuk sebuah tim pengelola yang waktu itu diketuai FX Darmadi Hardjono dan
Panitia Pembangunan Gua Maria Kerep pada tanggal 29 Februari 1992. Panitia
Pembangunan ini diteguhkan dengan Surat Pengangkatan dari Bapak Uskup Agung
Semarang, nomor 132/B1Vb/92, dengan Ketua Ignasius Djajus Adisaputro. Sejak saat itu
panitia pembangungan yang dibantu oleh Tim Fakultas Teknik Unika Soegijapranata
bekerja keras untuk merealisasikan program pembangunan yang telah ditetapkan.

B. DAYA TARIK WISATA GUA MARIA KEREP AMBARAWA

Selain sebagai tempat beribadah, Gua Maria Kerep Ambarawa ini juga menjadi
obyek wisata tidak hanya untuk umat Katolik saja, namun juga umat agama lain, seperti
Kristen, Islam, Budha dan Hindu. Berdirinya Gua Maria Kerepini dilatarbelakangi
pernyataan Sri Paus pada tahun 1948 yang menyatakannya sebagai Tahun Maria untuk
mengenang 100 tahun usia dogma Maria Terkandung Tanpa Noda. Momentum tersebut
mendorong sebagian umat paroki Ambarawa beserta para gembalanya untuk memajukan
devosi (pencapaian hakikat Tuhan) kepada Santa Perawan Maria dengan menghadirkan
patung Maria seperti yang ada di Gua Maria Lourdes, Perancis dan menempatkannya di
suatu tempat yang dapat menjadi sarana peziarahan. Usaha tersebut juga untuk
memenuhi kebutuhan adanya tempat berziarah bagi umat katolik Jawa Tengah bagian
utara mengingat di bagian selatan sudah ada tempat beribadah yaitu Sendangsono,
Muntilan, Jawa Tengah dan Sriningsih, Sleman, Yogyakarta.

Secara geografis, GMKA terletak di perbukitan sebelah selatan lereng Gunung


Ungaran. Pepohonan yang lebat menghiasi wajah bukit ini. Dari lereng inilah tampak
hamparan Kota Ambarawa, lembah yang berupa bentangan sawah dan kilauan air Rawa
Pening dengan pemandangan yang sangat indah dan mempesona. Di depan gerbang
kompleks GMKA dan memandang jauh ke arah selatan, tampak Kota Ambarawa berlatar
belakang Gunung Telomoyo dan Gunung Merbabu. Bila malam hari tiba, pemandangan
berubah menjadi gemerlap lampu-lampu aneka warna. Dari gerbang ini pula terlihat
menara Gereja Jago atau Gereja Santo Yusuf Ambarawa.

6
a) Patung Bunda Maria tertinggi di Asia

Patung Bunda Maria Assumpta dibangun di Komplek Wisata Gua Maria


Kerep, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dengan ketinggian 42
meter. Patung ini dibuat oleh seniman patung asli dari Ambarawa. Patung ini
memiliki ketinggian 23 meter dengan ketinggian penopang 19 meter yang
apabila ditotal menjadi 42 meter. Patung yang dibangun dengan sistem bongkar
pasang ini mengalahkan patung Bunda Maria tertinggi saat ini yang ada di
Bulgaria yang memiliki ketinggian 32 meter. Di kepala Patung Bunda Maria ini
dihiasi replika 7 pancaran sinar yang menggambarkan Sapta Duka Bunda Maria.
Patung ini menghadap ke arah timur menghadap matahari terbit,
menggambarkan bahwa patung Bunda Maria ini menyinari semua orang, baik
orang jahat maupun orang baik. Patung Bunda Maria Assumpta ini diberkati dan
diresmikan pada 15 Agustus 2015 pukul 17.00 WIB oleh Mgr. Johannes
Pujasumarta, Uskup Agung Semarang. Agama Katolik sangat menjunjung
Bunda Maria. Oleh karena itu, berziarah ke Gua Maria adalah hal yang rutin
dilakukan oleh umat Katolik.

Keberadaan patung tersebut tercatat di Lembaga Prestasi Indonesia Dunia


(LEPRID) yangtelah memberikan penghargaan khusus atas pembuatan patung
tersebut. Patung Bunda Maria dimaksudkan sebagai simbol perdamaian di bumi
dimana Maria yang merupakan ibu Yesus Kristus adalah sosok yang selalu
bijaksana dan dekat dengan semua golongan. Patung ini menjadi simbol
perdamaian dan menjadi inspirasi bagi umat agar selalu hidup damai di bumi.

b) Prasasti

Di samping kanan altar gua dipasang prasasti dengan tulisan: "DI SINI,
KARUNIA ALLAH MENGALIR DENGAN PERANTARAAN BUNDA MARIA".
Kalimat ini merupakan buah permenungan Bapak Kardinal Yustinus
Darmoyuwono. Sejak itu makin banyak umat yang datang berziarah dan
mengadakan berbagai kegiatan rohani, seperti Jalan Salib, renungan, rekoleksi,
ibadat, ekaristi dan novena.

7
C. AKSES MENUJU GUA MARIA KEREP AMBARAWA

Gua Maria Kerep Ambarawa berada di Jalan Tentara Pelajar, Dusun Kerep,
Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah. Obyek wisata Gua Maria Kerep dengan luas sekitar 5 hektar lebih ini tidaklah
sulit. Bila berangkat dari kota Semarang naik bus jurusan Yogyakarta. Begitupun
sebaliknya, bila dari Yogyakarta pilihlah bus ke Semarang, lalu turun di terminal
Ambarawa. Demikian pula bila menggunakan kendaraan pribadi ditempuh melalui jalur
Semarang-Yogyakarta, sampai di terminal bus Ambarawa, ada papan penunjuk untuk
masuk ke arah obyek wisata GMKA, yakni jalan masuk ke arah barat dan menyusuri
jalan menanjak sekitar 1 KM.

D. FASILITAS YANG MENDUKUNG DI GUA MARIA KEREP AMBARAWA


a) Aula, Gedung Transit, Ruang Doa

Untuk masuk ke Gua Maria ini ada tiga tahapan prosesi ibadah yang harus
dilalui, yakni saat pengunjung datang, terlebih dahulu masuk ke Taman Doa,
selanjutnya pengunjung harus melintasi stasi Jalan Salib, sebagai bentuk
pembelajaran untuk meneladani kesengsaraan Kristus, dan akhir perjalanan,
pengunjung langsung dapat melakukan Adorasi, atau melakukan meditasi dan
perenungan cipta di depan patung Yesus minimal 1 jam, diharapkan dari prosesi
tersebut pengunjung dapat mengembalikan jati diri atau sangkan paraning dumadi
menuju manunggaling kawulo Gusti. Dan sejak itu makin banyak umat yang
datang berziarah dan mengadakan berbagai kegiatan rohani seperti berdoa jalan
salib, mengadakan renungan, ekaristi dan novena. Sementara untuk umat agama
lain, sering menggunakan tempat ini sebagai tempat berdoa/meditasi, karena tepat
di depan patung Bunda Maria, diyakini setiap orang yang berdoa, akan selalu
terkabul, seperti penyakit yang disembuhkan maupun keinginan memiliki
keturunan. Selain itu, Gua Maria Kerep ini juga dilengkapi dengan Kapel atau
tempat beribadah yang mampu menampung 400 jemaat, lokasi Camping Ground
yang mampu menampung 1000 orang, serta disediakan pula 3 kamar besar untuk
pengunjung dari luar kota yang ingin menginap, serta ruang rapat yang mampu
menampung 180 orang.

b) Tempat Parkir

8
Tempat parkir Gua Maria Kerep Ambarawa sangatla luas, bisa menampung
sekitar 200 mobil pribadi dan 200 sepeda motor. Begitu parkir mobil, langsung
sampai di jalan menuju patung Bunda Maria Assumpta yang tinggi menjulang.

c) Toko Benda Rohani

Di Sebelah tempat parkir Gua Maria Kerep Ambarawa tersedia toko benda
rohani. Pengunjung dapat membeli kenang-kenangan atau oleholeh benda rohani
seperti kalung, buku kidungan, kitab suci, salib, kaos, lilin, perlengkapan Gereja
dan aneka souvenir rohani.

d) Gereja

Dalam area tersebut juga terdapat kapel dan stasi-stasi jalan salib, terdapat
altar dan sebelah kanannya terdapat air dari mata air yang bisa digunakan untuk
membasuh muka atau untuk dibawa pulang.

e) Warung Makanan di Sekitar Area Gua Maria

Pengunjung Gua Maria Kerep Ambarawa dapat menikmati aneka makanan


dan minuman di Puja Sera yang letaknya tidak jauh dari tempat parkir. Selain itu,
di sekitar lokasi tersebut juga banyak pedagang kaki lima yang menjual aneka
jajanan dan makanan tradisional.

f) Akomodasi

Tak jauh dari lokasi ziarah terdapat hotel dan homestay. Pengunjung yang
berasal dari luar kota dan ingin beristirahat menikmati indahnya alam dan
berwisata rohani di tempat ini dapat menginap di hotel dan homestay tersebut.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Daya tarik Gua Maria Kerep Ambarawa adalah Gua Maria, Patung Bunda Maria
Tertinggi di Dunia, prasasti dan pemandangan sejuk di pegunungan. Gua Maria Kerep
Ambarawa berbentuk gua buatan dengan memakai tumpukan batu kali yang terikat
dengan semen, pasir dan kapur.

Daya tarik pada Gua Maria Kerep Ambarawa ini terletak pada tempatnya yang
nyaman, tenang, sehingga dapat meredam kepenatan-kepenatan yang sudah dilewati.
Selain itu juga adanya Patung Bunda Maria terbesar dan tertinggi juga menjadi salah satu
daya Tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Patung Bunda Maria
Assumpta dibangun di Komplek Wisata Gua Maria Kerep, Ambarawa, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah, dengan ketinggian 42 meter. Patung ini dibuat oleh seniman
patung asli dari Ambarawa. Patung ini memiliki ketinggian 23 meter dengan ketinggian
penopang 19 meter yang apabila ditotal menjadi 42 meter. Patung yang dibangun dengan
sistem bongkar pasang ini mengalahkan patung Bunda Maria tertinggi saat ini yang ada
di Bulgaria yang memiliki ketinggian 32 meter. Di kepala Patung Bunda Maria ini
dihiasi replika 7 pancaran sinar yang menggambarkan Sapta Duka Bunda Maria.

Gua ini menghadap ke timur dan dinaungi oleh pepohonan yang tinggi dan
rindang. Di salah satu guanya terdapat patung Bunda Maria bergaya Lourdes tanpa
mahkota.Dilihat dari aksesnya,untuk mencapai obyek wisata rohani di Gua Maria Kerep
dengan luas sekitar 5 hektar lebih ini tidaklah sulit. Bila berangkat dari kota Semarang
pengunjung dapat naik bus jurusan Yogyakarta. Begitupun sebaliknya, bila dari
Yogyakarta pilih bus ke Semarang lalu turun di terminal Ambarawa. Demikian pula bila
menggunakan kendaraan pribadi menempuh jalur Semarang-Yogyakarta, sampai di
terminal bus Ambarawa, ada papan penunjuk untuk masuk ke arah obyek wisata, yakni
jalan masuk ke arah barat dan menyusuri jalan menanjak sekitar 1 KM.Fasilitas yang ada
di Gua Maria Kerep Ambarawa yaitu: Aula, Gedung Transit, dan Ruang Doa, Tempat

10
Parkir, Toko benda Rohani, Gereja, Warung makanan di sekitar Area Gua, dan
Akomodasi berupa hotel dan homestay.

B. SARAN
Wisata ziarah perlu dikembangkan manakala mempunyai nilai-nilai sejarah yang
tinggi dan merupakan bagian dari obyek wisata budaya. Wisata ziarah perlu dilestarikan
dan dipertahankan yang mana mempunyai kegunaan yang sangat penting, karena wisata
ini berhubungan dengan sebuah spiritualitas bagi yang menjalankan tindakan ziarah dan
wisata ini juga bisa digunakan untuk mencari kesenangan pada wisatawan yang
digunakan sebagai relaksasi. Wisatawan dalam menjalankan wisata ziarah perlu
menghormati antar sesama pengunjung sehingga tercipta rasa kebersamaan. Wisatawan
dalam menjalankan wisata ziarah sebaiknya mentaati terhadap peraturan yang ada dan
dapat menjaga hubungan yang baik antar pengunjung.

Selain itu pengelola Gua Maria Kerep Ambarawa setidaknya selalu ada, karena
pada saat saya kesana tidak ada pengelola yang bisa untuk ditemui. Namun pada
dasarnya tempat ini memanglah sangat sunyi, sehingga memang tidak banyak orang
berkumpul untuk melakukan kegiatan selain berdoa dan meditasi.

11
DAFTAR PUSTAKA
Jackowski, A., & Smith, V. (1992). Polish Pilgrim-Tourist. Annals of Tourism Research Vol 19 No. 1, 91-
106.

Maryani. (1991). Pengantar Geografi Pariwisata. Bandung: IKIP.

Murphy, M. D. (1994). Class, Community, and Costume in an Andalusia Pilgrimage. Anthropological


Quarterly, Vol, 67, No. 2. April 1994, 49-61.

Notermans, C. (2007). Loss and Healing: A Marian Pilgrimage in Secular Dutch Society. Ethnology,
Vol. 46, No. 3, 217-233.

Pitana, I., & Gayatri. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Smith, V. (1992). Introduction: The Quest in Guest. Annals of Tourism Research, Vol 19, No. q, 1-17.

Spillane. (2002). Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius.

Sunaryo, B. (2013). Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata. Yogyakarta: Gava Media.

Turner, V., & Turner, E. (1978). Image and Pilgrimage in Christian Culture. New York: Columbia
University Press.

Usman, H. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Vukonic, B. (1996). Tourism and Religion. Oxford.

Wiederkehr, M. (2001). Behold Your Life: a Pilgrimage Trough Ypur Memories. Paris: Ave Maria
Press.

Witantra, A. P. (2011). Peran Otonomi Daerah Terhadap Pariwisata.

Yoeti, O. (2001). Ilmu Pariwisata: Sejarah, Perkembangan dan Prospeknya. Jakarta: Pertja.

12
LAMPIRAN

Dokumentasi pribadi, 13 Juni 2022

13
Gereja di Gua Maria Kerep Ambarawa

Dokumentasi Pribadi, 2022

Pelataran Gua Maria dan Ruang Doa

14
Dokumentasi Pribadi, 2022

15
Area Makam Keluarga R.A Maria Soejadi Sasraningrat (Dokumentasi Pribadi, 2022)

Taman di Area Gua Maria Kerep Ambarawa (Dokumentasi Pribadi, 2022)

16
Indahnya Pemandangan di Area Gua Maria Kerep Ambarawa (Dokumentasi Pribadi, 2022)

17
Denah Gua Maria Kerep Ambarawa (Dokumentasi Pribadi, 2022)

Toko Benda Rohani (Dokumentasi Pribadi, 2022)

18
Patung Bunda Maria tertinggi di Dunia (pada saat ini bertepatan saat maintenance rutin)
Dokumentasi pribadi, 2022

19
Area Parkir yang luas (dokumentasi pribadi, 2022)

20

Anda mungkin juga menyukai