Memaknai Kemerdekaan (Nur Ilahi)
Memaknai Kemerdekaan (Nur Ilahi)
hari kemerdekaannya. Semarak menyambutnya hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan, kemuliaan manusia. Manusia tak akan lebih utama
telah nampak sejak jauh hari. Spanduk, bendera, ketika perjuangan beralih ke zaman setelah itu, dari makhluk-makhluk lain dan menjadi mulia
umbul-umbul, dan baliho-baliho bertuliskan Islam tetap menjadi sumbu dari berputarnya usaha- sebelum ia terbebas dari penjajahan.
“Dirgahayu Kemerdekaan” menghiasi jalan-jalan usaha menuju kemerdekaan. Tak heran, jika para
Lalu pertanyaannya, kemerdekaan seperti apa yang
raya. Semuanya menjadi semarak menyambut hari ulama dan tokoh Islam, ketika memiliki kesempatan
akan menjadikannya mulia?
bersejarah itu. untuk mewarnai lahirnya Indonesia, mereka
memanfaatkannya dengan memperjuangkan Islam Dalam sebuah atsar (riwayat) disebutkan, ketika
Namun di balik kesemarakannya, masih terselip
sebagai pondasi negara. Melalui Piagam Jakarta Rib’i bin Amir radhiyallahu anhu, salah seorang
berbagai pertanyaan di benak kita; benarkah kita
(Jakarta Charter), umat Islam mencoba utusan pasukan Islam dalam perang Qadishiyah
sudah merdeka secara hakiki? apa makna
menyalurkan citanya untuk menjadikan Indonesia ditanya tentang perihal kedatangannya oleh
kemerdekaan bagi kita? bagaimana kita mengisi
sebagai negara merdeka yang bertauhid. Meskipun Rustum, panglima pasukan Persia, ia menjawab,
kemerdekaan yang kita rasakan saat ini?
akhirnya pupus karena suatu sebab yang disesalkan “Allah mengutus kami (Rasul) untuk memerdekakan
Sebelum kita melihat lebih jauh, ada baiknya kita para tokoh Islam waktu itu. manusia dari penghambaan manusia kepada
mencoba mengingat kembali bagaimana manusia menuju penghambaan manusia kepada
Makna Kemerdekaan
kemerdekaan itu bisa hadir di negeri tercinta ini. Rabb manusia, dari sempitnya kehidupan dunia
Manusia sebagai makhluk Allah Subhanahu wa kepada kelapangannya, dari ketidakadilan agama-
Ketika kita membuka kembali lembaran-lembaran
Ta’ala telah dianugerahi keistimewaan tersendiri agama yang ada kepada keadilan Islam.” (Lihat Al-
sejarah bangsa ini, maka kita akan menemukan
yang tidak diperoleh oleh makhluk-makhluk lainnya. Jihad Sabiluna hal. 119).
jejak Islam di setiap lembarannya. Ya, jejak
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
perjuangan kaum muslimin dan para ulama yang Dari atsar di atas, nampak bahwa Islam, ternyata,
menentang penindasan dan mengagungkan nama
Islam. Bahkan perjuangan kemerdekaan tersebut
َو َل َق ْد َكرَّ مْ َنا َبن ِٓى َءادَ َم َو َح َم ْل ٰ َن ُه ْم فِى ْٱل َبرِّ َو ْٱل َبحْ ِر memandang kemerdekaan bukan dari satu sisi saja,
melainkan dari semua sisi, baik dari segi lahiriyah
ٰ َّ َو َر َز ْق ٰ َنهُم م َِّن
telah ada jauh sebelum terbayangnya sebuah ِْير ِّممَّن ٍ ت َو َفض َّْل َن ُه ْم َع َل ٰى َكث ِ ٱلط ِّي ٰ َب maupun batiniyah, yakni kemerdekaan atau bebas
komunitas bernama Indonesia. َخ َل ْق َنا َت ْفضِ ياًل dari penghambaan kepada selain Allah Subhanahu
wa Ta’ala menuju tauhid untuk ranah batiniyah dan
Dalam sejarah itu, kita dapat melihat bagaimana
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak- kemerdekaan dari kesempitan dunia dan
semangat jihad melebur ke dalam budaya
anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di ketidakadilan menuju kelapangan dan keadilan
masyarakat Indonesia, yang memang menjadi
lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik Islam dalam ranah lahiriyah. Sehingga bisa
mayoritas muslim kala itu. Tampilnya para pejuang
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang dikatakan bahwa makna kemerdekaan dari ajaran
Islam di beberapa wilayah seperti ; di Aceh dengan
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Islam adalah kemerdekaan yang sempurna bagi
Hikayat Perang Sabil-nya, di Jawa dengan dengan
Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra’ : 70). umat manusia.
Pangeran Diponegoro yang hendak merdeka dan
melawan penjajahan, di Makassar dengan Sultan Selain ilmu dan akal, di antara bentuk kemuliaan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam Syarah Al-
Alauddin yang berdiri tegak mempertahankan dan kelebihan manusia atas makhluk-makhluk lain, Aqidah Al-Washithiyyah berkata, “Ubudiyyah
kesultanannya dari rongrongan VOC, dan daerah- menurut sebagian para mufassirin (ahli tafsir), (penghambaan) kepada Allah adalah kemerdekaan
daerah lainnya, semuanya menjadi warna adalah kecenderungannya untuk terbebas dari yang hakiki, (sehingga) orang yang tidak
perjuangan kemerdekaan bangsa kita. Bertumpuk- penindasan dan penjajahan (Lihat Tafsir Bahrul menyembah kepada Allah semata, maka dia adalah
tumpuk badan telah menjadi syahid, insyaaAllah. Muhith 6/59). hamba (budak) bagi selain Allah”. Jika ia masih
Bersahut-sahut takbir memanggil, mengantar nyawa menjadi budak, tentu saja belum pantas disebut
mereka bercerai dari badannya, yang dengannya merdeka.
Kemerdekaan yang asasi adalah ketika manusia dari jalan fitrahnya. Begitu pula, kemerdekaan oleh bersyukur kepada Allah” (HR. Abu Daud. Di-shahih-
berada dalam fitrahnya, yaitu Islam dan tauhid. seorang muslim adalah terbebasnya seorang hamba kan oleh Syaikh Ahmad Syakir).
Setiap manusia yang terlahir di muka bumi, dari segala sistem kehidupan yang tidak bersumber
Mensyukuri kemerdekaan adalah dengan mengisi
sejatinya adalah manusia merdeka. Bagaimana dari aturan Islam dan sunnah NabiNya sebagai
masa kemerdekaan dengan amalan yang
bisa? Hal ini karena sejatinya tak seorang pun yang wahyu Ilahi. Olehnya, ketika seorang hamba
disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam
terlahir ke dunia ini kecuali telah bersaksi bahwa senantiasa komitmen akan hal ini, maka sejatinya ia
berbangsa dan bernegara, bukan dengan
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Rabbnya dan adalah manusia merdeka di sepanjang hidupnya.
mengisinya dengan kemaksiatan kepadaNya.
Islam adalah agamanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala Wallahu a’lam.
Dengan tegas Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
berfirman,
Mensyukuri Kemerdekaan memberi arahan kepada bangsa ini bagaimana
َوا ِْذ اَ َخ َذ َر ُّب َك م ِۢنْ َبن ِْٓي ٰادَ َم مِنْ ُظ ُه ْو ِر ِه ْم ُذ ِّر َّي َت ُه ْم Kemerdekaan bangsa Indonesia dari rongrongan
seharusnya mengisi kemerdekaan dan mensyukuri
فَ ََأب َواهُ ُي َه ِّو َدانِِه َْأو،ُك ُّل َم ْول ُْو ٍد ُي ْولَ ُد َعلَى ال ِْفط َْر ِة
berfirman, “Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan bangsa ini menjadi sebuah “baldatun thayyibatun
menambah (kenikmatan tersebut) kepada kalian” warabbun ghafuur“ yaitu sebuah negara dan bangsa
(QS. Ibrahim: 7). yang meraih maghfirah (ampunan), kesejahteraan
ص َرانِِه
ِّ َيُ َم ِّج َسانِِه َْأو ُين dan kedamaian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
Mensyukuri kemerdekaan adalah mensyukurinya
selama-lamanya. Semoga. Wallahu a’lam. (Abu
dengan lisan-lisan kita, dalam bentuk kalimat
“Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, Mujahid)
tahmid, berterima kasih dan menyebut jasa serta
selanjutnya orang tuanyalah yang menjadikannya
mendoakan para pahlawan, semoga amalnya
seorang yahudi, majusi, atau nashrani” (HR.
diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menyebut jasa
Muslim).
baik tersebut juga menjadi bagian dari syukur kita
Jadi, setiap muslim hendaknya memaknai kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah
kemerdekaan itu sebagai pembebasan dari segala Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Orang yang
bentuk kesyirikan yang dapat menyimpangkannya tidak berterima kasih kepada manusia, berarti tidak