Oleh:
F1D009046
PURWOKERTO
2016
i
ii
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya
sendiri dan dalam skripsi ini, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
dalam skripsi ini, juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah
ditulis atau diterbitkan, kecuali yang dikutip dan diacu sesuai dengan referensi
dalam daftar pustaka. Dengan kata lain, semua isi yang ada dalam skripsi menjadi
tanggung jawab saya. Apabila ada tulisan yang dianggap sebagai plagiasi, maka
iii
MOTTO
iv
PERSEMBAHAN
Untuk:
“seluruh semesta perlawanan”
Semoga karya kecil ini bermanfaat
v
RINGKASAN
vi
SUMMARY
vii
KATA PENGANTAR
viii
Revolusi dua tahap adalah gagasan yang menjadikan Mao sebagai sosok
yang menyajikan „alternatif‟ di tengah gelombang pemikiran liberal yang
digawangi oleh imperialis dan rusaknya Marxisme-Leninisme akibat suburnya
pemikiran Revisionis Modern. Seolah, akan tergerus oleh zaman, pemikiran yang
didasari oleh kemurnian Marxisme-Leninisme muncul dengan bentuknya yang
paling baru sesuai dengan perkembangan objektifnya melalui pemikiran Mao.
Revolusi dua tahap merupakan revolusi yang menjadi karakter dari negara-negara
jajahan dan setengah jajahan di dunia untuk menghancurkan dominasi
imperialisme dan keberadaan feodalisme. Dalam hal ini, aspek utama dari
pemikirannya tentang revolusi adalah tentang peran dan kepemimpinan Partai
Komunis Tiongkok, perjuangan rakyat bersenjata, hingga pembangunan front
persatuan nasional. Begitu pula halnya dengan pembangunan sosialisme yang
digagas oleh Mao di Tiongkok. Mao menjadi pemimpin utama dalam membangun
Tiongkok menjadi negeri sosialis. Melalui pemikirannya dalam hal kolektivisasi
agraria, revolusi besar kebudayaan proletariat, hingga pembangunan industri
nasional yang mandiri adalah „tiang penyangga‟ pembangunan sosialisme di
Tiongkok. Semua itu yang menjadi pembahasan utama penulis dalam skripsi ini.
Penulis meyakini bahwa sekecil apapun karya jika ditujukan untuk
massa akan sangat bermanfaat. Mudah-mudahan karya ini juga merupakan bagian
dari hal itu. Karya ini diberikan dan ditujukan sepenuhnya untuk massa, karena
penulis yakin, bahwa massa adalah pencipta sejarah dan peradaban. Bagi penulis,
penulis merasa sangat merasakan manfaat yang luar biasa selama proses
penulisan. Penulis dapat semakin membuka pikiran terhadap pandangan-
pandangan mengenai perjuang, arti hidup, dan bagaimana menjalani kehidupan.
Keyakinan massa bahwa perubahan nasib untuk menjadi lebih baik akan datang,
keyakinan itu bagi penulis bukan tanpa sebab. Sama halnya dengan harapan
kemerdekaan saat Indonesia dalam belenggu kolonialisme dengan waktu yang
begitu lama, pada awalnya hanya segelintir yang meyakini kemerdekaan akan
datang, namun proses menjawab bahwa keyakinan itu menyebar dan terbukti
nyata. Terakhir, penulis juga mampu belajar bagaimana kondisi dan perjuangan
rakyat Tiongkok yang tiada henti dan tanpa lelah dalam merebut kemerdekaannya.
ix
Penulis sangat sadar bahwa karya ini masih terdapat begitu banyak
kekurangan. Penulis sadar bahwa dalam memahami dan menyusun pemikiran
Mao diperlukan ketekunan dan pengetahuan yang komprehensif tidak hanya
dalam konteks karya-karyanya. Dalam memahami hal tersebut, dibutuhkan
cakrawala pengetahuan yang luas mengenai kondisi Tiongkok saat itu, juga
memahami secara mendalam pemikiran-pemikiran Karl Marx, Engels, Lenin
hingga Stalin sebagai pemikir yang menjadi rujukan Mao dalam membangun
pemikirannya. Oleh karena itu, penulis dengan penuh kerendahan hati sangat
mengharapkan hadirnya kritik yang membangun terhadap skripsi ini.
Akhir kata, pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang dalam terhadap seuruh pihak yang telah membantu selama proses
belajar penulis dan proses penyusunan skripsi ini. Karena, saat ini hanya ucapan
terima kasih-lah yang dapat penulis berikan untuk segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.
x
7. Dr. Ali Rokhman, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Unsoed yang telah membubuhkan tanda pengesahan skripsi ini.
8. Symphati Diva R, adikku tercinta. Mulailah belajar dan berpikir yang
benar. Kelak kau akan menjadi bagian dari perubahan zaman baru.
9. Dia yang tidak kunjung padam Adzkiya Syahidah. Membara membakar
semangat, terima kasih dan jangan pernah padam.
10. Ibu dan Bapak dosen jurusan Ilmu Politik dan dosen-dosen jurusan lain
yang telah berdialektika bersama baik di ruang kuliah maupun dalam
segala kesempatan.
11. Staff Jurusan Ilmu Politik, Mas Miftah dan Mas Trisno yang telah
membantu dalam segala hal dan memberikan perhatian juga terhadap
penulis dalam proses perkuliahan hingga selesai.
12. Kawan-kawan Ilmu Politik 2009: Fica, Eko Surya, Bage, Rijal, Kahfi,
Ramdhan, Ibel, Arip, Pendi, Tria, Dida, Ana, Nisa, Seto, Tomo, Novia,
Dea, Sendi, Shandy, Prabowo, Mara, Denif, Sugi, Nia, Iwan, Fadli, dan
lainnya, terima kasih telah memberikan dukungan dan saling memberikan
semangat untuk segera menyelesaikan skripsi, dan tak lupa terima kasih
atas keikhlasannya untuk berbagi ilmu selama ini.
13. Kawan-kawan Kolektif Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional:
Rachmad P Panjaitan, Badarudin, Nuradam, Widianto, Tri Mulyono,
Sofian Efendi, Anggarda, Rizqi yang telah banyak sekali memberikan
pelajaran berharga baik teori maupun praktik yang maju, juga telah secara
sabar membantu dan menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Jayalah Perjuangan Massa!!.
14. Kawan-kawan Front Mahasiswa Nasional Cabang Purwokerto, yang telah
belajar, berorganisasi, dan berjuang bersama, Bagus Munnaraya, Ahmad
Taqiyudin, Edy Prianto, Yahya Z, Hasatamah Acep, Harry K, Handika F,
Dwi P, Inggit, Sipit, Dajjal, Arthur, Andry W, Laras P, Haris, Rio S, Heru
H, Hirmaski, Mugianto, Azmi Fajar, Ahmad Sucipto, Imah, Bintang,
Arbiawan, Nina, Zaky, Fariza, Bondan, Panji, Fredrick, Fachrurrozi, Deni,
Azka, Fikky, Gais, Seto, Asep, Chen, Naufal, Azmi Besar, Along, Acong,
Tigis, Yusril, Rachel, Biko, Adam coro, Dea, Nuni S, Bani, Hristo,
Bangkit, Dennis, Beler, Dita, Ihbar, Kiki, Septa, Avier, Ghea, Septi, Echi,
Kibe, Fauzi, Arif, Wildan, Bonnie, Anggi, dan semoga „ribuan‟ lainnya
yang telah berproses bersama dengan curahan pikiran dan tenaga yang luar
biasa besar. Tetap jaga semangat, tetap giat belajar, perjuangan adalah
darah dan jiwa kita.
15. Pak Slamet Suparmo, kakek-kakek yang tiada lelah memberikan semangat
dan dorongan baik nasihat hingga meminjamkan buku-buku tua sebagai
penunjang dalam penulisan skripsi ini.
xi
16. Serikat Tani Amanat Penderitaan Rakyat (STAN AMPERA): Pak Katur,
Pak Darsum, Bung Zaenal, Bung Karsim, Bung Rasiman, dan lainnya
seluruh kaum tani yang banyak memberikan tempaan panjang selama
penulis berada di sana. Yakinlah rakyat pasti menang.
17. Kawan-kawan Organisasi: Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI),
Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), KABAR BUMI, Serikat
Pemuda Jakarta (SPJ), INDIES, SERUNI, MINERAL dan lainnya.
18. Kawan-kawan Organisasi-organisasi di Purwokerto: IMM, PMII,
KAMMI, LMND, HMI MPO, HMI, PMKRI, GMKI, GMNI, GEMA
Pembebasan, LPM SOLIDARITAS, Teater Si ANAK, LPM Pro Justitia,
Teater Teksas, Teater Didik, yang telah berproses bersama.
19. Dan, seluruh semesta perlawanan.
Selamat membaca
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
Ilmiah ............................................................................................ 60
Uni Soviet...................................................................................... 73
Gambar 10.Mao Tse Tung saat Meninggal Dunia Pada 9 September 1976 .... 138
Gambar 13.Peta Jalur yang ditempuh saat Long March 1934-1935 ................ 250
xiv
Gambar 15.Bendera Republik Rakyat Tiongkok ............................................. 279
Gambar 17.Pemikiran Politik Mao Tse Tung tentang Revolusi Dua Tahap
xv
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM
PD I : Perang Dunia 1
PD II : Perang Dunia 2
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii
MOTTO ....................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
RINGKASAN .................................................................................................. vi
SUMMARY ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM .................................................... xvi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xvii
xvii
4.1.2 Perkembangan Sosialisme: Dari Sosialisme Utopis
hingga Sosialisme Ilmiah .............................................. 46
4.1.2.1 Sosialisme dalam Pemikiran Saint Simon:
Peran Ilmu Pengetahuan, Industri, dan
Kolaborasi Kelas sebagai Fondasi
Pembangunan Sosialisme ............................... 47
4.1.2.2 Sosialisme dalam Pemikiran Charles Fourier:
Reformasi Kapitalisme Menuju Sistem
Sosialisme ....................................................... 50
4.1.2.3 Sosialisme dalam Pemikiran Robert Owen:
Perkumpulan Komunal Masyarakat Berkelas 54
4.1.2.4 Sosialisme dalam Pemikiran Karl Marx dan
Friedrich Engels: Dari Teori Nilai Lebih,
Perjuangan Kelas, hingga Sosialisme Ilmiah . 59
4.1.3 Pencapaian Tujuan Sosialisme: Praktik Revolusioner
Sosialisme Komunis ..................................................... 71
4.1.3.1 Berdirinya Negara Sosialis: Pemikiran Lenin
tentang Revolusi Sosialis dan Kemenangan
Revolusi di Rusia ............................................ 72
4.1.3.2 Hegemoni Sosialisme Komunis di Dunia:
Penyebaran Pemikiran dan Praktik Revolusi
Sosialis ............................................................ 85
4.2 Kondisi Sosial dan Politik Masyarakat di Tiongkok.............. 91
4.2.1 Tiongkok: Negeri Besar dengan Sejarah
Peradabannya ................................................................ 92
4.2.2 Masyarakat Tiongkok dalam Belenggu Penjajahan
Imperialisme dan Rezim Bonekanya ............................ 102
4.2.3 Dekadensi Kehidupan Masyarakat Tiongkok:
Kemiskinan Struktural Rakyat Tiongkok ..................... 120
4.2.3.1 Ketimpangan Agraria dan Kemiskinan Kaum
Tani di Perdesaan .............................................. 120
4.2.3.2 Penghisapan Tenaga Kerja dalam
Industrialisasi Tiongkok ................................... 121
xviii
Pokok dan Non-Pokok, Serta Antagonisme Kelas
dalam Kontradiksi ......................................................... 152
5.2.3 Pemikiran Mao Tse Tung tentang Demokrasi Baru:
Arah Perubahan Politik, Ekonomi, dan Budaya dalam
Revolusi di Tiongkok ................................................... 170
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Revolusi adalah sebuah istilah yang menunjuk pada segala sesuatu yang
definisi yang demikian cair itu, tidak ada satu pun ilmuwan sosial yang berani
menempatkan kapan awal mula revolusi muncul. Namun yang jelas terdapat
yang semakin runcing akan memaksa kelas yang berkuasa membentuk suatu
pemerintahan/negara.
pertentangan kelas.2 Untuk itu, pada masa imperialisme saat ini, revolusi juga
adalah dengan mengganti negara borjuis menjadi negara proletar, melalui cara
kekerasan, di mana kekerasan adalah bidan bagi setiap masyarakat lama yang
telah menghamilkan masyarakat baru.3 Revolusi juga ditujukan sebagai alat dari
gerakan sosial untuk merintis jalan bagi dirinya sendiri dan mengahancurkan
besar yang telah mengantarkan dunia ke era saat ini, seperti Revolusi Amerika
(1775), Revolusi Perancis (1787), Revolusi Industri di Inggris (abad 18), Revolusi
Sosialis Rusia (1917), hingga Revolusi Sosialis Tiongkok (1949). Revolusi lahir
sebagai jawaban bagi kondisi sosial politik yang ada di suatu negara. Kondisi
sosial politik yang penuh atas penindasan dan penghisapan yang melahirkan
penderitaan bagi rakyat. Revolusi tidak akan meninggalkan apapun dari keadaan
menunjukan revolusi dapat lahir di manapun. Revolusi dapat lahir baik di negara
2. Darsono, Karl Marx Ekonomi Politik dan Aksi-Revolusi, (Jakarta: Diadit Media,
2007), 170.
3. V.I. Lenin, NEGARA DAN REVOLUSI, Ajaran Marxis Tentang Negara dan
Tugas-Tugas Proletariat Di Ddalam Revolusi, terj. Sulang Sahun, (Yogyakarta: IndonesiaTera,
2000), 29.
4. Ibid, 31.
5. Nur Syahid Santoso, Negara Marxis dan Revolusi Proletariat, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), 35.
3
Sebagian besar masyarakat Tiongkok yang saat itu merupakan kaum tani
industri yang terjadi hanyalah melahirkan jam kerja yang begitu panjang dan upah
yang sangat rendah. Tidak hanya itu, pembangunan yang tidak diorientasikan
anak-anak yang diupah murah ataupun tanpa dibayar. Hal ini juga digambarkan
buruk dari Revolusi Industri di Inggris, yang sarat dengan pengabaian hak-hak
Amerika Serikat yang diwakili oleh rezim Chiang Kai Shek melakukan kolaborasi
bersama sistem feodalisme yang sudah lebih dulu ada. Kepentingan dari
yang semakin parah dalam sistem yang dibangunnya. Imperialis Amerika Serikat
bersama dengan tuan tanah besar di Tiongkok harus memastikan bahwa Tiongkok
hanya akan dijadikan sebagai sumber bahan mentah, penyedia tenaga kerja murah,
6. W.F. Wertheim, Dunia Ketiga, dari dan Ke Mana: Negara Protektif Versus Pasar
Agresif, terj. Oey Hay Djoen, (Yogyakarta: Oey‟s Renaissance, 1997), 45.
4
Tiongkok sebagai negara Semi Kolonial Semi Feodal. Dengan demikian, revolusi
menampakan dirinya dengan membawa harapan baru berupa sistem yang lebih
muncul dan marak dibicarakan pada abad 18. Hal ini terjadi sebagai respon dari
perubahan cepat yang terjadi akibat dua revolusi bersar yaitu, Revolusi Perancis
dan Revolusi Industri di Inggris. Perubahan struktur politik maupun ekonomi dari
Bentuk-bentuk hak kepemilikan lama masih tetap ada, para borjuasi hadir dalam
menjadi komoditi.7
muncul Saint Simon, 1803 muncul karya pertama Charles Fourier, dan di Inggris
pada 1800 muncul Robert Owen.8 Ketiga tokoh besar ini kemudian dikenal
dengan tokoh “sosialisme utopis”. Ketiganya hidup pada masa dan sangat
7. Fredrick Engels, Anti Duhring, terj Oey Hay Djoen, (Bandung: Hastamitra-
Ultimus, 2005), 379.
8. Fredrick Engels, Anti Duhring, terj Oey Hay Djoen, (Bandung: Hastamitra-
Ultimus, 2005), 342.
5
sebagai usaha untuk mengubah kondisi sosial masyarakat menjadi lebih baik.
tokoh besar yang menggagas ide tentang sosialisme adalah Karl Marx.
Karl Marx menekankan bahwa saat ini kelas proletariat adalah kelas
yang memikul tugas sejarah menjalankan revolusi, yaitu berupa Revolusi Sosialis.
Revolusi Sosialis adalah revolusinya kelas bukan pemilik alat produksi terhadap
secara penuh sistem sosial kapitalisme dan menggantinya dengan sistem ekonomi
sosialis dan masyarakat kolektif tanpa penghisapan. Revolusi Sosialis akan pecah
Gagasan ini kemudian tidak hanya tumbuh pada negara-negara Eropa dan
Amerika, namun juga mulai merambah ke negara miskin dan berkembang, seperti
9. Darsono, Karl Marx Ekonomi Politik dan Aksi-Revolusi, (Jakarta: Diadit Media,
2007), 179.
6
khususnya Tiongkok menampilkan dirinya dengan ciri khusus yaitu revolusi dua
tahap.
Revolusi dua tahap adalah pemikiran dari Mao Tse Tung untuk
Pasalnya, dalam pandangan Mao, imperialisme bukanlah suatu sistem yang baik
demokrasi dan munculnya penindasan yang dilakukan oleh tuan tanah dan
borjuasi. Hal ini menjadikan revolusi dua tahap merupakan revolusi yang
10. Tzen Po Ta, MAO TZE TUNG, Peralihan dari Revolusi Demokrasi ke
Sosialisme, (Bantul: Kreasi Wacana, 2000), 8.
7
2) Bagaimanakah pemikiran politik Mao Tse Tung tentang revolusi dua tahap
pada perspektif pemikiran Mao Tse Tung tentang revolusi dua tahap, kemudian
tentang pemikiran politik Mao Tse Tung tentang revolusi dua tahap untuk
adalah untuk:
pemahaman tentang pemikiran politik Mao Tse Tung tentang konsep revolusi dua
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan pembanding bagi
sivitas akademik yang ingin melakukan penelitian terkait pemikiran politik Mao
Tse Tung.
diharapkan dapat menjadikan pemikiran Mao Tse Tung sebagai point of view
Bab dua, tinjauan pustaka. Bab ini memuat kerangka teori dan
dialektika, Marxisme-Leninisme, revolusi, dan sosialisme. Selain itu, bab ini juga
metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian. Secara detail, bab ini
sasaran penelitian, jenis dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data,
Tiongkok. Bab ini secara khusus membahas tema-tema yang terkait dengan
ini, tema-tema tersebut merupakan aspek yang menjadi latar belakang dari
pemikiran-pemikiran Mao Tse Tung. Secara khusus bab ini akan menjelaskan
masyarakat di Tiongkok.
Bab lima, Mao Tse Tung: kehidupan dan pemikiran sang pelopor
Tse Tung yang terkait dengan fokus penelitian. Bab ini diperlukan untuk
terletak pada bab selanjutnya. Beberapa tema penting yang dibahas dalam bab ini
Bab enam, pemikiran politik Mao Tse Tung tentang revolusi dua tahap
habis pemikiran Mao yang telah dipilih sebagai inti dari penelitian ini. Seluruh
makna yang dipahami oleh peneliti tentang pemikiran Mao Tse Tung tentang
seluruhnya dalam bab ini. Secara sistematis bab ini mengulas pemikiran Mao Tse
Tung tentang revolusi dua tahap sebagai karakter revolusi di negeri setengah
jajahan setengah feodal, Revolusi Demokrasi Baru dan Revolusi Sosialis dan
pemikiran politik Mao Tse Tung tentang revolusi dua tahap untuk pembangunan
sosialisme di Tiongkok.
penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, bab ini juga memberikan saran
penelitian yang berisi tentang beberapa catatan kritis atas pemikiran politik Mao
Tse Tung.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tinjauan pustaka juga dapat digunakan untuk memeriksa dan mengukur sejauh
Oleh karena itu, agar lebih sistematis, bagian tinjauan pustaka dibagi dalam dua
terdahulu.
penelitian yang memuat tentang berbagai macam kategori informasi, baik itu
hakekat kebenaran. Hal ini berkaitan dengan makna etimologisnya, yaitu berasal
12
dari bahasa Yunani. Filsafat berasal dari kata philos yang berarti „cinta‟ dan
gejala-gejala baik alam maupun sosial yang bertujuan untuk membantu kehidupan
pertama, konsepsi tentang religiusitas dan etis warisan; kedua, adalah yang
lahrinya sistem-sistem dan pemikiran yang dibangun oleh para filosof. Dalam hal
berkembang menjadi sedemikian luas. Filsafat menjadi dasar dari banyak cabang
politik.13
mencari hakekat kebenaran yang berkaitan dengan sikap moralitas manusia dalam
dapat memperbaiki sistem masyarakat pada setiap periode sejarah. Filsafat politik
11. Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum dari Mitologi Sampai Teofilosofi,
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), 15.
12. Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-
Politik Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, terj Sigit Jatmiko, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), xiii.
13. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2003), 32-33.
13
Seperti yang dikatakan oleh Henry J. Schmandt tentang filsafat politik, bahwa
yang ada sebelumnya. Filsafat politik begitu pula para filosofnya juga berupaya
menemukan prinsip yang lebih luas yang mendasari fenomena politik dalam
semua perkembangan situasinya. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan para
ekonomi politik, sosiologi politik, sistem pemerintahan, dan masih banyak lagi
yang lainnya. Pada dasarnya, filsafat dan pemikiran politik yang berkembang
menjadi beragam varian pemikiran itu dapat dibagi menjadi dua pokok pikiran
membawa semangat persaingan antara dua aliran dasarnya, yaitu materialisme dan
14. Henry J. Schmandt, Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno
Sampai Zaman Modern, terj Ahmad Baidlowi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 24-25.
14
„materi‟ yang merupakan sumber primer pengetahuan. Hal ini yang menggiring
bahwa kondisi riil dunia ini ditentukan oleh „ide‟. Dalam hal ini, dunia material
ditentukan oleh otoritas „ide‟. Artinya, hamparan dunia hanyalah gambaran tidak
sempurna dari „dunia ide‟. Dengan demikian, hal primer dari kehidupan manusia
adalah „ide‟.
pada arti pokoknya „ide‟ yang objektif dalam kehidupan. „Ide‟ objektif ini adalah
suatu entitas lain di luar manusia dan alam semesta yang memiliki kekuatan untuk
menentukan segala sesuatu atau sering disebut dengan „ide absolut‟. Idealisme
objektif tumbuh menjadi suatu gagasan yang subur di tengah masyarakat yang
menekankan bahwa „ide absolut‟ sudah ada sebelum alam semesta. Dalam hal ini,
beberapa filosof besar seperti, Plato, Thomas Aquinas, G.W. Leibniz, dan G. W.
Friedrich Hegel.
15. Darsono, Karl Marx Ekonomi Politik dan Aksi-Revolusi, (Jakarta: Diadit Media,
2007), 34.
15
kebenaran. Lahirnya aliran pemikiran idealisme subjektif ini adalah upaya untuk
menegasikan ide idealisme objektif. Hal ini didasari pada pandangan yang
subjektif antara lain adalah, Rene Descartes, George Berkeley, Aguste Comte, dan
David Hume.
pada setiap fase sejarah manusia. Pada saat sistem feodalisme mendominasi
dunia, saat itulah lahir aliran idealisme objektif yang menekankan pada suatu
entitas yang „maha agung‟ sebagai sumber dari segala kehidupan dunia.
menuju sistem kapitalisme, atau disebut saat zaman pencerahan. Hal ini
pemikiran idealisme ini yang kemudian ditentang dan menjadi lawan dari aliran
materialisme.
„materi‟ adalah hal yang primer dalam segala aspek kehidupan. Filsafat
16. Jindrich Zeleny, Logika Marx, terj. Ira Iramanto, (Bandung: Hasta Mitra, 2004),
165.
16
terbentuk dari materi-materi dan energi yang abadi. Dalam hal ini, materialisme
berpandangan bahwa „materi‟ ada lebih dulu sebelum munculnya „ide‟, jadi dunia
material adalah yang pertama, baru kemudian disusul dengan pemikiran tentang
dunia.17
bahwa gejala-gejala dan gerak materi manusia maupun alam semesta adalah
layaknya „mesin‟.
para filosof alam. Para filosof alam, seperti Thales, Demokritus, dan Epikurus
Dalam hal ini, para filosof awal dari aliran materialisme mekanik menjadi
yang sempat tumbuh subur, secara perlahan hilang seiring dengan tumbuh dan
17. Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum dari Mitologi Sampai Teofilosofi,
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), 363.
18. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, (Bandung: Yayasan Piara,
2002), 96.
17
Fenomena ini terus terjadi sampai terjadi beberapa rangkaian revolusi, seperti
digantikan oleh kapitalisme. Dalam hal ini, perkembangan pesat dari filsafat
Francis Bacon, Benedictus Spinoza, Thomas Hobbes, John Locke, hingga Ludwig
Feuerbach.20
materialisme mekanik yang mendasari diri pada pandangan bahwa gerak materi
alam semesta berjalan begitu saja dan tidak bisa terbantahkan. Hal ini
layaknya mesin. Pandangan yang demikian sempit inilah yang membuat filsafat
penghisapan manusia atas manusia lainnya. Hal ini yang melahirkan banyak
kritik kepadanya, salah satunya dan yang paling tegas adalah gagasan yang
oleh Karl Marx. Materialisme dialektika adalah suatu kritik yang dilancarkan
oleh Marx terhadap perkembangan filsafat dan pemikiran sebelum dirinya. Kritik
ini ditujukan untuk dua aliran filsafat pemikiran sekaligus, yaitu idealisme Hegel
bisa lepas dari peran filsafat Hegel tentang dialektika dan Feuerbach tentang
materialisme. Kedua filosof besar inilah yang memberikan banyak pengaruh pada
pemikiran Marx, namun bukan berarti Marx menjadi pengikut dari salah satunya.
sesuatu yang terbatas dan ditentukan pada akhirnya oleh yang disebut Hegel „ide
absolut‟, namun Marx menempatkan hal yang lain. Marx memandang bahwa
dialektika adalah sebuah proses pergerakan materil dari alam semesta. Keadaan-
keadaan dari segala yang dihasilkan oleh gerak materi dan sejarah inilah yang
sejarah manusia hanya bisa dicapai di dunia nyata dengan sarana-sarana yang
nyata. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Marx, perhambaan dalam
21. Jindrich Zeleny, Logika Marx, terj. Ira Iramanto, (Bandung: Hasta Mitra, 2004),
194.
19
masa feodalisme hanya mungkin dicapai dengan hadirnya mesin uap dan mesin
sesuatu hal yang terjadi. Sebagai seorang materialis, Feuerbach tidak menyentuh
unsur sejarah, materialisme dan sejarah adalah dua hal yang sama sekali berbeda,
menjadi „senjata‟ bagi proletariat, kelas yang tertindas oleh sistem kapitalisme
masyarakat yang dialektis. Dalam hal ini, analisis terhadap perkembangan sejarah
22. Karl Marx, Ideologi Jerman, terj Nasikhul Mutamanna, (Yogyakarta: Pustaka
Nusantara, 1976), 21.
23. Ibid, 27.
20
Leninisme bukan hanya teori ilmiah saja, namun metode dan pedoman dalam
revolusi dengan keyakinan fundamental yang dirumuskan oleh Marx dalam tesis
ke-11 tentang Feuerbach “Para filosof hanya memberi interpretasi lain kepada
Sosialis merupakan jalan bagi setiap sistem sosial baru untuk menggantikan yang
kelompok besar yang saling bermusuhan, menjadi dua kelas besar yang
berhadapan secara langsung satu sama lain, yaitu borjuis dan proletar.27 Oleh
karena itu, Revolusi Sosialis menjadi alat untuk perjuangan kelas proletar.
Revolusi Sosialis adalah revolusinya kelas bukan pemilik alat produksi terhadap
24. Alat produksi adalah alat kerja dan sasaran kerja yang digunakan untuk
berproduksi. Alat kerja seperti, mesin-mesin pengangkut, pabrik-pabrik, alat perhubungan.
Sementara sasaran produksi terdiri dari hutan, tanah, air, dan bahan mentah. L.Harry Gould,
Kamus Kecil Istilah Marxis, terj. Rollah Syarifah (Jakarta: Kelompok Kerja Untuk Demokrasi
Rakyat, 2006), 63.
25. Njoto, Marxisme Ilmu dan Amalnya,(Jakarta: Harian Rajat, 1962), 19.
26. Franz Magnis Suseno, Dari Mao ke Marcuse, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2013), 6.
27. Karl Marx, Manifesto Komunis, terj Komisi Penerjemah Depagitprop CC PKI,
(Jakarta: Yayasan Pembaruan, 1959), 10.
21
Negara sebagai alat kelas borjuasi yang bertujuan untuk menindas kelas
menghancurkannya.29 Tugas Revolusi Sosialis ini yang harus diemban oleh kelas
kelas proletar. Pandangan inilah yang dijadikan panduan Lenin bersama kelas
dan politik yang akan tercapai jika terjadi pengambilalihan hak milik atas alat
produksi borjuis.30
28. Darsono, Karl Marx Ekonomi Politik dan Aksi-Revolusi, (Jakarta: Diadit Media,
2007), 179.
29. V.I.Lenin, NEGARA DAN REVOLUSI, Ajaran Marxis Tentang Negara dan
Tugas-Tugas Proletariat Di Ddalam Revolusi, terj. Sulang Sahun (Yogyakarta: IndonesiaTera,
2000), 16.
30. V.I. Lenin, Revolusi Sosialis dan Hak Sebuah Bangsa untuk Menentukan Nasib
Sendiri, (Jakarta: Yayasan Pembaruan, 1964)
22
produksi dikuasai oleh negara dan proses distribusinya pun diatur oleh negara.
pembangunan sosialisme ini kelas proletar akan terus mengambil alih semua
pabrik maupun sumber daya alam yang dimiliki oleh kelas borjuis.31
Revolusi Sosialis menjadi „angin segar‟ bagi kelas proletar untuk keluar dari
Rusia dalam melawan rezim Tsar, perkembangan ide dan praktek pembangunan
Mao Tse Tung dalam upanya melakukan revolusi untuk membangun Tiongkok
Mao Tse Tung (1893-1976) ialah salah satu pemikir yang meneruskan
31. Henry J. Schmandt, Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno
Sampai Zaman Modern, terj Ahmad Baidlowi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 525.
23
setengah feodal lainnya tidak dapat dilepaskan dari adanya relasi kuasa antara
tuan tanah besar (feodalisme), kapitalis birokrat, dan kapitalis asing melalui
bukanlah suatu sistem yang baik bagi masyarakat. Relasi kuasa ini menyebabkan
matinya demokrasi dan munculnya penindasan yang dilakukan oleh tuan tanah
dan pemilik modal. Argumentasi inilah yang menjadikan Mao terus menaruh
sikap kritis terhadap imperialisme. Oleh karena itu, Mao sangat tertarik dengan
Dalam hal ini tujuan dari Revolusi Sosialisnya adalah untuk membangun sistem
mencari tahu di mana letak penelitian yang akan dilakukan di antara persebaran
Militer Mao Zedong dan Perananya Dalam Tentara Pembebasan Rakyat” yang
ditulis oleh Teddy Ichsan Arifin. Kedua, skripsi yang berjudul “Pemikiran Politik
Mao Tse Tung Tentang Persatuan Rakyat Cina” yang ditulis oleh Amsar. Ketiga,
Skripsi yang berjudul “Pemikiran Karl Marx tentang Revolusi” yang ditulis oleh
Sutan Sjahrir tentang Sosialisme Sebuah Analisa Psikologi Politik” yang ditulis
Dalam skripsi ini, dijelaskan bahwa pemikiran Mao tentang militer dan tentara
pembebasan rakyat adalah salah satu taktik dari rangkaian panjang Long March
dan revolusi kebudayaan yang dilakukan oleh Mao dan pasukannya. Mao di sini
berusaha mengabungkan tiga unsur pokok dalam revolusi, yaitu rakyat, kader
partai, dan militer. Oleh karena itu, skripsi ini mencoba menggambarkan
bagaimana pemikiran Mao tentang militer dan tentara pembebasan rakyat dalam
rakyat Cina. Cina adalah negara yang besar baik secara wilayah geografisnya
menjadi banyak suku dan sub-suku. Dalam hal ini, terbaginya rakyat Cina dalam
yang kemudian menjadi tantang bagi Mao Tse Tung sebagai pemimpin partai dan
mendeskripsikan dan menjelaskan isi dari pikiran Karl Marx tentang Revolusi.
Pengkajian terhadap pemikiran Marx ini bertujuan untuk menguak dasar dan latar
belakang gagasan Marx tentang revolusi. Dalam hal ini, pemikiran Marx tentang
kelas borjuis.
Sjahrir memandang sosialisme dapat dicapai dengan cara kooperatif atau jalan
damai.
“Pemikiran Militer Mao 1997 Persamaan terletak Perbedaan terletak pada fokus
Zedong dan Perananya pada subjek penelitian penelitian.
Dalam Tentara dan metode penelitian, Fokus penelitian skripsi Teddy
Pembebasan Rakyat” yaitu pemikiran Mao Ichsan Arifin ditekankan pada
Teddy Ichsan Arifin Tse Tung dan metode pemikiran Mao Tse Tung
(Skripsi) penelitian kualitatif tentang militer dan perannya
dalam tentara pembebasan.
Sedangkan fokus penelitian
yang akan saya lakukan
ditekankan pada pemikiran
Mao Tse Tung tentang
revolusi dua tahap di Tiongkok
pemikiran politik Mao Tse Tung yang terfokus pada konsep revolusi dua tahap
demikian, penelitian yang saya lakukan tentu menarik dan memiliki nilai
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mao Tse Tung tentang revolusi dua tahap untuk pembangunan sosialisme di
yang komprehensif atas sejarah. Sejarah adalah catatan dan bagian yang
dan maksud tertentu. Selain itu, penelitian ini juga akan menggunakan paradigma
menekankan pada proses pemaknaan yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek
pada kedekatan peneliti terhadap subjek penelitian dan juga bergantung pada
32. Makna dan pengetahuan tentang realitas dunia adalah persoalan persepsi
manusia. Dalam hal ini, persepsi tidak dapat dilihat sebagai proses representasi yang pasif-
reseptif, melainkan lebih pada proses produksi yang aktif-konstitutif. Uwe Flick,
"Constructivism," dalam Companion to Qualitative Research, ed. Uwe Flick, Ernst von Kardorff
dan Ines Steinke, terj. Bryan Jenner (London: SAGE Publication, 2004), 88-90.
29
pemikiran politik Mao Tse Tung pada umumnya, dan tentang pemikiran tentang
revolusi dua tahap dan tentang pembangunan sosialisme pada khususnya, agar
analisis adalah sebuah prosedur yang sangat penting, karena dengan memilih
metode penelitian dan analisis yang tepat seorang peneliti dapat mencapai hasil
adalah sebuah metode yang berupaya untuk menyajikan dunia sosial, dan
perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, dan persoalan tentang
wawancara yang berkaitan dengan Mao Tse Tung yang dianggap relevan dengan
permasalahan penelitian.
pemaknaan terhadap teks, meskipun memaknai teks secara utuh dan benar adalah
sesuatu hal yang tidak mungkin tercapai.34 Selain itu, penggunaan hermeneutik
dalam penelitian ini ditujukan agar dapat memberikan ruang seluas-luasnya dalam
melakukan pemaknaan terhadap teks. Dalam hal ini, istilah hermeunetik disini
ialah pemahaman dalam menafsirkan teks. Oleh karena itu, dalam usaha untuk
melakukan penafsiran terhadap teks yang ingin diteliti, diperlukan sekali proses
dibutuhkan upaya untuk mendialogkan teks-teks Mao yang tersebar dalam karya-
secara dialektis yang bertujuan agar teks-teks pemikiran Mao Tse Tung menjadi
yang melebar. Oleh karena itu, sub-sub tema yang ada dalam penelitian ini
berfungsi untuk menjaga pembahasan agar tetap berada dalam jalur yang tepat.
Adapun fokus penelitian ini diarahkan pada pemikiran Mao Tse Tung tentang
revolusi dua tahap untuk pembangunan sosialisme di Tiongkok. Lebih jelas lagi,
fokus penelitian tersebut diuraikan dalam beberapa tema dan subtema. Lebih
jelasnya, fokus penelitian dalam penelitian ini disajikan secara rinci dan ringkas
Mao Tse Tung yang di dalamnya terdapat poin tentang revolusi dua tahap, seperti
Pilihan Karja Mao Tje-Tung Djilid I, Pilihan Karja Mao Tje-Tung Djilid II,
Pilihan Karja Mao Tje-Tung Djilid III dan Pilihan Karja Mao Tje-Tung Djilid IV.
Selain itu, sasaran penelitian dalam penelitian ini juga diarahkan pada teks-teks
revolusi.
interpretasi yang mengacu pada referensi. Dalam hal ini, peneliti lebih
difokuskan pada teks literatur yang relevan dengan penelitiannya tanpa mencari
Sumber data terbagi menjadi dua kategori, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dipilih dan diprioritaskan sebagai sumber
data utama. Sumber-sumber data yang digunakan sebagai data primer dalam
35. Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor, 2004),4.
33
penelitian ini adalah buku-buku karangan Mao Tse Tung. Sedangkan, data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pustaka seperti buku, jurnal,
majalah, maupun internet yang kemudian dipilih dan digunakan agar dapat
elaboration, dan tahap penyusunan laporan. Pertama, tahap orientasi dengan cara
relevan dengan penelitian. Kedua, tahap klasifikasi, di mana data yang telah
dengan proses analisis dengan teori yang digunakan dalam menunjang penelitian
ini. Keempat, yaitu tahap terakhir, penyusunan laporan. yang dilakukan dengan
penelitian ini, teks-teks dalam karya Mao Tse Tung dan teks lain yang
dianalisa sesuai dengan teori yang digunakan. Dalam hal ini, semua proses
tersebut digunakan agar dapat menyusun laporan penelitian dan menjawab seluruh
permasalahan penelitian.
36. Ibid,16.
34
digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutik dari Hans Georg Gadamer.
Gadamer membuat model hermeneutika melalui proses tiga dunia, yaitu dunia
bacaan (the world of text), dunia pengarang (the world of author), dan dunia
pembaca (the world of reader).37 Teknik analisis ini dipilih karena teknik ini
diteliti. Teknik ini memberikan tekanan pada pentingnya sebuah fusi cakrawala.
cakrawala penulis melalui teks yang ditulisnya. Dalam hal ini, peleburan
cakrawala dapat bermanfaat agar pembaca bisa memperoleh esensi teks secara
tepat. Selain itu, cakrawala pembaca juga harus mampu masuk tidak hanya pada
ide-ide dalam teks, namun juga harus memperhatikan faktor-faktor, seperti kapan
teks tersebut ditulis, siapa penulisnya, dan kondisi masyarakat saat teks tersebut
revolusi dua tahap dalam revolusi Tiongkok dalam pemikiran Mao Tse Tung.
seorang penafsir. Makna sebuah teks dapat diperoleh apabila terdapat proses
dialogis yang tidak berhenti antara penafsir dengan teks yang hendak ditafsirkan.
Dalam konteks penelitian ini, makna dari teks-teks pemikiran Mao Tse Tung
diperoleh dari dialektika antara teks pemikiran Mao Tse Tung dengan
37. Abdullah, M. Amin dkk, Antologi Studi Islam (Teori dan Metodologi)
(Yogyakarta: Dip PTA IAIN Sunan kalijaga, 200).
35
telah diperoleh. Oleh karena itu, dibutuhkanlah sebuah teknik validitas data yang
ini, teknik validitas data yang digunakan adalah dengan mengadaptasi dan
kepada konsistensi gagasan-gagasan Mao Tse Tung yang tersebar dalam setiap
karyanya dan juga pada setiap karya yang membahas pemikirannya dan relevan
dengan penelitian ini. Pemikiran Mao Tse Tung mengenai revolusi dua tahap
memang banyak tersebar dalam karya-karyanya, seperti kumpulan karya Mao Tse
Tung yang dibukukan dengan judul Pilihan Karja Mao Tje-Tung Djilid I, Pilihan
38. Ignas Kleden, kata pengantar untuk Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan,
(Jakarta: LP3ES, 1988), xiii.
36
Karja Mao Tje-Tung Djilid II, Pilihan Karja Mao Tje-Tung Djilid III, dan Pilihan
Karja Mao Tje-Tung Djilid IV. Namun demikian, untuk memahami makna-
Dalam hal ini, karya-karya yang membahas pemikiran Mao dan masih erat
kaitannya dengan fokus penelitian adalah MAO TSE TUNG, Desa Mengepung
BAB IV
DI TIONGKOK
Pemikiran seseorang tidaklah lahir begitu saja, atau tidak lahir dalam
ruang kosong. Pemikiran seseorang selalu lahir dalam ruang sejarah dan kondisi
sosial yang menaunginya. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
oleh ruang sejarah dan kondisi sosialnya. Dalam hal ini, untuk dapat memahami
mutlak diperlukan.
langsung maupun tidak langsung. Satu hal yang pasti, melalui pengkajian
demikian, pada bab ini membahas secara gamblang mengenai pemikiran tentang
lagi, bab ini juga menyajikan pembahasan tentang kondisi sosial politik
masyarakat Tiongkok.
38
maupun kebudayaan dikuasai oleh kelas borjuasi. Kekuasaan ini terjadi karena
kelas borjuasi adalah kelas penguasa alat produksi. Pada zaman kapitalisme juga
melahirkan dua kelas yang saling berkontradiksi, yaitu kelas borjuasi dengan
kelas proletariat. Oleh karena itu, pelacakan terhadap latar belakang kelahiran
dijelaskan.
Kapitalisme di Eropa
tahun 1832 dan Poor Law Amandement pada 1834 pemerintah Inggris, yang
pengusiran kaum tani dari lahan garapannya melalui pengkaplingan tanah dan
memaksa petani beralih bekerja di pabrik-pabrik yang telah dibangun oleh para
segenap tenaganya dan dibayar dengan upah. Dengan demikian, dimulailah fase
adalah senjata untuk menghancurkan sistem produksi feodal. Dalam hal ini,
ditandai juga dengan mekanisme perluasan pasar. Dalam konteks perluasan pasar
upahan, sewa, dan akumulasi kapital. Hal ini berjalan beriringan dengan
perluasan pasar-pasar baru untuk hasil produksi. Hal ini digambarkan oleh
menggantikan industri tenun rumahan di Jawa dan mendesak kaum tani untuk
uap dan mesin tenun menyebabkan gilda-gilda yang kalah bersaing kehilangan
pasarnya sehingga harus gulung tikar dan bekerja di pabrik besar menjadi proletar.
Buruh tani kehilangan lahan garapannya karena tuan tanah secara perlahan
penggarapan pertanian dengan tanah secara luas dan menjadikan buruh tani
Dalam konteks teori-teori kapitalisme terdapat para pemikir seperti Adam Smith
dan David Ricardo, yang menjadi pemikir utama dalam sistem ekonomi liberal
41. Friedrich Engels, Kondisi Kelas Pekerja Inggris: Embrio Sosialisme Ilmiah,
(Yogyakarta: Pustaka Nusantara, 2012), 109.
42. Mansour Faqih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta:
Insist Press, 2009), 40.
41
“biarkan terjadi”. Diksi ini pertama kali digunakan oleh golongan bangsawan
Perancis pada Abad ke-18 dalam upaya perlawanan terhadap intervensi dari
terpusat dari pemerintah. Dalam hal ini, campur tangan pemerintah harus sangat
persaingan untuk memperebutkan pasar. Pasar bagi para kapitalis merupakan hal
melakukan efektifitas dan efisiensi dalam produksi. Hal ini dilakukan dengan
teknologi industri. Bagi para kapitalis yang tidak mampu memenuhi semua itu
gulung tikar akan semakin mendekati kenyataan. Dalam hal ini, Marx
monopoli sebagai konsekuensi dari logika kapital itu sendiri.44 Hal inilah yang
menjadi bagian penting sebagai salah satu faktor selain berkembangan teknologi
dengan proletar, kompetisi akibat eksisnya kepemilikan pribadi atas alat produksi
dan diterapkannya hukum pasar, perampasan tanah akibat akumulasi primitif, juga
berkaitan dengan kondisi konkret yang terjadi sebagai akibatnya dapat terlihat
Manchester adalah salah satu kota penting di negara tersebut yang menjadi pusat
Kota Manchester menjadi pemukiman bagi kelas borjuis dengan bangunan vila-
44. Karl Marx, Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi Politik, Terj. Oey Hay Djoen,
(Jakarta: Hasta Mitra, 2004), 774-777.
43
Sedangkan pemukiman kelas proletariat sangat buruk dan rawan penyakit akibat
menghinggapi pemukiman buruh ini.45 Hal ini terus berkembang kearah yang
bentuk. Persaingan sempurna antar kapitalis pada awalnya adalah hal yang
upaya monopoli dari beberapa kapitalis besar. Dalam hal ini, pergeseran bentuk
usahanya atau bergabung dengan perusahaan yang lebih besar. Pergeseran juga
terjadi pada industri kecil yang beralih menjadi industri dengan skala yang lebih
menjadi borjuasi yang paling besar. Persaingan hanya bisa dimenangkan dengan
45. Friedrich Engels, Kondisi Kelas Pekerja Inggris: Embrio Sosialisme Ilmiah,
(Yogyakarta: Pustaka Nusantara, 2012), 21-23.
46. V.I. Lenin, Imperialisme Sebagai Tahapan Tertinggi Kapitalisme, (Jakarta:
Yayasan Pembaharuan, 1958), 73.
44
melakukan efektifitas dan efisiensi dalam produksi. Efektifitas dan efisiensi dapat
mesin produksi menjadi lebih modern, meningkatkan jumlah buruh yang bekerja,
menekan upah buruh, dan mencari sumber daya bagi pemenuhan bahan baku yang
lebih murah. Dalam hal ini, pencapaian sistem produksi yang efektif dan efisien
negara.
negara imperialis inilah yang mengubah pola ekonomi politik secara global.
Dalam hal ini, negara secara nyata muncul sebagai alat kelas yang berkuasa untuk
kelas borjuis melalui tiap-tiap negara majunya untuk menguasai sebesar mungkin
wilayah lain. Skema kolonialisasi yang sejatinya adalah ekspansi dari kelas
Amerika Serikat, Belanda, dan Perancis sebagai negeri penjajah atau yang kerap
disebut imperialisme.
Seperti yang dikatakan oleh Lenin bahwa imperialisme adalah tahap monopoli
ada lagi persaingan bebas atau yang didefinisikan sebagai pasar persaingan
dari hulu hingga hilir. Hal ini terjadi karena di dalam tubuh kapitalisme terdapat
terbesar. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Lenin, bahwa Agar keluar
dari krisis periodiknya, kapitalisme harus keluar untuk mencari pasar baru,
ekonomi. Kedua, merger antara kapital perbankan dan kapital industri yang
47. Ibid, 4.
48. Sri Edi Swasono, Daulat Rakyat Versus Daulat Pasar, (Yogyakarta: PUSTEP
UGM, 2005), 6.
49. Edy Haryadi, Melenyapnya Perspektif Negara, Perspektif Lenin (Jakarta:
Komunitas Studi untuk Perubahan, 2000), 39.
46
kapitalis internasional yang membagi seluruh dunia di antara diri mereka sendiri,
dan kelima, pembagian teritorial dari seluruh dunia telah selesai.50 Kelima
penindasannya.
kapitalisme pasar bebas telah berakhir. Kapitalisme pasar bebas telah digantikan
Penentangan tersebut lahir mulai dari protes konkret berupa perjuangan rakyat
Ilmiah
pembangunannya merupakan fakta sejarah yang lahir atas kondisi objektif adanya
penindasan tersebut ini hadir karena terdapat dominasi kelas dalam masyarakat
yang dibangun oleh sistem kapitalisme dan berlanjut hingga masa imperialisme
50. V.I. Lenin, Imperialisme, Tahap Tertinggi Dari Kapitalisme, (Jakarta: Yayasan
Pembaharuan, 1958), 3.
47
Ibarat ibu dan anak, sosialisme adalah anak kandung dari perkembangan sistem
ide tentang sosialisme dapat dibagi menjadi dua, yaitu pemikiran sosialisme
utopis dan pemikiran sosialisme ilmiah. Pembagian ini berdasar pada analisis dan
jalan keluar yang ditawarkan dari setiap „gerbong‟ sosialisme baik yang utopis
maupun ilmiah.
oleh pemikiran Saint Simon, Charles Fourier, dan Robert Owen. Sedangkan
sistem kapitalisme yang masih baru dan berkembang di Eropa pada saat itu.
Sosialisme
kekuasaan feodal pada saat itu merupakan kemenangan besar bagi kaum borjuasi.
dominasi dengan cara membeli tanah sitaan pemerintah dari kaum bangsawan dan
gereja, Selain itu, juga sebagian tanah pada saat itu diambil dengan cara
Simon tidak seperti mayoritas intelektual Perancis yang memuja dan melegitimasi
langsung dalam Revolusi Perancis dan memandang bahwa revolusi tersebut gagal
membela kelas yang paling besar jumlahnya dan paling miskin tersebut.51 Dalam
51. DN Aidit, Tentang Marxisme, (Jakarta: Akademi Ilmu Sosial Aliarcham, 1963)
49
kepemimpinan dan pengelolaan negara yang baru. Simon meyakini bahwa yang
yang telah hilang sejak zaman Reformasi kekristianian baru pada saat feodalisme
menjadi pejabat publik. Namun, borjuasi juga harus memiliki kedudukan secara
ekonomi dan politik di mata kaum buruh. Dalam hal ini, kedudukan tersebut
seperti intelektual, pemodal, serta bankir- bankir yang menurutnya memiliki peran
besar dalam mengatur sirkulasi ekonomi serta produksi sosial.53 Kondisi ini
hierarki sosial, ekonomi, dan politik yang semakin jauh antara borjuasi dan
kelas yang lebih banyak jumlahnya atau yang dimaksud proletariat harus
untuk kemajuan industri dan ekonomi. Hal tersebut dilakukan kerana menurut
52. Friedrich Engels. Anti- Duhring: Revolusi Herr Eugen Duhring Dalam Ilmu
Pengetahuan. Terj.Oey Hay Djoen.(Bandung: Hasta Mitra & Ultimus, 2005), 345.
53. Ibid, 345.
50
parsial. Dalam hal ini, Saint Simon sudah menegaskan bahwa di masa yang akan
Simon hanya menaruh perhatian kepada kelas buruh atas dasar iba atau kasihan
antagonistik antara yang menindas dengan yang ditindas. Hal ini mengakibatkan
diberikan kesejahteraan oleh tata pemerintahan dan ekonomi yang baik yang tetap
pengetahuan, industri dan posisi borjuis dan proletariat, Charles Fourier berbicara
Fourier mengatakan:
yang sederhana menjadi lebih kompleks, sehingga terlihat kabur, bermakna ganda,
samar-samar dan munafik, serta bentuk lingkaran sejarah itu selalu berputar
menjadi suatu proses lingkaran “mati” dalam masyarakat yang tak berhenti.
sebab tidak ada ujung dari kesempurnaan, setiap tahap sejarah akan memiliki
keuntungan dari produksi. Hal ini akan mengakibatkan krisis dalam tubuhnya
sendiri karena akan melahirkan suatu bentuk monopoli yang tidak terdistribusikan
dari produktivitas kerja. Lebih jauh lagi, sistem distribusi hasil kerja akan
perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari sejarah yang dialektik. Hal ini
dengan perubahan sistem ekonomi dan reformasi birokrasi. Dalam hal ini,
Fourier justru mengharap pada bantuan kaum borjuis untuk melakukan pembagian
hasil secara adil. Upayanya tersebut pada akhirnya menuai hasil negatif berupa
kegagalan.
sosialismenya juga terhambat oleh tradisi filsafat dan politik di Perancis. Perancis
pada masa itu sedang menunjukan perkembangan filsafat liberalisme yang pesat.
Pemikiran John Locke yang berperspektif liberalisme menjadi dasar dan pedoman
Perancis untuk semakin menuntut kebebasan dan hak kepemilikan yang lebih
besar.55 Pada perkembangan ini jugalah terjadi pergeseran peran absolut raja.
besar dari hal tersebut adalah terbentuknya majelis feodal pada tahun 1789 yang
feodal dan kemajuan dari liberalisme dan kapitalisme tidak dapat terbendung.56
Perkembangan dan tradisi tersebutlah yang gagal dibaca oleh Simon dan Fourier
55. Hans Fink, FILSAFAT SOSIAL: Dari Feodalisme Hingga Pasar Bebas, Terj,
Sigit Djatmiko, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 82.
56. Ibid, 86.
54
Masyarakat Berkelas
pemodal di Inggris yang menjalankan pabriknya dengan cara yang “tidak lazim”.
Sejak tahun 1800 hingga 1829 Owen memimpin pabrik katun besar di New
hingga empat belas jam per hari, Owen mempekerjakan buruhnya selama sepuluh
setengah jam. Selain itu, Owen juga menyediakan sekolah bagi anak- anak untuk
alat produksi dapat mempercepat laju produksi dalam kerja produksi. Melihat
sosial berupa hak kepemilikan bersama, yang bertujuan untuk alat produksi
industri. Dalam hal ini, proses produksi industrial dijalankan bagi kebaikan
bersama semuanya.
Owen bekerja di tengah- tengah buruh selama tiga puluh tahun dan
memperjuangkan hak buruh. Setelah lima tahun berjuang, pada tahun 1819 ia
57. Friedrich Engels. Anti- Duhring: Revolusi Herr Eugen Duhring Dalam Ilmu
Pengetahuan. Terj.Oey Hay Djoen.(Bandung: Hasta Mitra & Ultimus, 2005), 349.
55
kerja bagi kaum perempuan dan anak- anak di pabrik. Ia juga memimpin serikat
praktik Owen pada saat itu dimaksudkan untuk membangun sebuah tatanan
GAMBAR 3. Robert Owen: Sosok Borjuasi dan Pemikir Sosialisme Utopis asal Inggris
masyarakat. Dalam hal ini,Owen percaya bahwa sistem sosialis akan membawa
masyarakat pada kondisi moral yang baik. Pandangan ini didapat Owen akibat
pengaruh dari para pemikir beraliran materialis asal Perancis Abad 18.
Oleh karenanya, Owen mengandaikan suatu masyarakat sosialis yang hidup saling
Colonies”. Masyarakat tersebut terdiri dari kelas borjuasi dan proletariat yang
mengelola produksi secara bersama. Dalam hal ini, Owen mendapatkan tentangan
mendamaikan seluruh kelas dalam suatu sistem ekonomi dan sosial. Owen tidak
kekuasaan kerajaan pada tahun 1688 telah melahirkan kekuasaan kelas borjuasi
baru di Inggris. Kondisi ini melahirkan penyatuan secara regional antara negara
Inggris. Secara bertahap, monarki absolut mulai terkikis dan tergantikan dengan
59. Hans Fink, FILSAFAT SOSIAL: Dari Feodalisme Hingga Pasar Bebas, Terj,
Sigit Djatmiko, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 43.
57
sangat dipengaruhi oleh peran yang besar dari golongan borjuasi dan bangsawan.
berbagai kapitalis yang lebih kecil termasuk Owen. Momentum itulah yang
pemikiran ketiganya terletak pada gagasan bahwa sosialisme dapat dicapai dengan
sejarah yang melahirkan sistem kapitalisme dengan munculnya kelas borjuasi dan
proletariat yang saling berkontradiksi. Dalam hal ini, kekeliruan gagasan dari
ketiganya yang paling fatal adalah mengenai analisis kelas dalam masyarakat.
Menguatnya posisi secara ekonomi dan politik dari kelas borjuasi dan
Dalam hal ini, kapitalisme justru memberikan ruang luas bagi borjuasi dan
Faktor-faktor ini pula yang tidak mampu diperhatikan oleh pemikir sosialisme
besar yang saling bertentangan belumlah memuncak. Hal ini menjadikan para
pemikir sosialis utopis akhirnya mencari-cari cara dan ilmu-ilmu baru yang
mereka sama sekali tidak memandang terdapatnya kelas yang saling bertikai
umum kepada seluruh masyrarakat, bukan kepada kelas tertentu yang memang
kapitalisme ini yang menentukan sikap para pemikir sosialis utopis. Mereka
60. SN. Eisenstadt, Revolusi dan Transformasi Masyarakat, Terj: Chandra Johan,
(Jakarta: CV. Rajawali, 1986), 242.
59
dengan jalan perdamaian antara kelas proletariat dengan borjuasi. Hal ini yang
sudah barang tentu adalah sebuah kemustahilan, karena karakteristik dari konflik
kelas adalah antagonistik atau saling menegasikan. Dalam hal ini, dari seluruh
teori yang digagas oleh kelompok sosialisme utopis dan bermacam kekeliruan
analisisnya yang membuat Karl Marx dan Friedrich Engels kemudian melakukan
4.1.2.4 Sosialisme dalam Pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels: Dari
karya utama yang terkenal yaitu Das Kapital. Sosialisme ilmiah lahir sebagai
filsafat klasik Jerman, dan ekonomi klasik Inggris.61 Marx menilai bahwa sejarah
dari masyarakat yang ada hingga saat ini adalah sejarah perjuangan kelas.
Kemunculan tuan budak dan budak, tuan tanah atau raja dan kaum tani hamba,
sebagai fase di mana Marx hidup dianggap olehnya tidak juga mampu
baru, bentuk penindasan baru, dan bentuk perjuangan yang baru pula. Secara
61. Njoto, Marxisme: Ilmu dan Amalnya, (Jakarta: Harian Rajat, 1962), 31.
60
khusus zaman kapitalisme ini memiliki keistimewaan, bahwa kelas yang saling
GAMBAR 4. Karl Marx dan Friedrich Engels: Tokoh Pemikir Sosialisme Ilmiah
dari karya Adam Smith dan David Ricardo, Marx melahirkan teori ekonomi
politik yang lahir sebagai bentuk kritik terhadap kapitalisme. Kapitalisme yang
bagi kaum pekerja.62 Seperti yang dipelajari Marx dari Fourier bahwa kemiskinan
penumpukan dan menyebabkan krisis penumpukan hasil produksi. Dalam hal ini,
dilahirkan melalui proses pertemuan antara alat produksi dan tenaga kerja. Oleh
karena itu, komoditas merupakan hasil produksi yang di dalamnya terdapat nilai.
Nilai yang dimaksud adalah nilai yang terkandung akibat curahan kerja sosial
dalam suatu komoditi. Oleh karena itu, nilai kemudian dibedakan menjadi nilai
Nilai guna adalah suatu nilai yang secara alamiah melekat pada suatu
barang hasil kerja produksi. Nilai yang melekat pada barang tersebut lahir akibat
adalah nilai yang bersifat sosial. Artinya nilai guna merupakan bagaimana suatu
secara kuantitas dapat diukur dan memiliki nilai yang terkandung secara alamiah
seperti air untuk minum, gandum untuk makan, baju untuk pelindung tubuh dan
lain sebagainya. Selain itu, berbicara kualitas adalah sesuatu yang abstrak, tidak
bisa diukur, namun memiliki nilai pakai secara sosial, misalkan baju yang
penampilan, atau ukiran kayu yang digunakan secara sosial untuk memenuhi
kepuasan estetika seni dan lain sebagainya. Artinya berbicara mengenai nilai
guna bisa relatif dan sesuai kegunaan barang yang akan dikonsumsi tersebut.
62
Dalam melakukan transaksi atau pertukaran sebuah barang harus memiliki nilai
tukar, guna nilai tukar sebagai proporsi atau jumlah yang dipakai untuk
menukarkan nilai pakai jenis tertentu dengan nilai pakai yang lain.63 Selain,
komoditi lainnya. Nilai tukar senantiasa terlihat relatif, karena itu nilai hakiki
(valeur intriseque) atau nilai tukar tak terpisahkan dari sebuah komoditi sebagai
pengertian yang kontradiktif. Misalnya satu ekor sapi yang ditukarkan dengan
ayam, menukarkan seekor sapi dengan seekor ayam akan sangat timpang apabila
memproduksi satu ekor sapi tentu berbeda dengan memproduksi satu ekor ayam.
Pembeda ini bisa diukur secarara kuantitas ataupun kualitas, seperti waktu
produksi, biaya produksi, dan lain sebagainya. Artinya pertukaran kedua barang
tersebut harus mampu direduksi menjadi satuan yang dapat diukur yaitu nilai
tukar, namun hingga saat ini nilai tukar yang memungkinkan adalah dengan
menggunakan barang ketiga sebagai satuan ukur bersama, yaitu uang yang
63. Karl Marx, Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi Politik, Terj. Oey Hay Djoen,(Hasta
Mitra, 2004), 4.
63
uangnya untuk membeli barang hasil produksi manufaktur untuk diolah kembali
menjadi barang jadi yang diorientasikan untuk dijual kembali atau “membeli
surplus. Modal yang pada awalnya berasal dari komoditas mulai berubah nilai, di
mana modal berasal dari uang yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai alat
tukar.64 Pengembangan modal melalui uang inilah juga yang disebut oleh Marx
Nilai tukar merupakan ekspresi atau tampilan dari nilai barang tersebut.
Itulah sebabnya yang menentukan besaran nilai tukar sebuah barang adalah
jumlah kerja yang diperlukan secara sosial untuk memproduksinya. 65 Dalam hal
ini nilai tukar suatu barang dapat diukur dengan bagaimana proses kerja produksi
hingga barang tertentu tersebut dihasilkan. Proses produksi ini kemudian dalam
sistem kapitalisme diartikan dengan ongkos produksi suatu barang. Bagian pokok
dalam ongkos produksi dalam sistem kapitalisme adalah upah yang diberikan oleh
64. Friedrich Engels. Tentang Das Kapital Marx, Terj. Oey Hay Djoen, (Jakarta:
Oey‟s Renaissance, 2007), 16.
65. Ibid, 7.
64
hubungan produksi dijadikan komoditi oleh kapitalis. Hal ini menjadikan seakan-
akan tenaga kerja dalam sistem produksi dilihat sebagai mesin, bukan sebagai
langsung. Hal inilah yang menyebabkan buruh teralienasi selain dari alat
jantung penghisapan dari sistem kapitalisme adalah nilai lebih. Nilai lebih
Dalam hal ini, Marx berhasil mengeluarkan teori yang baik mengenai nilai lebih,
Nilai tenaga kerja adalah nilai kebutuhan hidup yang diperlukan untuk
kebutuhan hidup sehari-hari dan sebagainya. Akan tetapi karena nilai tenaga kerja
yang berubah menjadi komoditas, maka pekerja menjadi menjual tenaga kerja
diperlukan oleh buruh untuk tetap produktif dalam berkerja dengan demikian
terhadap buruh inilah yang mengandung unsur nilai lebih. Nilai lebih merupakan
65
hasil kerja buruh yang nilainya lebih dari upah yang mereka terima. Bagi Marx,
seorang buruh harusnya mendapatkan hasil dari kerjanya lebih dari upah yang
diterimanya. Hasil lebih yang tidak diterima oleh buruh ini diambil oleh borjuis
kapital. Dengan mengambil nilai lebih dari buruh, sistem kapitalis dapat terus
keuntungan lebih besar lagi secara terus menerus. Seperti yang dicontohkan oleh
Marx sebagai berikut: “Jika total kapital yang dibutuhkan dalam proses produksi
adalah C, maka C ini terdiri atas alat produksi (c) dan uang yang digunakan untuk
membayar proses kerja buruh (v). Sehingga C = c + v.” Dalam hal ini, Marx
bahan baku dan mesin tidak berubah, sedangkan v adalah variabel karena nilai
proses kerja buruh bisa naik dan bisa turun. Oleh karena itu, untuk menghitung
nilai lebih, nilai jual dikurangi proses produksi (C‟ = C + s). Misalnya, biaya
produksi di luar upah (c) adalah sebesar 500.000, sementara angka proses kerja
buruh (upah) (v) adalah sebesar 80.000/bulan, maka angka proses produksinya (C)
adalah sebesar 580.000. Kemudian bila harga jual (C‟) adalah sebesar 900.000,
kepemilikian pribadi atas alat produksi, penghisapan nilai lebih, serta akumulasi
kapital bagi kelas borjuasi, inilah yang menjadikan kapitalisme sebagai sistem
yang menindas dan menghisap masyarakat. Hal inilah yang menegaskan Marx
bahwa tidak ada persamaan kepentingan antara kelas borjuasi dan buruh.
bertentangan inilah yang menjelaskan antagonisme kelas yang tidak akan pernah
bisa terdamaikan.
menjadikan alat- alat produksi dari milik perseorangan menjadi milik masyarakat
atau yang disebut negara.68 Inilah alasannya mengapa Marx menempatkan bahwa
kapitalisme.
menjelaskan lebih lanjut bahwa masa depan dunia adalah sosialisme menuju
67. Njoto, Marxisme: Ilmu dan Amalnya”, (Jakarta: Harian Rajat, 1962), 32- 33.
68. Ibid, 33.
67
dalam internal zaman feodalisme jugalah lahir dan berkembangnya para brojuasi
atau kaum pedagang yang mulai merasakan ketidakpuasan dan ketidakadilan dari
sistem feodalisme. Para borjuis bersama kaum tani hambalah yang kemudian
Dalam hal inilah Marx melihat bahwa kapitalisme seperti era sebelum-
prinsip kepemilikan pribadi dan liberalisme akan merupakan skema yang akan
pula didorong oleh gerakan revolusi yang besar. Dalam hal ini tugas sejarah
gerakan politik yang revolusioner. Artinya adalah perubahan besar mulai dari
baru berupa sistem sosialisme. Oleh karena itu, Marx kerap mengulang kata-kata
Kelas proletariat tidak akan kehilangan suatu apapun kecuali belenggu mereka”.
lebih mudah melalui Gambar 5 (lima). Pasalnya, secara umum seluruh pandangan
dan penindasan terhadap manusia. Dalam hal ini, yang membedakan semua
pemikiran mengenai sosialisme utopis hingga ilmiah terjadi sebagai respon kritis
sistem sosial yang berlandaskan pada jaminan hak milik pribadi atas alat produksi,
bertubi-tubi dari berbagai pemikir. Kritik tersebut mucul dengan keras terutama
sekali datang dari para pemikir yang membawa pemikiran tentang sosialisme.
Saint Simon, Fourier dan Robert Owen merupakan pemikir tentang sosialisme.
sejahtera. Ketiganya memiliki kesamaan dalam hal jalan keluar dari sistem
kapitalisme. Bagi ketiganya, suatu masyarakat harus dibangun dengan adil dan
setara melalui kolaborasi kelas. Intinya, sosialisme adalah dapat dicapai melalui
respon dari pemikir lainnya. Marx dan Engels merupakan “dwi tunggal” yang
atas kritik terhadap keberlanjutan sistem kapitalisme dan gagalnya teori dan
praktik dari sosialisme utopis. Bagi Marx dan Engels, kapitalisme telah
menghisap nilai lebih dari buruh, melahirkan pertentangan kelas, dan buruknya
kondisi kelas buruh dalam sistem kapitalisme. Lebih jauh lagi, Marx dan Engels
dapat didamaikan. Dalam hal ini, untuk mewujudkan sosialisme ialah dengan
jalan revolusi atau perjuangan kelas. Pemikiran sosialisme ilmiah inilah yang
Komunis
menyebar keseluruh penjuru dunia, khususnya Eropa. Hal ini juga berkaitan
marxisme. Marxisme juga yang menjadi bagian penting dalam semakin besarnya
gerakan buruh dan negeri-negeri terjajah. Salah satu dari sekian banyak negara
seakan siap meruntuhkan dominasi absolut dari Tsar. Dalam hal ini, pemimpin
72
pertama di Rusia pada tahun 1917 sekaligus menjadi bukti secara nyata
yang besar, yaitu mampu membawa pengaruh besar dan perjuangan pembebasan
nasional di dunia.
munculnya Perang Dunia I. Salah satu tokoh yang mengadaptasi pemikiran Marx
dalam gerakannya adalah Vladimir Ilyich Ulyanov, atau yang lebih dikenal
dengan nama Lenin. Lenin lahir di Simbirsk (sekarang Ulyanovsk), pada 22 April
dengan kondisi Rusia di eranya. Tujuan utamanya jelas yaitu membangun Rusia
Negara di Eropa lainnya. Revolusi industri dan enclosure yang terjadi sekitar
bawah otokrasi Tsar yang ditopang oleh ortodoksi gereja. Rusia di era itu juga
kelas budak baru dilakukan pada tahun 1861 di Rusia. Kondisi tersebut berusaha
diubah oleh Tsar Nicolas II yang mulai menjabat tahun 1894. Tsar berusaha
industrialisasi makin didorong untuk tumbuh. Dalam hal ini, skema tersebut
mendorong pemberantasan buta huruf dan mobilisasi rakyat Rusia dalam Industri.
Hal tersebut juga meningkatkan kuantitas kelas buruh Rusia, dan di sisi lain
kondisi Rusia tersebut, Lenin mengajukan analisis perkembangan Rusia ketika itu
Analisa Lenin tersebut telah memberikan gambaran awal secara umum tentang
kondisi Negara Rusia yang saat itu dipimpin oleh kekuasaan Tsar Nicolas II.
70. Marvin Perry,Peradaban Barat : Dari Revolusi Perancis Hingga Zaman Global,
(Bantul: Kreasi Wacana, 2013), 287.
71. Ibid, 291
72. Christopher Hill,Lenin : Teori dan Praktik Revolusioner, terj: Darmawan,
(Yogyakarta: Resist Book, 2009), 16
75
perubahan ini dengan mendasarkannya pada data yang telah dihimpun oleh R.
Lenin sebagai Imperialisme. Dalam hal ini, lebih lanjut Lenin mengemukakan
Kelima fitur yang dikemukakan oleh Lenin tersebut mengacu pada tren keadaan
Investasi dan industrialisasi yang dipaksakan oleh Tsar Nicolas II ketika itu juga
Sehingga, eksport tersebut akan menghisap proletariat seluruh dunia dalam skema
dan berbagai tokoh Marxis Rusia lainnya untuk segera membuat partai politik
lahirlah Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia (Russian Social Democratic Labour
Party).76 Pada tahun 1900, koran Iskra sebagai terbitan resmi partai, pertama kali
Fraksi Menshevik pada Partai Buruh Sosial Demokrati Rusia, Kuam Fabian, dan
para pengikut Karl Kautsky secara umum berpendapat bahwa sosialisme dapat
75. V.I. Lenin, Revolusi Sosialis dan Hak Sebuah Bangsa untuk Menentukan Nasib
Sendiri, 2
76. Juma De Putra, Revolusi-Revolusi Paling Spektakuler di Dunia, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2014), 178
77. Perbedaan pendapat tentang mewujudkan Sosialisme bahkan membuat Partai
Buruh Sosial Demokrat Rusia terpecah menjadi dua fraksi ; Yaitu Boleshevik (yang berarti
mayoritas) dan Menshevik (yang berarti minoritas). Perbedaan keduanya terletak pada
pembangunan partai dan cara mewujudkan sosialisme. Wikipedia.
78. V.I. Lenin, Negara dan Revolusi : Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-
Tugas Proletaiat dalam Revolusi, terj. Sulang Sahun (Yogyakarta: IndonesiaTera, 2000), 10
77
Menurut Lenin, negara hadir sebagai bentuk dari tidak terdamaikannya konflik
menekan antagonisme kelas. Hal tersebut dikarenakan negara merupakan alat dari
kelas di dalam suatu negara, agar melegitimasi penghisapan oleh kelas penguasa
mewujudkan sosialisme secara damai, karena negara Rusia ketika itu merupakan
alat kelas borjuasi. Hal ini semakin memperlihatkan kesatuan pandang lenin
menjadi alat kelas borjuasi, maka negara akan senantiasa melegitimasi sistem
kapitalisme dan tentu saja akan menghindari terciptanya sosialisme yang dapat
memiliki kekuatan khusus. Dalam hal ini, senada dengan apa yang dikatakan oleh
Lenin bahwa negara adalah suatu kekuatan penindas khusus terhadap kelas
79. Ibid, 23
78
penindas selalu diwarnai dengan kekerasan. Lenin mengutip tulisan Engels untuk
tersebut, Lenin dan kelompok Bolshevik segera menyusun langkah untuk menuju
soviet di perkotaan dan pedesaan.81 Pada tahun 1904, gejolak yang dihasilkan
pemogokan buruh yang dipimpin oleh Joseph Stalin. Pemogokan berlanjut di St.
disebut sebagai „minggu berdarah‟, sebuah penembakan Tsar kepada massa aksi
buruh yang dipimpin oleh Romo Gabon.82 Gejolak rakyat Rusia tersebut
80. Ibid, 24
81. Soviet adalah perkataan Rusia yang artinya „Dewan‟. Alat kekuasaan proletariat.
Bentuk pemerintahan Negara Sosialis. Menurut Stalin, Soviet adalah organisasi yang langsing
daripada massa itu sendiri, yaitu organisasi massa yang paling demokratis, dan oleh karenanya,
organisasi massa yang paling berkuasa yang memberikan kepada massa fasilitas-fasilitas yang
sebesar-besarnya untuk turut serta dalam pembangunan negara baru dan pemerintahannya. L.Harry
Gould, Kamus Kecil Istilah Marxis, terj. Rollah Syarifah (Jakarta: Kelompok Kerja Untuk
Demokrasi Rakyat, 2006), 74.
82. Christopher Hill, Lenin : Teori dan Praktik Revolusioner, terj : Darmawan,
(Yogyakarta: Resist Book, 2009), 92
79
memuncak untuk pertama kali pada tahun 1905. Pada tahun 1905, revolusi
akibat kalahnya Rusia dari Jepang, gerakan rakyat yang sedang memanas dapat
mengambil keuntungan. Otokrasi Tsar tidak serta merta hancur, revolusi 1905
pembentukan Duma.83
dengan Jepang tetap belum bisa dibenahi. Gejolak gerakan rakyat Rusia masih
terjadi sepanjang 1905, akibat kekacauan ekonomi. Pada tahun 1906, Stolypin
lebih kuat. Insentif menjadikan para tuan tanah untuk bisa memperluas
83. Duma merupakan badan legislatif Rusia sejak zaman kekaisaran yang berdiri
berdampingan dengan Tsar Nicolas II. “Duma,” Wikipedia, terakhir diubah pada 22 September
2013, https://id.wikipedia.org/wiki/Duma_Negara.
84. Marvin Perry,”Peradaban Barat : Dari Revolusi Perancis Hingga Zaman
Global”, (Bantul: Kreasi Wacana, 2013), 291
80
Kondisi ini justru memperkuat posisi tuan-tuan tanah di pedesaan, dan tetap
pemerintahan Rusia kala itu yang kebanyakan kaum liberal dan sosial-demokrat.
Secara ekonomi, komposisi Duma ketika itu didominasi oleh tuan tanah, sebanyak
130.000 orang.85 Kondisi ini sesuai dengan analisa Lenin tentang negara, bahwa
“negara adalah alat kelas berkuasa”, sehingga ketika negara dikuasai oleh klas
yang didakwa sebagai pelaku kejahatan dan 3.500 orang diantaranya dihukum
85. Christopher Hill, Lenin: Teori dan Praktik Revolusioner, terj : Darmawan,
(Yogyakarta: Resist Book,2009), 100
86. Ibid, 94
81
pertumbuhan kapitalisme dan gejolak gerakan rakyat yang terus terjadi, krisis
dalam negeri tidak terhindarkan. Dalam tulisannya, Revolusi Sosialis dan Hak
Di tengah penindasan pemerintahan Rusia dan krisis yang kembali muncul, Lenin
untuk menyerang langsung borjuasi yang berada dalam koalisi Tsar dan Duma
Pada tahun 1916, toko-toko mulai kosong dan uang semakin tak
St.Petersburg, Moskow dan berbagai daerah Rusia. Para serdadu dan jajaran
Tsar. Lenin berhasil memanfaatkan krisis dalam negeri dan kontradiksi di dalam
tubuh pemerintahan Rusia dengan baik. Pada April 1917, akhirnya pemerintahan
87. V.I. Lenin, Revolusi Sosialis dan Hak Sebuah Bangsa untuk Menentukan Nasib
Sendiri, (Jakarta: Yayasan Pembaruan, 1964)
88. Marvin Perry, Peradaban Barat : Dari Revolusi Perancis Hingga Zaman
Global, (Bantul: Kreasi Wacana, 2013), 291
82
pihak sekutu.
Lenin menulis Tesis April, sebuah tesis tajam yang merangkum tugas-
tugas proletariat untuk menyongsong revolusi di tengah kondisi Rusia waktu itu.
Tesis pertama yang diungkapkan Lenin adalah untuk menolak perang imperialis
proletariat. Dalam tesis tersebut, Lenin juga menyerukan kepada proletariat untuk
menyita tanah-tanah milik tuan tanah dan melakukan program nasionalisasi tanah
mengganti nama partai yang semula bernama Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia
89. Berbeda dengan tradisi kaum Marxis yang menitikberatkan perjuangan buruh,
Lenin muncul sebagai seorang Marxis yang menganggap penting perjuangan petani. Petani miskin
(sebagai golongan klas borjuasi kecil di pedesaan) dan buruh tani, memiliki tugas-tugas revolusi
borjuis demokratik untuk melakukan revolusi agraria. Hal ini dikarenakan corak feodalisme masih
melekat di Rusia, sehingga dibutuhkan aliansi antara klas buruh dan kaum tani untuk mendorong
masyarakat ke tahap sosialisme. Christopher Hill, Lenin: Teori dan Praktik Revolusioner, terj :
Darmawan, (Yogyakarta: Resist Book,2009)
90. Lenin, V.I, “Tugas-Tugas Kaum Proletariat dalam Revolusi Sekarang Ini (Tesis
April),” Marxists.org, terakhir diubah Desember 1998, https:// www.marxists.org/ indonesia
/archive /lenin/1917/ Tugas.htm.
83
oleh para petani. Akhirnya pada bulan Oktober 1917, Bolshevik meraih
November 1917, Bolshevik meraih suara terbanyak dalam Kongres Soviet Kedua.
menggemparkan dunia. Hal ini terjadi karena untuk pertama kalinya Marxisme
Perkembangan ini tentunya segera ditangkap oleh berbagai pihak, baik yang
seluruh negeri. Pada wilayah negeri dunia ketiga, perjuangan tersebut mengambil
negara sosialis yang kuat. Hal ini karena Uni Soviet dipimpin oleh pemerintahan
diktator proletariat yang kuat dan didukung oleh kelas revolusioner lainnya.
84
bangsa, pembagian tanah bagi kaum tani, kontrol atas produksi dan distribusi
barang oleh kaum buruh dan kontrol bank secara nasional.92 Lebih jauh lagi,
perdagangan luar negeri, dan industri besar lainnya diambil alih oleh
pemerintah.93
produk dan bahan baku.94 Lebih jauh lagi, Lenin menekankan pentingnya
Hal ini menunjukan betapa sosialisme mendambakan dan merancang sistem yang
sektor perburuhan dan industri ini menuai hasil cepat, pada tahun 1918 sebanyak
Rusia menjadi petanda baik bagi seluruh kelas pekerja di dunia. Revolusi rusia
menjadi contoh yang baik bagi perjuangan revolusioner. Revolusi Rusia terus
Lenin. Dalam hal ini, kontribusi Lenin yang besar menjadikan dirinya bersanding
95. Lenin, V.I, “Kepada Para Pekerja Perempuan”, Marxists.org, terkahir diubah
November 1998, https://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1920/20-kpp.htm
86
cepat tersiar ke penjuru dunia. Rakyat di seluruh belahan dunia dengan cepat juga
menangkap kabar tersebut. Hal ini juga bertepatan dengan terus bergejolaknya
negara-negara imperialis.
Pernyataan Lenin yang mewakili Komintern tersebut merupakan bukti dari upaya
lahirnya revolusi untuk membangun sosialisme. Hasil dari upaya tersebut adalah
“Boleh dibilang tidak ada satu negeri pun di dunia ini yang tidak
terkena oleh pengaruhnya, juga tidak ada peristiwa sejarah sesudah
Oktober 1917 yang tidak terkena pengaruhnya. Jalan sejarah
mengambil jurusan yang lain sama sekali: bukan lagi kapitalisme, tetapi
sosialisme.”99
karena dianggap mampu untuk memperbaiki nasib rakyat yang selama ini
berikut:
merupakan cikal-bakal dari lahirnya PKI yang berdiri pada 23 Mei 1920.
Mengenai ini, penting untuk mengutip tulisan DN Aidit mengenai kelahiran PKI
sebagai berikut:
Penuturan dari Nyoto dan DN Aidit merupakan argumentasi yang kuat untuk
Komunis. Para anggota Belanda dari ISDV memperkenalkan ide-ide Marxis untuk mengedukasi
orang-orang Indonesia untuk menentang kekuasaan Kolonial. “ISDV,” Wikipedia, terakhir diubah
pada 16 November 2015, http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia.
102. D.N. Aidit, Lahirnya PKI dan Perkembangannya, (Jakarta: Yayasan Pembaruan,
1955)
103. Nyoto, ”Revolusi Oktober Rusia dan Revolusi Agustus Indonesia”,
Marxists.org, http://www.marxists.org/indonesia/indones/1957-NyotoRevolusiOktober.htm.
90
berkuasa, PKI berhasil menjelma menjadi partai yang didukung oleh jutaan rakyat
Indonesia.
hingga ke Benua Amerika. Kuba pada tahun 1959 berhasil menggulingkan rezim
diktator Batista melalui Revolusi Sosialis. Kuba merupakan negeri yang dipimpin
oleh rezim diktator yang disokong imperialis Amerika Serikat. Revolusi Kuba
menjadi bagian dari Revolusi Sosialis dunia. Dalam hal ini, revolusi Kuba tidak
Kuba membenarkan analisis yang dipaparkan oleh Marx dan Lenin. Revolusi
sosialisme komunis menjadi bagian yang sangat penting dalam Revolusi Kuba
dan dipelopori oleh Partai Komunis seperti yang terjadi di India pada periode
1930an, Vietnam pada 1945, hingga Tiongkok pada tahun 1949. Tiongkok secara
setengah jajahan.
ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaanya dengan ditandai oleh revolusi industri
tanah pemukiman atau tanah pertanian. Pada awalnya, istilah ini digunakan untuk
92
akan sumber daya alamnya. Selain sumber daya alam, proyek perluasan
hasil produksi industri dan juga penyediaan tenaga kerja murah. Sasaran dari
ekspansi tersebut adalah negara-negara yang masih dalam kondisi sistem feodal
wilayah Asia.
dengan luas 9.598.077 Km².107 Luasan wilayah tersebut terbentang dari Siberia
hingga wilayah tropis dan dari Samudera Pasifik hingga mencapai jantung Asia
Tengah. Wilayah Tiongkok yang luas itu juga terbagi dalam beberapa bentuk
wilayah seperti dataran tinggi di bagian Barat Daya yang di dalamnya terbentang
Sementara itu, wilayah padang rumput terdapat di wilayah kawasan hutan Siberia
hingga Tiongkok Utara, pantai Tiongkok membentang dari muara Sungai Amur
sungai-sungai besar seperti Sungai Sungari dan Lao di Manchuria, dataran rendah
Sungai Kuning dengan luas 300.000 Km², Sungai Yangzi, Kanton, hingga Sungai
perbedaan kondisi iklim yang ekstrem antara wilayah Siberia yang sangat dingin
serta iklim ini adalah syarat utama dari keragaman kebudayaan masyarakatnya.
juga meluas. Hal ini terbukti pada bahasa-bahasa induk yang terdapat di wilayah
Tiongkok. Dalam hal ini, Tiongkok memiliki lima bahasa induk yang tersebar
108. Ivan Taniputra, History of China, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2013), 22.
94
Hal ini menjadi wajar karena secara etnis di Tiongkok juga begitu banyak dan
persebaran dan jumlah populasinya dapat dilihat pada tabel berikut yang
merupakan hasil sensus penduduk pada masa kepemimpinan Mao di tahun 1957:
95
tidak hanya mendiami dataran Tiongkok, namun menyebar hingga Asia Timur
di wilayah Asia.
Xia pada tahun 2205-1766 SM.109 Dinasti Xia menjadi pembuka era dinasti dan
dinasti adalah bercocok tanam dan mencari ikan. Hal ini menjadikan Tiongkok
dikenalnya kepemimpinan kaisar. Meskipun hal ini masih jauh dari demokrasi,
setidaknya pada periode ini Tiongkok sudah mengenal sistem pemerintahan yang
terbagi dari pusat hingga beberapa daerah kekuasaan. Penguasa tunggal pada
masa awal dinasti ini adalah kaisar. Kaisarlah yang akan menentukan segala
Dinasti Shang yang menggantikan Dinasti Xia.110 Pada zaman ini tercatat
dari perunggu, hingga pembuatan senjata seperti kapak. Pada masa ini juga
runtuhnya Dinasti Shang. Dinasti Shang digantikan oleh Dinasti Zhou yang
bagian tersebut tunduk secara langsung oleh Kaisar Dinasti Zhou. Sistem ini
berjalan panjang karena para pemimpin negara bagian juga merupakan kerabat
bagian kelas satu, 60 negara bagian kelas dua, dan 120 negara bagian kelas tiga.
dikuasainya. Pada umumnya, negara kelas satu memiliki luas wilayah 100 li,
negara kelas dua 70 li, dan kelas tiga seluas 50 li.113 Pembagian ini tidak serta-
bagian tersebut saling bermusuhan dan berupaya menghancurkan satu sama lain.
Pada zaman feodal ini pulalah Dinasti Zhou melahirkan berbagai aliran
filsafat. Dalam hal ini, Dinasti Zhou juga dikenal dengan era lahirnya Filsuf
besar. Pada masa itu, lahir filsuf-filsuf besar Tiongkok yang juga terkenal di
dunia, yaitu Lao Zi (Lao Tse), Kong Zi (Konfusius), dan Meng Zi (Mensius).114
sebatas menjadi teori, namun juga menjadi panduan hidup dan kepercayaan
telah berdiri selama 800 tahun akhirnya digantikan oleh Dinasti Qin.
Eksistensi dari Dinasti Qin tidak bertahan lama hanya dari tahun 221 sampai 206
SM. Pada masa ini, kekuasaan kaisar terus dirundung perang-perang saudara.
Hal inilah yang menjadikan Kaisar Dinasti Qin membuat program pembangunan
benteng besar yang kemudian disebut Tembok Besar Tiongkok. Pada tahun 206
SM, Dinasti Qin digantikan oleh kekaisaran Dinasti Han. Pada zaman Dinasti
Dinasti Han berdiri selama periode 206 SM-221 M. Pada periode ini,
Dinasti Han dikenal dengan ilmu pengobatan yang baik. Bahkan beberapa tokoh
bapak ilmu kedokteran di Eropa. Tokoh utama dalam ilmu pengobatan Dinasti
Han adalah Zhang Zhongjing.116 Ia dikenal sebagai pelopor ilmu diagnosis dan
Han adalah awal dari masuknya ajaran Buddhisme. Dalam hal ini, bukti dari
Hal ini dibuktikan juga melalui catatan riwayat hidup Pangeran Ying yang
Buddhis.119
lain adalah untuk menjalin kerja sama dengan negara lain hingga upaya
inilah Tiongkok sampai pada wilayah Asia Tengah yang sebelumnya tidak
diketahui. Lebih jauh lagi, Dinasti Han berhasil melakukan eksplorasi kekayaan
negara lain seperti emas, tembaga, batu giok, hingga kain katun. Capaian besar
hubungan luar negeri yang luas dari Dinasti Han tercatat saat diadakannya
hubungan dengan raja dari Yediao. Yediao menurut sarjana Perancis bernama
Ferrand adalah transliterasi dari kata Yawadwipa, atau Pulau Jawa.120 Selain itu,,
hubungan luar negeri juga dibangun Dinasti Han dengan dataran Eropa. Hal ini
dibuktikan pada tahun 166 M dengan datangnya sekelompok utusan dari Kaisar
119. Ivan Taniputra, History of China, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2013), 205.
120. Ibid, 215.
121. Ibid, 216.
100
Kuning.122 Akhir dari kekuasaan Dinasti Han adalah dengan adanya kudeta yang
dilakukan oleh Cao Bei atau Kaisar Wendi pada tahun 202 M.123
maupun kerajaan di Tiongkok secara silih berganti. Beberapa dinasti dan kerajaan
yang berdiri pasca keruntuhan Dinasti Han antara lain, kerajaan Wei, Shu dan Wu
yang masuk dalam zaman Tiga Negara, Dinasti Jin, Dinasti Utara-Selatan, Dinasti
Sui, Dinasti Tang, Zaman Lima Dinasti, dan Dinasti Song. Perkembangan ini
Dinasti Song berdiri dari tahun 960-1268 dan menjadi dinasti yang
mengutamakan aspek pengetahuan dan teknologi. Pada masa ini pula terjadi
pergantian Gubernur Militer dengan golongan sipil. Lebih jauh lagi, peran
menteri dan perdana menteri menjadi semakin kuat karena diberikan hak yang
luas untuk mengusulkan sesuatu. Kemajuan tidak hanya terjadi pada aspek
Pada masa Dinasti Song ini juga telah ditemukan varietas padi yang
dapat dipanen sebanyak dua kali dalam satu tahun dan perbaikan irigasi. Dalam
hal ini, penemuan tersebut membuat keberlimpahan padi yang dimiliki oleh
cetak yang membuat harga buku semakin murah dan mudah diakses. 124 Dari
Tiongkok. Salah satu capaian yang besar adalah pada masa Dinasti Ming tahun
navigasi dan teknik pembuatan kapal. Pada masa ini, terkenal dengan perjalanan
Zheng He pada tahun 1405 (jauh lebih dulu dari penjelajahan Columbus) dengan
membawa 63 kapal yang memuat 27.870.125 Pada masa ini, ilmu navigasi yang
digunakan untuk berlayar adalah Bintang Kutub Utara (Polaris).126 Lebih jauh
lagi, pelaut Tiongkok juga sudah menggunakan Kompas maupun Jam Pasir.
tinggi. Kapal-kapal milik Tiongkok masa itu dibuat dengan desain yang baik
hingga mampu bertahan saat seluruh kapal terendam air dan saat berbenturan
dengan karang maupun gunung es. Dengan demikian tidak heran jika Dinasti
dari Indocina hingga Palembang. Perjalanan kedua pada tahun 1408 mampu
Persia, hingga Makkah. Sementara itu, pada perjalanan ketiganya di tahun 1412
berhasil sampai ke wilayah Sumatera, Jawa, hingga Madura. Lebih jauh lagi,
pelaut Dinasti Ming mampu berlayar hingga Arab, Afrika dan mengelilingi
juga menjadi pembuka bagi negara-negara khususnya wilayah Eropa untuk masuk
ke Tiongkok.
Dinasti Ming pada tahun 1644 digantikan oleh Dinasti Qing (1644-
1912).128 Dinasti Qing merupakan dinasti yang terkahir atau sebagai penutup era
dan pemberontakan rakyat, seperti Gerakan Boxer dan revolusi di tahun 1911.
tetap menjadi negara besar dan berpengaruh baik dalam sektor politik, ekonomi,
Rezim Bonekanya
membangun industri yang bercorak kapitalistik tidak serta merta adalah cerminan
dari negara-negara di wilayah belahan dunia lain, seperti Asia. Pada saat roda
industrialisasi dan sistem kapitalisme lahir dan berkembang di Eropa, Asia masih
mesin uap tidak terjadi di wilayah Asia. Pola hubungan struktur ekonominya
catatan adalah bahwa Asia menjadi wilayah yang terdiri dari bangsa-bangsa yang
cukup makmur meski industrinya belum tumbuh secara pesat. Perbedaan tahap
industrial seperti Inggris atau Italia misalnya, namun kolonisasi ditujukan untuk
pusatnya. Bentuk kolonialisasi Eropa ke Asia baru mulai berjalan secara masif
saat Industri Eropa mulai mampu menggunakan mesin uap hasil revolusi industri
sebagai mesin utama penggerak kapal-kapal ekspedisi dan perangnya. Dengan hal
tersebut, membuat proses kolonisasi menjadi lebih masif dan cepat. Dalam
Jepang menjadi negeri koloni, namun lebih tepatnya membuka ruang kerjasama.
104
pemerintahan agar lebih terbuka. Alhasil, pada tahun 1854 disepakati perjanjian
Syimoda dengan poin utama yaitu membuka pelabuhan untuk perdagangan asing.
Kaisar Meiji pada tahun 1867. Restorasi Meiji memberikan perubahan yang
signifikan pada pola hubungan Jepang dengan dunia kapitalisme Eropa. Jepang
pada zaman Meiji mulai membuka diri untuk melakukan bisnis perdagangan,
untuk menyatukan kembali Jepang sebagai bangsa yang kuat dan memiliki
yang saat itu dikuasai oleh Tiongkok di bawah Dinasti Qing. Dengan
mengandalkan armada militer yang besar dan berteknologi maju, perang antara
Perkembangan yang sangat pesat dari negeri Jepang ini yang kemudian
menyulut api peperangan selanjutnya oleh Rusia. Rusia merasa terancam dengan
perundingan telah dilakukan antar kedua pihak, namun Rusia masih tetap tidak
mau meninggalkan Port Arthur. Hal ini memancing militer Jepang untuk
Kemajuan industri persenjataan Jepang sangat terlihat dari perang melawan Rusia.
menguasai Port Arthur secara mutlak dan memukul mundur armada Rusia di Selat
Tsushima. Kemenangan ini juga yang semakin menandai kekuatan baru dari
Asia. Dengan menangnya Jepang dalam perang melawan Rusia, hal ini juga
Berbeda dengan Jepang, Tiongkok merupakan negeri tua yang memiliki sejarah
dan peradaban yang sangat panjang, namun pada akhir peralihan menuju negara
candu ke Tiongkok terjadi saat zaman Dinasti Qing. Inggris secara brutal
menjadi dua tahap, pertama terjadi antara tahun 1840 hingga 1842 dan tahap
tahun 1838 saja sudah sebanyak 1.400 ton. Hal ini menyebabkan kekaisaran
mengurusi masalah candu. Pada Mei 1839 Tiongkok berhasil mengusir kongsi
dagang milik Inggris bernama EIC/East India Company. Namun beberapa bulan
129. Taniputera, Ivan, History Of China, (Depok: Arruzz Media, 2013), 506.
107
Xiamen, Ningho, Fuzhou, dan Shanghai harus dibuka untuk perdagangan pihak
Inggris, membayar rampasan perang sebesar 21 juta mata uang perak, dan
memberikan hak istimewa bagi Inggris untuk membuka daerah khusus dan
kediaman warga Inggris. Upaya penguasaan atas negeri Tiongkok juga dilakukan
oleh Amerika Serikat. Pada tahun 1844 Amerika Serikat menekan kekaisaran
Dinasti Qing untuk memberikan hak yang sama seperti apa yang didapat oleh
kolonial Inggris.130
hanya sampai disitu. Pada tahun 1858 terjadi kembali perjanjian yang merugikan
rakyat Tiongkok, yaitu perjanjian Tianjin. Isi pokok perjanjian Tianjin adalah
total negara jajahannya. Hal ini terjadi pula di Tiongkok yang telah menjadi
negeri jajahan bagi banyak negara, termasuk Jepang. Jepang menguasai Tiongkok
dengan lahirnya Perjanjian Shimonoseki pada tahun 1895. Beberapa isi pokoknya
kepada Jepang, membuka lebih banyak kota pelabuhan untuk Jepang. Penindasan
dan penghisapan yang dilakukan ini melahirkan Tiongkok sebagai negeri yang
Revolusi 1911 di mana gerakan nasionalis pimpinan Dr. Sun Yat Sen berhasil
akhir kekaisaran Dinasti Qing. Perjuangan membangun negeri yang modern dan
lebih demokratis serta terbebas dari segala bentuk penjajahan menjadi semangat
kemenangannya. Alhasil pada 1 Januari 1912 Dr. Sun Yat Sen diangkat menjadi
harapan bagi perubahan nasib rakyat di Tiongkok. Dr. Sun menjabat sebagai
Kepemimpinan Dr. Sun digantikan oleh Yuan Shikai, yang kemudian memutar
kembali Tiongkok menjadi negara yang tidak merdeka dan berdaulat. Berbeda
dengan gaya kepemimpinan Dr. Sun yang demokratis dan menjunjung nilai
Rusia, Belgia, dan Jepang. Kebijakan ini menandakan bahwa pemerintahan yang
nasionalnya pada hutang luar negeri yang tentunya akan mendikte segala
seperti Jerman, Perancis, Rusia, dan Inggris, disibukan dengan kondisi perang.
kecaman yang begitu besar dari gerakan rakyat di Tiongkok, pada tahun 1915
pemerintahan Yuan Shikai terjadi perubahan. Yuan Shikai tidak lagi menjadi
Presiden dari republik, namun pada 1 Januari 1916 menobatkan diri menjadi
negeri Tiongkok. Di lain pihak, saat terjadinya PD I kekuatan baru dunia melalui
Pada masa itu persebaran ide Komunisme menyebar terutama karena faktor
maupun feodal yang ada. Pada tahun 1921, resmi berdiri Partai Komunis
Tiongkok, dan setelahnya mulai melakukan pergerakan untuk ikut terlibat dalam
kaisar Tiongkok, yaitu pada 6 Juni 1916. Kekuasaan Tiongkok pasca Yuan
masa ini. Pada masa kepemimpinan Presiden Li muncul konflik internal dari
menjadikan Tiongkok seperti layaknya negeri perang, artinya selama masa ini
perang terus berkecamuk di dalam negeri. Perang antar penguasa perang ini terus
Perang dalam negeri ini terus terjadi sampai proses penyatuan yang dilakukan
Koumintang. Pada saat Tiongkok secara mayoritas wilayahnya dikuasai oleh para
Partai Nasionalis Tiongkok dan Dr. Sun diangkat menjadi Presiden di wilayah
Tiongkok Selatan. Pasca wafatnya Dr. Sun, kepemimpinan partai dan Tiongkok
Chiang Kai Sek melakukan ekspedisi Utara selama tahun 1926-1928 untuk
Chiang Kai Sek berhasi menyatukan Tiongkok. Pada tahap sejarah ini,
kemenangan pasukan Chiang Kai Sek juga melibatkan secara aktif golongan
kehadiran Partai Komunis Tiongkok. Hal ini disebabkan karena Partai Komunis
bangun. Persinggungan pertama antara kelompok Chiang Kai Sek dengan Partai
Komunis Tiongkok terjadi saat Chiang Kai Sek menyerukan untuk menangkapi
1926. Sikap anti komunis yang ditunjukan oleh Chiang Kai Sek adalah bentuk
kondisi di mana berkembang raja-raja perang baru. Kekuasaan Chiang Kai Sek
imperialisme. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Mao Tse Tung
bahwa kekuasaan yang dibangun oleh Chiang Kai Sek dan Koumintang telah
sementara penghisapan ekonomi dan penindasan politik kepada kelas buruh dan
negara Eropa seperti Inggris, Perancis, dan Rusia, Serta Amerika Serikat dan
Jepang telah mengakar kuat dalam segi politik, ekonomi, dan budaya di Tiongkok.
Perjuangan revolusi borjuis pada tahun 1911 dan penyatuan Tiongkok di bawah
Chiang Kai Sek tidak juga menghilangkan dominasi dari imperialisme terhadap
tanah besar Tiongkok yang menjadi basis sosial bagi imperialisme. Kolaborasi
yang terjadi antara imperialisme dan feodalisme dengan topangan dari pemerintah
dalam negeri pimpinan Chiang Kai Sek inilah yang menjadikan Tiongkok sebagai
132. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 79.
114
GAMBAR 8. Bentuk Hukuman Mati bagi Para Pemberontak yang Dilakukan oleh
Pasukan Imperialis
Dalam hal ini, dominasi dari imperialisme telah mulai berkembang saat era
terus berjalan semakin kuat dimasa pemerintahan Chiang Kai Sek. Keberadaan
Serikat, dan Jepang tentunya bertujuan untuk melakukan eksploitasi sumber daya
115
alam dan manusia Tiongkok. Selain itu, bertujuan juga untuk menjadikan
bertahan tanpa adanya topangan dari internal Tiongkok. Dalam hal ini yang
penghisapan terhadap rakyat adalah sistem feodalisme yang lebih dulu eksis.
monopoli atas tanah oleh tuan-tuan tanah, dan secara politik dimanifestasikan oleh
kekaisaran sendiri dan raja-raja kecil yang tersebar di setiap wilayah. Kemudian,
komprador dalam negeri, dan kapitalis birokrat. Jadi, feodalisme sejatinya adalah
penting, karena penguasaan dan monopoli tanah terbesar yang ada dan corak
kehidupan masyarakat masih didominasi oleh sistem feodal, ini yang menjadi
dominasi imperialisme terlihat dari tidak adanya sama sekali tindakan pengusiran
atau perlawanan yang konkret terhadap segala aktifitas yang dilakukan oleh
imperialisme di Tiongkok.
Perlawanan keras rakyat Tiongkok ini mayoritas dipimpin oleh Partai Komunis
ini pemerintahan Chiang Kai Sek mula-mula mengambil sikap pasif dalam
dan tidak didukung oleh pemerintahan Chiang Kai Sek. Pada tanggal 17 Juli
1937, Jepang mengajukan tuntutan pada pemerintah pusat Tiongkok agar tidak
Chiang Kai Sek menyetujuinya. Sikap ini yang menunjukan bahwa Chiang Kai
133. Taniputera, Ivan, History Of China, (Depok: Arruzz Media, 2013), 567.
117
Sek tidak memperhatikan aspirasi dan tindakan nyata rakyat Tiongkok yang
imperialisme Jepang dan tekanan dari Partai Komunis Tiongkok yang kemudian
menekan pemerintah Chiang Kai Sek untuk menjalankan perlawanan total pada
kondisi internasional yang sedang menghadapi Perang Dunia II. Kekuatan utama
dalam melawan Jepang tetap adalah rakyat di bawah pimpinan Partai Komunis
Tiongkok, sementara Chiang Kai Sek tetap sibuk menjalin hubungan dan mencari
keuntungan dari pihak imperialis lainnya. Pada tahun 1941 Amerika Serikat
pemerintahan Chiang Kai Sek. Hal inilah yang menjadi cikal bakal kerjasama
penjajahan Jepang di Tiongkok. Pada tahun 1945, pasca diserang secara total oleh
tentara sekutu Amerika Serikat dengan Bom Atom, Jepang kemudian menyerah
tanpa syarat. Penyerahan diri tanpa syarat ini juga menjadikan Jepang secara
Dalam hal ini, Tiongkok tidak begitu saja menjadi negara yang merdeka, namun
datang adalah memastikan kekalahan Jepang. Selain itu, Amerika Serikat juga
melakukan upaya untuk menopang gerakan Chiang Kai Sek untuk menumpas
gerakan komunis yang semakin luas dan besar, terutama di pedesaan. Topangan
kepada Chiang Kai Sek tentunya tidak sebatas pemberian bantuan, namun
ini Tiongkok tetap berstatus sebagai negara setengah jajahan setengah feodal.
berarti pula menandai kembali perang dalam negeri antara pasukan revolusioner
komunis dengan pasukan kontra revolusioner pimpinan Chiang Kai Sek. Amerika
Serikat secara terbuka mendukung dan memberikan bantuan kepada Chiang Kai
Sek yang merupakan rezim kaki tangannya untuk menumpas seluruh gerakan
Chiang Kai Sek pada imperialisme Amerika Serikat dibayar dengan berbagai
industri dan menghisap rakyat dalam proses produksinya juga semakin masif
dijalankan.
tuan tanah besar dan dijaga oleh pemerintahan Chiang Kai Sek melahirkan
kepemimpinan bersama dari tuan tanah besar, borjuis besar komprador, dan
pengerukan sumber daya alam yang murah melalui mekanisme perampasan dan
kerja dan buruh-buruh industri berupah rendah, dan sebagai pasar bagi distribusi
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan Chiang Kai Sek inilah yang
menjadikan bahwa musuh utama dalam negeri bagi rakyat Tiongkok adalah
semakin terpuruk.
120
Rakyat Tiongkok
penderitaan yang begitu dalam bagi rakyat Tiongkok. Kondisi sosial rakyat
Kemiskinan yang akut terutama diderita oleh kaum tani dan kelas buruh
Tiongkok. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Prof. Weirtheim yang
Chiang Kai Sek adalah bagian besar dunia di mana kesengsaraan ekstrim menjadi
nasib rakyat jelata. Kaum tani Tiongkok juga digambarkan berada dipinggiran
jurang kepapaan.135 Kondisi ini lahir akibat dari dominasi sistem perampasan dan
dilakukan oleh tuan-tuan tanah, imperialisme, dan borjuasi besar komprador serta
negara yang menjelma sebagai tuan tanah menyebabkan kaum tani tercerabut dari
tempat hidupnya.
seperti wilayah Suitjuhuan sebesar 80% tanah dimiliki oleh tuan tanah. sementara
begitu juga di wilayah Jungsin tuan tanah menguasai 70% dari selurh tanah.
Wilayah Wanan, Ningkang, dan Lienhua kaum tani hanya memiliki tanah 40%
135. F. Wertheim, Dunia Ketiga, dari dan Ke Mana: Negara Protektif Versus Pasar
Agresif, terj. Oey Hay Djoen. (Yogyakarta: Oey‟s Renaissance, 1997), 44.
121
dan sisanya tetap dikuasai oleh tuan tanah. Kabupaten Tjhaling dan Lingsien 70%
nya dikuasai oleh tuan tanah.136 keberadaan tuan tanah di wilayah Tiongkok jelas
karena tanah yang dimiliki sangat kecil bahkan tidak memiliki sama sekali (buruh
tani). Selain itu,, tuan tanah juga acap kali merangkap sebagai tengkulak yang
memaksa kaum tani untuk menjual hasil pertaniannya dengan harga murah.
Dalam hal ini, sebagian besar wilayah Tingkok penduduknya di pedesaan secara
muncul bencana kelaparan yang besar dan menelan korban jiwa. Nasib kaum tani
yang semakin miskin terus menerus terusir melalui skema pajak penyitaan dan
136. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 112.
137. W.F. Wertheim, Dunia Ketiga, dari dan Ke Mana: Negara Protektif Versus
Pasar Agresif, terj. Oey Hay Djoen. (Yogyakarta: Oey‟s Renaissance, 1997), 45.
122
pabrik di Tiongkok adalah konsekuensi dari eksploitasi sumber daya alam di sana.
perkotaan Tiongkok amat mengerikan. Seperti wataknya dari kelas borjuis, maka
menghisap buruhnya. Dalam hal ini, Weirtheim melalui hasil observasi Rewi
Kondisi ini memperlihatkan bahwa Tiongkok bukanlah negara yang merdeka dan
berdaulat meski sudah melakukan revolusi fisik pada tahun 1911. Rakyat
Tiongkok terus dijadikan budak dengan sistem yang modern oleh kepentingan
imperialisme dan feodalisme. Pemerintah pusat pimpinan Chiang Kai Sek terus
138. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 23.
139. Ibid, 45-46.
123
negerinya.
antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, 51% hasil produksi Tiongkok dijual
pada Amerika Serikat, sementara sebesar 57% kebutuhan dalam negerinya didapat
dari Amerika Serikat. Kondisi ini yang terus menerus kemudian melahirkan
Imperialisme menjelma melalui kekuasaan borjuasi besar dan tuan tanah menjadi
sosialisme, khususnya sosialisme ilmiah dari Marx dan Engels menjadi alat pandu
BAB V
Di Negeri Tiongkok
Dalam penelitian ini, pemikiran Mao Tse Tung tentang revolusi dua
tahap untuk pembangunan sosialisme di Tiongkok merupakan inti dari apa yang
ingin penulis teliti. Dengan demikian, dibutuhkan dasar yang tepat untuk
menguak pemikiran Mao Tse Tung tersebut. Dalam hal ini, dasar yang dimaksud
adalah konsep-konsep dari pemikiran Mao Tse Tung yang memiliki keterkaitan
baru. Selain itu, penulis juga merasa bahwa penting dan wajib untuk menguak
Latar belakang kehidupan Mao Tse Tung, sehingga mampu menambah khazanah
pengetahuan dari peneliti untuk memasuki inti pemikiran dari Mao Tse Tung
Tiongkok
Tung artinya adalah‟Timur‟, jadi dapat dikatakan bahwa arti namanya adalah
140. Jung Chang dan Jon Halliday, MAO Kisah-Kisah yang Tak Diketahuií,
terj.Martha Wijaya dan Widya Kirana, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), 4.
126
„bersinar dari Timur‟. Mao dilahirkan dari rahim keluarga tani miskin, hal ini
mengharuskan sejak kecil Mao untuk bekerja keras dan hidup prihatin. Kondisi
Tiongkok dibawah dominasi Dinasti Qing mengharuskan orang tua Mao bekerja
sangat keras untuk menghidupi anaknya. Hal ini ditambah lagi dengan upaya dari
sedikit perbaikan nasib menjadi tani sedang dan mulai merintis usaha dagang
kecil.
141. Rizem Aizid, Rezim Mao: Mao Zedong dan Dinasti Kekuasaanya, (Yogyakarta:
Palapa, 2013), 14.
127
merupakan remaja yang rajin dalam membaca dan menulis apa yang
menggunakan pakaian kumal dan tanpa uang saku. Sepulang sekolah Mao masih
tahun Mao dipaksa untuk berhenti sekolah untuk bekerja. Dalam hal ini, Mao
sangat menentang rencana ayahnya tersebut, Mao teguh dengan niat belajarnya
Xinhai menumbangkan Dinasti Qing pada 1911. Mao terlibat dalam tentara
perjuangan revolusioner pimpinan Dr. Sun tersebut.142 Mao yang saat itu baru
pada soal-soal politik dan perjuangan. Seperti yang dikatakan Marx, bahwa
absolut kekaisaran yang telah bercokol lebih dari 2000 tahun telah membentuk
142. Franz Magnis Suseno, Dari Mao ke Marcuse: Percikan Filsafat Marxis Pasca
Lenin, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), 93.
128
Mao menjadi tertarik pada revolusi. Ketertarikan ini yang terus mendorong Mao
gerakan.
pembelajaran teori dan praktik yang semakin mendalam. Mao lulus dari
Universitas Beijing pada tahun 1918. Pasca lulus dari Universitas, Mao kemudian
bekerja sebagai pustakawan dan kemudian menjadi guru di Peking. Pada 4 Mei
1919 terjadi demonstrasi besar di Peking yang dilakukan oleh pemuda dan
Tiongkok pada imperialisme Jepang saat itu. Dalam perkembangannya Mao terus
semakin serius terlibat dalam setiap kegiatan organisasi mahasiswa dan para
Rusia, di mana Partai Komunis Uni Soviet berhasil memimpin jalannya Revolusi
pertama di dunia. Kedua faktor inilah yang mendorong semakin cepatnya ajaran
129
termasuk Mao.
Changsa bernama Yang Kaihui. Pertemuan ini berbuah pernikahan pada tahun
1920. Dari pernikahannya ini Mao mendapatkan seorang anak laki-laki bernama
bahwa revolusi adalah jalan utama dan satu-satunya untuk membebaskan rakyat
bersikap kritis terhadapnya. Dorongan ini yang membuat Mao semakin terlibat
pada kongres pendirinya yang diadakan di atas perahu sampan, Mao yang berusia
kepada Chen Tu Shiu sebagai Sekretaris Jenderal. Mao kemudian ditugaskan oleh
partai untuk menjadi Ketua Cabang Partai dan mengembangkan gerakan kaum
menjadikan Mao sebagai salah satu pimpinan di Komite Pusat Partai Komunis
Tiongkok. Dalam hal ini, pengangkatan Mao ke dalam Komite Pusat dilakukan
berdasarkan hasil Kongres ketiga Partai Komunis Tiongkok pada Juni 1923 di
Kanton. Satu tahun kemudian, Kongres Nasional Partai Koumintang (KMT) yang
anggota partai yang juga menjadi anggota Partai Komunis Tiongkok, di sini
pulalah Mao diangkat menjadi salah satu Calon Anggota Eksekutif Komite
Pusat.143
komunis dalam tubuh KMT terus mendorong keluarnya orang-orang komunis dari
dalam menyokong perjuangan revolusioner dari kaum tani juga menjadi masalah.
Kaum tani menjadi nomor dua setelah keselamatan front persatuan nasional
dengan KMT. Untuk menjawab dua masalah itu, Mao menulis hasil
143. Imam Soedjono, Rakyat dan Senjata: Perang Rakyat di Beberapa Negeri Asia,
(Yogyakarta: Resist Book, 2011), 23.
131
Dalam hal ini, terlihat bahwa Mao secara tajam melakukan kritik dan sekaligus
mengingatkan partai agar tidak terjebak pada sikap oportunisme. Dari paparan di
keterikatan dengan kaum tani. Hal ini tentunya berkaitan pula dengan jabatannya
sebagai salah satu anggota Komite Eksekutif Federasi Tani Seluruh Tiongkok.
Tiongkok, membuktikan bahwa Mao adalah seorang Marxis yang paham betul
mengenai peranan kelas buruh dalam era kapitalisme untuk pembebasan nasional.
negeri setengah jajahan setengah feodal. Dengan kondisi demikian, kaum tani
144. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 28.
132
selalu berupaya mendisiplinkan diri dalam berpikir dan bertindak. Bagi Mao,
perdebatan baik secara metodis maupun hal-hal yang prinsipil terhadap sesama
imperialis atau pihak KMT. Hal ini tercermin dari bagaimana Mao melakukan
koreksi atas tudingan bahwa dirinya telah melenceng dari garis Marxisme-
proletariat.
menyatakan bahwa mental petani yang terdapat di partai akibat dari perjuangan
partai maupun dalam menjalankan revolusi digantikan oleh kaum tani. Dalam hal
“Garis politik dan organisasi yang ditetapkan oleh partai sudah tepat,
yaitu pada tahapan ini revolusi Tiongkok adalah bersifat demokratis dan
bukan sosialis. Tugas partai dewasa ini ialah menarik massa dan bukan
melakukan pemberontakan dengan segera. Akan tetapi revolusi itu
akan berkembang sangat cepat, maka kita harus mengambil sikap yang
positif dalam propaganda dan persiapan untuk pemberontakan
bersenjata.”145
Praktik Mao dalam melakukan kritik yang tegas ke dalam partai adalah bukti
bahwa Mao merupakan pemikir Marxis yang cerdas. Dalam hal ini, kutipan di
komprehensif terhadap kondisi material rakyat Tiongkok. Mao tidak terilusi oleh
materialisme dialektika historis milik Marxisme, dan tidak pula mau begitu saja
dogmatisme terhadap praktik pembangunan negeri sosialis Uni Soviet yang tentu
tentunya semakin maju seiring dengan aktifnya Mao di dalam Partai Komunis
ketika melihat secara nyata cara kepemimpinan Chiang Kai Shek. Mao
memandang cara kepemimpinan Chiang Kai Shek adalah anti terhadap gerakan
revolusioner. Pada tahun 1927, akhirnya usulan Mao mengenai perang bersenjata
dengan pasukan utama kelas buruh dan kaum tani disetujui oleh partai.
sekaligus tentara dari pemerintahan KMT pimpinan Chiang Kai Shek. Mao
yang menjadi kaki tangan imperialis. Hal ini semakin terbukti ketika pada tahun
imperialis Jepang. Dalam menghadapi hal tersebut Chiang Kai Shek menyerukan
bahwa hanya dengan senjata yang dapat mendatangkan pengertian bagi para
hanya tersisa sedikit saja pasukan yang dipimpin olehnya. Pasca kekalahan dalam
Mao mendapat celaan dan hukuman. Komite Pusat Partai Komunis Tiongkok
memutuskan bahwa Mao Tse Tung dipecat dari anggota Komite Pusat maupun
147. Imam Soedjono, Rakyat dan Senjata: Perang Rakyat di Beberapa Negeri Asia,
(Yogyakarta: Resist Book, 2011), 131.
135
dari Komite Provinsi Hunan. Selain itu, Mao dinyatakan telah gagal menekan
revolusi agraria dan di bidang militer bersikap orpotunis. Dengan demikian, Mao
dari pasukan KMT. Serangan bertubi-tubi yang dilancarkan KMT dengan bentuk
pengepungan terjadi pada 1933. Satu tahun kemudian, pada Oktober 1934 Mao
terpaksa untuk memulai Long March. Long March diikuti oleh 85.000 tentara,
15.000 kader partai dan pemerintahan, baik laki-laki maupun perempuan. Long
March dimulai tanpa tujuan yang jelas, baru pada Januari 1935 dalam Konferensi
Zhunyi ditetapkan bahwa Long March akan berkahir di daerah Privinsi Shaanxi .
Perjalanan panjang ini sarat dengan kesulitan, selain desakan dari tentara KMT,
pasukan yang terlibat Long March juga harus menghadapi kondisi alam yang
„ganas‟. Baru pada 20 Oktober 1935 Mao dan sisa pasukan Long March nya
sampai di Provinsi Shaanxi. Dari 100.000 jiwa yang terlibat Long March, yang
dapat selamat hingga akhir hanya 7.000 saja. Dalam perjalanan ini, anak Mao
yang bernama Mao Zedan juga turut tewas. Total waktu yang dihabiskan dalam
Long March adalah 368 hari dengan jarak tempuh 12.500 Kilometer.
136
Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1945. Aktivitas politik Mao bersama Partai
revolusi ini praktis terus mengangkat nama Mao sebagai bapak bangsa sekaligs
panutan seluruh rakyat Tiongkok, dari sinilah semakin melekat kemudian julukan
Mao Tse Tung terus melakukan tugas dalam memimpin negara dengan
Tidak hanya itu, dalam sektor politik luar negerinya Mao terus memberikan
dukungan pada rakyat seluruh dunia yang sedang dalam gelombang revolusi,
kemudian digantikan oleh Liu Saoqi. Setelah itu Mao lebih aktif menjadi seorang
negara, Mao bukan berarti tidak terlibat lagi dalam setiap aktifitas. Pada suatu
137
program besar yaitu, Revolusi Besar Kebudayaan Proletariat Mao tetap menjadi
Dimasa tuanya, yaitu pada tahun 1967 Mao yang berusia 67 tahun
Gelombang protes dan demonstrasi sengaja dibuat oleh kelompok yang ingin
mengembalikan Tiongkok pada kekuasaan kelas Borjuis. Dalam hal ini, Mao
tahun Mao Tse Tung menghembuskan nafas terkahirnya. Kabar atas wafatnya
„Ketua Mao‟ ini meninggalkan duka mendalam bagi rakyat Tiongkok yang telah
merasakan begitu tepatnya kepemimpinan dari Mao Tse Tung. Sebagai bentuk
sebuah Museum yang khusus dibangun untuknya. Tidak seperti para pemikir lain
pada zaman itu yang bergelimang oleh penghargaan dan apresiasi dari dunia
internasional, namun buah pikir dan tindakannya menjadi inspirasi bagi berbagai
Indonesia.
138
GAMBAR 10. Mao Tse Tung saat Meninggal Dunia Pada 9 September 1976
5.2 Berbagai Pemikiran Mao Tse Tung: Dari Analisis Kelas, Kontradiksi,
pemikiran tersebut juga menjadi inti dari penelitian ini. Dengan demikian,
penelitian. Hal ini dapat menjadi jembatan untuk memahami lebih mendalam
sosialisme di Tiongkok.
pemikiran dari Mao. Fokus utama dalam hal ini adalah pemikiran Mao yang
menjadi latar belakang dan landasan untuk melahirkan pemikiran tentang revolusi
139
tentang demokrasi baru. Ketiga pemikiran tersebut adalah pemikiran yang akan
Revolusioner
dari belenggu imperialisme dan feodalisme tidak dapat dilepaskan dari pemikiran
Mao mengenai analisis kelas dalam masyarakat Tiongkok dikala itu. Analisis
memahami siapa musuh dan siapa kawan dari rakyat Tiongkok secara tepat.
Dalam hal ini, pemetaan lebih spesifik pada kekuatan revolusioner dengan
karena mengacu pada kegagalan revolusi yang terjaddi pada 1911 di Tiongkok
pimpinan Dr. Sun Yat Sen. Menurut Mao, sebab pokok mengapa semua
karena tidak bisa bersatu dengan sahabat yang sesungguhnya untuk menggempur
148. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 13.
140
melakukan analisis Latar belakang ekonomi dan sikap terhadap revolusi dari
Tiongkok. Pertama, dari kubu Tjhen Tu Siu yang memandang revolusi akan
pandangan ini diwakili oleh Tjang Kuo Thao yang memandang hanya pada
gerakan buruh semata dan melupakan peranan penting kaum tani sebagai
oportunisme kiri.149 Dalam merespon dua pandangan yang mencuat dalam Partai
Komunis Tiongkok tersebut Mao tidak berdiri pada salah satu kubu, namun
melakukan koreksi pada keduanya. Kedua pandangan ini bagi Mao adalah
kesalahan yang berasal dari tidak tepatnya analisis kelas dalam masyarakat
Tiongkok.
memulainya dengan kelas Tuan Tanah Besar dan Borjuasi Besar Komprador.
Dalam analisisnya, Mao menekankan bahwa kedua kelas ini adalah perpanjangan
menindas. Kolaborasi antara imperialisme dan Tuan Tanah Besar yang berwatak
ekonomi kelas-kelas ini mewakili kelas yang melakukan monopoli terhadap alat
Tiongkok. Hal ini menyebabkan kelas ini adalah kelas yang paling kontra
Tuan Tanah Besar dan Borjuasi Besar Komprador yang mendominasi hubungan
dalam menentukan sikapnya pada revolusi. Hal ini dikarenakan posisinya yang
terhimpit oleh dua kekuatan besar yaitu kekuatan perjuangan kelas yang dilakukan
oleh rakyat dan kekuatan imperialiasime bersama tuan tanah besar yang ingin
150. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 13.
142
oleh monopoli Borjuasi Besar Komprador dan modal asing dari imperialisme.
Hal inilah yang membuat Borjuasi Sedang memiliki kebencian dan terus berupaya
sebuah negara baru yang dikuasai sepenuhnya oleh kelompoknya. Pandangan ini
diwakili oleh kelompoknya Tai Tji Tao yang pernah menulis dalam suatu Harian
dalam menghadapi kondisi Tiongkok yang telah terbelah dalam dua kekuatan
besar. Dalam hal ini, posisi Borjuasi Sedang yang bimbang akan menjadikan
dirinya terdifrensiasi dengan cepat, sebagian akan merapat pada kekuatan rakyat
revolusioner, tidak ada tempat tengah atau netral bagi Borjuasi Sedang. Kondisi
ini yang kemudian menjadikan cita-cita politik mendirikan sebuah negara yang
kelas Borjuasi Kecil. Borjuasi Kecil merupakan kelas yang terdiri dari beberapa
golongan masyarakat. Golongan yang masuk dalam kelas Borjuasi Kecil antara
lain adalah Tani Pemilik, pengusaha rumahan, intelektual lapis bawah atau pelajar
dan mahasiswa, guru sekolah, pegawai negeri rendahan, pedagang kecil, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini, Borjuasi Kecil tidak serta-merta sama kondisi
ekonomi dan sikapnya pada revolusi. Menurut pandangan dan analisis Mao,
pendapatannya baik dari hasil kerja badan maupun otaknya. Dalam hal ini,
modal. Golongan Borjuasi Kecil ini sangat dekat untuk naik menjadi Borjuasi
Sedang. Mao menilai bahwa Borjuasi Kecil ini sangat takut terhadap birokrat dan
Besar. Dalam hal ini, kepercayaan atas propaganda dari imperialisme menjadikan
Borjuasi Kecil dari golongan pertama ini kerap menaruh curiga pada hari depan
Dalam masyarakat Tiongkok, golongan ini tetap memiliki keinginan yang kuat
untuk menjadi kaya raya, namun tindasan yang dilakukan oleh imperialisme, tuan
153. Ibid, 16
144
Himpitan yang terus melanda golongan ini menjadikan dirinya frustasi dan
menganggap dirinya harus terus bekerja lebih ekstra. Dalam kondisi Tiongkok di
memprihatinkan. Tidak hanya jam-jam kerja yang terus begitu panjang, namun
upah bagi pekerja juga terus ditekan menjadi murah, selain itu untuk memenuhi
kebutuhan atas tenaga kerja, Borjasi Besar tidak jarang memobilisasi anak-anak
untuk berkerja.154 Dalam hal ini, Mao menggambarkan kondisi golongan ini
seperti berikut:
ruang bagi golongan ini untuk tidak menentang revolusi. Sikap yang demikian
keberhasilan dan masa depan dari gerakan revolusioner. Dalam hal ini,
foedalisme sudah terlalu kuat untuk dikalahkan. Selain itu, golongan ini tidak
mau begitu saja terlibat aktif dalam gerakan revolusi dan cenderung netral serta
154. F. Wertheim, Dunia Ketiga, dari dan Ke Mana: Negara Protektif Versus Pasar
Agresif, terj. Oey Hay Djoen. (Yogyakarta: Oey‟s Renaissance, 1997), 44.
155. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 16.
145
lagi. Golongan ini terus merasakan kemerosotan dalam kehidupan secara drastis.
hidupnya, namun kini terus terdegradasi akibat dari penghisapan dan penindasan
yang terus berlipat. Golongan ini teramat pening bagi perjuangan revolusioner
karena lebih memiliki sikap tegas dalam melawan imperialisme dan feodalisme.
golongan ini akan berubah sikapnya menjadi pendukung setia dan berperan aktif
dalam gerakan revolusi ketika gelombang perjuangan telah berangsur naik dan
kemenangan dari revolusi semakin nampak. Kesimpulan ini bukan tanpa alasan,
Semi Proletar maksudnya adalah kelas yang hanya memiliki alat kerja ataupun
156. Gerakan 30 Mei 1925 adalah gerakan untuk melawan imperialisme yang
dilancarkan oleh rakyat seluruh negeri Tiongkok. Gerakan ini dipicu oleh tindakan fasis aparat
kepolisian Inggris yang menembak dan membunuh rakyat Tiongkok. Sepanjang bulan Mei 1925,
terjadi serentetan gerakan perlawanan terhadap imperialisme Inggris dari gerakan buruh hingga
pelajar dan mahasiswa yang melahirkan semboyan-semboyan “Hancurkan Imperialisme!” dan
“Bersatulah seluruh Rakyat Tiongkok!”.
146
sasaran dan modal yang sangat sedikit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mao membagi Semi Proletar dalam lima golongan utama, atau yang paling
Miskin, Pengrajin Kecil, Pegawai Toko, dan Penjaja. Dalam hal ini, mayoritas
dari kelas Semi Proletar di Tiongkok adalah Tani Setengah Pemilik dan Tani
Miskin. Tani Setengah Pemilik adalah kaum tani yang memiliki tanah yang dapat
harus menyewa tanah dari tuan tanah, menjual tenaga kerjanya, atau berdagang.
Pada masa „paceklik‟ atau saat dilanda gagal panen, Tani Setengah Pemilik
terpaksa akan meminjam uang dan dengan demikian terus terlilit hutang yang
besar. Kondisi yang demikian yang membuat Tani Setengah Pemilik sangat
Tani Miskin adalah kaum tani yang tidak memiliki tanah sebagai
sasaran kerjanya. Tani Miskin juga memiliki keterbatasan dalam memiliki alat
kerja, bahkan tidak sedikit yang tidak memilikinya. Hal ini menyebabkan Tani
milik tuan tanah dengan sistem penghisapannya. Dalam hal ini, sudah barang
tentu Tani Miskin tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena
hasil pananen atau kerja produksinya hanya akan mendapatkan setenga bahkan
kerap tidak sampai setengahnya karena harus dipangkas dengan biaya sewa dan
147
bagi hasil kepada tuan tanah. Dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya, Tani
Miskin harus berhutang pada „lintah darat‟ di desa, sehingga hidupnya terus terlilit
oleh hutang yang semakin besar. Kondisi yang penuh penderitaan inilah yang
melebihi Tani Pemilik dan Tani Setengah Pemilik. Tani Miskin sangat mudah
perjuangan kelas di Tiongkok. Selain Tani Miskin, Pengrajin Kecil juga termasuk
keluarga yang berat, pendapatan dan upah yang sedikit, hingga ancaman
gerakan revolusioner. Tidak jauh berbeda dengan Pengrajin Kecil, Pegawai Toko
hal ini, kepentingannya lahir dikarenakan kondisi kerja upahan yang dialaminya.
Pegawai Toko hanya mengandalkan upah yang minim dan tidak ada kepastian
kenaikan upah secara berkala, sedangkan kenaikan kebutuhan pokok terus terjadi.
Sementara, golongan Penjaja baik yang berjualan keliling maupun yang di tepi
jalan hanya memiliki modal yang kecil. Hal ini kemudian menjadikan golongan
148
cukup besar. Dalam hal ini, karakter negeri setengah jajahan yang didominasi
oleh imperialisme juga mensyaratkan lahirnya kelas yang paling baru, yaitu kelas
diciptakan langsung maupn industri yang ditopang oleh modal asing milik
imperialisme.
paling merasakan dampak dari penghisapan dan penindasan yang dilakukan oleh
dijual dengan imbalan upah, artinya Proletariat adalah kelas yang tidak memiliki
alat produksi. Dalam masyarakat Tiongkok, jumlah kelas Proletariat sebesar dua
lima cabang industri, yaitu kereta api, pertambangan, pengangkutan kapal, tekstil,
157. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 20.
149
gerakan tersebut. Dalam hal ini, kepeimpinan kelas Proletariat dalam gerakan
adalah kelas yang lahir secara langsung akibat dari ekspansi perindustrian milik
yang menyebabkan dirinya tidak mampu memiliki alat produksi sama sekali.
Selain itu, relasi hubungan produksi dalam industri juga merampas hak kelas
yang lahir terutama adalah antara imperialisme dan kelas Proletariat. Oleh
150
kerja yang kolektif, terutama di pabrik-pabrik. Hal ini berbeda dengan kelas lain
yang dalam hubungan produksinya dipisahkan oleh sistem kerja yang individual.
karenanya, watak kelas proletariat jauh lebih kolektif ketimbang yang lainnya dan
adalah karena kelas Proletariat menjadi kelas yang paling terhisap dan tertindas
saja, sudah putus juga harapan untuk menjadi kaya, terlebih mereka ditindas
dengan kejam oleh kaum imperialis, tuan tanah besar, dan borjuasi besar
melancarkan revolusi.
158. Ibid, 20
151
Birokrat masuk dalam golongan yang komprador, artinya golongan yang menjadi
rezim bersama yang berisi kolaborasi antara tuan tanah besar dan borjuasi besar
komprador. Peran dari rezim penguasa dalam negeri ini adalah terus melegitimasi
Dari analisis kelas yang dibuat oleh Mao, jelas terlihat bahwa
Birokrat, dan golongan Borjuasi lainnya yang bersekongkol adalah musuh dari
rakyat Tiongkok. Dalam hal ini, kekuatan tersebut adalah kekuatan kontra
Sedangkan, kaum tani adalah mayoritas dari rakyat Tiongkok yang memiliki
pedesaan. Dengan demikian, kontradiksi pokok dari kaum tani adalah berhadapan
dengan Tuan Tanah baik secara perorangan, perusahaan maupun negara sebagai
tuan tanah. Adapun, kelas Borjuasi Sedang akan terpecah menjadi dua kubu,
152
sebagian akan memihak kekuatan kontra revolusioner, sebagian lagi akan berada
pemikiran dari Mao akan lebih mudah dijalankan. Pemikiran ini pula yang
menuju sosialisme di Tiongkok. Dalam hal ini, analisis ini juga menjadi alat
pemandu bagi gerakan yang diorganisasikan oleh Partai Komunis Tiongkok untuk
Salah satu konsepsi penting dari pemikiran Mao Tse Tung adalah
dijabarkan oleh Marx dan Engels, kemudian diteruskan dan digunakan secara
yang sifatnya parsial, berdiri sendiri-sendiri, dan terpisah satu sama lain. Segala
sesuatu yang terjadi pada suatu hal, semata-mata terjadi akibat dari hal lain atau
faktor eksternal semata. Cara pandang metafisis juga melihat dunia ini secara
ataupun pergeseran tempat semata, akibat adanya dorongan faktor eksternal. Cara
pandang metafisis ini tidak mampu melihat sesuatu fenomena dari dalam
fenomena itu sendiri (intern), maupun kaitan antara suatu fenomena dengan
fenomena lainnya. Dalam hal ini, materialisme ialektika tidak memandang suatu
memberikan garis pemisah yang tegas dengan cara pandang metafisis. Dalam
159. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 420.
154
kontradiksi inilah yang menjadi syarat suatu hal ada dan karenanya lah suatu hal
berkembang.
pertama, kontradiksi berada dalam setiap hal-ihwal dan kedua, kontradiksi terjadi
dari awal hingga akhir suatu hal ihwal.161 Pertama, kontradiksi berada dalam
penyusun yang sejak awal saling berkontradiksi satu sama lain. Unsur-unsur
penyusun yang saling berkontradiksi itu menjadi landasan suatu hal-ihwal ada,
dapat bergerak, berubah, dan berkembang. Hal ini dapat ditemui di berbagai hal,
mulai dari kontradiksi antara oksigen, air dan unsur-unsur penyusun tanaman
lainnya, yang diubah dan diserap hingga tanaman mampu melakukan proses
kelas. Pendapat Mao tersebut senada dengan Stalin yang juga menjelaskan
dengan yang baru, antara apa yang sedang mati dengan yang sedang
lahir, antara apa yang sedang lenyap dengan yang sedang berkembang,
merupakan inti-sari proses perkembangan, inti-sari perubahan-
perubahan kuantitatif ke perubahan kualitatif”162
yang terdapat dalam masyarakat. Seperti seluruh fenomena yang ada di dunia ini,
dalam masyarakat tersebut terlihat dari adanya pertentangan kelas. Dalam hal ini
Lenin menyatakan:
“Kontradiksi dalam ilmu pasti terdapat (+) dan (-), diferensial dan
integral. Dalam mekanika terdapat aksi dan reaksi. Dalam ilmu listrik
terdapat positif dan negatif. Dalam ilmu kimia, terdapat persenyawaan
dan penguraian atom. Dalam ilmu sosial, perjuangan kelas”163
dapat dipahami secara historis, yaitu sejak awal munculnya manusia. Sehingga,
penjelasan Mao selanjutnya tentang kontradiksi terjadi dari awal hingga akhir
ini sejatinya telah menyangkal hukum kontradiksi itu sendiri, karena menganggap
Kontradiksi merupakan hakikat suatu hal di dunia ini, yang merupakan syarat
Keberadaan kontradiksi dari awal hingga akhir suatu hal juga terdapat dalam
hingga distribusi yang paling sederhana, yaitu berburu dan meramu. Tidak
untuk terus menegasi sistem yang lama dan beralih secara kualitas menuju sistem
masyarakat baru.
materi, termasuk masyarakat seluruh dunia. Dalam hal ini, kendati hukum
hukum kontradiksi yang telah dijabarkan oleh Marx, Lenin, bahkan Stalin.
demikian, ilmu pengetahuan secara dialektis bergerak dari umum ke khusus dan
dari khusus ke umum secara bersamaan, dan terus melengkapi dan memajukan
ilmu pengetahuan.
oleh Mao adalah pandangan yang tidak mampu melihat kekhususan kontradiksi
dari suatu hal-ihwal. Mao menyebut “kaum dogmatis” sebagai golongan yang
disisi lain tidak bisa juga dilihat saling terpisah. Sehingga penting melihat setiap
166. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje-Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 430.
167. Ibid, 432.
159
Penjabaran mengenai kekhususan kontradiksi ini menjadi salah satu poin penting
Marx, Lenin, hingga Stalin telah menjabarkan seluruh prinsip umum tentang
yang terjadi negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan jauh lebih kompleks.
jajahan, seperti Tiongkok tidak bisa disamakan dengan kontradiksi yang terjadi di
negeri jajahan dan setengah jajahan tidak bisa dipecahkan dengan cara-cara yang
karakteristiknya sendiri :
dijabarkan secara menyeluruh dan berkait. Untuk itu, diperlukan juga metode
dalam memahami seluruh segi dari kekhususan kontradiksi yang ada. Hal ini
sistematis.
memahami seluruh segi dari setiap kontradiksi. Seluruh segi yang terdapat dalam
bisa dipecahkan. Sebagai contoh, dalam masyarakat jajahan dan setengah jajahan,
dan borjuis, antara rakyat dengan sistem feodalisme, antara rakyat yang terjajah
kontradiksi yang satu berhubungan dengan kontradiksi lainnya. Dalam hal ini
dengan feodalisme sebagai penopang utamanya. Begitu pula kaum tani, yang
berfungsi sebagai „benang merah‟ dari seluruh kerumitan kontradiksi yang ada.
contoh:
Dalam contoh tersebut, Mao memaparkan bahwa dalam suatu fenomena, akan
Kontradiksi yang lain adalah bagian lain namun tidak terpisahkan dari kontradiksi
171. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje-Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 443.
163
kontradiksi pokok dalam suatu masyarakat telah terselesaikan, maka akan muncul
Tiongkok pada zaman Perang Candu 1840, Perang Tiongkok melawan Jepang
dalamnya. Hal ini terbukti dari perkembangan penghisapan dan penindasan yang
berkuasa di Tiongkok seperti Borjuasi Besar, Tuan Tanah dan pemerintah dalam
hal ini, Mao menjelaskan mengenai perkembangan kontradiksi pokok yang dapat
kontradiksi pokok dan non-pokok juga berlaku bagi seluruh aspek kehidupan.
para pemikirnya, namun kepada kalangan Marxis yang masih terbelenggu dengan
pandangan kaku yang menyatakan bahwa segi-segi yang pokok dalam kontradiksi
tidak dapat berubah atau bertukar tempat menjadi non-pokok untuk sementara
waktu. Dalam hal ini, padangan Materialisme Mekanik memandang bahwa dalam
kondisi, situasi, maupun lokasi seperti apapun segi-segi kontradiksi tetaplah sama.
Pandangan yang anti dialektis inilah yang dibantah oleh Mao dengan argumentasi
sebagai berikut:
Dari penjabaran terbut, jelas bahwa Mao ingin menekankan bahwa pada kondisi
tertentu, kondisi yang khusus dari umumnya suatu kondisi, segi-segi pokok
menekankan bahwa dalam hal tertentu, di mana rakyat masih belum memahami
betul peranannya dalam revolusi sehingga segi pokok yang harus segera
Dengan demikian, Mao kembali menekankan bahwa pandangan diluar hal ini
adalah pandangan yang Mekanis dan sudah pasti menyimpang dari Marxisme-
Leninisme.
kontradiksi dan pokok serta non-pokoknya kontradiksi maka tidak akan pula
ditemukan cara pemecahan yang tepat. Dalam hal ini, menjadi penting bagi
menemukan mana yang pokok dan non-pokok dalam kontradiksinya. Hal ini
adanya pertalian dan hubungan antara segi-segi kontradiksi. Dalam segala aspek,
keberadaan suatu segi kontradiksi menjadikan pula adanya segi yang lain dari
menjadiakan adanya status baru berupa negeri jajahan maupun setengah jajahan di
antara segi kontradiksi juga terlihat dari bagaimana segi-segi kontradiksi dalam
suatu hal melalui syarat tertentu dapat bertukar tempat. Sebagai contohnya,
imperialisme Jepang pada perang revolusi 1911, namun karena watak kelasnya
yang inheren dan desakan serta bujukan dari imperialisme, sejak tahun 1927
semula menjadi kelas yang diperintah, karena pecahnya Revolusi Oktober 1917
kesamaan dan saling hubung tersebut untuk menuju perubahan adalah hal relatif.
antar segi-segi kontradiksi. Perjuangan yang dimaksud adalah upaya dari segi-
168
lainnya. Perjuangan antar segi kontradiksi ini merupakan aspek yang mutlak
Dalam hal ini Mao menekankan aspek perjuangan adalah hal yang paling utama
Hal ini membuktikan bahwa kontradiksi dan antagonisme adalah sesuatu yang
antagonisme pasti akan lenyap seiring dengan perjuangan yang dilakukan oleh
segi-segi kontradiksi. Dalam hal ini, Mao senada dengan apa yang diutarakan
dalam sosialisme, antagonisme akan lenyap, sementara kontradiksi akan tetap ada.
Lenin menjelaskan bahwa antagonisme antara kelas penghisap dan yang terhisap
aan lenyap, namun tidak demikian dengan kontradiksi antara mereka yang terus
Tiongkok. Selain itu, pemikiran ini juga bertujuan untu tetap melindungi
5.2.3 Pemikiran Mao Tse Tung Tentang Demokrasi Baru: Arah Perubahan
maju di Eropa dan Amerika yang telah mencapai tahap kapitalisme. Kelas-kelas
revolusi rakyat Tiongkok. Salah satu yang menjadi penting adalah pemikiran
politik, dan kebudayaan. Demokrasi Baru artinya adalah perubahan seluruh aspek
yang dimaksud adalah bentuk negasi dari demokrasi tipe lama yang
Dalam hal ini, Mao memandang bahwa akibat dari dominasi imperialisme dan
yang beralaskan sistem sosial yang “lama”. Dengan kata lain, Mao memandang
tipe lama. Dalam memulai pandangan tentang Demokrasi Baru, Mao memulainya
hanya sampai disitu, Mao kemudian mengkaitkan bahwa telah terjadi kolaborasi
dan kebudayaan tidak lagi menjadi murni feodal, namun sudah bergeser menjadi
177. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1951), 442.
172
Lama.
ekonomi, dan kebudayaan „lama‟ di Tiongkok akan menjadi sasaran dari gerakan
telah dihancurkan.
„baru‟ dimulai dari pergeseran kekuatan pokok dan pemimpin dalam keseluruhan
sebelum kemenangan Revolusi Sosialis di Uni Soviet tahun 1917, perjuangan dan
Nasional dan Borjuasi Kecil. Kelas Proletariat dan Kaum Tani Tiongkok belum
akan memimpin gerakan revolusi. Dalam hal ini, yang menjadi contoh terbaik
adalah revolusi borjuasi tahun 1911 yang menumbangkan sistem kekaisaran dan
dinasti di Tiongkok.
revolusioner rakyat Tiongkok jatuh dari Borjuasi Nasional dan Borjuasi Kecil
khususnya Kaum Tani Tiongkok. Dalam hal ini, kepemimpinan politik dari Kelas
dorongan kuat dari momentum Revolusi Oktober 1917 di Uni Soviet. Kelas
Proletariat yang terpimpin oleh Partai Komunis Tiongkok adalah yang pertama
republik yang lahir di negeri Eropa dan Amerika, juga berlainan dengan republik
yang dibangun oleh Uni Soviet pascarevolusi Oktober 1917. Mao membagi tiga
ragam sistem politik menurut watak kelas yang berkuasa, yaitu 1). Republik
Diktator Borjuasi, 2). Republik Diktator Proletariat, dan 3). Republik Diktator
hal ini, satu hal penting lagi yang ditekankan oleh Mao adalah berdirinya politik
demokrasi baru bukanlah akhir dari tujuan revolusi, namun akan berlanjut menuju
Tiongkok, namun harus pula dapat berjalan pada sektor ekonomi Tiongkok.
Dalam hal ini, sektor ekonomi harus menjadi perhatian, terutama untuk masalah
dan juga penyedia buruh yang berupah rendah. Hal inilah yang mendasari bahwa
sektro ekonomi Tiongkok harus pula menegasikan sistem yang lama tersebut,
akan diambil alih oleh negara. Mao dalam hal ini memaparkan:
tanah dan mendistribusikan tanah kepada kaum tani. Lebih lanjut Mao
mengeaskan:
Baru yang tetap bertalian dengan politik Demokrasi Baru. Ekonomi yang menjadi
Tiongkok, tidak hanya membangun politik dan ekonomi yang baru, namun
adalah cerminan dari suatu politik dan ekonomi dalam masyarakat. Dalam hal ini,
mempengaruhi kehidupan rakyat agar suatu bangunan politik dan ekonomi dapat
Kedua kebudayaan ini adalah cerminan dari politik dan ekonomi yang setengah
proletariat.
ilmiah, dan berorientasi pada kepentingan massa. Dalam hal ini, kebudayaan baru
manapun yang mendukung dan menyokong revolusi. Segala macam bentuk dan
nilai kebudayaan luar, baik dari negeri-negeri sosialis maupun kapitalis harus
Dalam hal ini, manifestasi nyata dari pembangunan kebudayaan yang ilmiah
buruh dan tani yang merupakan 90% dari masyarakat Tiongkok yang terhisap dan
imperialis dan feodalisme. Dalam hal ini, Mao menekankan bahwa perjuangan
antara yang lama dan yang baru merupakan perjuangan revolusi melawan kontra
harus melalui sebuah gerakan revolusi yang sesuai dengan kondisi Tiongkok yang
Mao memiliki pemikiran yang tajam dan sistematis. Lebih jauh lagi, ketiga
tentang analisis kelas, kontradiksi, dan demokrasi baru. analisis kelas merupakan
Demokrasi baru adalah sebuah pemikiran yang menunjukan tujuan atau aksiologi
dari pemikiran Mao, yaitu membangun masyarakat yang baru atau yang disebut
demokrasi baru.
GAMBAR 11. Peta Pemikiran Mao Tse Tung tentang Analisis Kelas, Kontradiksi dan Demokrasi Baru
181
Ketika kunci tersebut terbuka maka perjuangan yang revolusioner akan menuju
pada arah yang tepat untuk mampu menyelesaikan kontradiksi demi kontradiksi
borjuasi besar dan imperialisme adalah bersifat antagonis. Oleh karena itu,
dan tertindas dalam sistem setengah jajahan setengah feodal menjadi masyarakat
Mao untuk membangun pemikiran dan melaksanakan revolusi dua tahap demi
BAB VI
dari penelitian. Dalam hal ini, seluruh kerangka berpikir yang telah dipaparkan
dan dikupas dalam bab-bab sebelumnya akan disasarkan pada bagian ini. Adapun
permasalahan inti penelitian yang dimaksud adalah pemikiran politik Mao Tse
Dalam penelitian ini, agar pemahaman mengenai seluruh pembahasan utama ini
dapat tercapai dengan baik, maka peneliti merasa perlu membagi bab ini ke dalam
beberapa bagian kajian, yaitu pemikiran Mao Tse Tung tentang revolusi dua
tahap, dua tahap revolusi mulai dari Revolusi Demokrasi Baru hingga sosialisme,
6.1 Revolusi Dua Tahap dalam Perspektif Pemikiran Mao Tse Tung
pergeseran dari Tiongkok yang bercorak feodal menjadi Tiongkok yang terjajah.
Jepang dengan kelas feodal adalah kolaborasi yang saling menguntungkan. Hal
alam untuk bahan baku industrinya dan eksploitasi tenaga kerja di Tiongkok.
secara keseluruhan kelas-kelas tuan tanah dan raja-raja di Tiongkok. Dalam hal
menjadikan Tiongkok sebagai negeri terjajah. Dalam hal ini Mao memandang,
bahwa perkembangan dari imperialisme Jepang yang berhasil diusir bukan berarti
muncul dengan cara yang baru, dengan topangan penuh dari tuan tanah besar.
Penghisapan dan penindasan yang dilakukan oleh imperialisme Jepang hadir tidak
Dalam aspek ini, Mao memandang bahwa hal itu dapat terjadi karena
dengan kondisinya. Perjuangan yang digagas Mao berupa revolusi harus lah
feodal. Revolusi di Tiongkok tidak dapat begitu saja meniru pola Revolusi
Sosialis di Uni Soviet. Tidak juga bisa mengikuti pola revolusi borjuasi yang
pernah terjadi di Perancis. Dalam hal ini, Mao memiliki pemikiran politik tentang
Setengah Feodal
ribuan tahun. Dalam hal ini, Tiongkok juga melewati fase masyarakat berkelas
Dalam hal ini, perjuangan revolusioner selama masa feodalisme terus menemui
tuan tanah dan raja-raja untuk mendapatkan kekuasaan, sementara kaum tani
dengan berbagai karakter feodal terutama dalam aspek ekonomi dan politik.
untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dalam hal ini, kaum tani bukan hanya
kerajinan tangan yang diperlukan. Sistem sewa tanah saat itu yang memeras
kaum tani juga dinikmati sendiri oleh tuan tanah dan bangsawan. Pada masa itu,
meskipun sudah terdapat corak pertukaran namun belum menjadi corak yang
tuan tanah, bangsawan, dan kaisar. Dalam hal ini, penguasaan dan monopoli
tanah menyebabkan kaum tani Tiongkok hanya memiliki tanah yang kecil, bahkan
banyak yang tidak memiliki tanah. Penderitaan kaum tani akibat penguasaan
Pada kenyataanya, kaum tani Tiongkok tidak hanya diperas oleh tuan tanah,
bangsawan dan keluarga kaisar, namun juga dilakukan oleh negara kerajaan.
188. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 394.
187
kerajaan ini didominasi oleh kelas tuan tanah dan sebagian bangsawan. Kaum
tani dipaksa oleh negara kerajaan untuk menyetorkan upeti, membayar pajak,
pada masa Dinasti Qin. Pada masa tersebut kekuasaan tertinggi ada di tangan
dari kaum tani. Semua inilah yang menyebabkan mayoritas rakyat Tiongkok
hidup dalam belenggu kemelaratan. Dalam hal ini, pada masa feodalisme di
meruncing.
satu kontradiksi pokok. Kontradiksi pokok saat itu adalah antara kelas tuan tanah
dengan kaum tani yang merupakan mayoritas masyarakat Tiongkok. Dalam hal
ini, kontradiksi pokok tersebut tidak hanya bersyaratkan mayoritas dan minoritas
kelas tuan tanah dan kaum tani berkarakter antagonistik. Karakter antagonistik ini
dapat terlihat dari benturan kepentingan dan orientasi dari kedua segi kontradiksi
monopolinya terhadap tanah dan memperhamba kaum tani, sementara kaum tani
Antagonisme kelas antara kaum tani dan tuan tanah yang melahirkan
sebagai berikut:
yang revolusioner dari kaum tani. Kaum tani selalu menjadi tenaga penggerak
utama dalam setiap zaman dan pemberontakannya. Artinya, kaum tani Tiongkok
masa dinasti pada kenyataanya belum mampu mencapai kemenangan. Dalam hal
revolusioner kaum tani Tiongkok. Faktor pertama adalah belum adanya teori
dari proletariat dan Partai Komunis yang menjadi senjata utama untuk
rakyat sedikit sudah mencapai kemajuan dari setiap perjuangan revolusioner yang
kekuasaanya pada saat pecahnya Perang Candu 1840. Saat itu Tiongkok beralih
besar dan masif baru terjadi pada pertengahan Abad ke 19 yang pada praktiknya
digantikan oleh ekonomi jual beli hasil produksi. Hal inilah yang merupakan
190
faktor utama, karena tanpa adanya pengaruh kapitalisme asing Tiongkok akan
tetap menuju fase kapitalisme. Faktor kedua, ialah peran pendorong percepatan
secara luas bagi barang dagangan milik industri kapitalis dan menjadikan kaum
pesat seiring dengan sejumlah besar tuan tanah, pedagang besar, birokrat negara
mulai menanamkan modalnya pada industri modern. Dalam hal ini Mao
memandang bahwa hal-hal tersebutlah yang menjadikan lahirnya kelas baru dalam
Tiongkok berasal dari kelas dan golongan tuan tanah, pedagang dan birokrat
negara. Sedangkan proletariat Tiongkok adalah bentuk perubahan dari kaum tani
dan pekerja kerajinan kecil yang tidak lagi memiliki alat produksi yang cukup.
Dalam aspek kemunculan kelas borjuasi dan proletariat Tiongkok Mao menulis
sebagai berikut:
“pada akhir Abad ke 19 dan awal Abad ke 20, yaitu 40 tahun yang lalu,
kapitalisme Tiongkok mulai berkembang. Dan 20 tahun yang lalu, yaitu
masa perang dunia imperialis yang pertama, industri nasional
Tiongkok, terutama industri tepung terigu dan tekstil, mengalami
perkembangan yang lebih lanjut, sebab negeri-negeri imperialis Eropa
dan Amerika sedang sibuk dengan peperangan itu sehingga untuk
sementara waktu mengendorkan tekanannya terhadap Tiongkok.”191
Dalam hal ini, terlihat jelas bahwa kedua kelas baru ini adalah „anak kembar‟
yang dilahirkan oleh zaman feodalisme. Borjuasi dan proletariat merupakan kelas
saling bertentangan.
dan berkembang pesat seperti yang terjadi di negeri-negeri imperialis Eropa dan
bekerja sama dengan kelas feodal dan birokrat. Borjuasi dalam negeri hanya
tertentu. Borjuasi nasional ditekan untuk terus ketergantungan baik dalam modal
imperialis.
Pertama kali imperialis datang ke Tiongkok adalah dengan cara agresi dan perang.
Candu pada 1840 oleh Inggris, perang tahun 1857 oleh gabungan tentara Inggris
dan perang tahun 1900 oleh tentara gabungan delapan negara imperialis. Rentetan
peperangan inilah yang membukakan jalan bagi imperialis yang unggul dalam
wilayah pembangunan industri ringan hingga berat. Hal ini ditujukan untuk
menggunakan secara lansung bahan mentah dan tenaga kerja yang murah. Dalam
Tiongkok. Dalam hal ini, Mao berpandangan bahwa dengan skema yang
193
demikian itulah penghisapan dan penindasan yang dialami oleh rakyat Tiongkok
menjadi berlipat ganda. Mao memandang bahwa peranan aktif untuk menindas
rakyat juga dilakukan oleh tuan-tuan tanah, borjuasi besar, dan pemerintah dalam
imperialisme. Tidak sampai di aspek ekonomi saja, Mao juga menganggap bahwa
membangun pola berpikir masyarakat. Dalam hal ini, imperialisme tidak sama
dari hal tersebut adalah membentuk pola kebudayaan baru yang berkarakter
inilah yang dimaksud oleh Mao sebagai alat untuk memperdaya rakyat Tiongkok
secara luas.
setengah jajahan setengah feodal. Kekuasaan ekonomi beralih dari tangan tuan
tanah secara monopoli ke tangan imperialisme, borjuasi besar dalam negeri, tuan
bersama dari tuan tanah besar, borjuasi besar komprador, dan kapitalis birokrat
Tiongkok secara mutlak berubah dari negara feodal menjadi negara setengah
Tiongkok yang diwakili oleh tuan tanah besar. Hal ini melahirkan kontradiksi
dalam masyarakat Tiongkok. Dalam hal ini, Mao memandang bahwa kontradiksi
kontradiksi antara borjuasi dengan proletariat, antara sesama tuan tanah maupun
sesama borjuasi besar adalah kontradiksi yang non pokok. Kontradiksi pokok
tersebut menjadi terus meruncing dan menjadikan syarat utama lahirnya gerakan
tersebut.
kondisi internal suatu negara. Dalam hal ini, Tiongkok yang memiliki corak
tugas Revolusi Tiongkok? Siapa saja yang menjadi tenaga penggerak revolusi?
195
Tiongkok?.
Sasaran dari sebuah gerakan revolusioner adalah hal yang penting untuk
melakukan penghisapan dan penindasan terhadap rakyat. Dalam hal ini, Mao
dari negeri imperialis dan tuan-tuan tanah dalam negeri adalah kekuatan pokok
Tiongkok. Jalan yang ditempuh oleh Jepang adalah dengan cara melakukan
agresi besar-besaran. Tujuan utama dari agresi Jepang adalah untuk menjadikan
Tiongkok sebagai negeri yang murni terjajah. Dalam hal ini, Mao menegaskan
kekuatan utama imperialis Jepang, maka imperialis Jepang adalah musuh utama
Tiongkok.
berhasil menggalang begitu banyak tuan tanah dan borjuasi besar komprador
hal ini menunjukan bahwa musuh dari kekuatan revolusioner sangatlah besar.
Dalam hal ini, Mao menegaskan bahwa unsur meremehkan kekuatan musuh yang
ditempa dengan keras dan ulet. Di sinilah peran penting Partai Komunis
untuk memimpin kerja-kerja revolusioner Tiongkok agar tetap pada garis idoelogi
Dalam hal ini salah satu peran pentingnya adalah memastikan apa saja yang
setengah feodal haruslah disandarkan pada sasaran utama dari revolusi. Dalam
hal ini, dapat ditekankan bahwa tugas utama dari revolusi Tiongkok adalah
kekuasaan tuan tanah di Tiongkok. Dalam hal ini, Mao memandang bahwa
tidaklah mungkin melenyapkan tuan tanah besar dan sistem feodalisme tanpa
besar adalah basis sosial utama Tiongkok sebagai negeri setengah feodal. Oleh
198
Tiongkok menjadi negeri setengah jajahan adalah kekuasaan feodal. Jadi, tanpa
Hal ini menunjukan bahwa pemikiran Mao tentang tugas-tugas pokok revolusi
setengah jajahan setengah feodal. Dalam hal ini, arah dari revolusi Tiongkok
banyak sekali kelas dalam masyarakatnya. Hal ini sesuai dengan pemikiran Mao
yang menyatakan bahwa karena kolaborasi yang dilakukan oleh imperialisme dan
feodalisme dalam menindas rakyat, maka dari sanalah terlahir berbagai kelas dan
kelas dalam masyarakat Tiongkok yang mampu menjadi tenaga utama penggerak
revolusi.
Kelas tuan tanah besar dan borjuasi besar adalah dua kelas yang bukan
dan tidak akan pernah menjadi tenaga penggerak revolusi Tiongkok. Kedua kelas
tersebut justru adalah sasaran utama selain dari imperialisme dalam gerakan
revolusioner Tiongkok. Hal ini terjadi karena watak dari kedua kelas tersebut
yang komprador, atau bergantung dari sokongan imperialisme. Selain itu, kelas
tuan tanah besar dan borjuasi besar Tiongkok adalah kelas yang memimpin dan
penindasan terhadap rakyat. Dalam menyikapi keberadaan tuan tanah besar Mao
“Kelas tuan tanah adalah dasar sosial yang utama bagi kekuasaan
imperialisme di Tiongkok, adalah kelas yang menghisap dan menindas
kaum tani dengan menggunakan sistem feodal, dan adalah kelas yang
menghalangi kemajuan masyarakat Tiongkok di lapangan politik,
ekonomi, dan kebudayaan, dan sedikitpun tidak memainkan peranan
yang progresif. Karena itu kelas tuan tanah adalah sasaran revolusi, dan
bukan tenaga penggerak revolusi.”195
berikut:
Dengan demikian jelas sudah bahwa kedua kelas tersebut, yaitu tuan tanah besar
dan borjuasi besar yang pasti berwatak komprador adalah sama sekali bukan
atau borjuasi nasional dan borjuasi kecil. Borjuasi nasional pada umumnya
memiliki watak ganda, satu sisi mereka ditindas oleh skema dari imperialisme dan
dapat dikatakan salah satu kekuatan revolusi. Hal ini dibutktikan Mao melalui
Dalam hal ini, borjuasi nasional tidak berani mengambil keputusan terbuka untuk
ganda tersbut Mao menekankan bahwa pentingnya untuk menerapkan politik yang
borjuasi kecil sebagai borjuasi kecil di luar kaum tani. Hal ini dikarenakan kaum
tani adalah bagian dari kelas borjuasi kecil yang mengalami ketertindasan terparah
dalam sistem setengah jajahan setengah feodal. Dalam lingkup ini, kelas borjuasi
kecil di luar kaum tani meliputi kaum intelektual, pedagang kecil, tukang
201
kerajinan tangan, dan perkerja merdeka yang luas.197 Menurut Mao, seluruh
golongan borjuasi kecil tersebut kedudukannya agak mirip dengan tani sedang
feodalisme, borjuasi kecil dari golongan pedagang kecil, tukang kerajinan tangan,
dan pekerja merdeka sangat dekat dengan ancaman kebangkrutan usahanya. Hal
tani ini sangat penting. Dalam menyokong revolusi, borjuasi kecil ini juga
memiliki kekurangan, yaitu mudah dihasut dan terjebak pengaruh dari politik dan
kebudayaan dari imperialisme dan feodalisme. Dalam hal ini Mao memandang:
Dengan demikian, jelas bahwa borjuasi kecil diluar kaum tani adalah tenaga
revolusi.
telah melahirkan beragai skema penindasan terhadap rakyat. Salah satu dampak
massal ini menyebabkan lahirnya golongan yang dinamakan oleh Mao sebagai
rakyat. Dalam hal ini, Mao menegaskan bahwa pentingnya untuk memberi
kekuatan pokok.
proletariat Tiongkok. Dalam hal ini, Mao berpandangan bahwa dengan jumlah
sekitar 80% dari jumlah penduduk Tiongkok dan merupakan kekuatan utama
teramat penting dalam revolusi. Dalam persoalan kedudukan kaum tani dalam
revolusi, Mao tetap melakukan klasifikasi dengan spesifik. Mao membagi kaum
tani menjadi tiga golongan utama yaitu tani kaya, tani sedang dan tani miskin.
203
Tani kaya merupakan golongan kaum tani dengan jumlah yang kecil,
menurut Mao jumlahnya hanya sekitar 5% di setiap desa.200 Tani kaya adalah
pedesaan. Artinya, tani kaya adalah aktor utama setelah tuan tanah besar yang
melakukan penghisapan dan penindasan kepada buruh tani maupun tani miskin.
sebagian tanahnya dan meminjamkan uang dengan buang yang tinggi. Dalam hal
ini, tani kaya tidak begitu saja dapat disamakan dengan tuan tanah. Pada
praktiknya, tani kaya tetap ambil bagian dalam kerja produksi pertaniannya, maka
mereka tetap masuk dalam kelompok kaum tani. Menurut Mao, tani kaya bisa
perkembangannya.
Mao adalah golongan tani sedang. Tani sedang adalah kaum tani yang jumlahnya
sebanyak 20%.201 Golongan tani sedang pada umumnya tidak melakukan praktik
yang mereka miliki, jika hasil panennya baik, maka mereka memiliki sedikit
modal untuk ditabung ataupun digunakan untuk usaha lainnya. Secara aspek
politik, tani sedang tidak mempunyai hak-hak politik yang memadai untuk
tani sedang juga tertekan dan tertindas oleh keberadaan dari imperialisme, tuan
tanah besar, dan borjuasi besar. Dengan demikian, menurut Mao bahwa tani
Tiongkok.202
golongan dengan jumlah 70% dari seluruh penduduk di pedesaan. Tani miskin
adalah kaum tani yang tidak memiliki cukup tanah sebagai sandaran hidupnya.
Ketiadaan tanah ini terutama disebabkan oleh perampasan dan monopoli tanah
yang dilakuakn oleh imperialisme, tuan tanah besar, borjuasi besar dan negara.
Dalam aspek inilah golongan tani miskin sesungguhnya adalah golongan kaum
tani yang memiliki kepentingan utama dalam perjuangan revolusiner. Dalam hal
“Tani miskin adalah massa luas tani yang tidak memiliki tanah atau
tidak cukup tanahnya, yaitu semi proletariat di desa, adalah tenaga
penggerak yang paling luas dari revolusi Tiongkok, adalah juga sekutu
proletariat yang wajar dan paling dapat dipercaya, dan adalah induk
kekuatan barisan revolusioner Tiongkok.”203
revolusioner Tiongkok adalah kaum tani, khususnya tani miskin. Hal ini
menekankan bahwa kedudukan tani miskin dalam revolusi adalah sekutu terdekat
Kelas proletariat adalah kelas yang tidak memiliki alat produksi perorangan.
kerjanya pada perusahaan milik imperialisme dan borjuasi besar dalam negeri.
Dalam masyarakat Tiongkok, Mao membagi kelas proletariat terdiri dari buruh
industri modern berkisar 3.000.000 orang, pekerja upahan industri kecil dan
samping itu juga terdapat proletariat desa atau buruh tani yang sangat besar
hal tersebutlah yang membuat kelas proletariat memiliki kesadaran yang tinggi
untuk berorganisasi dan berjuang. Hal ini adalah kekuatan umum dari proletariat
seluruh dunia.
juga terdapat kekuatan spesifik kelas proletariat Tiongkok sebagai kelas yang
Tiongkok, maupun dari feodalisme. Maka Mao memandang atas dasar itulah
proletariat adalah kelas yang paling tegas dan konsekuen dalam perjuangan
Komunis Tiongkok. Dalam hal ini, kelas proletariat menjadi kelas yang relatif
Tiongkok. Ketiga, proletariat Tiongkok mayoritas berasal dari kaum tani yang
teramat miskin dan bangkrut. Dalam hal ini, asal kelas semuanya menjadikan
proletariat Tiongkok memiliki keterkaitan yang erat dengan kaum tani sebagai
mayoritas dalam masyarakat dan kekuatan pokok dalam revolusi. Hal ini
menjadikan akan lebih mudah dalam menggalang persatuan yang erat atara
tepat dan konsekuen tidak keluar dari jalur Marxisme-Leninisme. Mao tetap
revolusi sesuai dengan musuh atau sasaran revolusinya. Dengan demikian maka
sasaran revolusi Tiongkok, tugas pokok dalam revolusi, hingga tenaga penggerak
gerakan revolusioner Tiongkok. Mengacu pada hal itu semua, Mao menyatakan
berlaku bagi Tiongkok, namun bagi seluruh negeri yang memiliki karakter
setengah jajahan setengah feodal. Dalam hal ini, Mao menekankan bahwa watak
demokratik yang digagasnya dengan revolusi yang terjadi terdahulu di Eropa dan
setengah feodal seperti Tiongkok adalah Revolusi Demokrasi Baru. Mao juga
dengan karakter demikian adalah pintu gerbang bagi tindak lanjutnya Revolusi
Sosialis. Dalam hal ini, pemikiran Mao menekankan bahwa hanya melalui jalan
negeri Tiongkok yang setengah jajahan setengah feodal. Hal ini menjadi kunci
utama bagi terwujudnya masyarakat yang merdeka dan terbebas dari belenggu
imperialisme dan feodalisme. Dalam hal ini, Mao memandang bahwa revolusi
yang dijalankan oleh seluruh rakyat tertindas Tiongkok tidaklah akan berhenti
sampai tahap demokrasi baru, namun akan menuju sosialisme. Hal inilah yang
lain dari revolusi borjuis-demokratik tipe lama. Perbedaan utamanya adalah jelas
dari mulai sasaran revolusi, hingga tenaga penggerak utama dan hari depan
revolusinya. Revolusi borjuis-demokratik tipe lama adalah alat dari kelas borjuis
untuk melahirkan diktator dan pemerintahan borjuis. Dalam aspek ini, Mao
Dalam hal ini, penekanan utama dalam pemikiran Mao tentang perspektif revolusi
Tiongkok adalah bahwa revolusi Tiongkok memiliki ciri yang khas sebagai negeri
Tiongkok pada tahapan yang pertama baru berupa revolusi demokratis yang baru.
tersebut dapat dioperasikan dengan baik agar mencapai tujuannya. Dalam hal ini,
Demokrasi Baru.
dianggap oleh Mao sebagai instrumen utama untuk meraih kemenangan dalam
pokok, tidak juga hanya sebatas pemberontakan yang sporadis, atau juga bukan
sebuah gerakan yang hanya meniru yang sudah pernah terjadi. Jika hanya hal-hal
tersebut yang berjalan, maka menurut Mao sudah dipastikan bahwa rakyat
tersebutlah Mao kemudian menyusun beberapa hal pokok dalam revolusi dua
adalah bentuk nyata dari perjuangan revolusioner berupa perang tahan lama yang
feodalisme.
pula negara sosialis pertama di dunia. Negara sosialis yang berhasil membuktikan
211
kebenaran teori Marxisme yang revolusioner. Hal-hal inilah yang tidak luput dari
negerinya yang setengah jajahan setengah feodal.208 Selain itu, keberadaan Partai
secara relatif dominasi dari imperialisme. Hal ini dinilai karena pada prinsipnya
Tiongkok maupun dengan Dr. Sun. Pada tahun 1920, Komintern mengutus
Tiongkok. Alhasil kontak awal yang didapatkan oleh Voitinsky adalah Li Ta-
Chao dan Chen Tu-Shiu. Tujuan utama dari utusan Komintern tersebut adalah
208. Imam Soedjono, Rakyat dan Senjata: Perang Rakyat di Beberapa Negeri Asia,
(Yogyakarta: Resist Book, 2011), 12.
209. Ibid, 13.
212
Partai Komunis di negeri tersebut. Keempat, masa depan revolusi nasional dapat
Partai Komunis nasional dan peranan Uni Soviet. Keempat hal ini menandakan
gerakan yang terorganisasi dengan baik untuk melakukan perlawanan. Dalam hal
Tiongkok. Hal inilah yang melatari lahirnya Partai Komunis Tiongkok sebagai
pembentukannya diadakan di Shanghai dan dihadiri oleh 12 orang, yaitu, Mao Tse
Tung, Chang Kuo Tao, Tung Pi-wu, Chou Fu-hai, Chen Kung-po, Chen Wang-
Hui-sheng.211 Dalam kongres ini dihadiri pula oleh perwakilan dari Komintern
dalam perjuangan rakyat Tiongkok menuju kemerdekaan. Hal ini terutama sekali
Tiongkok yang harus dipimpin oleh partai. Mengenai pentingnya partai dalam
berikut:
Dalam hal ini, Mao berusaha menekankan pentingnya partai revolusioner untuk
Komunis Tiongkok.
musuh yang terorganisasi dengan baik yaitu imperialisme dan feodalisme, gerakan
revolusioner Tiongkok harus membangun partai yang revolusioner pula. Dari hal
menjadi hal yang penting dalam Revolusi Demokrasi Baru. kepemimpinan dan
tugas besar dari Partai Komunis Tiongkok lebih lanjut dijelaskan oleh Mao
sebagai berikut:
212. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid III, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 41.
215
Demokrasi Baru adalah teramat penting dan tidak bisa tergantikan. Menurut Mao,
partai apapun baik partai borjuasi maupun milik borjuasi kecil tidaklah akan
mampu memimpin kedua tahap revolusi yang besar tersebut. Hal ini dikarenakan
Komunis Tiongkok harus mampu menjaga 3 (tiga) aspek penting dalam revolusi,
memiliki watak kelas proletariat. Artinya, menurut Mao bahwa Partai Komunis
Dalam hal ini, salah satu tugas dari Partai Komunis Tiongkok adalah menjaga
Demokrasi Baru menuju Revolusi Sosialis. Menurut pemikiran Mao, hal ini
diperlukan untuk tetap menjaga pimpinan maupun anggota partai dan rakyat
Tiongkok dalam kesatuan ideologi. Hal ini berkaitan dengan pemikiran Mao
213. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 425.
216
“Teori Marx, Engels, Lenin, dan Stalin adalah teori yang berlaku untuk
seluruh dunia. Teori mereka tidak boleh dipandang sebagai dogma,
melainkan sebagai pedoman untuk beraksi. Mempelajari Marxisme-
Leninisme tidak boleh hanya mempelajari istilah-istilah dan kalimat-
kalimatnya saja, tetapi harus memperlajari sebagai ilmu revolusi. Kita
bukan saja harus memahami kesimpulan tentang hukum-hukum umum
yang ditarik oleh Marx, Engels, Lenin, dan Stalin dari studi mereka
mengenai kehidupan nyata yang luas dan pengalaman revolusioner,
tetapi juga harus mempelajari pendirian dan metode mereka dalam
meninjau dan memecahkan masalah.”215
Dalam hal ini, Mao bertujuan untuk menekankan bahwa salah satu fungsi dan
Leninisme. Mao menekankan bagi seluruh kader dan pimpinan partai untuk giat
dan keras dalam belajar teori-teori Marx, Engels, Lenin, dan Stalin. Selain itu,
teori-teori tersebut juga harus disebar secara luas pada seluruh rakyat Tiongkok,
Inilah yang disebut oleh Mao sebagai tugas Partai Komunis Tiongkok dalam
aspek ideologi.
dinamika sejarah adalah catatan penting bagi gerakan revolusioner. Dari hal
revolusi dua tahap, Revolusi Demokrasi Baru menuju Revolusi Sosialis. Bagi
Mao, Marxisme baru dapat dilaksanakan dalam praktik apabila dipadukan dengan
politik. Aspek politik terbagi dalam dua bagian utama, yaitu politik untuk
menuntun gerak revolusi dan politik untuk terus memajukan dan memperbaiki
internal partai. Oleh karena itu aspek politik tidak bisa melepaskan dirinya dari
aspek ideologi sebagai pedomannya. Bagi Mao, tugas partai dalam aspek politik
menjadi penting karena mayoritas anggota partai adalah rakyat yang berasal dari
golongan kaum tani dan borjuasi kecil lainnya. Dalam hal ini, kaum tani dan
borjuasi kecil lainnya tentu dianggap memiliki pandangan politik yang kurang
teguh karena latarbelakang kelasnya tersebut. Hal ini harus butuh perhatian lebih
dari Partai Komunis Tiongkok agar tidak terjerumus pada pandangan borjuasi
Berkaitan dengan hal tersebut, melalui usulan dari buah pikir Mao, Partai
kekuatan feodal.
dalam revolusi Tiongkok. Dalam hal ini, Partai Komunis Tiongkok harus mampu
menggalang massa dari berbagai kelas tertindas. Oleh karenanya, salah satu
dengan Partai Nasionalis Tiongkok pimpinan Dr. Sun. Hal ini bertujuan untuk
penting di dalamnya. Pasca kematian Dr. Sun, Partai Nasionalis Tiongkok justru
217. Imam Soedjono, Rakyat dan Senjata: Perang Rakyat di Beberapa Negeri Asia,
(Yogyakarta: Resist Book, 2011), 17.
219
seluruh kader-kader dan pimpinan Partai Komunis Tiongkok. Hal inilah yang
suatu kerjasama yang taktis dengan partai borjuasi, tetap tugas untuk memimpin
revolusi adalah tugas Partai Komunis Tiongkok. Dalam hal ini, Partai Komunis
Dalam hal ini, Mao ingin menegaskan bahwa perjuangan revolusioner adalah
tugas besar yang harus dipimpin hingga selesai oleh partai. Mao tidak
tetap ada di dalam kelas buruh dan kaum tani Tiongkok yang dipimpin memlalui
tugas Partai Komunis Tiongkok sebagai bagian pokok dari Revolusi Demokrasi
Tiongkok.
219. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 355.
220
negerinya dan musuh bagi negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan seperti
maupun setengah jajahannya. Hal inilah yang melahirkan suatu politik luar negeri
luar negeri. Artinya bahwa perjuangan kelas tidak mengenal batas teritorial suatu
negeri, tidak mengenal jenis kelamin, suku, corak budaya, dan hal lainnya.
Perjuangan kelas mutlak dibutuhkan oleh rakyat tertindas di seluruh dunia untuk
keluar dari belenggu penghisapan dan penindasan. Pandangan ini juga diadopsi
oleh Mao untuk menuntun politik Partai Komunis Tiongkok. Mao membangun
patriotisme dan perjuangan nasional, namun melakukan suatu pola korelasi antara
patriotisme dan internasionalisme. Hal ini dilakukan oleh Mao karena berangkat
dari analisis bahwa Tiongkok adalah negeri yang diagresi oleh imperialisme.
221
Tiongkok sebagai bagian dari revolusi di dunia. Dalam konteks ini Mao lebih
“Tiongkok adalah negara yang diagresi. Oleh karena itu orang Komunis
Tiongkok harus memadukan patriotisme dengan internasionalisme. Kita
adalah kaum internasionalis dan juga kaum patriot, dan semboyan kita
ialah berperang untuk membela tanah air untuk melawan kaum
agresor.”220
Dalam hal ini, pemikiran Mao bertolak pada prinsip kekhususan kontradiksi,
secara bersamaan. Hal ini akan menentukan arah dari Revolusi Demokrasi Baru.
220. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 257.
222
“Karena hanya dengan berperang membela tanah air barulah kita dapat
mengalahkan kaum agresor dan mencapai pembebasan nasional. Dan
hanya dengan tercapainya pembebasan nasional barulah mungkin
tercapai pembebasan proletariat dan rakyat pekerja lainnya.
Kemenangan Tiongkok dan kekalahan kaum imperialis yang
mengagresi Tiongkok itu juga berarti bantuan bagi rakyat negeri-negeri
lain.”221
luar negeri, Mao menegaskan partai harus terus memperluas dan memperbesar
Tiongkok harus bersifat massa. Bersifat massa artinya partai harus mampu
memimpin jalannya revolusi, menjaga aspek ideologi dan politik partai adalah hal
yang penting. Dalam pemikiran Mao, aspek ideologi dan politik tidak akan
merupakan prinsip penting dalam Partai Komunis Tiongkok yang harus dipahami
dan dijalankan oleh pimpinan maupun kader partai. Menurut Mao, terdapat 4
Partai tunduk kepada Komite Pusatnya. Seluruh disiplin partai ini bertujuan untuk
melakukan kontrol secara internal bagi Partai Komunis Tiongkok. Dalam hal ini,
Keempat disiplin partai itulah yang bagi Mao akan menuntun seluruh tenaga
penggerak Revolusi Demokrasi Baru mampu mengambil suatu sikap dan tindakan
demokrasi.
Revolusi Demokrasi Baru bagi Mao merupakan proses untuk mendirikan suatu
negara demokrasi rakyat Tiongkok. Artinya, demokrasi adalah salah satu prinsip
sekaligus tujuan dari perjuangan revolusioner. Hal ini berangkat dari kondisi
setengah feodal di Tiongkok yang terus membatasi ruang demokratis bagi rakyat.
bukan sebatas tujuan dari Revolusi Demokrasi Baru, lebih jauh Mao memandang
demokrasi sebagai suatu prinsip yang harus dijalankan khususnya dalam internal
Revolusi Demokrasi Baru, Mao menekankan salah satu tugas partai adalah
Mao akan meningkatkan inisiatif bagi pimpinan, kader, dan anggota partai dalam
meningkatkan inisiatif dari seluruh elemen partai tidak akan berhasil jika tidak
terlebih dahulu menetapkan demokrasi sebagai salah satu prinsip yang harus
Tiongkok juga dihambat oleh faktor lainnya. Faktor tersebut adalah aspek sistem
Menurut Mao sistem setengah jajahan setengah feodal adalah perintang utama
membangun sebuah sistem yang demokratis di dalam partai. Dalam hal ini, Partai
Partai akan menentukan arah demokrasi yang akan dibangun melalui jalan
Revolusi Demokrasi Baru. Selain itu, Mao juga menegaskan bahwa membangun
dalam „lumpur‟ ultra demokrasi yang liberal dan akan merusak disiplin Partai.
Baru harus tercermin dalam aspek pembangunan disiplin dan demokrasi di dalam
Partai. Tujuanya tidak lain adalah untuk memperkuat dan memperluas pengaruh
kepemimpinannya, sehingga massa kelas proletariat, kaum tani, dan borjuasi kecil
mampu terhimpun secara luas. Lebih, lanjut Mao menulis tujuan utama dari
Bagi Mao, setelah menerapkan disiplin dan demokrasi dalam Partai maka Partai
memenangkan Revolusi Demokrasi Baru tanpa peran aktif dari seluruh massa
rakyat tertindas di Tiongkok. Hal ini berkenaan dengan betapa besar musuh dari
hal ini dengan menyebutkan bahwa Partai Komunis Tiongkok memiliki peranan
Tiongkok harus mampu memperhatikan kehidupan dan cara kerja massa. Terkait
“Jika kita ingin menang, kita harus bekerja lebih banyak lagi. Kita harus
memimpin perjuangan kaum tani untuk tanah dan membagikan tanah
kepada mereka, mempertinggi antusiasme kerja mereka dan
meningkatkan produksi pertanian. Menjamin kepentingan kaum buruh,
mendirikan koperasi-koperasi, mengembangkan perdagangan dengan
Dalam kutipan di atas, Mao bermaksud ingin menekankan pada seluruh pimpinan,
kader, maupun anggota Partai Komunis Tiongkok mengenai tugas Partai di tengah
massa.
dengan beberapa capaian yang telah didapat oleh beberapa daerah yang dikuasai
“Ketika satu setengah kamar dari rumah seorang tani yang miskin di
kecamatan Changkang musnah terbakar, pemerintah kecamatan itu
segera menyerukan kepada massa supaya menyumbangkan uang untuk
membantunya. Ketika ada tiga orang kehabisan makanan, pemerintah
kecamatan tersebut dan perkumpulan saling-bantu segera memberikan
beras kepada mereka. Pada masa paceklik di musim panas yang lalu,
pemerintah kecamatan Changkang mendatangkan beras dari kabupaten
Kunglue yang jauhnya lebih dari 200 li untuk menolong massa.
Demikian juga di kecamatan Chaisi, pekerjaan-pekerjaan semacam ini
dilakukan dengan sangat baiknya.”229
massa. Bagi Mao, massa adalah sumber kekuatan utama dalam melakukan
228. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 196.
229. Ibid, 197.
228
telah memberi pelajaran berharga kepada Mao. Hal ini terutama pasca
1917. Bagi Mao, seberapapun besarnya kekuatan dari kelompok penghisap dan
penindas tetap akan dapat dikalahkan dengan kekuatan besar massa. Dalam hal
ini, kedudukan massa menjadi semakin penting seiring jalan revolusi yang
ditetapkan oleh Partai Komunis Tiongkok, yaitu revolusi melalui medium perang
Mao meyakini benteng terkuat sesunggunya adalah massa yang berhimpun dan
230. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 340.
229
lain yang berkaitan dengan Revolusi Demokrasi Baru dan Partai Komunis
Tiongkok adalah perang tahan lama. Perang tahan lama merupakan manifestasi
feodalisme.
harus terjadi. Dalam hal ini, perang yang dimaksud adalah perang revolusioner.
mengharuskan hancurnya salah satu segi kontradiksi tersebut. Mengenai ini, Mao
menjadi hal yang pokok. Kontradiksi ini menurut pemikiran Mao hanya dapat
karyanya:
231. V.I.Lenin, NEGARA DAN REVOLUSI, Ajaran Marxis Tentang Negara dan
Tugas-Tugas Proletariat Di Ddalam Revolusi, terj. Oey Hay Djoen (Bandung: Ultimus, 2005), 29
230
Dalam hal ini, Mao ingin menekankan bahwa perang adalah tahap tertingi dari
memiliki kondisi khusus yang berbeda dengan negara lain. Analisis kelas-kelas
masyarakat Tiongkok. Dalam hal ini, perang juga harus disesuiakan dengan
secara bersamaan.
beberapa aspek baik secara teori maupun praktik. Secara teori, jelas bahwa
utamanya. Dalam hal ini, pemikiran Mao merupakan tindak lanjut dari
232. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 240.
231
pemikiran Mao. Hal ini terjadi karena, pengalaman perang revolusioner Uni
perang revolusionernya.
dalam negeri Tiongkok. Perang dalam negeri yang dimaksud adalah perang
pimpinan Chiang Kai Sek. Perang revolusioner ini terjadi pada periode 1924-
1927. Secara umum, tujuan dari perang revolusioner Ekspedisi ke Utara adalah
hal ini, bagi Partai Komunis Tiongkok perang tersebut memiliki tujuan yang
Dalam hal ini, perang tersebut telah mendidik kaum tani khususnya untuk
233. Imam Soedjono, Rakyat dan Senjata: Perang Rakyat di Beberapa Negeri Asia,
(Yogyakarta: Resist Book, 2011), 25.
232
tanah di desa.234 Hal ini banyak yang berujung pada kemenangan serikat tani.
Partai Nasionalis Tiongkok. Pada 12 April 1927, pasukan bersenjata Chiang Kai
Tiongkok. Dalam tragedi ini ribuan kaum komunis dan serikat buruh dibunuh dan
khusus di dalamnya. Perang tidaklah dapat disamakan begitu saja tanpa melihat
aspek-aspek khususnya. Aspek khusus yang dimaksud oleh Mao adalah waktu,
tempat dan sifat perang. Hukum umum dari perang sejatinya adalah berkembang.
dalam internal partai maupun di luar partai juga tidak luput dari perhatian Mao.
komprador.236 Hal ini menurut pandangan Mao tentu adalah sebuah kekeliruan
Soviet. Dalam hal ini, pandangan tersebut lebih lanjut menganjurkan untuk
memperlajari kitab-kitab militer tentara merah Uni Soviet. Mengenai ini Mao
menulis argumentasinya:
236. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 241.
234
pada tahun 1924-1927. Dalam hal ini, Mao melakukan kritik terhadap pandangan
tersebut. Kritik Mao terpusat pada pandangan tersebut yang mekanis. Bagi Mao,
dan harus diapresiasi dan dipelajari, namun pengalaman tersebut tidak dapat
begitu saja ditiru. Perang revolusioner Ekspedisi ke Utara adalah perang yang
secara khusus memiliki sasaran dan tenaga penggerak revolusi. Sebut saja
revolusioner memang terus berkembang dan harus sesuai dengan kekhususan baik
tentang hukum-hukum umum dan khusus dalam perang. Pemahaman hal tersebut
landasan utama dari maksud Mao mengenai tujuan perang. Mao memiliki
pemikiran bahwa perang seharusnya bertujuan akhir untuk meniadakan perang itu
sendiri. Perang yang dimasud Mao tentu adalah perang revolusioner, bukan
Perang memang selalu menjadi momok yang menakutkan dan jauh dari
menyatakan bahwa perang revolusioner terjadi karena ada sebab struktural dan
penghisapan dan penindasan yang terjadi pada masyarakat berkelas. Hal ini
tentunya juga terjadi pada negeri Tiongkok yang setengah jajahan setengah feodal.
Dalam hal ini, kelas penghisap dan penindas akan terus melakukan apa saja,
budak di Romawi tahun 73-71 SM, perang kaum tani di Jerman tahun 1525,
hingga perang revolusioner di Uni Soviet 1917 adalah beberapa catatan sejarah
perang antara kelas tertindas melawan kelas penindas. Dari ulasan pemikiran dan
revolusioner merupakan bukan perang yang tanpa sebab dan tanpa tujuan.
236
adalah perang melawan kekuatan kontra revolusioner yang tidak bisa dihindari.
“... perang, momok berupa saling bunuh antara sesama manusia ini,
akhirnya akan dilenyapkan oleh kemajuan masyarakat manusia, dan
bahkan akan dilenyapkan di masa datang yang tidak terlalu jauh lagi.
Tetapi hanya satu jalan untuk melenyapkannya, yaitu melawan perang
dengan perang, melawan perang kontra revolusioner dengan perang
revolusioner, melawan perang nasional kontra revolusioner dengan
perang perang nasional revolusioner, dan melawan perang kelas kontra
revolusioner dengan perang kelas revolusioner.”238
adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari perjuangan panjang menuju
Mao, Revolusi Demokrasi Baru tidak akan bisa dimenangkan dengan cepat. Hal
ini mengingat bahwa imperialisme Jepang dan feodalisme tidak akan diam begitu
akan memakan waktu panjang. Berangkat dari hal ini, Mao kemudian
tahun 1911 diisi dengan perang perlawanan rakyat. Dalam hal ini, Mao
yaitu tahap Perang Dalam Negeri pertama pada tahun 1924 sampai tahun 1927,
Perang Dalam Negeri kedua dari tahun 1927 sampai 1936, dan Perang
yang erat, musuh dari seluruh perang tersebut adalah imperialisme dan kekuatan
feodal. Dalam aspek lain, tujuan dari ketiga perang tersebut adalah merombak
demokrasi baru. Artinya, ketiga perang revolusioner tersebut adalah perang tahan
perang revolusioner di Tiongkok tidak mungkin dipimpin oleh kelas yang lain
hanya dapat dipimpin oleh Partai Komunis Tiongkok, namun Partai Komunis
Tiongkok juga harus tepat dalam menjalankan aspek ideologi, politik, dan
organisasinya. Hal ini menurut pemikiran Mao akan berguna untuk menghindari
perang dan revolusi Tiongkok dari penyimpangan garis politik oportunisme kanan
dan oportunisme kiri. Dalam hal ini, kedua penyimpangan itu adalah hal yang
perjuangan revolusioner rakyat akan sulit menang. Dalam hal ini, pandangan
revolusioner di Tiongkok, hal ini pernah terjadi pada periode perang dalam negeri
melakukan pembunuhan dan penangkapan kepada kaum Komunis. Hal ini terjadi
karena kala itu pimpinan Partai Komunis Tiongkok Chen Tu-Shiu mengambil
politik oportunisme kanan. Dalam hal ini, sikap tersebut termanifestasi dari
Nasionalis Tiongkok. Dari kejadian itulah kemudian muncul kritik terhadap sikap
239
Komite Pusat Partai Komunis Tiongkok.242 Pada momentum inilah Chen Tu-Shiu
dipecat dari jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal dan digantikan oleh Chu Chiu-
pai. Dalam konferensi tersebut yang juga dihadiri oleh Mao, menetapkan kembali
garis perjuangan revolusioner melalui perang tahan lama. Dalam hal ini, perang
juga menetapkan Partai Nasionalis Tiongkok yang telah berkhianat pada revolusi
perang revolusioner pada Juli 1927, yaitu “Pemberontakan Panen Musim Gugur”.
tanah milik tuan tanah, pembentukan tentara merah yang berisikan kekuatan
241. Imam Soedjono, Rakyat dan Senjata: Perang Rakyat di Beberapa Negeri Asia,
(Yogyakarta: Resist Book, 2011), 29.
242. Ibid, 39.
240
buruh dan tani, dan mendirikan daerah kekuasaan Partai Komunis Tiongkok.
pada daerah-daerah sekitar kota Changsa dan bersamaan dengan itu ribuan buruh
akan didorong untuk melakukan aksi-aksi besar di pusat kota Changsa. Rencana
Mao tersebut diarahkan untuk berakhir pada suatu titik yaitu penyerbuan bersama
pasukan yang berada di luar kota dan yang berada di dalam kota. Tujuan utama
Pusat Partai Komunis Tiongkok. Dalam menilai rencana Mao dalam memimpin
tanpa memperhatikan kekuatan rakyat bersenjata.243 Dalam hal ini, lebih lanjut
respon terhadap kritik dari Partai Komunis Tiongkok, Mao menegaskan bahwa
kontradiktif yang dimaksud adalah di satu sisi mengasikan perang dari militer,
lanjut, Mao menegaskan bahwa kondisi konkretnya adalah tentara merah baginya
tetap adalah bantuan bagi kekuatan dari buruh dan tani yang tidak cukup
jumlahnya.244
sebelumnya dikatakan tidak cukup kuat oleh Mao. Hasil dari strategi yang
yang menganggap terlalu lemahnya musuh yang dihadapi dan tidak memeriksa
dengan objektif jika kekuatan internal masih sangat minim. Hal ini yang kerap
merugikan perjuangan.
oleh Chiang Kai Sek. Akibatnya dari penyimpangan tersebut Mao menulis dalam
artikelnya:
penting dalam pemikiran Mao mengenai perang tahan lama Tiongkok. Bagi Mao,
kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok memiliki aspek yang penting dalam hal
perang tahan lama. Aspek yang dimaksud adalah bantahan terhadap 2 (dua) teori
Negara” dan teori tentang “Perang Cepat Menang”. Keduanya bagi Mao adalah
pandangan yang tidak tepat dalam menilai karakter dan hari depan perang
Tiongkok. Dalam hal ini, pandangan teori ini akan mendekatkan mereka pada
mengatakan bahwa para penganut teori tersebut hanya berat sebelah menilai
situasi perang revolusioner. Dalam hal ini, lebih lanjut Mao mengatakan:
243
Bagi Mao, argumentasi teori mereka sesungguhnya tidak berdasar analisis yang
Menyikapi itu, lalu mereka mengajukan satu argumentasi lagi, yaitu jika perang
internal kondisi Tiongkok dan Jepang. Menurut pemikiran Mao, Tiongkok saat
berdirinya Partai Komunis Tiongkok, semakin terdidiknya kaum tani dan borjuasi
Tiongkok. Menurut Mao, kesemua faktor tersebut adalah faktor penting dan
memakan waktu panjang. Dalam hal ini, kondisi imperialisme Jepang justru
246. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 157.
244
periode tersebut juga akan menyeret Jepang dan negara-negara imperialis lainnya
ke fase perang besar selanjutnya, yaitu Perang Dunia II. Bagi Mao, hal ini akan
yang telah berubah. Menurut pemikiran Mao, Jepang juga sedang menghadapi
gejolak di dalam negerinya. Gerakan rakyat di dalam negeri Jepang mulai bangkit
dan melakukan protes terhadap pemerintahan. Hal ini terjadi tentunya akibat dari
politik agresor imperialis Jepang yang banyak ditentang rakyatnya. Jadi, bagi
politik untuk melakukan perebutan kemerdekaan semakin tinggi. Hal ini bagi
Mao akan berbanding lurus pada sikap politik rakyat dunia yang semakin
mengecam watak agresor dari imperialisme. Gerakan rakyat sedunia saat ini
kemusnahan negara tidaklah tepat. Berbagai syarat yang telah dipaparkan oleh
lama. Berkaitan dengan hal ini, Mao tetap menegaskan bahwa walaupun teori
kemusnahan negara tidaklah tepat, namun perang revolusioner juga tidak mungkin
menang denga cepat. Artinya Mao juga tidak membenarkan teori perang cepat
menang.
Jepang, namun imperialisme tetaplah lebih kuat dan unggul ketimbang Tiongkok
yang setengah jajahan setengah feodal. Dari segala aspek, politik, ekonomi,
keunggulan. Hal ini bagi Mao tidaklah boleh dipungkiri, karena ini adalah suatu
lama.
Baru yaitu imperialisme dan feodalisme. Sasaran revolusi tersebut merupakan hal
yang besar untuk dikalahkan. Partai Komunis Tiongkok, pimpinan, kader, dan
anggotanya harus memahami betapa besar musuh yang sedang dihadapinya. Hal
Chiang Kai Sek. Dalam hal ini, menjadikan musuh dari perang revolusioner
pedoman umum untuk melancarkan perang tahan lama. Mengenai ini, akan
Ketiga tingkat tersebut adalah sesuatu yang harus dicapai secara bertahap dalam
Mao, yang harus dilakukan oleh perjuangan revolusioner adalah bertahan dan
front persatuan secara luas. Hal ini dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok
untuk menyatukan kekuatan rakyat dari berbagai elemen kelas tertindas. Dalam
tingkat ini juga kaum Komunis sedang menghadapi strategi yang dinamakan oleh
Chiang Kai Sek dengan sebutan “pengepungan dan penumpasa”. Strategi ini
Seluruh proses perang tahan lama dalam tingkatan ini terjadi saat
kekuatan imperialisme Jepang dan kroninya masih lebih unggul. Dalam hal ini,
Mao menyatakan bahwa strategi utama dalam tingkat pertahanan strategis adalah
Perang Mobil yang didukung oleh perang gerilya dan perang posisi.251 Prinsip
dalam Perang Mobil adalah “bertempur bila bisa menang, menyingkir bila tidak
Dalam aspek ini, Mao ingin menyatakan bahwa dalam tingkat pertama, perang
revolusioner akan menjadi sangat melelahkan. Hal ini bertujuan untuk tetap
bertahap. Dengan demikian, pernyataan Mao tegas bahwa strategi yang pokok
adalah Perang Mobil dan aspek pendukungnya ialah perang gerilya dan perang
posisi.
Pada tingkat pertama ini juga terjadi suatu momentum besar bagi
sejarah negara Tiongkok, yaitu Long March. Long March merupakan tindak
pengepungan dan penumpasan ke-5 berjalan dengan tepat.253 Bagi Mao, yang
adalah kesalahan fatal dari strategi perang. Partai Komunis Tiongkok melakukan
252. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 323.
253. Imam Soedjono, Rakyat dan Senjata: Perang Rakyat di Beberapa Negeri Asia,
(Yogyakarta: Resist Book, 2011), 98.
249
keinisiatifan dan kedinamisan sedikitpun juga. Hal ini lebih lanjut mengakibatkan
Long March dimulai pada 16 Oktober 1934 tanpa tujuan akhir yang
jelas. Tujuan baru ditetapkan pasca perdebatan panjang Mao dengan Chang Kuo-
tao mengenai arah Long March beberapa bulan berikutnya. Long March diikuti
oleh kurang lebih 100.000 orang yang terdiri dari tentara dan masyarakat sipil.
Dalam perjalannnya, Long March dipimpin oleh Mao dengan menempuh jarak
lebih dari 9.600 Km dan melewati 11 Provinsi. Long March melewati provinsi
Kansu, dan berakhir di Shensi pada 20 Oktober 1935.255 Dalam perjalanan inilah
Mao menerapkan dengan baik Perang Mobil untuk mengecoh pasukan Partai
GAMBAR 13. Peta Jalur yang ditempuh saat Long March 1934-1935
Perang Mobil dan Long March telah membuat pihak imperialisme dan
perang tahan lama menggunakan Perang Mobil telah membuat moril kekuatan
revolusioner semakin besar dengan bertambah luasnya keterlibatan buruh dan tani
dalam perang tahan lama. Hal inilah yang mengantarkan perang tahan lama pada
pemerintahan Chiang Kai Sek akan mengubah strategi perang mereka. Menurut
Mao, pihak musuh akan mengganti dari strategi serangan strategis menjadi
“... dalam tingkat kedua ini maksud musuh ialah menjaga daerah
pendudukannya, menjadikan daerah-daerah itu sebagai miliknya sendiri
dengan tipu-muslihat membentuk pemerintah boneka dan merampas
sebanyak-banyaknya kekayaan rakyat Tiongkok, tetapi ia akan
menjumpai juga perang gerilya yang ulet.”258
Dalam hal ini, Mao bermaksud untuk menyatakan bahwa kondisi perang
Pada tingkat kedua dalam perang tahan lama, strategi utama yang
digunakan adalah perang gerilya. Perang Mobil beralih posisi menjadi strategi
257. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 176.
258. Ibid, 176.
252
Lamanya tingkat ini menurut Mao akan sangan bergantng secepat apa perubahan
Masalah terbesar dalam perang tahan lama tingkat kedua ini ada dua
aspek. Pertama adalah kehancuran ekonomi akibat perang tahan lama dan kedua
adalah politik pecah belah dalam front persatuan. Kedua hal ini memberikan
Dalam tingkat kedua ini, perang akan menjadi penentu bagi nasib selanjutnya.
Kondisi Tiongkok akan menjadi semakin sulit pada masa perang tingkat kedua
ini, namun tingkat kedua ini menurut Mao sekaligus sebagai poros perubahan.
pada keuntungan yang lebih besar. Hal ini berkaitan dengan kemunduran
sasaran perang adalah negeri yang sedang dalam krisis. Dalam mengatasi
negeri Asia Tenggara. Hal ini tentunya akan menguras kekuatan dan konsentrasi
dalam menghadapi perang tahan lama. Mengenai ini, Mao menulis dalam tulisan
yang lain mengenai peralihan dari tingkat kedua menuju tingkat akhir perang
tahan lama:
Tingkat ketiga dalam perang tahan lama adalah perang tingkat akhir.
Tingakt ini disebut oleh Mao dengan tingkat serangan-balas. Dalam tingkatan ini,
perang tahan lama akan berwujud menjadi serentetan serangan strategis dari
“Dalam tingkat ini peran kita tidak lagi berupa pertahanan stratergis,
melainkan akan berubah menjadi serangan-balas strategis, yang pada
lahirnya akan menampakan diri sebagai serangan strategis; dan kita
tidak lagi beroperasi digaris-dalam strategis, melainkan lambat-laun
akan berubah menjadi beroperasi digaris-luar strategis. Hanya setelelah
kita bertempur sampai ditepi sungai Jalu, perang ini dapat dikatakan
berachir. Tingkat ketiga merupakan tingkat terachir dari perang tahan
lama, dan yang dimaksud dengan meneruskan perang sampai selesai
ialah harus menjalani seluruh proses tingkat ini.”261
Perang tahan lama tingkat ketiga ini mengambil strategi utama Perang
menjadi hal yang penting. Posisi perang gerilya pada tingkatan ketiga berperan
sebagai pembantu dan pendorong untuk memenangkan Perang Mobil dan perang
posisi. Ketiga tingkatan ini adalah seluruh tingkat yang harus dilalui oleh Partai
Komunis Tiongkok dan rakyat untuk mengalahkan pemerintahan Chiang Kai Sek
dan imperialisme Jepang. Dalam pemikiran Mao, hanya dengan melewati ketiga
tingkat perang tahan lama tersebutlah Revolusi Demokrasi Baru akan mencapai
kemenangannya.
tahan lama ini, Mao menekankan bahwa perang tahan lama bukan sebatas perang
militer belaka. Bagi Mao, perang tahan lama juga berfungsi sebagai media
propaganda dan agitasi terhadap rakyat Tiongkok. Perang tahan lama juga
hal ini, pemikiran Mao berkembang dalam melihat peran Tentara Merah.
dan kelas borjuasi, bukan juga tentara yang seperti ada pada masa feodal. Tentara
memiliki tugas dalam perang, Tentara Merah juga bertugas menjalankan kerja-
kerja Partai Komunis Tiongkok. Dalam pemikiran Mao, Tentara Merah juga
Tiongkok secara luas agar terlibat aktif dalam perang revolusioner. Hal inilah
semakin besar.
dan jalan melalui perang tahan lama bagi Mao belum mampu untuk menjadikan
syarat kemenangan Revolusi Demokrasi Baru. Menurut Mao, aspek pokok yang
Demokrasi Baru, selain kepemiminan Partai Komunis Tiongkok dan perang tahan
lama. Dalam hal ini, front persatuan merupakan front yang bertujuan untuk
menggalang aliansi secara luas dari seluruh kelas dan sektor rakyat yang tertindas
kepemimpinan politik dan organisasi tetap harus berada pada pundak Partai
Komunis Tiongkok. Hal ini berkenaan dengan posisi front persatuan nasional
yang harus tetap berpandangan kelas proletariat. Kekuatan pokok dan utama dari
front persatuan adalah aliansi dasar kelas buruh dan kaum tani Tiongkok.
konkret atas situasi konkret revolusi Tiongkok. Baik kondisi internal dalam
mengimbangi kekuatan kontra revolusi dari imperialisme. Hal ini menurut Mao
komprador Chiang Kai Sek adalah kekuatan yang teramat besar. Mengenai ini,
Dalam hal ini, Mao juga memperhitungkan kondisi sosial masyarakat Tiongkok
logis dalam sistem setengah jajahan setengah feodal. Seluruh hal ini yang
Dalam hal ini, Mao tetap menekankan walaupun begitu banyak kelas dalam
masyarakat Tiongkok, tetap terbagi dalam dua golongan. Kelas penindas yang
diwakili oleh borjuasi besar, tuan tanah besar, dan kapitalis birokrat yang menjadi
262. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 216.
257
kelas, mulai dari proletariat, borjuasi kecil di luar kaum tani, kaum tani, borjuasi
kontradiksi yang bersifat antagonis. Hal ini menjadikan suatu kebutuhan untuk
persatuan, Mao meletakan dasar pikirnya terhadap persatuan kekuatan yang luas
dan besar untuk mengucilkan dan mengepung musuh.263 Dalam hal ini, Mao
berpandangan bahwa salah satu tugas penting dari Partai Komunis Tiongkok
mengorganisasi massa rakyat yang besar. Hal ini ditujukan untuk semakin
revolusioner. Bagi Mao, jika hal ini dapat dilakukan dengan baik maka
ruang geraknya. Lebih lanjut, Mao menyebut taktik membangun front persatuan
Mao dan Partai Komunis Tiongkok bukan tanpa hambatan. Hambatan utama
borjuasi sedang, tani kaya, maupun intelektual dalam aksi revolusioner. Mereka
ini disebabkan karena taktik tersebut justru akan melemahkan dukungan dan
karena melarang keterlibatan borjuasi sedang, tani kaya, maupun intelektual dan
golongan yang dianggap kontra revolusioner lainnya. Dalam hal ini, Mao
“penyakit kekanak-kanakan”:
Maksud argumentasi Mao tersebut ada dua aspek, yaitu penegasan dan upaya
Tiongkok dan gerakan revolusioner melalui perang tahan lamanya dari unsur-
keterlibatan golongan ataupun kelompok dalam front persatuan. Hal ini bagi
Mao bertujuan agar front persatuan dapat saling memberikan bantuan positif
“Dulu di Tiongkok pernah ada Chen Tu Siu dan kemudian ada pula
Chang Kuo Tao; kedua-duanya adalah kapitulasionis. Kita harus
dengan keras menentang kapitulasionis.”267
revolusioner. Hal ini tidak akan berjalan jika bentuk-bentuk kapitulasionis dan
Kerjasama jangka panjang dan dialektis ini merupakan bentuk dari front
kepemimpinan politik buruh dan tani. Barulah dengan memadukan keduanya ini
266. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 279.
267. Ibid, 280-281.
261
Mao menganggap front persatuan akan bisa menjadi sarana yang luas melawan
imperialisme Jepang.
pada perpecahan dalam kubu Partai Nasionalis Tiongkok. Pada Oktober 1936,
dua Jenderal dari pasukan nasionalis bernama Zhang dan Yang melakukan
mengusir kekuatan imperialis Jepang. Pada pertemuan itu, Chiang Kai Sek tetap
kelompok nasionalis terjadi pada 23 Desember 1936. Pada saat itu, ditetapkan
dengan menggantinya dengan unsur anti Jepang. Kedua, bebaskan pimpinan yang
patriotik dan tahanan politik lain serta berikan jaminan dan hak terhadap rakyat.
Ketiga, hentikan penindasan kepada kaum Komunis dan bersatu dengan Tentara
nasional yang dihadiri oleh semua unsur front persatuan anti Jepang. Kelima,
268. Imam Soedjono, Rakyat dan Senjata: Perang Rakyat di Beberapa Negeri Asia,
(Yogyakarta: Resist Book, 2011), 129.
269. Ibid, 135-136.
262
kepemimpinan politik yang tepat dalam front persatuan. Mao tetap memposisikan
front persatuan sebagai taktik, bukan sebagai tujuan akhir atau segalanya. Dalam
hal ini, Mao memegang prinsip bahwa front persatuan adalah relatif sementara
ini bertujuan agar tidak terulang lagi kesalahan oportunisme kanan yang
dengan demikan bukan berarti kaum Komunis tidak menarik garis demarkasi
terhadap kelas borjuasi, proletariat tetap harus teguh dalam politik dan partainya.
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Y.W Stalin dalam bukunya:
internasional.
yang fasis. Kondisi dalam negeri Tiongkok yang demikian tertindas dan terhisap
internasional pada kisaran tahun 1936-1945 ada dalam masa perang perlawanan
270. Y.W Stalin, Marxisme dan Masalah Nasional, terj. Badan Penerbit Literatur
Politik Negara, (Indonesia: Indonesia Progresif, 1979), 32.
263
internasionalnya. Dalam hal ini, Mao sampai pada kesimpulan bahwa taktik front
adalah yang berwatak anti fasis. Pemikiran Mao berpijak pada perkembangan
termasuk ke Uni Soviet dan Tiongkok. Dalam merespon hal ini, Mao
mengemukakan pemikirannya:
Tujuan utama dari pemikiran Mao ini adalah untuk kepentingan pembebasan
sebagai berikut:
271. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid III, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1967), 33.
264
dunia adalah dengan kekuatan imperialisme. Pada situasi lain, beberapa negara
melahirkan pemikiran Mao bahwa untuk sementara kontradiksi yang paling utama
imperialis lain seperti Inggris, Amerika Serikat, maupun Perancis untuk sementara
ditangguhkan statusnya sebagai musuh utama. Dalam hal ini, Mao bukan berati
kekuatan reaksioner dari imperialis dalam tulisan dan penekannya yang lain:
dalam perang melawan fasis. Hasil nyata dari perlawanan tersebt adalah
fasis pada tahun 1945 melalui Perang Dunia II. Berakhirnya Perang Dunia II
dalam negeri Tiongkok, hal ini juga melahirkan perubahan dari taktik front
persatuan revolusioner.
Dalam hal ini, Mao menyatakan bahwa kontradiksi pokok rakyat Tiongkok adalah
Demokrasi Baru.
lama. Mao mencatat, diantara Juli 1946 hingga Juni 1948, Tentara Pembebasan
Komunis Tiongkok berkembang dari 1.210.000 orang pada tahun 1945, menjadi
ditujukan untuk melakukan perang tahan lama yang lebih kuat lagi. Tujuan
Pemikiran Mao tentang Partai Komunis Tiongkok, perang tahan lama, dan front
perang tahan lama, dan front persatuan di bawah pimpinan Partai Komunis
dan memaksa pemerintah Chiang Kai Sek untuk mundur dan pindah ke Taiwan.
dan feodalisme di Tiongkok. Manifestasi dari hal tersebut terjadi pada 1 Oktober
1949 di Lapangan Tian An Men, Mao Tse Tung secara resmi mendeklarasikan
justru akan membuka ruang bagi kapitalisme di Tiongkok untuk berkembang. Hal
tahapan tertentu adalah hal yang tidak terelakan lagi dari kemenangan Revolusi
Demokrasi Baru. Bagi Mao, aspek perkembangan kapitalisme adalah satu segi
dari kemenangan Revolusi Demokrasi Baru. Pada segi yang lain, yaitu segi yang
utama dari tujuan jangka panjang Revolusi Demokrasi Baru adalah perkembangan
Demokrasi Baru sebagai revolusi yang mengantarkan rakyat pada tahap yang
selanjutnya yaitu Revolusi Sosialis. Dalam hal ini, Mao menjelaskan bahwa
akan bertambah besarnya pengaruh dan kekuatan politik proletariat dan Partai
Komunis Tiongkok. Hal ini akan mengantarkannya pada pengakuan yang begitu
kuat atas kepemimpinan proletariat dan Partai Komunis Tiongkok yang didapat
dari kaum tani sebagai sekutu terdekatnya dan kelas borjuasi kecil lainnya, inilah
faktor kedua menurut Mao. Faktor ketiga adalah telah terbangunnya ekonomi
sektor negara yang dikuasai oleh republik demokratis dan pembangunan koperasi
faktor inilah yang dimaksud Mao sebagai segi-segi yang penting untuk
Mao mengenai revolusi dua tahap di negeri Tiongkok. Dalam hal ini, revolusi
dua tugas yang ganda pula. Tugas pertama jelas adalah menjalankan perjuangan
ketika seluruh syarat yang disiapkan telah terpenuhi, maka menurut Mao revolusi
Tiongkok akan beralih menjadi Revolusi Sosialis. Kedua tahap revolusi tersebut
adalah tahapan yang tanpa jeda dan tetap dipimpin oleh kelas proletariat melalui
kelas proletariat. Kelas borjuasi yang dimaksud bukan lagi borjuasi besar yang
borjuasi sedang dan borjuasi kecil seluruh sektor. Penghancuran yang dimaksud
kepentingan dari kelas proletariat. Dalam tahap ini, Mao menilai bahwa tidak
produksinya yang akan diubah, namun begitu juga dengan politik dan kebudayaan
revolusi dua tahap. Revolusi yang menurut pemikiran Mao merupakan revolusi
berikut:
Kedua tahap revolusi tersebut harus mampu dipahami secara komprehensif, baik
6.2 Pemikiran Politik Mao Tse Tung tentang Revolusi Dua Tahap untuk
Revolusi dua tahap adalah revolusi yang memiliki dua aspek, pertama adalah
Revolusi Demokrasi Baru, kemudian tanpa jeda akan menuju Revolusi Sosialis.
Demokrasi Baru dan Revolusi Sosialis memiliki irisan yang sangat dekat. Dalam
hal ini, irisian tersebut terjadi karena Revolusi Demokrasi Baru juga membangun
prasyarat untuk menuju sosialisme. Artinya, Revolusi Demokrasi Baru bagi Mao
setengah feodal menjadi sasaran utama perubahannya. Dalam hal ini, untuk
Tiongkok.
oleh kelas-kelas yang terlibat aktif dalam revolusi. kepemimpinan ini tentunya
dilandasi oleh ideologi, politik kelas proletariat. Dengan demikian watak dari
republik yang dibangun dari Revolusi Demokrasi Baru adalah diktator demokrasi
rakyat. Hanya dengan bentuk dan watak yang demikianlah revolusi di Tiongkok
dapat maju ketahap Revolusi Sosialis dan secara langsung membangun Tiongkok
perkembangan masyarakat Tiongkok. Dalam hal ini, rakyat Tiongkok juga telah
sebuah negara Tiongkok yang baru. Hasil yang diraih ini tidak terlepas dari andil
Mao Tse Tung. Andil Mao dalam revolusi Tiongkok terdapat pada pemikiran dan
kepemimpinannya.
mengenai akhir dari Revolusi Demokrasi Baru, yaitu berdirinya negara Republik
Rakyat Tiongkok. Bagi Mao, dalam melanjutkan revolusi Tiongkok dan sampai
pada tahap sosialisme, terlebih dulu proletariat Tiongkok harus membangun suatu
273
negara. Negara baru yang mewakili kelas-kelas tertindas adalah yang akan
konsep tentang negara. Klasifikasi Mao ini berlandaskan dengan watak kelas
yang menguasainya. Dalam hal ini, Mao membagi tiga sistem negara, yaitu
Republik diktator borjuis ialah sistem negara yang dianut oleh negara-
negara yang dikuasai oleh kapitalis. Dalam hal ini, struktur negara yang ada
dikuasai oleh borjuasi dan diabdikan untuk kepentingannya. Sistem ini menurut
Mao dapat berubah bentuk sewaktu-waktu menjadi diktator militer yang fasis.
Kolaborasi kepemimpinan antara tuan tanah besar dan borjuasi besar juga
yang sedang bangkit dan dibangun oleh Uni Soviet. Kelas proletariat merupakan
unsur termaju dan terbanyak dalam mengisi struktur negara. Tujuan utamanya
diktator bersama. Sistem tersebutlah yang menurut Mao merupakan karakter dari
282. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 454.
274
peralihan dari republik diktator bersama antara tuan tanah besar dan borjuasi besar
ini bertujuan untuk menggantikan demokrasi tipe lama yang dimonopoli oleh satu
kelas, yaitu borjuasi menjadi demokrasi yang baru. negara dalam pemikiran Mao
diperkenankan masuk atau terlibat dalam sistem negara tersebut. Hal ini juga
menandakan suatu era baru. Sistem sosial dan politik Tiongkok telah berubah.
merupakan perpanjangan tangan dari sistem demokrasi baru yang digagas oleh
Mao. Dalam hal ini, diktator demokrasi rakyat terdiri dalam tiga aspek pokok,
yaitu politik, ekonomi dan kebudayaan. Ketiga aspek pokok tersebut juga
GAMBAR 14. Lambang Negara Republik Rakyat Tiongkok yang Diresmikan Pada 18
Juni 1950
demokrasi baru. Dalam sistem demokrasi baru, Mao menggagas lahirnya sebuah
sistem diktator demokrasi rakyat. Mao pertama kali menjelaskan tentang apa
yang dimaksud dengan rakyat. Bagi Mao, kemenangan Revolusi Demokrasi Baru
lebih lanjut:
“Di Tiongkok dan pada tingkat sekarang, rakyat adalah kelas buruh,
kelas tani, borjuasi kecil kota, dan borjuasi nasional. Di bawah
pimpinan kelas buruh dan Partai Komunis, kelas-kelas ini bersatu untuk
membentuk negaranya sendiri, memilih pemerintahannya sendiri,
menjalankan diktator atau kediktatoran terhadap kakitangan-kakitangan
imperialisme, kelas tuan tanah, borjuasi birokrat, dan orang-orang yang
277
kekuasaanya merupakan alat kelas berkuasa untuk menindas kelas lain. Mao
berangkat dari definisi ini bahwa negara pada masa demokrasi baru adalah alat
kelas revolusioner.
Demokrasi Baru adalah alat dari tuan tanah dan borjuasi besar untuk menindas
rakyat, bagi Mao harus diubah. Negara dengan diktator demokrasi rakyat adalah
untuk tunduk. Dalam negara diktator demokrasi rakyat, Mao menegaskan hanya
rakyat yang diberikan hak demokrasi. Bagi para kelas kontra revolusioner yang
berada dalam negeri Tiongkok, sistem yang digunakan adalah diktator, yaitu
dan praktik dari diktator borjuis baik yang demokratis maupun militeristik.
Dalam diktator negara borjuis, kediktatoran dimonopoli oleh satu atau segelintir
kelas yang berkuasa. Artinya minoritas menindas mayoritas besar rakyat. Hal ini
adalah berkebalikan dari sistem diktator demokrasi rakyat. Dalam perspektif ini
284. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid IV, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1967), 499.
278
pratisipasi rakyatnya.
rakyatnya. Salah satu tujuan berdirinya dan tugas pasca berdirinya negara
republik diktator demokrasi rakyat adalah mendidik rakyat. kerja pendidikan dan
propaganda harus terus dilakukan oleh negara. Tujuan dari semua itu adalah
“Cara yang kita gunakan dalam hal ini adalah cara demokratis, yaitu
cara meyakinkan dan bukan cara memaksa. Apabila di kalangan rakyat
ada yang melanggar undang-undang, ia juga akan dihukum,
dipenjarakan atau bahkan dihukum mati; tetapi ini adalah beberapa
kejadian yang khusus dan berbeda secara prinsipil dengan diktator yang
dilakukan terhadap kelas reaksioner sebagai kelas.”286
Lebih lanjut Mao memaparkan bagaimana sikap negara diktator demokrasi rakyat
285. W.F. Wertheim, Dunia Ketiga, dari dan Ke Mana: Negara Protektif Versus
Pasar Agresif, terj. Oey Hay Djoen. (Yogyakarta: Oey‟s Renaissance, 1997), 145.
286. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid IV, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1967), 500.
279
hidup dan mengubah diri menjadi manusia baru melalui kerja badan.
Apabila mereka tidak mau bekerja, maka negara rakyat akann memaksa
mereka bekerja. Pekerjaan propaganda dan pendidikan juga akan
dilakukan terhadap mereka, bahkan akan dilakukan dengan sangat
seksama dan sepenuhnya sebagaimana telah kita lakukan terhadap
opsir-opir tawanan.”287
proletariat hanya bisa dilakukan melalui sistem demokrasi baru dan hanya dengan
inilah Tiongkok mampu beralih dari demokrasi baru menuju sosialisme. Dalam
sistem demokrasi baru, aspek politik tidak akan dapat berjalan tanpa perubahan
menurut Mao harus pula tercermin dalam hal ekonomi. Dalam prinsipnya,
ekonomi Tiongkok demokrasi baru adalah peran dominan negara rakyat untuk
akan dikuasai oleh negara. Hal ini menurut Mao akan mendorong lebih cepatnya
berikut:
monopoli baik alat produksi maupun tanah yang dilakukan oleh borjuasi besar
adalah upaya nyata untuk menghancurkan sistem monopoli yang telah dibangun
oleh imperialisme bersama dengan borjuasi besar komprador. Hal ini harus
288. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 457.
281
ruang gerak borjuasi. Dalam hal ini, negara berhak untuk menentukan sektor-
GAMBAR 16. Mao Tse Tung Sedang Membacakan Deklarasi Republik Rakyat
Tiongkok pada 1 Oktober 1949
Dalam hal ini, keberadaan tani kaya di desa dalam syarat-syarat tertentu
diperbolehkan. Perhatian besar Mao lebih pada sektor agraria, pasalnya Mao
menyadari bahwa kaum tani sesungguhnya adalah kelas borjuasi keci. Watak
kaum tani bagi Mao akan lebih sulit untuk didorong menerima sistem kolektif
sosialisme. Mengenai hal ini, Mao memandang bahwa kondisi kaum tani harus
menjadi penting untuk mendidik kaum tani. Keseriusan perhatian Mao dalam
“Masalah yang serius ialah mendidik kaum tani. Ekonomi kaum tani
terpencar-pencar, dan menurut pengalaman Uni Soviet, sosialisasi
pertanian memerlukan waktu yang lama dan pekerjaan yang seksama.
Tanpa sosialisasi pertanian tidak akan ada sosialisme yang sempurna
dan kokoh.”289
Sistem pertanian yang kokoh adalah dasar bagi pembangunan negara Tiongkok.
Dengan demikian mendidik dan mendorong kaum tani secara bertahap adalah
hanya diemban oleh kaum tani dan kelas buruh. Mao menghendaki seluruh
pemerintah melakukan kerja produksi bersama. Dalam hal ini, sudah sejak
tentang kerja ekonomi produksi. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk melakukan
kerja ekonomi produksi yang mandiri dan melibatkan massa yang luas. Sebagai
Reform dan penurunan sewa tanah. Kedua hal ini adalah bentuk konkret dari
289. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid IV, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1967), 501.
290. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid III, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1967), 246.
283
revolusi agraria yang merupakan „roh‟ dari Revolusi Demokrasi Baru. Gerakan
penurunan sewa tanah terutama ditujukan untuk mendidik kaum tani membangun
perjuangan massa yang lebih baik. Selain itu, perjuangan penurunan sewa tanah
adalah upaya dari kaum tani di bawah pimpinan Partai Komunis Tiongkok untuk
harus mampu mendesak tuan tanah dan tani kaya untuk menurunkan sewa tanah,
Mengenai ini, Mao lebih lanjut menekankan pada seluruh pimpinan dan
Penekanan ini terutama ditujuan Mao untuk Partai Komunis Tiongkok dan badan
seluruh sistem feodal di pedesaan. Menurut pemikiran Mao, cara utama untuk
Petunjuk dan seruan mengenai perjuangan Land Reform telah dinyatakan jauh
perjuangan Land Reform. Dalam hal ini, perjuangan tersebut masih bersifat kecil
seluruh negeri.
menetapkan status kelas dengan tepat. Bagi Mao, setelah analisis tersebut selesai
barulah Partai Komunis Tiongkok harus mampu membimbing kaum tani untuk
membagikan tanah-tanah feodal dan harta milik feodal. Dalam pemikiran Mao,
terdapat 4 (empat) tahapan inti untuk mewujudkan Land Reform dalam rangka
tanah. Ketiga, mengatur kembali atau mengubah tarif pajak pertanian. Penetapan
tarif pajak pertanian harus disesuaikan dengan kepentingan dan kondisi umum
kaum tani. Hal ini akan menentukan peningkatan semangat kaum tani dalam
285
badan koperasi yang sukarela. Metode ini ditopang dengan penyediaan benih,
rakyatnya. Khusus dalam aspek ekonomi, gaya pembangunan negara Mao adalah
dengan memaksimalkan sektor pertanian di desa. Dalam hal ini, Wertheim dalam
pernah terpaku dalam satu contoh konsep, sekalipun itu Uni Soviet. Mao
293. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid IV, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1967), 303-304.
294. W.F. Wertheim, Dunia Ketiga, dari dan Ke Mana: Negara Protektif Versus
Pasar Agresif, terj. Oey Hay Djoen. (Yogyakarta: Oey‟s Renaissance, 1997), 55.
286
memaksa negara untuk sabar dan perlahan mengubah sistem ekonominya. Bagi
Mao, kaum tani harus selalu diberikan contoh betapa baik dan bermanfaatnya
ekonomi demokrasi baru bagi kehidupannya. Hal ini akan merangsang kaum tani
Pada tahun 1950 misalkan, pasca terjadinya Land Reform kaum tani
mulai menguasai dan mengelola tanah-tanah milik tuan tanah. Pada tahun
oleh kaum tani. Hasilnya signifikan, pada 1955 buah-buahan hasil produksi
kenyataan pasca Land Reform, kaum tani Tiongkok menjadi sadar akan
Tiongkok. Dalam pemikiran Mao, ada aspek lain yaitu aspek kebudayaan
buta huruf.296 Massa yang luas masih dipengaruhi oleh tahayul-tahayul zaman
feodal.
Tiongkok haruslah berupa kebudayaan yang ilmiah, kebudayaan yang lahir dari
kebdayaan feodal dan tertindas harus dihapuskan. Seni dan sastra Tiongkok harus
dalam seni dan sastra selain unsur estetika adalah unsur realita untuk mendidik.
Pesan yang disampaikan oleh seni dan sastra harus objektif dan mampu
296. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid III, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1967), 237.
297. Ibid, 238.
288
bukanlah akhir dari perjuangan. Ibarat Long March, Mao mengistilahkan bahwa
apa yang telah dicapai dari Revolusi Demokrasi Baru adalah Long March tahap
pertama dan masih menyisakan jalan terjal yang begitu jauh. Mao ingin
Proletariat
Revolusi dua tahap adalah rangkaian dari Revolusi Demokrasi Baru dan
Revolusi Sosialis. Dalam pemikiran Mao, Revolusi Demokrasi Baru adalah pintu
Tiongkok. Dalam hal ini, revolusi memiliki andil yang sangat penting bagi
desa antara tahun 1924 sampai 1927. Pada periode ini terjadi pula momentum
Dari sinilah kemudain lahir semboyan “Semua Kekuasaan untuk Serikat Tani”.298
Hal ini terjadi karena kekuasaan dan hak-hak istimewa kaum feodal yang telah
298. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1965), 30.
290
pesat. Dalam penelitiannya di desa, Mao menyampaikan bahwa pada tahun 1926
yang mampu memimpin 10 juta orang massa di bawahnya. 299 Pertambahan yang
“... di bawah kekuasaan serikat tani itu, larilah gembong lalim setempat
dan ningrat jahat, yang kelas satu lari ker Shanghai, yang kelas dua lari
ke Hankhou, yang kelas tiga lari ke Changsa, yang kelas empat ke kota-
kota kabupaten, sedang yang kelas lima dan yang lebih rendah lagi,
yaitu kelas kambing, menyerah kepada serikat tani di desa-desa.”300
perjuangan ini tidak terlepas dari peran Partai Komunis Tiongkok yang mendidik
Serikat tani dengan giat melakukan hukuman bagi para tuan tanah yang kejam dan
yang dinilai oleh serikat tani, mulai dari teguran ringan, denda, penjara, hingga
semakin luas. Serikat tani tidak hanya mampu menguasai pedesaan, namun
serikat tani mengalahkan pasukan bersenjata milik tuan tanah. Kemenangan ini
menggantikan peranan dari pengadilan dan hakim-hakim lama yang ada. Dalam
hal ini, Mao memandang bahwa salah satu keberhasilan dari serikat tani adalah
langkah awal yang penting bagi revolusi. Mao memandang bahwa tanpa
politik di pedesaan adalah terkucil dan terusirnya tuan-tuan tanah dari desa.
kekuatan tuan tanah dan tani kaya. Kebijakan tersebut terdiri dari beberapa aspek,
antara lain mengenai padi dan beras, uang sewa tanah dan tanggungan, larangan
menjalankan gerakan koperasi. Dalam hal ini, Mao menilai bahwa penghisapan
yang terjadi terhadap kaum tani salah satunya adalah tidak tersedianya
tani kerap dibenturkan oleh lintah-lintah darat dan tengkulak yang mengatur
Pada praktiknya, kaum tani menurut Mao kerap mengalami kesulitan dalam
mendirikan koperasi.
meningkat karena dengan drastisnya telah berkurang beban yang selama ini
disebabkan oleh sistem feodalisme. Prestasi besar ini yang menurut Mao adalah
larangan untuk melakukan penindasan dan tindak sub ordinasi kepada perempuan
dan melibatkan perempuan secara aktif dalam segala aspek. Serikat tani dan
masyarakat. Peraturan larangan tersebt antara lain ialah, bermain kartu dan judi,
merugikan diri sendiri. Seiring dengan penghancuran kekuasaan tuan tanah dan
Dalam melakukan revolusi agraria pada tahap yang pertama, Mao juga
mengemukakan beberapa prestasi besar lain yang diraih oleh kaum tani. Prestasi
lain dari serikat tani, antara lain adalah mampu menghilangkan perampok dan
serikat tani menjadikannya suatu organisasi yang ditakutkan oleh kelompok yang
kontra revolusioner. Salah satu yang menjadi sasaran gerakan kaum tani adalah
perampok dan bandit. Menurut Mao, semenjak berkuasanya serikat tani tidak ada
lagi perampok dan bandit yang berani melakukan aksinya.307 Selain itu, jumlah
perampok dan bandit menjadi jau berkurang karena harga-harga kebutuhan pokok
menjadi murah dan dapat jangkau, hal ini berbanding lurus dengan berkurangnya
Serikat tani bagi Mao menjadi „idola‟ baru bagi massa di desa-desa.
lain di pedesaan hampir seluruhnya rusak. Dengan desakan dari program serikat
menyasar tuan tanah dan tani kaya. Serikat tani menekan tuan tanah dan tani kaya
prestasi besar ini adalah awal yang baik dari revolusi agraria.
kontradiksi kelas terutama karena masih terdapat tuan-tuan tanah dan boorjuasi
tetap berjalan. Dalam tahapan ini, perjuangan kelas akan meningkat statusnya
hingga terciptanya tatanan yang kolektif dan mandiri. Dalam pemikirannya, Mao
status tanah dari milik pribadi kaum tani menjadi milik kolektif adalah tantangan
terbesarnya. Hal ini didasari pada asal kelas kaum tani yaitu borjuasi kecil yang
“komune rakyat”. “grup kerja saling bantu” merupakan upaya nyata dari negara
mengerjakan kerja produksi, kerja ini dikhususkan pada sektor pertanian. Dalam
hal ini, tanah-tanah berskala besar ditetapkan sebagai tanah bersama dan harus
pada tahun 1957. Lebih lanjut, untuk mengakomodir seluruh hasil kerja dari
Dengan demikian, jelas bahwa Tiongkok sedang menuju negeri yang sosialis.
309. W.F. Wertheim, Dunia Ketiga, dari dan Ke Mana: Negara Protektif Versus
Pasar Agresif, terj. Oey Hay Djoen. (Yogyakarta: Oey‟s Renaissance, 1997), 52.
297
Dengan bentuk yang kolektif, akan melahirkan keterbukaan secara besar lapangan
kerja. Berbagai aspek dari sektor-sektor publik akan mendorong rakyat untuk
terlibat. Selain itu, partisipasi kerja juga menjadi penting mengingat azas “setiap
orang mendapatkan sesuai yang dikerjakannya”. Azas sosialis ini berarti juga
menutup „pintu‟ bagi kelas brojuasi yang semula tidak terlibat dalam partisipasi
kerja produksi.
alat produksi telah membangun efisiensi kerja dan pembagian kerja secara lebih
baik. Dalam pemikiran Mao, kehidupan yang kolektif akan menjadikan rakyat
Hal yang dipaparkan oleh Wertheim di atas adalah bentuk kolaborasi antara
bentuk sempurna dari kolektivisasi dan koperasi besar dengan kolektivisasi hasil
produksi dan koperasi skala kecil. Hasil dari program kolektivisasi di Provinsi
dengan karakteristik negeri Tiongkok yang agraris. Program Land Reform dan
Mao dalam hal ini, menekankan bahwa sektor agraria secara perlahan akan
ditingkatkan dari yanng tradisional menjadi modern. Dalam hal ini, Partai
dalam tulisannya:
“... luas tanah yang dikerjakan dengan mesin meningkat dari 2,4% pada
tahun 1957 menjadi 42,4% pada tahun 1979; luas lahan yang diirigasi
meningkat dari 24,4% dari seluruh luas lahan pada tahun 1957 menjadi
45,2% pada tahun 1979; pada periode yang sama, lahan yang diirigasi
dan dikerjakan dengan mesin meningkat dari 4,4% menjadi 56,3%.
Pada tahun 1957 terdapat 544 stasiun listrik- pada tahun 1979 jumlah
tersebut telah meningkat menjadi 83.244. Selama periode yang sama,
jumlah traktor ukuran besar dan menengah meningkat 45 kali, mesin
panen meningkat 12 kali, sedangkan traktor kecil meningkat jumlahnya
dari tidak ada menjadi 1.67 Juta.”314
industri. Hal ini karena bagi Mao perpaduan antara sektor agraria dan industri
Mao bertolak pada latar belakang Tiongkok yang setengah jajahan setengah
feodal. Dalam hal ini, Mao memandang bahwa dalam Revolusi Demokrasi Baru
industri ini masih dilindungi oleh revolusi. Mengenai ini, Mao menguraikan
dalam tulisannya:
315. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid IV, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1967), 241.
300
Dalam hal ini, Mao memandang hal tersebut harus ditempuh karena industri
kemenangan demokrasi baru. Dalam hal ini, Tatiana Lukman mengutip tulisan
“Pada akhirnya kaum brojuasi nasional tidak akan ada lagi, tetapi pada
tahap saat ini kita harus mengumpulkan mereka di sekitar kita dan tidak
mendorong mereka keluar. Di satu pihak kita harus berjuang menentang
mereka, di lain pihak kita harus bersatu dengan mereka.”316
secepat mungkin. Hal ini terbukti pada tahun 1952, Mao menyatakan bahwa
kontradiksi antara kelas pekerja dan kelas borjuasi adalah kontradiksi pokok di
revolusi agraria dan pembangunan sektor pertanian, sektor industri juga menjadi
perhatian saat Mao dan Partai Komunis Tiongkok melancarkan revolusi. Hal ini
terlihat jelas pada artikel tentang perekonomian Tiongkok yang ditulis Mao pada
tahun 1945:
“Kita harus berusaha supaya dalam dua tiga tahun Daerah Perbatasan
Shensi-Kansu-Ningsia dan semua Daerah Bebas di belakang garis
pertahanan musuh bisa swasembada seluruhnya atau sebagian besar
dalam hal bahan makanan dan barang-barang industri, dan bahkan ada
kelebihannya. Kita harus berusaha supaya pertanian, industri dan
perdagangan kita mencapai hasil yang lebih besar daripada sekarang
ini.”318
Demokrasi Baru.
pada tahap selanjutnya, yaitu sosialisme. Pada tahap ini, kontradiksi pokoknya
adalah antara politik kelas proletariat melawan kelas borjuasi. Dengan demikian,
Demokrasi Baru menurut Mao harus selaras dengan pembangunan sektor agraria
di pedesaan.
tahun 1952 sektor industri baru mencapai angka 36% dari nilai bruto produksi
nasional, angka tersebut meningkat pesat menjadi 72% pada tahun 1975. 319 Lebih
lanjut, capaian besar dari pembangunan industri Tiongkok adalah dengan adanya
pembangunan pada periode tahun 1966-1976 yang meliputi peletusan bom atom,
318. Mao Tse Tung, Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid III, (Peking: Komisi
Penerbitan Bahasa Asing Comite Central Partai Komunis Tiongkok, 1967), 242.
319. Tatiana Lukman, Alternatif,(Jakarta: Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat, 2013),
107.
302
pembuatan insulin kristal sintetis untuk sapi, komputer transistor, komputer sirkuit
terpadu, kamera tiga dimensi otomatis, antibiotik Qingda, peluncuran satelit, rel
kereta api elektron, tanker 100.000 ton, perkembangan sumur minyak.320 Hasil
tersebut merupakan gambaran konkret dari hasil buah pikir Mao dalam
Komune Rakyat. Komune Rakyat adalah bentuk terkecil dari otoritas masyarakat
di Tiongkok. Komune Rakyat terdiri dari beberapa unit keluaraga dan “grup
saling bantu”. Tugas utama dari Komune Rakyat adalah mengelola unit produksi
yang terdapat di daerah masing-masing. Dalam hal ini, pengelolaan harus sesuai
Dalam hal ini, pembentukan Komune Rakyat inilah yang secara nyata melibatkan
rakyat dalam segala urusan negara. Komune Rakyat inilah yang pada akhirnya
Sumber: W.F. Wertheim, Dunia Ketiga, dari dan Ke Mana: Negara Protektif
Versus Pasar Agresif, terj. Oey Hay Djoen. (Yogyakarta: Oey‟s Renaissance, 1997),
72-73.
Komune Rakyat telah mencapai hasil yang signifikan dalam rangka mendirikan
Rakyat juga memiliki sistemnya sendiri. Dalam hal ini, diperlukan untuk
“Di desa saya terdapat delapan tim produksi. Tiap tim produksi ada 40
keluarga. Tiap tahun kami memilih lima pimpinan tim produksi. Semua
orang keluar dan bekerja bersama. Setelah selesai pekerjaan, kasir akan
mencatat berapa orang yang bekerja hari itu. Pada kahir tahun, ketika
panen datang, akuntan desa bersama dengan akuntan tim produksi, akan
merancang Plan distribusi. 70% dari gandum/padi dibagi menurut
jumlah orang yang ada di keluarga kamu. 30% dibagi menurut berapa
banyak kamu bekerja dalam kolektif. Jadi, seandainya kamu tidak
bekerja di sawah/ladang, kamu tetap mendapat hak atas 70% dari
gandum kolektif. Itu adalah ditribusi pada tingkat tim produksi. Ada
juga distribusi pada tingkat brigade produksi. Desa memiliki banyak
perusahaan. Setelah menyisihkan uang untuk dana kesejahteraan, uang
untuk membeli alat-alat baru dan sebagainya, desa akan membagi
pemasukannya menurut berapa banyak kamu telah bekerja dalam
kolektif.”321
Sistem pembagian hasil produksi yang demikian adalah ciri dari masyarakat
buah, ikan, rokok, pakaian, dan lainnya juga diterapkan sistem kolektif yang sama
produksinya, ditetapkan melalui seberapa besar kerja dalam suatu unit produksi.
Hal ini menandakan Tiongkok tidak menghentikan revolusinya, namun terus maju
Raymond Lottta, antara tahun 1949 dan 1975, harapan hidup di Tiongkok
Demokrasi Baru, buruh Tiongkok rata-rata harus bekerja 18 jam sehari, sementara
sektor pertanian, terutama prihal alat-alat kerja modern. Mengenai ini, Tatiana
dengan baik.
dilakukan oleh negara di bawah pimpinan Mao telah berdampak besar bagi
Proletariat (RBKP).
sektor kebudayaan.
Dalam hal ini, Mao membagi 2 (dua) macam kelas borjuasi yang ingin
Dalam hal ini, Mao menegaskan bahwa RBKP adalah suatu agenda untuk
dimaksud Mao tidak hanya yang berada luas di masyarakat, namun yang berada
teorinya tentang kontradiksi. Bagi Mao, suatu revolusi benar adanya akan
325. Kaum revisionis adalah kaum yang berdalih ingin meninjau kembali Marxisme
yang justru menghilangkan seluruh unsur revolusionernya. Kepentingannya adalah mengalihkan
perjuangan revolusioner menjadi reformis. Tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan atau
mengembalikan kepentingan dari imperialisme baik seara terbuka ataupun sembunyi-sembunyi.
L.Harry Gould, Kamus Kecil Istilah Marxis, terj. Rollah Syarifah (Jakarta: Kelompok Kerja Untuk
Demokrasi Rakyat, 2006), 66.
326. Tatiana Lukman, Alternatif,(Jakarta: Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat, 2013),
129.
308
kontradiksi pokok. Inilah yang terjadi pada kontradiksi antara borjuasi dan
proletariat Tiongkok.
yang diterbitkan pada tahun 1966, tertulis jelas arah dari perjuangan kebudayaan
Tiga Anti” merupakan program untuk melawan segala bentuk penyelewengan dan
Tiongkok secara luas untuk melakukan kampanye ini. Rakyat Tiongkok berhak
mengadukan segala bentuk tindakan yang dilarang dalam program tersebut. Hal
ini bertujuan agar Partai Komunis Tiongkok dan pemerintahan yang ada bersih
dari seluruh tindakan tersebut. Program kampanye ini berlanjut pada tahun 1952.
pembocoran rahasia negara. Gerakan kampanye tiga dan lima anti ini
menunjukan suatu keseriusan dari Mao dan Partai Komunis Tiongkok untuk
Partai.
yang dimulai pada 1960 yaitu “Gerakan Pendidikan Sosialis”. Gerakan ini
Keempat aspek yang harus dibersihkan atau diperbaiki antara lain adalah, disiplin
manajemen ekonomi.328
328. W.F. Wertheim, Dunia Ketiga, dari dan Ke Mana: Negara Protektif Versus
Pasar Agresif, terj. Oey Hay Djoen. (Yogyakarta: Oey‟s Renaissance, 1997), 170.
310
kehidupan dan kemajuan kolektif. Dalam hal ini, maksud Mao adalah untuk
persamaan jenis kelamin. Revolusi Demokrasi Baru dan RBKP menjadi sarana
bagi kaum perempuan Tiongkok untuk lebih aktif bekerja dan berkegiatan.
ke Tiongkok:
Bagi Wertheim, fenomena tersebut tidak terlepas dari pemikiran Mao tentang
pemikiran Mao, revolusi dua tahap ditentukan oleh tiga aspek penting dalam
setiap tahapnya. Dalam Revolusi Demokrasi Baru, memiliki aspek pokok berupa,
imperialisme dan feodalisme. Sementara itu, dalam tahap Revolusi Sosialis untuk
GAMBAR 17. Pemikiran Politik Mao Tse Tung tentang Revolusi Dua Tahap untuk Pembangunan Sosialisme di Tiongkok
313
tahap demokrasi baru. Dalam tahap ini, revolusi harus dipimpin oleh Partai
tahan lama dan pembangunan front persatuan. Dalam hal ini, tujuan dari revolusi
menjadi tahap pertama revolusi di Tiongkok. Dalam tahap ini, negara menjelam
revolusioner Tiongkok. Revolusi tahap pertama ini yang akan menjadi jembatan
maupun kebudayaan. Revolusi Sosialis akan tetap dipimpin oleh Partai Komunis
dan revolusi besar kebudayaan proletariat. Hal ini menjadikan Revolusi Sosialis
terjadi pada tahapan ini, negara tidak lagi dikuasai atau berkarakter diktator
Masyarakat komunis inilah yang akan dicapai melalui dua tahap revolusi,
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
kesimpulan umum yang dapat ditarik. Pertama, pemikiran Mao tentang revolusi
dua tahap lahir karena dilatar belakangi oleh kondisi sosial Tiongkok dan
negeri setengah jajahan setengah feodal yang didominasi oleh imperialisme dan
masyarakat Tiongkok. Kondisi sosial yang demikian itu kemudian dianalisa oleh
inilah yang menjadi dasar lahirnya pemikiran Mao tentang revolusi dua tahap.
karakter negara setengah jajahan setengah feodal. Revolusi dua tahap terdiri dari
dipahami bahwa kedua revolusi tersebut berjalan tanpa jeda dan beriringan.
kekuatan revolusioner yang terdiri dari kelas proletariat, kaum tani, borjuasi kecil,
Revolusi Demokrasi Baru, Mao menyaratkan adanya 3 (tiga) aspek yang menjadi
316
Tahan Lama melawan imperialisme untuk merebut kekuasaan negara, dan terakhir
feodalisme. Lebih jauh lagi, Revolusi Demokrasi Baru yang merupakan bagian
pertama dari revolusi dua tahap beralih menuju Revolusi Sosialis ditandai dengan
sosialisme. Tahap ini adalah tahap kedua dari revolusi dua tahap. Revolusi
Revolusi Besar Kebudayaan Proletariat (RBKP). Sasaran dalam tahap ini adalah
kelas borjuasi yang masih tersisa juga watak-watak borjuasi yang selama ini
praktisi politik yang lengkap. Sebagai seorang pemikir, Mao mampu dengan baik
demikian, Mao berhasil keluar dari „ruang sempit‟ dogmatisme. Sebagai seorang
praktisi politik, Mao secara nyata mampu mengaplikasikan segala teorinya dengan
baik. Dalam hal ini, kehidupan Mao tidak pernah lepas dari perjuangan
Marxis lainnya. Hal ini dikarenakan Mao memandang bahwa aspek budaya
perjuangan mengubah kesadaran hingga tindakan rakyat. Hal ini terus dijalankan
meskipun kerap mengalami kesulitan dan hambatan. Seluruh hal tersebutlah yang
menjadikan pemikiran Mao tentang revolusi dua tahap menjadi sebuah karya
besar.
318
Mao Tse Tung. Revolusi dua tahap merupakan teori sekaligus senjata konkret
demikian, dapat disimpulkan bahwa revolusi dua tahap merupakan revolusi yang
masyarakat komunis.
7.2 Saran
setengah jajahan setengah feodal. Pemikiran Mao telah menunjukan tidak hanya
sebagai teori tentang revolusi yang sistematis dan matang, namun juga
masyarakat Tiongkok. Terkait dengan hal ini, perlu diingat bahwa bagian penting
sosialisme bukanlah suatu hal yang tidak mungkin. Namun demikian, bukan
berarti penelitian ini menjadi anti kritik. Dalam hal pemikiran Mao, penulis tidak
Hal inilah yang menurut penulis perlu dan penting ditelusuri lebih dalam melalui
319
besarnya dampak kehancuran akibat dari pikiran dan tindakan oportunis dan
revolusioner di Tiongkok.
ruang akademik. Perkembangan ini dilandasi oleh kondisi sosial yang objektif
bahwa masyarakat masih dalam kondisi terhisap dan tertindas, dengan demikian
pisau analisis untuk membedah realitas masyarakat baik melalui kajian literatur
maupun kajian lainnya. Lebih jauh lagi, sangat diharapkan agar penelitian
mengenai pemikiran tentang revolusi, khususnya pemikiran Mao Tse Tung dapat
masyarakat.
320
DAFTAR PUSTAKA
1955.
Aidit, D.N. Tentang Marxisme. Jakarta: Akademi Ilmu Sosial Aliarcham, 1963.
Ch‟en, Kenneth. Buddhism ini China: A Historical Survey. New Jersey: Princeton
Chang, Jung dan Jon Halliday. MAO Kisah-Kisah yang Tak Diketahui.
Darsono. Karl Marx Ekonomi Politik dan Aksi-Revolusi. Jakarta: Diadit Media,
2007.
//www.marxists.org/indonesia/archive/komintern/1920tesiskebangsaan.ht>
Engels, Friedrich. Anti Duhring: Revolusi Herr Eugen Duhring Dalam Ilmu
Ultimus, 2005.
Engels, Friedrich. Tentang Das Kapital Marx. Diterjemahkan oleh Oey Hay
Feng, Tjen Tjan. Long March Di Samping Ketua Mao Tse Tung. Diterjemahkan
Pelajar, 2004.
<http://www.marxists.org/indonesia/archive/guevara/1965Sosialisme.htm>
Hiariej, Eric, “Teori Negara Marxis,” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, no.2
(2003). 261-282.
Kleden, Ignas. kata pengantar untuk Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta:
LP3ES, 1988.
/Draft Kontrol.htm>
/1920/20-kpp.htm>
Lenin,V. I. Negara dan Revolusi, Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-
Lenin, V. I. Revolusi Sosialis dan Hak Sebuah Bangsa untuk Menentukan Nasib
Nusantara, 2013.
2015.<http://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1917/SuatuPemeri
ntahan.htm>
<http://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1917/Tugas.htm>
323
Marx, Karl. Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi Politik. Diterjemahkan oleh Oey Hay
Rosdakarya, 2001.
2002.
www.marxists.org/indonesia/indones/1957-NyotoRevolusiOktober.htm>
Perry, Marvin. Peradaban Barat: Dari Revolusi Perancis Hingga Zaman Global.
Praja, S. Juhaya. Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Bandung: Yayasan Piara, 2002.
324
IRCiSoD, 2014.
Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitanya Dengan Kondisi Sosio-
Schmandt, Henry. Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno
Soedjono, Imam. Rakyat dan Senjata: Perang Rakyat di Beberapa Negeri Asia.
Suseno, Franz Magnis. Dari Mao ke Marcus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2013.
Swasono, Sri Edi. Daulat Rakyat Versus Daulat Pasar. Yogyakarta: PUSTEP
UGM, 2005.
Ta, Tzen Po. Mao Tze Tung Desa Mengepung Kota: Dari Revolusi Demokrasi Ke
Ta, Tzen Po. MAO TZE TUNG, Peralihan dari Revolusi Demokrasi ke
Wacana, 2000.
Tim Narasi. Che Guevara dan Revolusi Kuba. Diterjemahkan oleh Sovia
Tung, Mao Tse. Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid I. Peking: Komisi Penerbitan
Tung, Mao Tse. Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid II. Peking: Komisi Penerbitan
Tung, Mao Tse. Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid III. Peking: Komisi
Tung, Mao Tse. Pilihan Karja Mao Tje Tung Djilid IV. Peking: Komisi
Wertheim, Wim. F. Dunia Ketiga Dari dan Ke Mana?. Diterjemahkan oleh Oey
luas_ wilayah>
<http://id.wikipedia.org/wiki/Duma_Negara>
<http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia>
<http//id.wikipedia.org/wiki/Internasionale_Ketiga>
Zeleny, Jindrich. Logika Marx. Diterjemahkan oleh Ira Iramanto. Bandung: Hasta
Mitra, 2004.