Anda di halaman 1dari 32

NASKAH SANG AYAH KARYA AUGUST STRINDBERG TERJEMAHAN

ATIKA RAY STIFA RAHAYU EDITOR EDY SUISNO

Lokasi di Ruang duduk Kapten. Sebuah pintu di latar belakang di sebelah


kanan. Di tengah-tengah ruangan meja bundar besar penuh dengan koran
dan majalah. Untuk sebelah kanan Sofa kulit dan meja. Di pojok kanan
ada pintu pribadi. Di sebelah kiri, ada meja tulis dengan jam di atasnya,
dan pintu ke kamar bagian dalam. Senjata di dinding, juga senapan-
senapan dan tas perlengkapan. Pasak pakaian di pintu yang menggantung
mantel seragam. Sebuah lampu menyala di meja besar.
ADEGAN I
Kapten dan Pastor (duduk disofa).
[Kapten tidak berpakaian seragam dan mengenakan sepatu botdengan taji.
Pendeta hitam dengan putihdasi pada bagian leher, tapi tanpa ruff ulamanya;
dia sedangmerokok pipa.
Kapten (membunyikan lonceng).
1. Pengawal : Ya, tuan
2. Kapten : Apakah nöjd di luar sana?
3. pengawal : Nöjd di dapur, menunggu perintah.
4. Kapten : Apa? dia di dapur lagi! Jemputdia segera.
5. pengawal : Ya tuan. [pergi].
6. Pendeta : Siapa yang harus disalahkan sekarang?
7 Kapten : Oh, bajingan itu telah membuatseorang gadis dalam kesulitan
lagi; dia memang burukperangai.
8. Pendeta : Nojd, maksudmu? Bukankah dia ada di barisan depan saat musim
semi?
9. Kapten : Ya… aku tahu, kau selalu ingat tentang dia! Kau pasti ingin
mengatakan: “bisakah kau sedikit ramah padanya, atau paling tidak
bertingkah sedikit berkesan padanya”, begitu bukan? Aku sudah
bersumpah, aku harus menghukumnya, dan aku sudah
melakukannya, tapi nyatanya belum sedikitpunmemberi efek jera.
10. Pendeta : Dan sekarang kau ingin aku menasehati dia. Kau pikir, kesan
mendalam apayang bisa didapat dari Firman Tuhan,sehingga
mampu menyadarkan seorang anggota pasukan kavaleri?
11. Kapten : Baiklah. Aku tahu, kau pasti mau mengatakan: “semua itu tentu
tidak akan berpengaruh pada orang seperti aku”. Begitu bukan?
12. Pendeta : Sudah pasti!.
13.Kapten : Tapi dia! Cobalah lakukan dengan cara apapun!
ADEGAN II
Yang terdahulu. Nöjd.
14.Kapten : Apa saja yang kau lakukan, Nojd?
15.Nöjd : Mohon maaf, Kapten, saya mungkin tidak bisa mengatakan
apapun, jika Pendeta masih ada di sini.
16.Pendeta : Jangan malu-malu, Nak.
17.Kapten : Kau lebih baik mengaku saja, atau semuanya akan berakibat…
18.Nöjd : Baiklah, baiklah… Kejadiannya seperti ini; kami ada dalam
sebuah pesta, begitu semarak mempertunjukan tarian Gabriel, dan
kemudian Ludwig berkata…
19.Kapten : Apa yang telah Ludwing lakukan? Katakan yang sebenarnya?
20.Nöjd : Ya, kemudian Emma mengatakan bahwa kami harus pergi
kelumbung.
21.Kapten : Ah, aku kira, Emma lah yang telah menyesatkanmu?
22.Nöjd : Aku harus mengatakan; aku tidak akan datang kecuali gadis itu
bersedia tidak datang kesana
23.Kapten : Sudahlah!Intinya kau ayah anak itu atau bukan?
24.Nöjd : Bagaimana mungkin aku mengetahuinya…
25.Kapten : Apa maksudmu? Tidak bisakah kau
mengakuinya?
26. Nöjd : Bukan itu persoalannya, tapisetiap orang tidak pernah bisa yakin.
Aku sendiripun menjadi ragu.
27. Kapten : Jadi kau bukanlah satu satunya pria yang melakukan itu?
28. Nöjd : Ya, aku tidak bisa memastikan bahwa aku adalah satu-satunya
yang jadi penyebab semua ini
29. Kapten : Apakah kemudian kau menyalahkan Ludwig? Apakah itu yang
kau maksud?
30. Nöjd : Tidak mudah untuk mengetahui siapa yang sebenarnya harus
disalahkan.
31. Kapten : Ya, tapi kau pernah mengatakan kepada Emma bahwa kau akan
menikahinya.
32. Nöjd : Oh, salahkah jika seorang pria harus mengatakan hal demikian….
Terlebih kepada sesama wanita!
33. Kapten : ( bicara ke Pendeta) Ini benar-benar memuakkan.
34. Pendeta : Ini adalah cerita lama! Tapi dengar, Nöjd, kau seorang laki-laki…
Cukup bagimu, dengan kejujuran dari lubuk hatimu yang
terdalam, untuk mengetahui apakah kau ayahnya atau bukan!
35. Nöjd : Aku tak akan menjawabnya.
36. Pendeta : Lihat kesini, Nak, kita berbicara tentang kau sekarang. Kau pasti
tidak akan meninggalkan gadis itu sendirian dengan anaknya.
Akukira kami tidak bisa memaksa kau untuk menikahinya, tapi
kau harus membesarkan anak itu! Bersediakah kau?.
37. Nöjd : Aku rasa Ludwig lebih berhak...
38. Kapten : Cukup! Kasus ini nampaknya harus dibawa ke Pengadilan. Aku
tidak bisa menyelesaikan semua ini. Ini bukan urusanku lagi.
Sekarang tak ada gunanya kita memperbincangkan semua ini.
39. Pendeta : Nöjd, satu kata! Pernahkah kau merasa tindakanmu adalah
tidakan bermoral, suatu tindakan yang terhormat dengan
meninggalkan gadis itu dan anaknya dalam kemiskinan yang akut!
Sebegitu parahkah rasa kemanusiaanmu!
40. Nöjd : Ya, kalau saja aku tahu dengan pasti bahwa aku adalah ayah anak
itu, sudah pasti aku akan bertanggungjawab pada kehidupannya.
Coba katakan tuan, bagaimana seseorang bisa tulus merawat
seorang anak yang ia tidak yakin itu anaknya. Cobalah tuan
memposisikan diri tuan sebagai saya….
41. Kapten : Pergi!
42. Nöjd : Tuhan melindungi anda, Kapten. [pergi].
43. Kapten : Jangan pergi ke dapur lagi!Enyah dari sini bajingan!

ADEGAN III
(Kapten dan Pastor)
44. Kapten : Kenapa anda tidak berusaha lebih keras lagi untuk mengubah
jalan pikirannya?
45. Pendeta : Apa maksudmu? Bukankah tugasku hanya untuk memberikan
nasehat?
46. Kapten : Hanya sekedar nasehat? Lalu setelah itu hanya duduk dan
bergumam kepada diri sendiri.
47. Pendeta : Sejujurnya aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa.
Sungguh kasihan gadis itu. Tapi Nojd juga tak bisa disalahkan.
Pikirannya berkecamuk, karena ia tidak sepenuhnya yakin anak
itu benar-benar anak kandungnya. Aku tahu, gadis itu bisa
merawat anak itu selama empat bulan di panti asuhan, dan
kemudian secara tetap akan diasuholeh panti asuhan tersebut.
Tapi kau tahu resiko apa yang akan ditanggung Nojd, jika ia
mengakui sebagai ayah kandung anak itu?Kehidupan Nojd akan
hancur karena sudah pasti akan diberhentikan dari resimen.
48. Kapten : Nuraniku mengatakan: aku harus bisa mengadili kasus ini. Nojd
mungkin tidak bersalah. Tapi, satu hal yang pasti: gadis itu pasti
dihantui rasa bersalah dan harus menanggung kesalahan itu
sendirian.
49. Pendeta : Baiklah, baiklah… Aku rasa kita tidak perlu mengadili siapapun!
Ini memang sangat melelahkan, Tapi barangkali kita bisa
mendengar konfirmasi dari Bertha.
50. Kapten : Konfirmasi?Dia tak akan memberikan informasi apa-apa tentang
hal ini.Ia hanya akan bercerita pendidikannya secara keseluruhan.
Anda tahu, Rumah ini penuh dengan wanita yang semuanya ingin
mendidik anakku. Ibu mertuaku ingin membuat dia menjadi
seorang spiritualist, Laura bersikeras mendidiknya menjadi
seorang seniman; pengasuh ingin dia menjadi seorang Methodist,
belum lagi gadis-gadis pembantu itu! Demi Tuhan, Ini tidak akan
terjadi! Aku akan menentang siapaun yang berusaha membentuk
dan mencetak karakter anak itu sesuai selera mereka! Akulah yang
memilki hak utama untuk menjadikan jiwanya tumbuh menurut
kemauannya sendiri! Aku bertekad untuk membuat mereka keluar
dari rumah ini.
51. Pendeta : Yah, di sini memang terlalu banyak perempuan yang mengatur
rumah. Kau harus memiliki pengaruh di kalangan kaum
perempuan, Adolf. Kau telah membiarkan mereka terlalu
banyak mendiktemu.
54. Kapten : Sekarang, apakah kau bisa menjelaskan kepadaku bagaimana
bisa mempengaruhi kalangan kaum perempuan?
55. Pendeta : Laura memang harus diperlakukan dengan tangan yang kuat.
Aku akui adikku itu memang seringkali merepotkan.
58. Kapten : Laura telah dibesarkan dengan ide-ide romantis dan sedikit sulit
maumengakomodasi kenyataan pada beberapa keinginannya.
Tapi bagaimanapun, aku tau dia adalah isteriku.
63. Pendeta : Dan karena dia adalah istrimu, dia adalah yang terbaik. Tidak,
Sobat, dia benar-benar sangat menindasmu.
64. Kapten : Sementara itu kondisi rumah menjadi terbalik. Laura tidak akan
membiarkan Bertha meninggalkannya, sementara anda tahu, aku
tidak bisa membiarkan Bertha tetap tinggal dalam rumah gila ini.
65. Pendeta : Oh, tentu saja Laura tidak akan melepaskan Bertha. Bertha
bahkan akan melakukan apapun, asal dapat selalu bersama Laura.
66. Kapten : Lauramemang sudah keterlaluan. Dia jadikan Bertha seolah
permainan kesukaannya, sehingga aku jadi cemas Bertha akan
jatuh sakit.
67. Pendeta: Tapi apa ingin kau lakukan terhadap Bertha, maksudku, sesuatu
yang tak bisa kau maafkan. Apakah kau tak bisa lagi bersabar dan
berusaha mengerti kondisinya.
68. Kapten : Anda tidak usah berprasangka, bahwa aku akan memaksakan
pikiranku, menjadikan dia seperti yang ada dalam pikiranku. Aku
juga tidak akan melarangnya untuk menikah secepatnya.
Persoalannya, anak itu belum pernah merasakan pahitnya
perkawinan di usia dini. Begitu banyak peneritaan yang akan dia
alami. Betapapun begitu, aku juga tak akan mendidiknya agar
bisa bekerja dengan cara pandang seorang laki-laki yang bisa
membuatnya melupakan pernikahan.
69. Pendeta : Lalu apa yang kau kehendaki…
70. Kapten : Saya menginginkan dia menjadi seorang guru. Jika dia tetap belum
menikah, setidaknya dia dapat mempertanggungjawankan
hidupnya sendiri, menanggung keperluannya sendiri. Lalu suatu
saat, jika dia menikah, dia bisa menggunakan pengetahuannya
sebagai pendidik untuk mendidik anak-anaknya.Menurutmu,
apakah pikiranku ini salah?
71. Pendeta : Saya kira tepat sekali.Tapi jangan lupa, Betha juga memiliki bakat
besar sebagai pelukis. Apakah kau juga akan menyekolahkannya
di bidang itu?
72. Kapten : Tidak! Aku hanya pernah menghadirkan seorang pelukis
terkemuka untuknya. Tapi orang itu bilang Bertha hanya
menguasai lukisan-lukisan seperti yang dibuat anak-anak
sekolahan. Untunglah, datang seorang anak muda yang mau
mengajarinya. Dia bilang bakat Bertha sangat luar biasa. Lalu ia
berjanji untuk merencanakan sesuatu yang bisa menyenangkan
Bertha
73. Pendeta : Apakah dia jatuh cinta pada Bertha?
74. Kapten : Sepertinya begitu.
75. Pendeta : Tuhan bersamamu selalu. Saya tahu Laura belum tentu
menyetujuinya…
80. Kapten : Tetapi yang terburuk adalah karer Bertha seolah-olahsedang
ditentukan oleh motif-motif yang menurut mereka paling pantas.
Mereka beranggapan bahwa pria selalu menilai wanita pada
kemampuannya untuk bisa melakukan apapun. Hal ini yang sering
dipertentangkan antara pria dan wanita. Oh ya, haruskah anda
pergi sekarang? Tetaplah disini untuk makan malam. Memang tak
ada yang istimewa untuk ditawarkan, tapi masih ada sedikit
makanan yang bisa dimakan. Anda bisa menemaniku, untuk
menunggu dokterku yang baru. Apakah kau telah melihatnya?
81. Pendeta : Aku melihatnya sekilas tadi. dia tampak menyenangkan dan dapat
dipercaya.
82. Kapten : Aku senang akan itu. Apakah dia akan mendukungku?
83. Pendeta : Siapa yang tahu? Hal ini tergantung pada seberapa banyak ia telah
terbiasa dengan perempuan.
84. Kapten : Oh, begitu. Benar anda tidak ingin tinggal?
85. Pendeta:Tidak, terima kasih, sahabatku; Aku telah berjanji untuk pulang
makan malam, dan wanita tua ku pasti begitu gelisah jika aku
terlambat.
86. Kapten:Gelisah? Oh, anda sudah terlalu tua untuk bertindak macam-macam.
87. Pendeta: Malam ini terasa sangat dingin. Terima kasih. Kauharus menjaga
kesehatan, Adolf, kau terlihat begitu gugup. Selamat tinggal,
Adolf. Salam sayang ke Laura.

ADEGAN IV
Kapten, setelah itu Laura.
(Kapten membuka mejanya, dan duduk disana bersama laporan keuangannya)
95. Kapten :Tiga puluh empat . . . sembilan, empat puluh tiga. . . tujuh,
delapan, lima puluhenam.
96. Laura(masuk dari kamar bagian dalam) : lebih baik kau. . .
97. Kapten :(Memotong) Sebentar! Lima puluh enam… Tujuh puluh satu,
delapan puluh empat, delapan puluh sembilan, sembilan puluh
dua…. Ada Apa ?
98. Laura : Apa aku mengganggumu ?
99. Kapten :Tidak. Jadi ini laporan keuangan rumah tangga?
100. Laura : Ya, laporan keuangan rumah tangga. Apakah aku harus menjaga
laporan keuangan sekarang?
105. Kapten : Tentu saja kau harus menjaga laporan keuangan sekarang. Kau
tahu, kita dalam kondisi genting. Dalam kasus likuidasi harus ada
laporan atau seseorang dapat dihukum sebagai debitur penipuan.
107. Laura : Ini bukan salahku.
108. Kapten : itulah yang fakta yang ditemukan dalam laporan .
109. Laura : Jika jurusita tidak membayar, juga bukan salahku
110. Kapten : (Emosi)Yang merekomendasikan jurusita begitu semangat itu
kau! Lalu kenapa kau merekomendasikan orang bodoh.
111. Laura : Lalu kenapa kau menyetujui rekomendasi orang bodoh itu?
112. Kapten : (Meledak-ledak) Karena aku tidak pernah dikehendaki makan
dalam damai, tidur dalam damai, bekerja dengan tenang, sampai
kau mendapatkan pria itu di sini. Kau sangat meinginkan dia
sehingga wajar kakakmu menyingkirkannya. Ibumu sangat
menginginkan dia sementara saya tidak ingin dia. Pengasuh ingin
dia karena orang itu seorang pembaca kitab suci, dan Margaret
tua, karena dia lah yang tahu ibunya maka aku membawanya.
Jika tidak, aku harus selalu tutup mulut di rumah gila ini atau
berbaring di kuburan keluarga. Sementara kau! Pernahkah kau
memberikan laporan keuangan dari uang sakumu! Nah, sekarang
kau dapat memberikan padaku laporan keuangan itu. Ya,
sekarang!
113. Laura : (dengan sopan yang dibuat-buat) Terima kasih banyak. Apakah
kau juga menertibkan laporan keuangan dari apa yang kau
habiskan selain dari uang rumah tangga? (Membentak) Jawab!
114. Kapten : Itu bukan urusanmu.
115. Laura : Jadi urusanku hanya tentang pendidikan anakku, dan itupun tak
banyak. Kalau begitu, Sudahkah kau jejalkan pikiranmu setelah
diskusi yang hangat malam ini?
116. Kapten : Aku telah menjejalkan pikiranku sebelumnya, kau dengar? Dan
aku telah menemukan tempat yang konduksif bagi perkembangan
pendidikannya! Bertha akan ke kota dan akan berangkat dua
minggu lagi.
117. Laura : (sinis)Dimana dia akan belajar, kalau aku boleh tahu?
118. Kapten : Di Auditor Safberg .
119. Laura : (Nada tinggi) Demi Tuhan! Itu orang yang tidak mengakui ajaran
agama!
120. Kapten : (Lebih tinggi nada bicaranya) Hukum menyatakan bahwa anak-
anak harus dituntun oleh petunjuk ayah mereka.
121. Laura : (Keras) Dan apakah ibu tidak memiliki suara dalam hal ini?
122. Kapten : (Lebih keras dan tegas) Tidak satupun! Dia telah menjual hak
kelahirannya kepada Transaksi hukum, dan menyerahkan hak-
haknya sebagai imbalan untuk mendapatkan seseorang yang akan
merawatnya.
123. Laura : Oleh karena itu, ia tidak memiliki kekuasaan atas anaknya?
124. Kapten : Tidak, tidak satupun! Apabila seseorang telah menjual barangnya,
seseorang tidak dapat menariknya kembali.
125. Laura : Jika kedua ayah dan ibu kandungnya setuju?
126. Kapten : Itu tidak akan terjadi! Ini adalah kesimpulan yang tidak bisa
digugat. Apakah kau mengerti ?
127. Laura : Maka harus dilawan sampai mati! Sekarang katakan: apa yang
Nöjd lakukan di sini?
128. Kapten : Itu adalah tindakan professional, yang tertutup bagi siapapun.
129. Laura : yang seisi rumah telah tahu.
130. Kapten : Baik, kalau begitu kau pun harus tahu!
131. Laura : Aku sudah tahu!
132. Kapten : Ya, dan apa yang telah kau ketahui tak ada gunanya lagi!
133. Laura : Penilaianku punya landasan hukum.
134. Kapten : Hal ini tidak tertulis dalam "landasan hukum"! Siapa ayah dari
anak itu sama sekali tak tertera.
135. Laura : Seseorang pasti dapat menemukannya.
136. Kapten : Seorangpun tidak akan pernah bisa memberitahu hal-hal itu.
137. Laura : Luar biasa. Tidak pernahkah, suatu saat seseorang memberitahu
siapakah ayahanak itu?
138. Kapten : Tidak! Tidak pernah!
139. Laura : Itu luar biasa. Bagaimana akhirnya seorang ayah memiliki hak-hak
atas anak itu?
140. Kapten : Dia hanya memiliki mereka ketika ia telah mengambil tanggung
jawabnya. Dalam perkawinan, tidak ada keraguan soal ayah.
141.Laura : Tanpa keraguan?
142. Kapten : Tidak.
143. Laura : Dan bagaimana dalam kasus perceraian?
144.Kapten : Cukup…. Aku tak punya kepentingan lagi untuk membicarakan
ini lebih lanjut! Jadi ijinkan aku akan pergi! (Kapten pergi)

ADEGAN V
Laura (sendirian, dia menatap catatan bank yang dia genggam ditangannya).
150. Suara Ibu mertua (didalam) : Laura !
151. Laura : Iya.
152. Suara Ibu mertua: Apakah tehku sudah siap?
153. Laura (di ambang pintu ke kamar bagian dalam) : Ya, ibu akan
mendapatkanya segera.
[Laura berjalan menuju pintu aula di pelataran, pengawal
membukanya dan memberitahukan Dokter Ostermark.
154. Dokter : Nyonya
155. Laura (berjalan ke arahnya dan menjulurkan ke dia tangannya) : Selamat
malam, Dokter? Kami semua sangat senang melihat kau disini. Oh
ya, Kapten keluar, tapi dia akan segera kembali.
156. Dokter : Aku mohon maaf karena datang terlambat! Banyak pasien yang
membutuhkan penanganan.
157. Laura : Duduklah dokter.
158. Dokter : Terima kasih.
159. Laura : Ya, sekarang memang banyak penyakit di lingkungan kita. Tapi,
aku berharap dokter akan menetap di sini dengan nyaman.
Masyarakat sini sangat membutuhkan seorang dokter yang betul-
betul peduli. Aku sudah mendengar semua tentangmu dokter. Aku
harap dokter bisa bahagia berada di antara kami.
160. Dokter : Anda sangat baik, nyonya. Tapi mungkin saya tak akan terlalu
sering berkunjung ke sini. Saya tahu, keluarga nyonya memiliki
kondisi kesehatan yang baik..
161. Laura : Kami untungnya tidak punya penyakit akut, tapi banyak hal yang
sepenuhnya tidak seperti yang seharusnya.
165. Laura : Ada situasi dalam keluarga, yang harus terikat pada hati nurani.
Dan hati nurani seringkali harus di abaikan. Bukankah
kebohongan adalah penyaki!
166. Dokter : Ya, kecuali dalam profesi seorang dokter.
167. Laura : Tepat sekali. Oleh karena itu tugasku yang menyakitkan adalah
memberitahumu dengan segera seluruh kebenaran.
168. Dokter : Tidak bisakah kita menunda perbincangan ini sampai aku telah
mendapatkan ijindan diperkenalkan oleh Kapten?
169. Laura : Tidak !kau harus mendengarkanku sebelum melihatnya.
170. Dokter : apakah ini berkaitan dengan dia?
171. Laura : Ya, dia, suamiku tercinta. Betapa malangnya aku…
172. Dokter : Kau membuatku tidak nyaman, nyonya. Percayalah, aku
bersimpati dengan keadaanmu.
173. Laura (mengambil saputangannya). : Pikiranku suami dipengaruhi oleh….
Ah, sekarang kau akan tahu semuanya, dan harus menilai sendiri
ketika kau telah melihatnya.
174. Dokter : Aku rasa itu tak mungkin! Aku telah membaca risalah yang
bermutu dari Kapten tentang mineralogi.Dan banyak karya yang
lain. Sangat mengagumkan. Betul-betul memperlihatkan
intelektual penulisnya yang jelas dan tegas.
175. Laura : Sungguh? Aku akan senang jikaternyata kami lah yang salah.
176. Dokter : Tapi bisa saja pikirannya mendapatkan gangguan, atau semacam
pengaruh dari berbagai hal di luar dirinya.
177. Laura : Itulah yang juga kami takutkan. Kadang kadang dia memang
memiliki gagasan yang yang luar biasa, suatu gagasan yang mencerminkan
pikiran seseorang yang terpelajar. Sayangnya orang-orang tidak tahu, ada
kebiasaan dia yang aneh dan merusak. Misalnya: ia memiliki fantasi
membeli segala macam hal.
178. Dokter : Oh, begitu!Itu gawat juga. Kalau boleh tahu apa yang ia beli?
179. Laura : Buku-buku yang jumlahnya banyak sekali, yang ternyata tidak
pernah ia baca.
179. Dokter : Oh, itu kan hal biasa bagi seorang sarjana seperti dia.
180. Laura : Kau tidak percaya apa yang aku katakan?
181. Dokter : Ya, nyonya, tapi nyonya juga harus percaya dengan yang saya
katakana.
182. Laura : Kalau begitu, apakah dokter juga percaya kalau saya katakan
bahwa dia juga pernah berkata: bahwa orang akan dapat melihat
apa yang terjadi di planet lain dengan menggunakan mikroskop.
183. Dokter : Apakah dia mengatakan dia bisa melakukan itu?
184. Laura : Ya, dia mengatakan demikian.
185. Dokter : Dalam mikroskop?
186. Laura : Ya, dalam mikroskop
187. Dokter : Ini gawat, jika demikian.
188. Laura : Sepertinya dokter belum mempercayai saya sepenuhnya. Ah,
mestinya saya tak perlu menceritakan rahasia-rahasia keluargaku.
189. Dokter : Nyonya, satu kehormatan kalau saya dipercaya untuk membantu
kesulitan keluarga nyonya. Tapi, sebagai dokter saya harus
menyelidiki dan mengamati sebelum menilai. Maaf nyonya,
apakah Kapten pernah menunjukkan gejal “amarah” yang
disebapkan oleh ketidak jelasan atau semacam kehendak yang
tidak stabil?
190. Laura : Apakah dia pernah? Kami telah menikah selama dua puluh tahun
dan dia belum pernah atau tidak pernah membuat keputusan tanpa
meninggalkan situasi semacam itu .
191. Dokter : Ya Tuhan, apakah dia keras kepala?
192. Laura : Dia selalu bersikeras dengancaranya sendiri, tapi ketika telah
mendapatkan apa yang di-inginkannya dia menggagalkan
semuanya dan meminta saya yang harus memutuskan.
193. Dokter : Ini gawat dan membutuhkan pengamatan dari dekat. Kehendak,
nyonya lihat, adalah dorongan utama dari pikiran, dan jika
sampai terluka, seluruh pikiran akan runtuh.
194. Laura : Dan Tuhan pun tahu, aku harus menempa diri untuk bersabar
memenuhi semua keinginannya melewati tahun-tahun percobaan
yang terasa panjang. Ah, jika saja kau tahu kehidupan apa yang
telah aku alami dengannya…
195. Dokter : Kemalangan nyonya sangat menyentuh. Saya berjanji akan
berusaha membantu nyonya semampu saya. Benar nyonya,
sayasangat kasihan, sayajuga mohon pada nyonya untuk benar-
benar mempercayai saya. Tapi saya harus mengingatkan satu
beralih hal pada nyonya. Hindari memberi saran atau ide yang
memberi impresi kuat pada si penderita, bagi penderita otak
lemah, semua itu akan menjadi tekanan yang bisa membesar rasa
sakit. Apakah nyonya mengerti?
196. Laura : Apakah maksud anda saya harus menghindari perkataan atau
perbuatan yang bisa membangkitkan prasangka?
197. Dokter : Tepat sekali.
198. Laura : Tentu saja. Saya mengerti. (Dering terdengar didalam.) Permisi,
ibu saya memanggil. Tampaknya ada sesuatu yang dia bicarakan…
(Kapten masuk) Ah, ada Adolf.

ADEGAN VI
Dokter dan Kapten.
199. Kapten (masuk dengan pintu pribadi) : Ah, kau sudah berada di sini,
Dokter.
200. Dokter : Kapten! Ini adalah kehormatan besar bagi saya,bisa berkenalan
dengan ilmuwan terkemuka.
201. Kapten : Tugas professionalku tidak memberi ijin untuk melakukan
penyelidikan mendalam, tetapi saya memiliki kepercayaan untuk
mengabdi terus di jalur penemuan.
202. Dokter : Benarkah?
203. Kapten : Kau lihat aku telah mengirimkan batu meteor ke analisis
spectrum. Ini adalah hasil dari penemuanku pada batu bara. Sebuah
jejak yang jelas tentang kehidupan organik. Bagaimana pendapat
anda?
204. Dokter : Dapatkah kau melihat itu dalam mikroskop?
205. Kapten : Tidak, bodoh sekali menggunakan itu, dalam spektroskop dokter.
206. Dokter : Spektroskop! Maaf… Nah, kemudian, kapten akan segera dapat
memberi tahu kami, apa yang terjadi di planet Jupiter.
207. Kapten : Tidak apa yang terjadi, tapi apa yang telah terjadi. Para penerbit
itu betul-betul tidak menghargaiku. Mereka telah memutus
komunikasi! Bahkan untuk sekedar mengirim telegram kasar
sekalipun. Para penjual buku itu telah membuatku panik!
208. Dokter : Oh, mereka umumnya bukan praktisi keilmuan, jadi kapten tak
perlu memasukannya dalam hati.
209. Kapten : Tidak, aku tidak ambil hati atas semua itu. Tapi dampaknya
membuat risalahku tidak terpublikasikan dengan tepat waktu!
Padahal, mereka punya kepentingan yang sama di Berlin.Oh, tapi
bukan itu yang harus kita bicarakan. Bagaimana denganmu? Jika
kaupeduli untuk tinggal di sini, kita memiliki sebuah paviliun kecil
di sisi rumah, atau mungkin kau lebih suka tinggal di wisma dokter
senior.
210. Dokter : Terserah kamu.
211. Kapten : Tidak dokter, yang kau inginkan yang mana?
212. Dokter : Kapten sendirilah yang harus memutuskan.
213. Kapten : Tidak, aku tidak akan memutuskan apa-apa. Anda sendiri yang
harus mengatakan apa yang anda inginkan. Saya tidak
menginginkan apapun.
214. Dokter : Oh, tapi saya benar-benar tidak bisa memutuskan. . . .
215. Kapten : Demi Tuhan, katakan Dokter, semuanya terserah dokter.
216. Dokter : Baiklah, aku memilih untuk tinggal di sini.
217. Kapten : Baik! Terima kasih. .(berdering)
(perawat masuk)
218. Kapten : Oh, kau, Margaret Apakah kau kebetulan tahu bahwapaviliun
untuk penginapan Dokter?
219. Perawat : Ya, tuan,
220. Kapten : Baiklah. Saya tidak akan menahanmu dokter… Anda pasti
lelah.Selamat tinggal dan selamat datang lagi.Saya harap kita bisa
bertemu besok.
221. Dokter : Tentu kapten. Selamat malam
222. Kapten : Oh ya, saya yakin istriku pasti telah menjelaskan sedikit keadaan
kami pada dokter. Saya berharap dokter memiliki beberapa ide
untuk bisa kami pertimbangkan.
223. Dokter : Istribaikmu telah memberi aku beberapa petunjuk. Selamat
malam, Kapten.
224.Kapten : Selamat malam dokter.

ADEGAN VII
Kapten. Perawat.
224. Kapten : Apa yang kau inginkan, sayang! Apakah ada sesuatu?
225. Perawat : Sekarang, Mr Adolf, anda cukup mendengarkan saja.
226. Kapten : Ya, Margaret tua. Bicaralah, kaulah satu-satunya yang selalu
kudengar tanpa membuatku marah
227. Perawat : Dengarkan, Mr Adolf. Tidakkah Tuan berpikir Tuan hanya akan
sampai separuh tujuan. Lebih baik capailah kesepakatan dengan
Nyonya dan tak usah lah selalu meributkan soal anak.
228. Kapten : Pertimbangkan juga kedudukan seorang ayah, Margaret.
229. Perawat : Tentu saja. Seorang ayah memiliki sesuatu selain anaknya, tapi
seorang ibu tidak ada yang dimiliki selain anaknya.
230. Kapten : Hanya itu, wanita tua. Dia hanya memiliki satu beban, tapi aku?
Apakah kau tidak berpikir bahwa aku harus memiliki posisi yang
lebih baik daripada sekadar seorang tentara miskin yang tidak
memiliki istri dan anak.
231. Perawat : Ya, tapi bukan itu yang sebenarnya ingin saya katakan.
232. Kapten : Tidak, aku tahu. Kau hanya ingin aku mengakui bahwa aku salah.
233. Perawat : Tidakkah kau percaya, Mr Adolf, saya sangat mengharapkan
Tuan?
234. Kapten : Ya, aku tahu apa yang kau rasakan.Tapi kau tidak tahu sesuatu
yang sangat berarti buatku. Dengarkan Margaret, apakah aku salah
jika akupun ingin memberi Bertha jiwaku. Seutuhnya!
235. Perawat : Saya tidak mengerti Tuan. Tapi saya pikirnyonya tidak salah.
236. Kapten : Margaret! Apakah kita masih berteman? Katakan Margaret!
237. Perawat : Aku? YaTuhan! Bagaimana kau bisa mengatakan itu, Tuan
Adolf. Apakah Tuan pikir saya bisa lupa bahwa Tuanadalah
anakku ketika Tuan masih kecil.
238. Kapten : Benar! Kau telah kuanggap sebagai ibuku! Tapi sekarang,
ketika aku benar-benar membutuhkanmu, kau meninggalkanku
dan menjadi seorang musuh.
239. Perawat : Musuh?
240. kapten : Ya, musuh! Kau tak mengerti situasi rumah ini padahal kau telah
melihat semuanya dari awal sampai akhir.
241. Perawat : Saya melihat semuanya cukup baik! Tapi mengapa harus ada
dua orang yang menyiksa kehidupan satu dengan yang lain; dua
orang yang begitu baik. Bahkan sangat baik dan selalu berharap
semua orang dalam keadaan damai. Nyonya tidak pernah semena-
mena padaku atau pada siapa pun .
242. kapten : Kukatakan padamu Margaret. Mereka telah mulai berencana
menentangku, dan Dokter itu sama sekali bukan temanku.
243. Perawat : Tuan berprasangka semua orang jahat, karena Tuan tidak punya
iman yang benar, itu saja!
244.Kapten : Katakan padaku Margaret apakah kau bahagia dengan imanmu
yang benar?
245. Perawat : Saya tahu, saya tidak sebahagia Tuan. Maka rendahkan hati
Tuan dan Tuan akan melihat Tuhan yang telah membuat anda
penuh kebahagian dengan kehidupan di sekitar!
246. Kapten : Kau bicara Tuhan tapi kau ragu dengan hidupmu sendiri! Aneh!
Tidak Margaret kau memiliki iman yang tidak benar!
247. Perawat:Ya, Tuan bisa bangga karena cukup banyak pengetahuan, tetapi
semua itu tidak banyak berarti ketika Tuan terjepit.
248. Kapten : Margaret! Kau telah bicara dengan Angkuh dihadapanku! Aku
minta, rendahkan hatimu. Aku tahu aku memang memiliki
pengetahuan! Tapi aku juga tahu pengetahuanku tidak ada
gunanya untuk makhluk sepertimu.
249. Perawat : Anda harus malu terhadap diri sendiri! Tapi terlepas dari
segalanya, Margret tua, sangat mencintai anak lelaki
terhebatnya! Semoga dia segera sadar!
250. Kapten : Margaret! Maafkan aku, tapi percayalah tidak ada satupun di
sini yang berharap aku bisa pulih tapi kamu telah membantuku
dengan setia, tapi aku yakin… (Berteriak dari dalam). Apa itu?
Siapa yang berteriak?

ADEGAN VIII
Yang terdahulu. Bertha (masuk dari kamar bagian dalam).
251. Bertha : Ayah! Ayah! tolong aku, selamatkan aku
252. Kapten: Ada apa sayangku? Bicaralah?
253. Bertha : Tolong aku. Dia akan menyakitiku
254. Kapten : Siapa yang akan menyakitimu. Katakan! Katakanlah!
255. Bertha : Nenek! Tapi itu salahku juga, karena aku menipunya
256. Kapten : Lanjutkan.
257. Bertha : Ya, tetapi ayah jangan membahas apapun mengenai ini! Janji!
258. Kapten : Ya, tapi katakan padaku, apa itu.
[Perawat pergi].
259. Bertha : Pada malam hari, ia umumnya mematikan lampu, dan kemudian
dia menyuruhku duduk dekat meja dengan memegang pena diatas
selembar kertas. Dan kemudian dia mengatakan bahwa roh-roh itu
menulis.
260. Kapten : Apa katamu? Dan kau tidak pernah mengatakan hal ini padaku?
261. Bertha : Maafkan aku, aku tidak berani. Nenek mengatakan bahwa roh-
roh itu membalas dendam jika kita berbicara tentang mereka pada
orang lain. Dan kemudian pena itu menulis, tapi aku tidak tahu
apakah itu aku atau bukan. Dan kadang-kadang itu berhasil dengan
sangat indah dan kadang-kadang tidak sama sekali. Ketika aku
lelah, tidak ada satupun tulisan muncul, tapi nenek ingin yang
seperti pertama kalinya. Dan malam ini aku pikir aku menulis
sangat indah, tapi kemudian nenek mengatakan itu semua keluar
dari roh seorang penyair. Dan aku pun menipunya, karena aku
memang bisa menukis indah, makanya dia sangat marah..
262. Kapten : Apakah kau percaya ada roh-roh?
263. Bertha : aku tidak tahu.
264. Kapten : Ayah tahu. Semuanya bohong! Tidak ada satu pun.
265. Bertha : Tapi nenek mengatakan bahwa kau tidak mengerti ayah! Kau
hanya memiliki hal-hal lain, yang jauh lebih buruk seperti misalnya
bisa melihat planet lain.
266. Kapten : Apakah dia mengatakan itu! Apa lagi yang dia katakan ?
267. Bertha : Dia mengatakan bahwa ayah tidak dapat menghasilkan keajaiban.
268. Kapten : Aku tidak pernah mengatakan aku bisa. Apa kau tahu batu-batu
meteoric. Batu-batu yang jatuh dari planet lain. aku dapat
memeriksa mereka dan mengatakan apakah mereka mengandung
unsur-unsur yang sama dengan dunia kita. Itulah yang dapat aku
lihat.
269. Bertha : Tapi nenek mengatakan ada hal-hal yang bisa dia lihat, tetapi
ayah tidak.
270. Kapten : Dia bohong!
271. Bertha : Nenek tidak berbohong.
272. Kapten : Ya, nenekmu telah berbohong. Begitu juga ibumu…
275. Bertha : Jika ayah mengatakan ibu berbohong, aku tidak akan pernah
percaya ayah lagi.
276. Kapten : Ayah tidak bermaksud mengatakan begitu! Tapi, kau harus
percaya ketika ayah memberitahumu, bahwa masa depan
Berthamengharuskan Bertha untuk meninggalkan rumah. Nah,
maukah kamu pergi ke kota untuk belajar tentang sesuatu yang
bermanfaat?
277. Bertha : Tentu saja aku pasti senang pergi ke kota, jauh dari sini, di mana
saja! Hanya biarkan aku menjenguk ayah, sesering mungkin. Oh,
di sana selalu suram dan sedih. Seakan-akan malam musim dingin,
tetapi ketika ayah datang, semuanya seperti pagi di musim semi!
278. Kapten : Oh, anakku tersayang!
279. Bertha : Tapi, ayah! Kau harus baik kepada ibu. Dia sering menangis.
280. Kapten : Ya ayah akan baik pada ibu. Jadi kau akan pergi ke kota.
281. Bertha : Ya, ayah.
282. Kapten: Tapi aku kira Ibu tidak akan membiarkanmu pergi?
283. Bertha : Dia harus membiarkanku.
284. Kapten : Tapi bagaimana kalau dia menahanmu?
285. Bertha : Aku tidak tahu. Tapi dia harus mengijikanku! Dia harus
membiarkanku
286. Kapten : Apakah Bertha akan bertanya pada ibu?
287. Bertha : Ayah yang harus bertanya padanya baik-baik, karena ia tidak
peduli akan aku
288. Kapten : Hm! Sekarang jika kau berharap itu, dan aku berharap itu, dan
ibu tidak berharap itu, apa yang harus kita lakukan?
289. Bertha : Ah, pasti akan terjadi keributan lagi! Mengapa ayah tidak bisa…
[masuk Laura]

ADEGANIX
Yang terdahulu. Laura.
290. Laura : Oh, jadi Bertha di sini! Mungkin waktunya bagi kita untuk
mendengar pendapatnya sendiri, mengenai masa depan yang harus
ditentukannya.
291. Kapten : seorang anak tidak dapat memberikan opini sendiri! Terlebih soal
gambaran masa depannya. Sementara kita telah melewati masa di
mana banyak kehidupan anak gadis yang telah terungkap.
292. Laura : Tapi karena kita berbeda pendapat. Maka Bertha harus memilih!
293. Kapten : Tidak, aku tidak membiarkan seorang pun merampas hakku,
tidak perempuan atau anak-anak. Bertha, tinggalkan kami.
[Bertha keluar]
294. Laura : Kau takut mendengar pendapatnya, karena kau pikir pendapat
dia akan menguntungkanku.
295. Kapten : Aku tahu bahwa dia ingin pergi jauh dari rumah, tapi aku juga
tahu bahwa kau memiliki kekuatan merubah pikirannya sesuai
kesenanganmu.
296. Laura : Kau cemas pada kekuatanku?
297. Kapten : Ya, kau memiliki kekuatan jahat untuk mencapai ambisimu
sendiri, belum lagi selalu ada orang-orang yang tidak malu
mencampurinya. Bagaimana kau telah membuat dokter Nordling
pergi, dan bagaimana kau kemudian mendapatkan dokter baru
yang kau datangkan ke sini?
298. Laura : Oh, jadi apa yang ada dalam pikiranmu?
299. Kapten : Pertama, kau menghinanya, sampai ia pergi, lalu kau dorong
saudaramu mengumpulkan hak pilih bersama untuk seseorang
yang lainnya.
300. Laura : Nah, cukup sederhana dan secara sempurna sah bukan? Apakah
Bertha akan meninggalkan rumah?
301. Kapten : Ya, dia berangkat dua minggu lagi.
302. Laura : Apakah itu penetapanmu?
303. Kapten : Iya
304. Laura : Apakah kau berbicara dengan Bertha tentang hal itu?
305. Kapten : Iya
306. Laura : Maka aku harus mencoba untuk mencegahnya
307. Kapten : Kau tidak bisa.
308. Laura : Apa katamu, aku tidak bisa? Apakah kau pikir aku akan
mempercayakan anakku kepada orang-orang jahat untuk dihasut
bahwa segala sesuatu yangdiajari ibunya hanyalah kebodohan?
Kau pikir aku akan biarkan dia membenciku selama sisa hidupku!
309. Kapten : Apakah kau berpikir bahwa seorang ayah akan mengizinkan
wanita bodoh dan sombong untuk mengajari putrinya bahwa
ayahnya seorang dukun?
310. Laura : Ah, itu semua tak ada maknanya untuk seorang ayah.
311. Kapten : Kenapa kau berkata begitu?
312. Laura : Karena ibu akan lebih dekat kepada anak, setelah ditemukan
kenyataan bahwa tidak ada yang bisa memastikan siapa ayah dari
anak itu.
313. Kapten : Omong kosong apa ini?
314. Laura : Kau tidak tahu apakah kau ayah Bertha atau bukan.
315. Kapten : Aku tidak tahu?
316. Laura : Tidak! Tidak ada satupun yang tahu, dan kau tidak akan pernah
tahu.
317. Kapten : Kau tidak sungguh-sunguh Laura?
318. Laura : Tidak! aku hanya memanfaatkan keahlianmu. Disamping itu,
bagaimana kau bisa mengatakan bahwa akusetia kepadamu?
319. Kapten : Aku sangat percaya kamu Laura
320. Laura : Kau harusnya mengerti aku siap menanggung apapun resiko yang
akan kuhadapi! bahkan cemoohan dan penolakan, demi diijinkan
bisa menjaga dan mengatur anakku, dan sekarang aku jujur ketika
aku menyatakan bahwa Bertha adalah anakku, sebenarnya dia
bukan anakmu.. . .
321. Kapten : Hentikan!
322. Laura : Sekedar asumsi! Dalam kasus ini kekuatanmu akan berakhir.
323. Kapten : Ya, ketika kau telah membuktikan bahwa aku bukan ayahnya.
324. Laura : Itu tidak akan begitu sulit! Jika kau ingin aku lakukan itu?
325. Kapten : Hentikan!
326. Laura : Tentu aku wajib mendeklarasikan namaayah kandung, memberikan
semua rincian tempat dan waktu, untuk misalnya, kapan Bertha
lahir? .
327. Kapten : Hentikan, atau. . .
328. Laura : Atau apa ? Waktunya buatmu untuk berpikir sejenak atas semua
yang kamu lakukan dan putuskan! Tapi apa pun yang kau lakukan,
jangan membuat dirimu terlihat konyol.
329. Kapten : Kau betu-betul bengis.
330. Laura : Dan kau akan terlihat lebih konyol dari sebelumnya.
331. Kapten : Kau memang perempuan tengik?
332. Laura : Oh, aku berhasil dengan sangat cerdik.
333. Kapten : Itu sebabnya orang tidak bisa bersaing denganmu.
334. Laura : Lalu mengapa kau memancing percekcokan dengan musuh yang
unggul.
335. Kapten : Unggul ?
336. Laura : Ya, itu istimewa. Sungguh aku tidak pernah melihat seorang laki-
laki yang tidak mengetahui keunggullan diriku, kecuali laki-laki
tolol!
337.Kapten : Kau….!.
339. Perawat (masuk) : Makan malam siap. Silahkan Nyonya?
340. Laura : Ya, segera.
[Kapten masih tetap; duduk di lengan kursi dari papan]
341. Laura : Akankah kau tidak datang untuk makan malam?
342. Kapten : Tidak, terima kasih, aku tidak ingin apa-apa.
343. Laura : Apakah berat menahanamarah?
346. Kapten : Tidak, tapi aku tidak lapar.
347. Laura : Ayo, atau mereka akan mempertanyakanku dengan cara yang tak
perlu. . berbaiklah sekarang. . …. .
[Laura pergi.
348. Perawat : Mr Adolf! Ada apa dengan semua ini?
349. Kapten :(Teriak supaya terdengar Laura yang pergi)Aku tidak tahu apa
itu. Bisakah kau menjelaskan kepadaku bagaimana seorang pria
dewasa dapat diperlakukan seolah-olah ia adalah anak kecil? Coba
jelaskan perempuan perempuan Setan! (Kapten pergi, Margaret
hanya terdiam)

BABAK II
Adegan yang sama seperti dalam babak sebelumnya. Sebuah lampu menyala di
meja ; malam hari.

ADEGAN I
Dokter. Laura.
361. Dokter : Setelah menyimaknya, aku beranggapan kasus ini jelas belum
terbukti. Di awal misalnya, kau telah membuat satu kesalahan
dengan mengatakan kapten telah mengamati planet-planet yang
ditemukan dengan mikroskop. Ternyata yang aku dengar adalah
spektroskop. Ia tidak hanya sepenuhnya bersih dari kecurigaan dan
tuduhan bahwa dia gila, tetapi justru terbukti telah melakukan
layanan besar untuk ilmu pengetahuan.
362. Laura : Ya, tapi aku tidak pernah mengatakan itu.
363. Dokter : Nyonya, aku membuat catatan percakapan kita secara cermat, dan
akuingat aku bertanya tentang ini karena aku pikir aku tidak bisa
mendengar dengan benar. Nyonya tahu, ini menyangkut nasib
manusia.
363.Laura : Nasib manusia?
365. Dokter : Ya, kau pasti tahu bahwa orang gila akan kehilangan hak-hak
sipilnya, dan hak-hak dia sebagai anggota keluarga.
366. Laura : Tidak, aku tidak tahu itu.
367. Dokter : Ada hal lebih lanjut yang tampaknya mencurigakan. Dia bercerita
tentang komunikasinya dengan para penjual buku. Izinkan aku
bertanya: apakah kau sengaja mencegah motif itu dengan niat yang
buruk!
368. Laura : Ya. Itu tugasku untuk mengawasi kepentinganrumah tangga ini.
Aku tidak bisa membiarkan dia menghancurkan kami semua
tanpa intervensi.
369. Dokter : Maafkan aku.Tindakan nyonya itu sama sekali tidak memberi
dampak pada pemecahan persoalan yang dialaminya. Bahkan,
Jika ia mengetahui intervensi yang nyonya lakukan secara diam-
diam itu, kecurigaannya akan tumbuh dengan cepatnya seperti
longsoran salju. Selain itu, kau telah membangkitkan halangan
atas kehendaknya sehingga itu sama saja dengan memprovokasi
amarahnya. Kau mesthinya tahu betapa menjengkelkannya
memiliki keinginan yang paling disukainya lalu digagalkan!
374. Laura : Tapi Dokter, dia berbicara seperti berfantasi. Bahkan sangat liar
sekali, seperti misalnya mengatakan bahwa dia bukan ayah
dari anaknya.
375. Dokter : Begitukah? Itu aneh. Bagaimana gagasan seperti itu hadir di
pikirannya
376. Laura : Aku telah berbuat semampuku. Tapi dia selalu berkata: “kau tak
akan membahagiakannya tanpa memberitahunya, siapa ayah dia
yang sebenarnya”.
377 Dokter : Apakah dia sering mengalami delusi?
380. Laura : Aku tidak ingat. Yang sering kurasakan, dia memiliki fantasi-
fantasi liar sekarang.
381. Dokter : Betul-betul pelik. Sebaiknya untuk beberapa saat, aku akan tetap
tinggal di sini. Ya,untuk menghindari kecurigaan, dengan begitu
seolah-olah aku mengesankan menangani kesehatan Ibumu, yang
juga tidak sehat.
382. Laura : Ya, itu akan menyenangkan sekali. Dan jangan tinggalkan kami,
dokter. Dokter pasti tahu betapa cemasnya aku![pergi ke pintu di
sebelah kiri] Margaret, Margaret
385. Perawat : Ya , nyonya. Apakah tuan pulang?
386. Laura : Tidak, tapi kau duduk di sini dan menunggu dia, dan ketika dia
datang kau katakan bahwa ibuku sakit. Itu yang menjadi alasan
sehingga dokter tetap di sini.
387. Perawat : Ya nyonya. Aku paham!
388. Laura {membuka pintu ke kamar bagian dalam) : Waktunya beristirahat
dokter.
389. Dokter : (Kikuk) Terima kasih.

ADEGAN II
Perawat (duduk di meja dan membawa buku hymne dan kacamata).
Bertha (masuk dengan menbawa teko kopi dan beberapa sulaman;dia berbicara
pelan).
391. Bertha : Margaret, bolehkah aku duduk dengamu? Aku sangat kesepian
di atas sana.
392. Perawat : Oh!Astaga, kau belum tidur Bertha,
393. Bertha : Aku harus membuat hadiah Natal untuk papa, kau lihat. Dan aku
punya sesuatu yang bagus untuk kau di sini.
394. Perawat : Ya, tapi, kau harus bangun pagi dan sekarang sudah pukul dua
belas.
395. Bertha : Aku tidak berani duduk di sana sendirian, aku takut hantu.
396. Perawat : Ya rumah ini memang berpenghuni. Tapi dia tak akan mengusik
orang yang tertidur sebelum jam 12. Apa yang kau dengar ?
397. bertha : Oh, hanya fantasi, aku mendengar beberapa orang bernyanyi di
loteng.
398. Perawat : Di loteng? Pada malam-malam begini.
399. Bertha : Lagunya sangat sedih, sepertinya aku tidak pernah
mendengarnya.
400. Perawat : Oh sayang, ohsayang! Aku percaya cerobong asap akan
meniupnya jauh-jauh.
Ya, anakku sayang, Tuhan akan segera mengirimkan Natal
bahagia!
401. Bertha : Margaret, apakah benar papa sakit?
402. Perawat ; Iya! ia memang sedang sakit.
403. Bertha : Bagaimana dia bisa pergi dan kembali lagi ke sini kalau dia
sakit.
404. Perawat : Hush, ada seseorangdi dalam ruangan. Tidurlah sekarang dan
bawa teko kopi ini, atau tuan akan marah.
405. Bertha (pergi dengan baki) : Selamat malam, Margret
406. Perawat : Selamat malam, anakku. Tuhan memberkatimu !

ADEGAN III
Perawat. Kapten (melepas mantelnya).
407. Kapten : Kenapa kau masih tidur? Pergilah istirahat...
408. Perawat : aku hanya menunggu sampai Tuan ....
[Kapten menyalakan lilin, membuka mejanya, duduk disana, dan mengambil
surat-surat dan Koran
dari sakunya]
410. Kapten : Apa yang kau inginkan ?
411. Perawat : Nyonya Tua sakit, dan dokter itu ada di sini.
412. Kapten : Apakah sakitnya sudah parah?
413. Perawat : Tidak, kurasa hanya deman. (Kapten termenung)
414.Kapten :Bolehkah aku bertanya Margaret?
415. Perawat : Tentu saja tuan..
414. Kapten[berdiri] : Siapa ayah dari anakmu, Margaret?
415. Perawat : Oh, aku telah mengatakan padamu berulangkali; itu adalah si
Johansson bangsat.
416. Kapten : Apakah kau yakin dia orangnya?
417. Perawat : Tentu saja aku yakin itu, karena iaadalah satu-satunya yang..
eh.. melakukannya.
418. Kapten : Iya. Tapi apakah ia yakin bahwa ia adalah satu-satunya yang
berbuat padamu? Tidak! Dia belum tentu yakin. Tapi kenapa kau
bisa yakin akan hal itu. Kau lihat bedanya.
419. Perawat : Aku tidak bisa melihat perbedaan apapun.
420. Kapten : Apakah kau berpikir Bertha juga berpikir sepertiku ? [melihat ke
potret di dinding).
421. Perawat : Mengapa Bertha harus berpikiran seperti itu. Wajah kalian
mirip!
422. Kapten : Apakah Johansson mengaku bahwa dia adalah ayahnya?
423. Perawat : Dia tidak punya pilihan.
424. Kapten : Kasihan dia! Oh, ada dokter.

ADEGAN IV
Kapten. Perawat. Dokter.
425. Kapten : Selamat malam. Dokter. Bagaimana keadaan ibu mertuaku?
426. Dokter : Oh, sakitnya sama sekali tidak serius. Hanya keseleo sedikit di
kaki kirinya
427. Kapten : Margareta tadi mengatakan demam. Tampaknya ada interpretasi
yang berbeda dari kasus yang sama. Tidurlah, Margaret [perawat
pergi)
428. kapten : Silahkan duduk, Dokter Ostermark.
429. Dokter (duduk) : Terima kasih.
430. Kapten : Dokter, benarkah bahwa kau akan mendapatkan anak kuda belang
jika kau mengawinkan zebra dan kuda betina?
431. Dokter (heran) : Tepat sekali.
432. Kapten : Apakah benar bahwa anak kuda akan terus bergaris jika sel telur
se-ekor zebra dibuahi se-ekor kuda jantan?
433. Dokter : Ya, itu juga benar.
434. Kapten : Oleh karena itu, dalam kondisi tertentu, kuda jantan menjadi
yakin tak bisa beranak kuda yang bergaris?
435. Dokter : Ya, keyakinan itu pasti muncul
436. Kapten : Artinya: rupa keturunan pada ayah terbukti tidak ada.
437. Dokter : benar!.
438. Kapten : Artinya, “ayah” tidak dapat dibuktikan.
439. Dokter : Benar!
440. Kapten : Kau seorang duda dokter. Apakah kau memiliki anak?
441. Dokter : Ya
442. Kapten : Apakah kau tidak pernah melihat bagaimana konyol dirimu
sebagai seorang ayah? Berjalan dengan anakmu lalu orang-orang
berkata: "Anak-anak istriku". Apakah kau tidak pernah menyadari
betapa palsunya posisimu?
443. Dokter : Tidak, sungguh, aku tidak pernah. Kapten, seorang pria harus
mendidik anak-anaknya dengan kepercayaan penuh sebagai bapak.
444. Kapten : Begitu pun ketika menghadapai wanita berkasus dokter? Wanita
yang bisa mengundang resiko?
445. Dokter : Oh! ada begitu banyak jenis perempuan.
446. Kapten : Penyelidikan modern telah membuktikan bahwa hanya ada satu
jenis! Ketika aku masih muda dan masih kuat, aku selalu memiliki
kebangggan.Tapi itulah yang menjadi kelemahan laki-laki: tak
berdaya dengan wanita yang jauh menyimpan banyak kecerdikan
dan tipu daya. Dan laki-laki, entah kenapa kecermelangan
profesinya seolah diabdikan untuk kesenangan wanita, meskipun ia
tahu wanita tersebut telah memperalatnya.
453. Dokter : Kapten, jika kau sakit…
454. Kapten : Sakit dokter. Ya, aku sakit karena ada persekongkoan yang
menggerogoti tubuhku.
455. Dokter : Kapten, semua pengakuan apapun dari kapten idak akan
menyinggung martabatmu sebagai pria. Saya hanya terikat profesi
saya untuk mendengar keluhan kapten.
454. Kapten : Kau telah mendengar semuanya, dokter.
455. Dokter : Tidak, Kapten. Aku bertugas untuk membuat seseorang tidak
mengalami kematian sebelum meninggal.
456. Kapten : Aku sudah lama mati dokter. Dan itu yang dinginkan wanita
seperti isteriku. Selamat malam, dokter. Sekarang kau dapat
dengan aman pergi ke tempat tidur.
457. Dokter : Selamat malam, Kapten. Maafkan saya, karena tidak bisa
mengambil bagian lebih lanjut dalam urusan ini.
458. Kapten : Apakah kita musuh?
459. Dokter : Jauh dari itu? Hanya sangat disayangkan bahwa kita tidak bisa
berteman. Selamat malam. [Dokterpergi.Kapten mengikuti dokter
ke pintu di latar belakang, dan kemudian pergi ke pintu di sebelah
kiridan membukanya sedikit].
460. Kapten : Masuklah, aku ingin berbicara denganmu!

ADEGAN V
Laura (malu). Kapten (duduk di meja tulis).
461. Kapten :Duduklah. (jeda.) aku ke kantor pos malam ini untuk mengambil
surat-surat. Tenyata kau telah menahan surat-suratku, baik pada
keberangkatan maupun saat kedatangan. Kau tau apa resikonya:
semua harapan atas hasil pekerjaanku berantakan.
462. Laura : Itu adalah hal positip yang bisa kuambil karena kau telah
mengabaikan pekerjaan lain!
463. Kapten : Kau justru akan semakin terpuruk! Kau tahu, suatu saat aku akan
lebih popular dari sekedar layanan publikasi manapun. Kau kira
aku akan menganggapmu sebagai rival yang harus dikalahkan.
Tidak Laura, kau selamanya akan mencurigakan, dan makin
membuatku tak menentu baik sebagai suami, anggota masyarakat
terlebih sebagai ayah dari Bertha.
464. Laura : Kau betul-betul manusia yang sangat mulia.
465. Kapten : Pentingkah kita mempertahankan kemuliaan, jika pilar-pilar
rumah ini tak menggambarkan kejujuran. Tapi kecemasanku
tehadap fakta yang kau kubur dengan rapat telah mengoyak
keberadaanmu. Sementara kau lihat sendiri, aku tetap teguh dalam
kedudukanku sebagai bagian dari masyarakat maupun sebagai
seorang ayah. Satu-satunya penyakitku yang membuat sebagian
orang menganggapku tidak waras adalah: aku masih teguh melihat
ketidakpastian tentang kesetiannmu. Aku masih kokoh untuk
menutup kepercayaanku padamu, dan percayalah, Bertha mungkin
bisa menarik perasaanku, tapi aku pasti akan menarikmu dalam
kepentinganku.
467. Laura : Berserapahlah terus, aku akan mendengarmu.
468. Kapten : Kau lah yang harus dipersalahkan, karena selalu membangkitkan
kecurigaanku. Kau tahu apa akibatnya, semua penilaian positipku
pada Bertha, penilaianku tentang kesetiaanmu kembali hancur!
Seluruh pikiranku menjadi tergantung di angan-angan! Seluruh
ruangan terasa sesak dan tanpa kepastian! Inikah yang kau tunggu,
keadaan yang telah berada diambang kegilaan! Apa
kepentinganmu sehingga menginginkanku tidak waras! Kau
menginginkan asuransiku jika aku mati bunuh diri! Atau aku akan
kau biarkan hidup dengan penyakit yang kalian tuduhkan sehingga
sekalipun kau gagal mendapatkan hak milik, tapi berhasil
memanfaatkannya.
469. Laura : Oh, kau ingin menjebakku?
470. kapten :Itu tergantung kecerdikanmu dalam menghadapinya!
471. Laura : Dan kau mau bunuh diri? Kau tidak akan melakukannya!
472. Kapten : Apakah kau pikir manusia bisa hidup ketika iatidak memiliki
apapun atau siapapun?
473. Laura : Akhirnya kau menyerah juga?
474. Kapten : Tidak, justru aku ingin menawarkan perdamaian.
475. Laura : Dan pikiranmu yang di ambang kegilaan?
476. Kapten : aku pasti bisa membuangnya bersama dengan kecurigaanku.
477. Laura : Kecurigaan apa?
478. Kapten : Tentang asal-usul Bertha.
479. Laura : (Terdiam) selalu itu yang jadi sumber keraguan?
480. Kapten : Karena kau telah menyuburkannya.
481. Laura : aku?
482. Kapten : Kau menyelinap, menyelidik, seolah-olah melindungi sesuatu
dengan sangat gigih, agar aku tak kecewa atau dendam. Kau ingin
memandang keraguan dan kecurigaanku sebagai kegilaan yang
sebenarnya sangat kau inginkan. Dan dokter itu telah kau peralat
sebagai pembenaran. Laura, sudah waktunya kau harus mengakui
kebusukan yang pernah kau lakukan
483. Laura : Kau tidak bisa mengharapkan aku mengakui dosa yang tidak
pernah aku lakukan
484. Kapten : Artinya kau yakin bahwa pengkianatan itu tak dimulai dari
diriku? Bahwa tidak ada perselingkuhan karena dorongan balas
dendam di antara kita!
485. Laura : Jika akumengatakan itu tidak benar, kau pasti tidak akan yakin;
tetapi jika aku mengatakan itu benar, maka itulah sumber
kecurigaanmu. Aku sudah tahu apa yang ada dalam pikiranmu
``486. Kapten : (Keras) Kau berbohong Laura!
487. Laura : (Lebih keras) Kecurigaanmu sama sekali tak beralasan?
488. Kapten : (Teriak) Katakan iya atau tidak!
489. Laura : Kau hanya ingin merekayasa supaya aku terbukti bersalah,
sehingga kau bisa menyingkirkanku dan memiliki kontrol mutlak
atas Bertha! Tetapi kau tidak akan bisa menarikku ke
perangkapmu, sehingga kau terbebas dari anggapan publik: bahwa
kau telah tidak waras karena obsesi dan keyakinanmu pada
pengetahuan, yang membuatmu tak percaya lagi pada Tuhan. Jelas!
490. Kapten : Kau pasti berpikir bahwa aku bisa mengadopsi anak orang lain,
jika aku yakin Bertha adalah buah kesalahanmu?
491. Laura : Dia sudah menjadi bagian dari jiwamu, tuan Abdolf! Dan kalau
kecurigaamu benar, cintamu padanya akan membuat kau membuka
pintu maaf sebesar-besarnya bagiku!
492. Kapten (berdiri) :Jika anak itu bukan milikku, akutidak berhak apa-apa
atas dia! dan kalau kau ingin kekuasaan atas anak itu, aku akan
pergi dari kalian berdua!
493. Laura : Kekuasaan, itu yang selalu ada dalam benak setiap pria!
494. Kapten : Ya kekuasaan! Karena anak adalah kehidupan masa depanku. Dia
adalah konsepsiku tentang keabadian, sekaligus cermin kenyataan.
Jika kau memisahkanku dengannya maka kau akan menghilangkan
keberadaanku.
495. Laura : Seharusnya sudah dari dulu kita berpisah.
496. Kapten : Dua tahun lalu ketika kita masih belum dikarunia anak, aku
terbaring sakit dan hampir merengut nyawaku. Lalu terdengar
suara samar-samar di ruang tamu: kau dan pengacara berbicara
tentang kemungkinan aku dapat sehat kembali. Lalu kau bercerita,
bahwa kau tidak dapat mewariskan apa-apa karena tak memiliki
anak. Lalu pengacara itu berkata: bahwa jalan terbaik untuk
menyelamatkan seluruh kekayaan atau warisan adalah kau harus
secepatnya punya anak. lalu tak terdengar apa-apa lagi selain
sesekali ketawa kalian. Tak beberapa lama akupun pulih dan
kemudian kita punya anak. Ini sangat mengejutkanku dan serasa
sulit dipercaya. Jadi siapakah ayah anak itu?
497. Laura : Kau.
498. Kapten : (Teriak) Kau sengaja membuatku gila, Laura! Kau dengar ada
kejahatan dimakamkan di sini yang telah memberikan hembusan
angin beracun, seperti api neraka yang didiami para pendosa. Itu
yang kau yakini bukan! (Lirih) Lihatlah aku Laura, aku telah
mengalami penyiksaan, dera, sulit tidur, kerusuhan batin, yang tak
pernah berujung. Aku telah menanggung semuanya tanpa keluhan,
karena aku pikir diriku ayahanak itu. (Keras) Katakan dengan siapa
kau melakukannya!
499. Laura : Kau sudah betul-betul gila!
500. Kapten (duduk) : Itulah yang kau harapkan! Aku telah melihat bagaimana
kau telah bekerja keras untuk menyembunyikan dosamu. Aku
sering terbuai oleh hatimu yang jahat lalu berusaha untuk
beristirahat dan mengusir pikiran tidak waras. Sekarang aku ingat,
malam sebelum Bertha ulang tahun, akududuk membaca di pagi
hari. Kau berteriak seolah-olah seseorang sedang mencekikmu:
"tidak! tidak!" Aku memukul dinding karena berharap ada
pengakuanmu sekalipun hanya lewat mimpi burukmu! Dengarkan
Laura, aku sudah lama menanam dalam-dalam kecurigaanku,
karena tak berani mendengar teriakanmu akibat tekananku! Kau
lihat aku telah lama menderita!
501. Laura : Aku bersumpah demi Tuhan yang aku pegang dengan sakral
bahwa kau adalah ayah Bertha.
502. Kapten : (Merajuk) Aku mohon kau dengan memori masa lalu yang kau
dekap, aku mohon kejujuranmu seperti orang terluka menjemput
kematian, untuk mengatakan yang sebenarnya! Semuanya!.
Tidakkah kau melihat aku tak berdaya seperti seorang anak
ingusan! Tidakkah kau mendengar aku mengeluh seperti ke
seorang ibu.Aku hanya mohon kau kasihani seperti orang sakit.
Aku telah baringkan kekuatanku dan berdoa demi tumbuhnya belas
kasihanmu atas hidupku. (Menangis)
503. Laura : Apa ! kau menangis!Kau seorang pria!
504. Kapten : Ya, aku menangis, meskipun aku seorang pria, tapi lihatlah aku
telah kehilangan mata-mata lelaki? Tidak memiliki tangan-tangan
lelaki, kaki, indra, pikiran dan gairah? Apakah aku tidak diberi
makan dengan makanan yang sama, dilukai dengan senjata yang
sama, dihangatkan dan didinginkan dengan musim panas dan
musim dingin yang sama seperti seorang wanita? Jika kau tusukan
kami, apakah kami tidak berdarah? Jika kau gelitik kami, apakah
kami tidak tertawa? Jika kau racuni kami, apakah kami masih
terhormat untuk hidup?
505. Laura : Menangislah! Kau akan memiliki ibumu kembali. Tubuh besarmu
yang kuat dan tanpa saraf akan terbang mengikuti pikiranmu yang
selalu mengiris-iris hatimu. Kau adalah anak raksasa yang datang
terlalu awal ke dunia, atau mungkin tidak ingin dilahirkan. Kau
memang telah terbunuh sebelum kematian datang menjemput!
510. Kapten : Kau selalu memiliki keuntungan. Kau bisa menghipnotisku ketika
aku masih terjaga, sehingga aku tidak bisa melihat atau mendengar
lagi, selain hanya mematuhi. Kau bisa memaksaku untuk
mengagumi ide bodohmu seakan-akan semuanya jenius. kau bisa
memimpinku dalam keburukan, ya, bahkan ke tindakan tercela.
Tapi ketika akhirnya aku terbangun untuk menyadari bahwa
kehormatanku berontak. Aku ingin menghapuskan memorimu
dengan akta besar, pencapaian, penemuan, atau bahkan bunuh diri
terhormat. Aku sebenarnya menginginkan pergi ke perang, tetapi
tidak di-ijinkan. Saat itulah aku melemparkan diri ke dalam ilmu
pengetahuan. Dan sekarang, ketika aku hendak mengacungkan
tanganku dan mengumpulkan buah-buahan, kau tiba-tiba
memotong lenganku. Sekarang, aku menolak untuk hidup lebih
lama. Dengar Laura! Seorang pria tidak bisa hidup tanpa
kehormatan!
513. Laura : Kau seharusnya menjadi seorang penyair!
514.Kapten : Bicaralah Laura!
519. Laura : Apa yang kau maksud dengan semua ini?
520. Kapten : aku sadar bahwa salah satu dari kita harus pergi.
525. Laura : Kemudian aku benar dengan penilaianku
526. Kapten : (Teriak) Ingat Laura! Laki-laki tak layah hidup tanpa
kehormatan! Ya kehormatan! Kehormatan Laura! Kehormatan!
527. Laura : Cukup! Kau mengganggu semua orang yang sedang bekerja!
Begitupun Laura! Dia akan semakin yakin, kalau ayahnya sedang
menderita sakit!
528. Kapten : Suatu saat aku akan buktikan kalau keraguanku berasal dari
pikiran yang waras!(Kap
529. Laura : Dan kemudian aku tak akan memperdulikanmu, dan mendidik
anakku sendiri tanpa mendengarkan visimu.
530. Kapten : Dan siapa yang akan membayar untuk pendidikan ketika aku
tidak ada?
531. Laura : pensiunamu.
532. Kapten (pergi mengancam ke arahnya) : Bagaimana kau bisa memiliki,
padahal semua dalam kendaliku!
533. Laura (mengeluarkan surat) : Dengan cara surat ini.
534. Kapten : surat apa?
535. Laura (bergerak mundur kearah pintu di sebelah kiri) : Milikmu !
deklarasimu ke dokter bahwa kamu gila. [Kapten menatapnya
dalam diam, mulutnya mengatup, memandang ke langit hingga
matanya berkaca-kaca)
536. Laura : Sekarang kau telah memenuhi fungsimu sebagai Ayah malang
yang diperlukan dan pencari nafkah. Kau tidak diperlukan lagi dan
kau harus pergi. Kau harus pergi karena kau telah menyadari
bahwa kecerdasanku sekuat keinginannku, dan karena kau tidak
akan tinggal dan mengakui itu.
[ Kapten pergi ke meja, mengambil lampu terang dan melemparkannya ke
Laura, yang lolos mundur melalui pintu itu.

BABAK III
Kaptentelahterduduk di kursibesar. Mulutnyamenganga. Tanganmembujurbagai
robot danterlihatsangatkaku. Nodjtampakmengamatinyadengantatapan yang sedih.
Laura danPendetatermenung di kursi sofa.
537.Nojd : (Membungkukkearah Laura) Yang terdengar di battalion dan
semua divisi infantry hanya kabar bahwa kapten sedang sakit.
Mereka tak seorang pun yang mengetahui kondisi Kapten yang
sebenarnya.
538.Laura : Terimakasih Nojd, kau selalu membantu menutup kejadian yang
menimpa kapten. Cegahlah sebisamu agar kejadian yang sebenar
nyatak menyebar di tempat tugas kapten. Saya juga sudah bicara
kanini pada Kolonel. Sayakatakan bahwa kapten hanya sakit
pernafasan biasa. Ia telah memutuskan tak akan men jenguk
kemari.
539.Nojd : Baik nyonya. Apalagi yang harus saya kerjakan.
540.Laura :Tidak ada. Kembalilah ke tempat tugasmu. (Nojd pergi, Kapten
berusaha bicara tapi tak sanggup)
541.Pendeta : Betapapun kau tak mau disalahkan, tapi kau harus ingat, kau
adalah bagian dari penyulut terhadap apa yang menimpa suamimu.
542.Laura : (Memotong)Aku tak tahan lagi menghadapi kegilaannya. Dia
piker pengetahuan yang dibanggakanya akan bisa menuntun
hatinya. Tapi tak ada yang dilakukannya selain mencurigai Berta
sebagai anak orang lain dan mencemooh Margaret yang sangat
patuh pada imannya… (Kapten berbicara tak menentu)
543.Pendeta : Dia perlu waktu untuk menerima kenyataan.
544.Laura : Tidak! Dia justru hanya mempercayai kenyataan. Dia hanya
meyakini pendengaran dan penglihatannya. Itulah yang
membuatnya menjadi temperamen dan akhirnya gila.
545.Pendeta : Tuhan akan mengampuninya. Ia sudah banyak berjasa bagi dunia
keprajuritan dan ter lebih dunia ilmu pengetahuan. (Mendekati
Kapten dan berbicara pada kapten). Saya tak akan berkata bahwa
Tuhan selalu bersamamu Kapten. Tapi keyakinan bahwa sakit
Kapten masih bisa disembuhkan adalah obat paling mujarab untuk
memulihkan kesehatan kapten. Selamat siang Kapten, besuk-
besuk lagi saya akan menemani Kapten dan berbicara tentang
sains, jugamasa depan dunia. (Pendeta menjauh) Laura, kau masih
terikat pada ikrar suci, bah watak seorang pun boleh memisahkan
apa yang telah di persatukan oleh Tuhan. Selamat siang adikku!
(Laura tetap termenung. Pendeta pergi dari pintu depan. Sesaat
kemudian munculah Dokter dari pintu belakang)
546.Dokter : Maaf saya terlambat. Bagaimana kondisi terakhir Kapten! (Laura
tetap bungkam. Kapten terheran-heran)Tidak bisakah Nyonya
menyisihkan semua pikiran negatip nyonya, dan melihat manusia
yang membujuritu, sebagai seseorang yang pernah hidupserumah
dengan Nyonya bertahun-tahun..
547.Laura : (Kesal)Dia tak menginginkan saya dokter!
548.Dokter : Nyonya tahu, kekerasan tidak pernah murni sebagai aksi nyonya.
Ia adalah reaksi!
549.Laura : Dia yang telah meneror hidupnya sendiri dokter!
550.Dokter : Dan terror terbesar adalah jika dalam penderitaannya, orang-
orang yang seharusnya menyayanginya mulai meninggalkannya
satu persatu. (Kapten berceracau dengan nada suara yang keras)
551.Laura : Dokter dengar, dia hanya ingin menyendiri.
552.Dokter : Dia berbicara tentang ketidak pedulian kita. Nyonya tahu apakira-
kira yang dikatakannya: “semua orang pastimati, tapi tidak semua
orang benar-benar hidup!”
553.Laura : (Membentak)Cukup dokter!
554.Dokter : Baik-baik! Saya akan bicara kan ini pada Margaret. Tak ada
gunanya kita pedulikan seseorang sambil membiarkan hati kita
dibayangi kecemasan pada apa yang kitabanggakan. Barangkali
Margaret benar, bahwa yang dibutuhkanoleh kapten hanyalah
kehadiran seorang Ibu. Selamat Siang! (Kapten pergi lewat pintu
belakang dengan wajah dongkol)
555.Laura : (Mendekat kearah Kapten dengan langkah perlahan)Saya bisa
saja menghapus jejak hidupmu. Mengatakan pada atasanmu bahwa
kegilaanmu sudah sangat membahayakan. Kau akan dibawa ke
rumah sakit, di-ikatdan dibiarkan sendiri di kamar yang sunyi.
(Mendekat dan mengarah kan wajahnya ketelinga Kapten) aku
sangat menyayangimu Wenas! Tapi setiap pertanyaan tentang
siapa sebenarnya ayah dari Bertha, kata-kata ituseperti palu godam
yang kau arahkan ketengkukku. (Kapten hendak berteriak tapi tak
sanggup, nafasnya tersengal seperti tercekat)Sekarang semuanya
akan terdengar terang benderang. Ya, Bertha bukan anakmu. Ia
benih dari seseorang yang tak penting kau ketahui. Atau barang
kali kau telah memperkirakannya. Riset dan tugas-tugasmu telah
membuatku rapuh dari godaan.(Nafas Kapten makin tersengal,
mulutnya berusaha meneriakan sesuatu) Kau pasti membenciku,
tapi aku katakana sejujurnya: aku telah mengkianatimu berulang-
ulang. Hingga laki-laki itu meninggalkan benih dirahimku!
(Kapten berusaha kembali teriak. Nafas nya makin tersengal-
sengal)Tak penting apakah di antara aku dan dia saling mencintai,
tapi kami melakukannya dengan bahagia. Ya, bahagia tanpa sedikit
pun merasa bersalah. Ya, bahagia sekali(Kapten makin tersengal-
sengal, tiba-tiba matanya melotot. Sesaat kemudian Kapten diam
tak bergerak. Pupil matanya juga tak bergerak sama sekali. Laura
menangis) Margaret! Margaret!
556.Margaret : (Berlari dari pintu belakang)Ya Nyonya!
557.Laura : Dia telah pergi.
558.Margaret : Ya Tuhan! (Mendekat ke Kapten, dan meraba dadanya) Ya
Tuhan. Jangan tinggalkan kami tuan, Ya Tuhan..Apa yang telah
terjadi Nyonya?
559.Laura : Saya telah menceritakan penyelewengan saya.
560.Margaret : Ya Tuhan, ampuni kami. Jadi benar, satu hal yang tak pernah
Nyonya ungkapkan dengan jujur pada saya, bahwa Bertha juga
benih dari kekasih gelap Nyonya!
561.Laura : Tidak margaret, Bertha adalah darah daging Kapten Wenas!
562.Margaret : Nyonya berkata dengan sebenarnya?
563.Laura : Penyelewengan itu terjadi ketika benihnya telah berusia dua
bulan…
564.Margaret : YaTuhan, hukumanapa yang pantas kau jatuh kan pada kami.
Kenapa semua itu Nyonya lakukan?
565.Laura : Bisakah waktu berputar kembali Margaret! Tunjukan, apa yang
harus ku lakukan untuk mengembalikan semuanya! Tahukah kau,
aku serasa dijerat oleh kawat berduri, setiap Kapten menanya kan
siapa ayah dari Bertha. Saya berharap semua akan terlupa dan
mereda dengan sendirinya, tapi Wenas tiba-tibaselalu
menyinggung pertanyaan itu seminggu kemudian, sebulan
kemudian, setahun kemudian bahkan puluhan tahun kemudian…
Aku Laura Wenas, isteri perwira yang terhormat, seorang wanita
yang setia, seorang jamaat gereja yang taat tiba-tiba harus diusir
oleh suaminya dan diolok-olok oleh semua orang, lalu dihinakan
sebagai perempuan pezina.
566.Margaret : Demi Santa Claus, Tak ada kepekaan dan ketulusan yang sebesar
tuan, Nyonya. Dia telah meyakini perselingkuhan Nyonya, sepenuh
hati. Dia hanya membutuhkan kepastian apakah Bertha anak
kandungnya, sehingga jika tidak, dia telah menyiapkan ke iklasan
penuh untuk menyerahkan seluruh hartanya pada seseorang yang
bukan siapa-siapa dia. Dua hari sebelum pertengkaran kalian yang
sengit itu tuan berkata: Apapun yang dialakukan, saya akan tetap
mencintainya. Saya tahu, saya tidak pernah menikahi Laura yang
jelita, Laura yang baik dan luhur budi. Saya hanya menikahi
manusia. Dan manusia, setidaknya dalam hatinya, tak akan pernah
bisa setia.
567.Laura : Kenapa tak kau ceritakan semua itu Margaret!
568.Margaret : Semula saya bermaksud begitu, lalu saya Tanya kan pada Tuan:
Apakah tuan mengingin hal ini saya sampaikan pada Nyonya. Lalu
dia menjawab: Tidak Margaret! Yang saya butuhkan hanya
kejujurannya. Saya tahu itu tak mudah, karena kejujuran hanya
milik orang-orang yang berani. (Memandang kearah
Kapten)YaTuhan, dia tak pantas mendapat perlakuan seperti ini.
(Berlari dan memeluk Kapten) Kita akan berduka selama-lamanya.
(Melepaspelukan dan berlari kepintu belakang sambil berteriak-
teriak) Pelayan! Pelayan! Pelayan! Temui Pastur, kita akan segera
mengadakan upacara pemakaman! (Laura membisu di kursi,
sesekali ia lihat jasad Kapten dan menangis tersedu tanpa suara)

Anda mungkin juga menyukai