Anda di halaman 1dari 2

Tuan,

Aku ingin bicara padamu. Berikan aku sedikit waktu untuk bertanya. Agar setiap keraguan tak lagi
menghadirkan bimbang dan tanya. Agar hati merasa lega atas kebekuan yang selama ini ada diantara
kita.

Tuan,

Sudah berapa lama kita berada di bawah atap yang sama? Berbagi kehidupan di dalam rumah atas nama
keluarga. Tapi bagiku dirimu tetap menjadi rahasia. Sulit bagiku mengartikan senyumanmu. Payah
untukku menerjemahkan amarahmu. Hidupmu penuh dengan teka-teki yang terus saja membuatku tak
henti mencari tahu.

Kata ibu, Tuan adalah matahari keluarga. Tuan memberikan kehangatan untuk setiap ruang yang ada.
Menerangi sisi tergelap disetiap sudut yang tak bercahaya. Bagi Ibu, Tuan adalah kekuatannya, tanpa
tuan dia tak mampu bercahaya. Tapi bagiku Tuan terlihat biasa saja. tak ada yang istimewa.

Tuan,

Katanya kita ayah dan anak. Tapi kenapa aku merasa tuan tak peduli pada benih yang telah tuan tanam.
Sedikitpun tak pernah tuan tanyakan apa yang terjadi padaku. Apa yang telah aku lalui dalam hidup ini.
Kepedihan apa saja yang telah tertanam didalam hati ini. Matahari macam apa dirimu? Masih ada sudut
gelap yang tak mampu tuan sinari.

Kita sedarah Tuan, tapi kenapa terasa seperti orang asing satu sama lain. Kita berada di satu rumah tuan.
Lalu, kenapa kita terbungkus diam. Tolong beri aku jawaban, apa artinya aku dalam hidupmu? Sejauh ini,
tuan tak pernah menunjukkan bahwa tuan peduli padaku.

Tuan, ada yang mendesak-desak dalam benak, yang memaksaku untuk mendapatkan jawaban darimu.
Tertahan di kerongkongan, mengendap di dalam hati.

Waktu itu diam-diam aku mendengar tuan menanyakan semuanya pada ibu tentangku. Bahkan tuan
memarahi ibu jika aku salah. Ibu menceritakan semuanya pada tuan, tapi kenapa harus lewat ibu? Tak
bisakah tuan bertanya langsung pada anakmu ini?
Aku hanya ingin lebih dekat denganmu. Tidak ada jarak. Bebas saling bercerita layaknya seorang ayah
dan anak. Marahlah padaku secara langsung. Aku tak mau tuan marah lewat perantara ibu. Aku ingin
matahari itu langsung menyinariku.

Tuan. Berikan aku sedikit waktumu, sesibuk apapun itu sediakanlah waktu sejenak untuk menanyakan
kabar tentangku. Aku rindu suara teguranmu.

Semoga kita tak lagi asing satu sama lain.

Tidak terlihat bukan berarti tak ada. Begitulah cinta ayah pada anaknya. Tak terbilangkan oleh kata-kata
tapi dia nyata adanya.

#Day 27

Anda mungkin juga menyukai